Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRODUKSI DAN PROSESING BENIH

TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

DISUSUN OLEH
YOHANA MEISY INA DAMANIK (D1A017007)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. Elis Kartika, M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai
ekonomis cukup penting. Cabai merah banyak ditanam oleh petani di Indonesia
dari dataran rendah sampai dataran tinggi (0 – 1.200 m d.p.l). Luas pertanaman
komoditas tersebut berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 luas areal
pertanamannya, mencapai 161,603 ha, dan rata – rata produksi nasional 7,8 t/ ha
(Dit Bina Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1999). Menurut Siswanto (1995)
tanaman cabai merah dapat ditanam di berbagai tipe lahan, yaitu lahan sawah
(basah), tegalan (kering), dan pinggir laut (pantai).
Pemanfaatan komoditas cabai sebagian besar adalah untuk keperluan rumah
tangga, yaitu dikonsumsi dalam bentuk segar, kering, atau olahan. Kegunaan
lainnya adalah sebagai bahan baku industri untuk obat – obatan dan peternakan.
Kandungan vitamin C pada buah cabai cukup tinggi.
Dalam beberapa tahun terakhir luas areal pertanaman cabai merah menempati
urutan pertama di antara komoditas sayuran lainnya. Hal ini merupakan indikator
bahwa cabai merah dapat dikategorikan sebagai komoditas komersial dan potensial
untuk dikembangkan. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani
cabai merah adalah ketersediaan benih bermutu tinggi. Untuk mendapatkan benih
tersebut, selain diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu
diperhatikan juga cara budidaya tanaman yang optimal, pemeliharaan, panen, pasca
panen, dan penyimpanan benih yang baik.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara produksi benih cabai
2. Mengetahui cara prosesing benih cabai
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi, spesies, kultivar tanaman cabai


Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
menpunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena selain sebagai
penghasil gizi, juga sebagai bahan campuran makanan dan obat-obatan. Di
indonesia tanaman cabai mempunyai nilai ekonomi penting dan menduduki
tempat kedua setelah kacang-kacangan (Rompas, 2001). Klasifikasi tanaman
cabai menurut Tindall (1983) adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Sympetalae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Cabai besar (Capsicum annuum L.) memiliki banyak variasi menurut
spesies dan kultivarnya diantaranya Keriting TM999, Keriting TM888, Salero,
Taro, Kunthi, Hot Beauty, CTH-01, Long Chili, Hero, Rabu, Maraton, Arimbi-
513, Miles Flavor, TW-Keriting-PH94, F1-Elegance, F1-Jetset, F1- Spirit, F1-
Horison, F1-Restu, F1-Profit, Helix, F1-Princess, F1-Flash 750, F-1 Rimbun, F1-
Trophy, Tombak, Cemeti (Hapsari, 2011).

B. Sejarah dan Prasyarat Lahan


Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang
tidak dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari
pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut
telah memiliki ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal
penangkaran disarankan interval sebanyak dua musim tidak ditanami tanaman
sejenis atau tanaman lain yang mengancam kemurnian genetisnya, tetapi dalam
beberapa program sertifikasi satu musim tanam pun diterima. Melakukan
pengolahan tanah dan roguing secara intensif.
Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman
keluarga / famili terung - terungan. Areal pertanaman yang akan digunakan bukan
bekas tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Jika tanaman
sebelumnya adalah yang termasuk famili Solanaceae seperti kelompok cabai,
tomat, terung atau kentang, maka sebaiknya tanah harus diberakan sekurang –
kurangnya selama 3 bulan.
Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau tanaman lain.
Areal pertanaman yang akan dipergunakan untuk lahan penanaman cabai harus
bersih, bebas dari gulma atau sisa tanaman. Hal ini untuk menghindari adanya
kompetisi terutama untuk unsur air dan unsur hara serta untuk mencegah
kemungkinan timbulnya penyakit.

C. Isolasi
Beberapa bentuk isolasi untuk pertanaman benih cabai adalah isolasi jarak,
waktu tanam, tempat, dan perantara.
a. Isolasi jarak
Lahan pertanaman cabai untuk benih penjenis harus mempunyai jarak antar
varietas + 500 m (Howthorn dan Pollard 1954). Untuk kelas benih di bawah
benih penjenis, jarak penanaman antar varietas dapat lebih pendek yaitu + 200
meter.
b. Isolasi waktu tanam
Jika dua atau lebih varietas yang berbeda ditanam dalam petak yang
berdampingan, maka waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat
berbunga tidak bersamaan, minimal dengan selisih 75 hari. Dengan demikian
diharapkan tidak terjadi persilangan bebas di lapangan.
c. Isolasi tempat
Setiap varietas ditanam tersendiri di dalam ruangan – ruangan khusus.
d. Perantara
Tanaman seperti jagung, sorgum, rumput tinggi atau tebu juga efektif untuk
mengisolasi pertanaman cabai yang ditujukan untuk produksi benih (Poulos
1993).
D. Benih Sumber
Benih sumber untuk menumbuhkan tanaman penghasil benih harus
berdasarkan persetujuan. Empat kelas benih yaitu benih penjenis (BS), benih dasar
(FS), benih pokok (SS), dan benih sebar (ES) umumnya dikenal dalam sertifikasi
benih di Indonesia. Benih bersertifikat yang diproduksi harus berasal dari benih
bersertifikat dengan kelas-kelas yang lebih tinggi. Tetapi dalam produksi benih
berlabel merah jambu dapat menggunakan benih bersertifikat atau benih berlabel
sebagai sumber benih. Sumber benih yang digunakan harus memenuhi persyaratan
berikut : (1) diketahui asal-usulnya dan murni varietasnya, apakah benih
bersertifikat atau tidak, dan (2) harus bebas dari benih varietas lain, biji gulma dan
penyakit terbawa benih.
E. Pola Tanam
Produksi benih cabai dilakukan dengan pola tanam monokultur. Pola tanam
monokultur bertujuan agar produksi benih yang dihasilkan lebih maksimal dan
memudahkan dalam perawatan. Selain itu menghindari terjadinya penyerbukan
silang dan tercampurnya benih dari biji tanaman lainnya.
F. Penyemaian dan Pemindahan Tanam
Benih dari sumber yang benar disemai di persemaian yang telah
dipersiapkan. Tempat persemaian menggunakan atap plastik dan menghadap ke
Timur. Adapun lokasi persemaian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tempat harus bersih dan aman dari hama, penyakit dan gulma pengganggu.
 Harus tersedia/dekat dengan sumber air.
 Mudah dalam pengawasan.
Ada beberapa tehnik persemaian yang umum dilakukan oleh petani. Salah
satu contoh tehnik persemaian cabai adalah system Steril Pro/Pengecambahan :
1. Langkah pertama adalah siapkan benih cabe. Pilih benih unggul yang tahan
penyakit dengan daya kecambah minimal 90%, biasanya sudah tertera dalam
kemasan (sachet) dari pabrikan produsen benih. 1 bungkus/sachet berisi ± 1400
biji.
2. Rendam benih. Benih pabrikan dalam sachet biasanya sudah mengalami seed
treatment atau diberi fungisida. Apabila ingin bertanam organik maka fungisida
ini juga harus dibersihkan dahulu dan rendam dalam air hangat ± 50°C selama
2 jam, kemudian rendam dalam larutan POC GDM 10% selama 1 jam untuk
merangsang pertumbuhan dan mencegah penyakit tular benih.
3. Tiriskan benih 3 – 5 menit.
4. Pemeraman benih. Letakkan/sebar merata bibit yang telah ditiriskan pada kain
bersih yang telah dicelupkan dalam larutan POC GDM 10%. Lipat kain secara
perlahan dan simpan dalam wadah khusus (nampan/baskom) selama 3 – 4 hari.
5. Pindahkan ke polybag pembibitan. Pada hari ke 4 biasanya benih sudah mulai
berkecambah. Siapkan polybag kecil atau tray pembibitan yang berisi
campuran tanah : pupuk kandang (2:1). Buat lubang tanam pembibitan sedalam
0,5 cm. 1 pot 1 lubang tanam untuk 1 kecambah. Tanam kecambah cabe 1
lubang untuk 1 tanaman/kecambah, tutup lubang tadi dengan tanah halus atau
abu sekam.
6. Penyiraman di pembibitan. Lakukan penyiraman 2 kali sehari atau sesuai
kebutuhan.
7. Benih dipindahkan ke lapangan setelah berumur 7 – 8 minggu setelah semai
atau setelah bibit mempunyai 4 – 5 helai daun.

G. Pemupukan
Untuk penanaman cabai secara monokultur di lahan kering, pupuk dasar yang
terdiri atas pupuk kandang (20 – 30 ton/ ha) dan TSP (100 – 150 kg / ha) diberikan
seminggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri atas Urea (100 – 150 kg / ha), ZA
(300 – 400 kg/ha), dan KCl (150 – 200 kg / ha) diberikan pada umur 3,6 dan 9
minggu setelah tanam, masing – masing sepertiga dosis (Hilman dan Suwandi,1992
; Nurtika dan Hilman, 1991).

H. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tumbuhan pengganggu (gulma)
yang dijadikan inang bagi OPT. Pertanaman cabai harus bebas gulma babadotan/
wedusan (Ageratum conyzoides) karena merupakan inang penyakit virus kuning.
Penyiangan dilakukan sesuai dengan kebutuhan di lapangan (minimal setiap 4
minggu sekali).
I. Pengairan
Di lahan tegalan, ketersediaan air tergantung pada hujan. Oleh karena itu
waktu tanam perlu diperhatikan agar tanaman memperoleh cukup air selama masa
pertumbuhannya. Penerapan sistem irigasi tetes pada lahan kering tampaknya akan
lebih efisien, ditinjau dari segi penggunaan air maupun tanggap tanaman terhadap
pemberian air pengairan (Sumarni 1996).
Kelembaban tanah yang merata selama masa pertumbuhan sangat penting
untuk tanaman cabai merah. Kelembaban tanah harus dipertahankan 60 – 80%
kapasitas lapang (Kusandriani dkk. 1996). Masa kritis tanaman tanaman cabai
adalah pada saat pertumbuhan vegetatif yang cepat, pembentukan bunga, dan
pembentukan buah (Welles 1990).
J. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk menjaga kualitas tanaman dan untuk memperoleh hasil yang maksimal,
diusahakan tanaman bebas dari serangan hama dan penyakit. Namun, jika hama
dan penyakit terlanjur menyerang tanaman maka perlu pengendalian secara kuratif
menggunakan pestisida.
Jenis-jenis Hama Tanaman Cabai dan Cara Pengendaliannya
1. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Berwarna hijau, berukuran kecil dan sangat banyak, menyerang daun dan tunas
serta batang muda, menyebabkan daun berlubang dan merusak tunas muda. Pada
serangan hebat tanaman menjadi gundul dan hanya menyisakan tulang-tulang
daun sehingga pertumbuhan terhambat.
Pengendalian : Semprot dengan Curacron, Regent, Prevathon atau Matador.
2. Thrips
Ditandai dengan gejala daun keriting dan menggulung kearah atas, hama
ini sangat kecil merusak tanaman dengan cara menghisap cairan pada daun.
Serangan awal terjadi pada pucuk daun/daun muda. Serangan parah biasanya
terjadi pada musim kemarau. Hama ini merupakan vektor pembawa virus yang
mudah menyebar dengan cepat.
Pengendalian :
Penyemprotan rutin dengan insektisida Agrimec, Demolish, Pegasus, Bamex,
Omite, Mitac atau Samite
3. Tungau (Polyphagotarsonemus latus, Tetranycus sp.)
Tungau yang menyerang tanaman cabe biasanya adalah tungau
kuning (polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (tetranycus sp.). Hama
ini menyebabkan daun keriting dan menggulung kearah bawah,
bagian bawah daun yang terserang berwarna kecoklatan. Pada serangan hebat
menyebabkan daun rontok.
Pengendalian :
Penyemprotan rutin dengan racun tungau (Akarisida) misalnya Agrimec,
Demolish, Pegasus, Bamex, Omite, Mitac atau Samite
4. Kutu Daun (Myzuspersicae)
Menyebabkan daun kriting dan pertumbuhan terhambat, kutu daun
menyerang batang muda, daun dan tunas muda. Kutu daun menyerang dengan
cara menghisap cairan pada daun yang menyebabkan daun menjadi
kering dan permukaan daun keriting. Deteksi awal dengan cara memperhatikan
setiap tanaman secara rutin. Jika terdapat banyak semut pada tanaman sudah
dapat dipastikan kutu daun ada disana. Kenapa demikian? kutu daun
mengeluarkan semacam zat gula sehingga membuat para semut tertarik.
Kutu daun adalah vektor pembawa dan penyebar virus kuning atau keriting
bule.
Pengendalian :
Pengendalian dengan disemprot insektisida berbahan aktif abamektin,fipronil
atau diafenthiuron
5. Lalat Buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah menyerang buah cabe dengan cara menyuntikkan telor mereka, telor
menetas dan menjadi larva. Larva-larva inilah yang menggerogoti buah cabe
dari dalam dan menyebabkan kerontokan buah dan busuk buah (busuk basah)
gejala tangkai buah menguning atau bagian ujung buah menguning, jika delah
dibagian dalam buah terdapat larva lalat.
Pengendalian : Pengendalian dengan membuat perangkap lalat buah atau
disemprot insektisida Curacron, Regent, Santoat, atau Matador
6. Puru Akar
Gejala tanaman layu dan roboh. Puru akar menyerang akar dan batang
bagian bawah
Pengendalian dengan cara menaburkan Nematisida (Curater, Furadan,
Pentakur atau Petrofur)
7. Ulat Tanah (Helicoverpa sp. dan Spodoptera exigua)
Ulat berwarna coklat atau hijau, berukuran besar (sebesar pensil).
Menyerang seluruh bagian tanaman, buah, batang dan daun. Namun lebih
menyukai buah cabe. Ulat ini aktif pada malam hari dan pada siang hari
bersembunyi didalam tanah atau dibawah mulsa. Pada serangan hebat, ulat
jenis ini dapat merusak berhektar-hektar tanaman cabe hanya dalam waktu 1
malam.
Pengendalian :
Jaga kebersihan sekitar area lahan, semprot dengan Curacron, santoat,
Matador atau Prevaton. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari.

Jenis-Jenis Penyakit Tanaman Cabai Dan Cara Pengendaliannya


1. Bercak Daun
Terdapat bercak – bercak hitam dan bulat pada daun, daun menguning
dan rontok. Penyebab penyakit ini adalah jamur (Cercospora
capsici). Serangan penyakit ini terjadi pada kondisi kelembaban tinggi, yaitu
pada musim penghujan. Penyebaran spora dibawa oleh angin, air hujan dan
manusia. Pencegahan dengan cara menanam dengan jarak tidak terlalu rapat,
supaya kondisi lingkungan tidak terlalu lembab. dan menggunakan mulsa
plastik pada musim penghujan.
Pengendalian dengan penyemprotan fungisida Antracol, Starmil atau Score
2. Antraknosa / Patek
Gejala kecambah layu saat disemai dan mati, mati pucuk (pucuk batang
mengering), busuk kering pada batang dan daun, busuk pada buah (terdapat
bulatan hitam pada buah seperti terbakar). Penyebanya adalah
jamur Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloeosporioides
Penyakit busuk buah, busuk kering pada tanaman cabe
Pengendalian : Pengendalian dengan penyemprotan fungisida.
3. Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh jamur/cendawan Fusarium sp.,
Verticilium sp. dan Pellicularia.Gejala tanaman kelihatan segar pada pagi dan
sore hari, dan layu pada siang hari dan kembali segar pada sore hari hingga
akhirnya mati.
4. Busuk Batang & Busuk Kuncup
Penyakit busuk batang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici,
menyerang pada musim hujan dengan kelembaban tinggi. Penyebarannya
sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh jamur Choanosearum sp, gejalanya kuncup
berwarna hitam dan lama-kelamaan tanaman mati.
Penyakit ini dapat diminimalisir dengan cara :
 Mengurangi pemakaian pupuk nitrogen ( Urea atau ZA )
 Menanam dengan jarak tidak terlalu rapat, tujuannya supaya sirkulasi
udara lancar.
 Menggunakan mulsa plastik pada musim hujan
 Membuang atau membakar tanaman yang terserang
Pengendalian dengan cara penyemprotan fungisida Antracol, starmil atau
score

5. Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum.
Bakteri ini menyerang pada jaringan batang. Bisa dicegah dengan pemberian
bakterisida seperti agrimicyn, agrept atau bactomicyn.
6. Busuk Buah
Ada dua macam busuk buah pada tanaman cabe. Yaitu busuk yang
disebabkan oleh lalat buah (busuk basah) dan busuk yang disebabkan oleh
cendawan (busuk kering).
Pengendalian :
 Busuk Basah : Gejala pada buah cabe muda tangkai atau bagian
pucuk/ujung buah menguning, terdapat larva didalam buah. Gejala pada
buah cabe yang sudah merah, buah membusuk, berair dan mudah rontok.
 Busuk Kering/Patek/Api-api : Disebabkan oleh
cendawan/jamur Colletotrichum
capsicidan Colletotrichum gloeosporioides. Gejala pada buah cabe terdapat
bulatan-bulatan hitam atau ujung buah mengering dan terdapat cendawan
seperti bulu-bulu halus berwarna hitam.
Pengendalian dengan cara membuang jauh buah cabe yang terserang dan
penyemprotan dengan fungisida antracol, cozeb, Bion-M atau dithane.
7. Virus Kuning/Keriting Bule
Gejala daun dan batang menguning dan biasanya keriting. Sampai saat
ini belum ditemukan racun untuk membasmi penyakit ini. Penyebabnya adalah
virus gemini dan ditularkan oleh kutu kebul dan kutu daun. Penanggulanganya
dengan cara memilih bibit unggul yang tahan terhadap virus gemini dan
membasmi vektornya/penularnya yakni kutu kebul dan kutu daun.
8. Mosaik
Penyakit ini disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus (CMV).
Gejalanya terdapat warna daun belang kekuningan, pertumbuhan kerdil dan
tulang daun menguning. Penyebaran penyakit ini dibantu oleh serangga.
Pencegahan dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang terinfeksi dan
penyemprotan insektisida secara rutin.
K. Roguing
Kegiatan roguing ini biasanya dilakukan pada saat tanaman masih berumur
muda dan dilakukan pada pagi hari. Roguing ini dilakukan agar benih yang
didapatkan dapat berkualitas dan mempertahankan kemurnian benih serta apabila
ditanam nanti tumbuhnya dapat seragam. Apabila tanaman sudah dilakukan
Roguing maka harus dilakukan monitoring secara berkala, karena kegiatan
Roguing tidak hanya dilakukan pada satu kali, tetapi dilakukan monitoring sampai
tanaman tersebut mancapai atau mendekati tanaman fase generatif
L. Panen
Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat dipanen 60 – 80 hari
setelah tanam dengan interval 3 – 7 hari. Di dataran tinggi biasanya waktu panen
lebih lambat yaitu sekitar 4 bulan setelah tanam. Untuk memperoleh mutu benih
yang baik, sebaiknya pemanenan dilakukan ketika buah sudah berwarna merah
penuh.
M. Penanganan Benih Siap Salur
Buah cabai dari setiap varietas cabai mempunyai perbedaan dalam jumlah
dan bobot per satuan berat, yang berpengaruh terhadap rendemen biji. Perlakuan
buah melalui penyimpanan buah beberapa hari setelah panen akan lebih
memudahkan dalam prosesing benih secara manual.
Dalam prosesing benih cabai, perontokan benih dapat dilakukan secara
manual untuk buah yang jumlahnya sedikit. Untuk buah yang jumlahnya banyak
dapat digunakan alat bantu seperti penggiling daging yang telah dimodifikasi, yaitu
ujung pisau ditumpulkan untuk mengekstrak benih cabai. Untuk itu benih perlu
dibersihkan dengan menggunakan air yang mengalir. Dapat pula dilakukan
perendaman buah, yaitu buah cabai yang sudah dibelah direndam dalam
tong/ember yang berisi air bersih, selama 1 malam. Setelah itu buah dicuci dengan
air yang bersih.
Tiap cara mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dari prosesing benih cabai
dengan cara manual akan diperoleh benih dengan kualitas yang lebih baik, warna
benih kuning jerami, kerusakan benih hampir tidak ada dan persentase daya
kecambah lebih tinggi. Kelemahannya adalah waktu prosesing lebih lama
dibandingkan dengan prosesing benih dengan menggunakan bantuan alat.
Alat – alat yang akan digunakan dalam prosesing benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran benih dari varietas - varietas lain. Setelah prosesing, benih
dapat dikeringkan dengan cara diangin – anginkan tetapi tidak di bawah sinar
matahari langsung, atau dengan cara dikeringkan di ruang pengering dengan suhu
34 0C selama kurang lebih 5 – 6 hari.
Setelah pengeringan dilakukan sortasi benih, yaitu pemilihan benih yang
berukuran normal dan bernas. Benih yang hampa, rusak, dan yang berwarna hitam
atau coklat dibuang. Untuk menghindari adanya penyakit atau hama yang terbawa
dari lapangan atau selama dalam penyimpanan, benih dapat diberi perlakukan
pestisida yang berbahan aktif Metalaxyl dengan konsentrasi 0,2%
Untuk penyimpanan jangka panjang, sebaiknya benih dikeringkan sampai
kadar airnya mencapai 7 – 8 % (Tao 1985). Benih disimpan dalam kantung
almunium foil atau dalam wadah yang terbuat dari kaca atau metal. Tempat
penyimpanan benih harus tertutup sangat rapat agar udara tidak dapat masuk ke
dalam wadah tersebut.
Jika kadar air benih awal sudah baik dan konstan, yaitu lebih kurang 7%,
maka untuk penyimpanan jangka menengah (medium) benih ditempatkan di “Cold
Storage” dengan kelembaban 15 – 50% (Engle 1996). Dua faktor yang menentukan
kualitas dan daya tahan benih di tempat penyimpanan benih (gudang benih) adalah
kadar air benih dan suhu gudang penyimpanan “suhu rendah”. Untuk penyimpanan
benih jangka menengah (18 – 24 bulan), suhu yang diperlukan adalah 16 – 20 0C,
dan kelembaban 50% ( Sutopo 1993).
N. Tahapan Pertumbuhan Tanaman
O. Hasil dan Faktor Perbanyakan Benih
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cabe merah merupakan salah satu jenis sayuran yang memilki nilai
ekonomi yang tinggi. Cabe mengandung berbagai macam senyawa yang
berguna bagi kesehatan. Cabe (Capsicum annum L) merupakan salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia
karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat
kesehatan.
Budaidaya cabe merah bukanlah yang mudah dilakukan jika kita
menginginkan hasil yang lebih maksimal. Dalam budidaya cabe merah
banyak hal yang harus diperhatikan supaya hasil panen yang kita peroleh
lebih baik, mulai dari pemilihan lahan sampai cara panen.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, kiranya dapat menambah pengetahuan kita
dalam pembudidayaan cabe, bukan hanya asal tanam, akan tetapi
bagaimana agar kita bisa memperoleh hasil panen yang lebih maksimal.
Selanjutnya dengan pengetahuan yang kita miliki, hendaknya kita bisa
berbagi pengetahuan kepada masyarakat kita terutama mereka yang
membudidayakan cabe, dengan harapan mereka bisa memperoleh hasil yang
maksimal.
Daftar Pustaka

Hilman, Y. dan Suwandi. 1992. Pengaruh pupuk nitrogen dan triple super phosphate
pada tanaman cabai. Bull Penel. Hort 23 (1) ; 107 – 116.

Kusandriani, Y. dan A. Sumarna. 1993. Respons varietas cabai


pada beberapa tingkat kelembaban tanah. Bull Penel. Hort 25 (1) : 1 – 8.

Nurtika, N. dan Y. Hilman. 1991. Pengaruh nitrogen dan pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan hasil cabai yang ditumpangsarikan dengan bawang
merah. Bull Penel Hort Ek. 20 (1) ; 135 – 139.

Sumarni, N. 1996. Budidaya tanaman cabai merah. hal. 36-47. Dalam Teknologi
produksi cabai merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Puslitbanghort, Badan Litbang Pertanian.

Sutopo, L. 1993. Teknologi benih Fakultas Pertanian UNIBRAW, Rajawali Pers,


Jakarta.

Tao, K.L. 1985. Standard for gene banks. FAO / IBPGR plant genetic resources news
letters 62 : 36 – 41.

Anda mungkin juga menyukai