Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Proyek

Proyek pembangunan Gedung Olahraga SMP. Theresia berlokasi di Jalan


Solihin GP/ Sungai Selan Km 4, Kelurahan Gadjah Mada, Kecamatan Rangkui,
Kota Pangkalpinang. Keseluruhan proyek ini terdiri dari 1 (satu ) buah gedung
olahraga dengan ukuran Panjang 82 meter dan Lebar 23 meter. Pekerjaan ini
dibiayai oleh Yayasan Tunas Karya dengan nilai pekerjaan Rp. 3.213.400.000,00
yang dilaksanakan oleh PT. Lembawai Indah Makmur.
Pembangunan Gedung Olahraga terdiri dari 1 (satu) lantai bangunan dengan
pembangian ruang sebagai berikut :
1. Lapangan olahraga dengan ukuran Panjang 78,5 meter x Lebar 23 meter.
2. Ruang persiapan dan main stage dengan ukuran Panjang 23 meter x Lebar
6 meter.
3. Ruang Ganti dan Kamar mandi dengan ukuran Panjang 23 meter x Lebar
3,5 meter.

Struktur bangunan Gedung Olahraga dibangun dengan menggunakan beton K-


225 untuk pekerjaan pondasi tapak (foot plate), sloof dan konstruksi baja IWF
digunakan untuk kolom struktur, sedangkan untuk pekerjaan partisi menggunakan
bata merah, pekerjaan penutup lantai menggunakan beton tumbuk K-125 dengan
floor hardening, penutup atap dengan spandeck , pekerjaan pintu utama
menggunakan Rolling Gate, pekerjaan jendela menggunakan kaca Glass Block ,
dan untuk pekerjaan kusennya menggunakan alumunium beserta aksesorisnya.

1.2 Latar Belakang Proyek

Sekolah Menengah Pertama atau yang sering disingkat dengan SMP adalah
sebuah tempat dimana peserta didik dapat menerima pendidikan secara umum dan
secara khusus dengan kurikulum yang diterapkan agar tujuan daripada pendidikan

1
itu dapat tecapai. Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa
supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya
memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat,
kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.

Untuk mencapai tujuan mulia dari pendidikan, perlu adanya fasilitas


pembelajaran yang mendukung kegiatan tersebut. Karena tanpa adanya fasilitas
yang memadai sulit untk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, untuk
mencapai tujuan tersebut Yayasan Tunas Karya sebagai yayasan yang mewadahi
Sekolah Menengah Pertama Theresia membangun Gedung Olahraga sebagai
prasarana peserta didik untuk memaksimalkan pendidikan yang diberikan agar
efektif, efisien dan tepat sasaran. Selain daripada itu Gedung Olahraga tersebut
dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk kegiatan olahraga atau kegiatan
indoor lainnya.

1.3 Lokasi Proyek

Lokasi proyek pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia terletak di jalan


Solihin GP/ Sungai Selan Km 4, Kelurahan Gadjah Mada, Kecamatan Rangkui,
Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber : Google , 2015


Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia

2
Sumber : Google Earth, 2015
Gambar 1.2 Peta Situasi Proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia

Adapun batas-batas proyek pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


adalah sebagai berikut :

Utara : SMA Santo Yosef Pangkalpinang

Selatan : Jalan Pahlawan 12

Barat : Jalan Pahlawan 12

Timur : SMA Santo Yosef Pangkalpinang

1.4 Tujuan Proyek

Tujuan proyek pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia adalah untuk


menambahkan sarana olahraga peserta didik SMP Theresia guna meningkatkan
mutu pendidikan dan tercapiannya tujuan pendidikan.

1.5 Data Teknis Proyek

1.5.1 Data Proyek

1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia

2. Kontraktor : PT. Lembawai Indah Makmur

3. Alamat Kantor : Jl. Belanak No.5 Kel. Air Salemba Pangkalpinang

3
4. Pimpinan Proyek : Fadli, ST

5. Sumber Dana : Anggaran Pembangunan Yayasan Tunas Karya

1.5.2 Data Teknis

1. Lokasi Proyek : Jl. Solihin GP/ Sungai Selan Km 4, Kelurahan


Gadjah Mada, Kecamatan Rangkui, Kota
Pangkalpinang.

2. Luas Bangunan : 1886 m2

3. Lingkup Proyek :

a. Jumlah lantai : Satu Lantai

b. Kontruksi Pondasi : Pondasi Beton Bertulang dengan mutu


K-225

c. Kontruksi Bangunan : Kolom dan Balok Baja IWF

d. Kontruksi Dinding : Batu bata merah

e. Penutup Atap : Spandeck

f. Penutup Lantai : Beton Bertulang dengan mutu K-125

4. Lingkup Pekerjaan :

a. Pekerjaan Persiapan

b. Pekerjaan Tanah dan Pondasi

c. Pekerjaan Beton

d. Pekerjaan Baja

e. Pekerjaan Baja

f. Pekejaan Dinding

g. Pekerjaan Lantai dan keramik

h. Pekerjan atap dan plafond

4
i. Pekerjaan pintu dan jendela

j. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

k. Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir

l. Pekerjaaan Sanitasi

m. Pekerjaan Cat

1.5.3. Data Kontrak

1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia

2. Pelaksana :

a. Nama Kontraktor : PT. Lembawai Indah Makmur

b. Alamat kantor : Jl. Solihin GP/ Sungai Selan Km 4,


Kelurahan Gadjah Mada, Kecamatan
Rangkui, Kota Pangkalpinang.

c. Nomor Kontrak : No. 08/PPG-TH/I/2015

d. Tanggal Kontrak : 5 Desember 2014

e. Nilai Kontrak : Rp. 3.213.400.000,00

f. Waktu Pelaksanaan : 450 Hari Kalender

1.6 Pemilik dan Sumber Dana

Pemilik Proyek ini dalah Yayasan Tunas Karya dibiayai dengan sumber dana
anggaran Yayasan Tunas Karya dan Batuan dari Donatur yayasan.

1.7 Kontrak Kerja Konstruksi

Berdasarkan Surat Kontrak No. 08/PPG-TH/I/2015 ditetapkan bahwa PT.


Lembawai Indah Makmur selaku pihak penyedia jasa untuk melaksanakan Jasa
Pelaksanaan Kontruksi (Pemborong) pekerjaan pembangunan Gedung Olahraga
(GOR) SMP Theresia Pangjalpinang. Jenis kontrak yang disepakati oleh pihak

5
penyedia jasa dan pemberi jasa yaitu Kontrak Kerja Konstruksi Unit Price,
Kontrak di mana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya
merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan
yang benar-benar dilaksanakan.

6
BAB II

PERENCANAAN PROYEK

2.1 Tinjauan Umum

Tahap Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar


tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumberdaya untuk
mencapainya.Perencaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai
alokasi sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan ( Imam Soeharto,1997).

Perencanaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang


didasari oleh kebutuhan mendasar akan fasilitas penunjang pendidikan agar
pendidikan yang memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik secara
aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam
bermasyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia
dapat tercapai.

Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang merupakan bangunan milik


yayasan Tunas Karya yang dengan demikian bangunan gedung merupakan sebuah
bangunan yang dimiliki sebuah lembaga yang legal sehingga pekerjaan
pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia memiliki kegiatan berupa
perencanaan, pembangunan, dan pengawasan agar kegiatan pembangunan Gedung
Olahraga dapat terealisasikan dengan baik.

Pemberi jasa perencaanan untuk bangunan gedung hendaknya diarahkan secra


baik dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis
bangunan yang memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku
profesional.

7
2.2 Kegiatan Perencanaan

Kegiatan perencanaan Gedung Olahraga SMP Theresia Pngkalpinang


dilaksanakan oleh konsultan perencana dan dibiayai oleh yayasan Tunas Karya .
Lingkup tugas yang dilaksanakan oleh konsultan perencana Pembangunan
Gedung Olahraga SMP Theresia berpedoman dengan ketentuan yang terdiri dari :

A. Persiapan perencanaan seperti mengumpulkan data dan informasi


lapangan (termasuk penyelidikan tanah), membuat interpretasi secara garis
besar terhadap KAK, dan konsultasi dengan pemerintah daerah setempat
mengenai peraturan daerah/perijinan bangunan.
B. Penyusunan prarencana seperti rencana tapak, prarencana bangunan
termasuk program dan konsep ruang, perkiraan biaya dan mengurus
perijinan sampai mendapatkan keterangan rencana kota keterangan
persyaratan bangunan dan lingkungan dan IMB pendahuluan dari
pemerintah daerah setempat.

C. Penyusunan Pengembangan rencana, antara lain membuat:


1. Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi yang
rnudah dimengerti oleh Pembuat Tugas.
2. Rencana struktur beserta uraian konsep dan perhitungannya.
3. Rencana utilitas, beserta uraian konsep perhitungannya.
4. Perkiraan biaya

D. Penyusunan rencana detail antara lain membuat:


1. Gambar-gambar detail arsitektur, detail struktur, detail utilitas
(mekanikal dan elektrikal), detail landscape yang sesuaidengan
gambar rencana yang telah disetujui.
2. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
3. Rincian volume pelaksanaan pekerjaan rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi.

8
E. Mengadakan persiapan seleksi umum seperti membantu
Pemimpin Pelaksana/Bagian Kegiatan dalam menyusun dokumen
seleksi umum dan membantu panitia seleksi urnum menyusun program
dan pelaksanaan seleksi umum.
F. Membantu Panitia seleksi umum pada waktu penjelasan pekerjaan
termasuk menyusun Berita Acara penjelasan pekerjaan, evaluasi
penawaran menyusun kembali dokumen seleksi umum dan melaksanakan
tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
G. Mengadakan pengawasan berkala selama peiaksanaan konstruksi
fisik dan melaksanakan kegiatan seperti :
1. Melakukan penyesuaian gambar dan spesifikasi teknis
pelaksanaan bila ada perubahan.
2. Memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang timbul
selama masa pelaksanaan konstruksi.
3. Memberikan saran-saran pertimbangan dan rekomendssi tentang
penggunaan bahan
4. Membuat laporan akhir pengawasan berkala.
H. Menyusun buku petunjuk penggunaan peralatan bangunan dan
perawatannya termasuk petunjuk yang rnenyangkut peralatan dan
perlengkapan mekanikal elektrikal bangunan.

Konsultan perencanaan yang ditunjuk oleh Yayasan Tunas bertanggung jawab


secara profesional atas jasa perencanaan yang dilakukan sesuai ketentuan dan
kode tata laku profesi yang berlaku.

Hasil karya perencanaan yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan standar


hasil karya perencanaan yang berlaku dan mengakomodasi batasan-batasan yang
telah diberikan oleh Yayasan, seperti dari segi pembiayaan, waktu penyelesaian
pekerjaan dan mutu bangunan yang akan diwujudkan. Hasil karya perencanaan
yang dihasilkan juga harus telah memenuhi peraturan standar dan pedoman teknis
bangunan gedung yang berlaku untuk bangunan gedung pada umumnya.

9
Perencanaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia terdiri beberapa
tahap yang meliputi :

A. Tahap Konsep Rencana Teknis


1. Konsep penyiapan rencana teknis termasuk Konsep organisasi, jumlah
dan kualifikasi tim perencana, metoda pelaksanaan dan tanggung jawab
waktu perencanaan.
2. Konsep skematik rencana teknis, termasuk program ruang, organisasi
hubungan ruang dll.
3. Laporan data dan informasi lapangan, termasuk penyelidikan tanah
sederhana, keterangan rencana kota, dll.

B. Tahap Pra-rencana Teknis

1. Gambar-gambar rencana tapak

2. Gambar-gambar pra-rencana bangunan

3. Perkiraan biaya pembangunan

4. Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

5. Hasil Konsultasi rencana dengan Pemda setempat /Dinas

6. Gambar persfektif

C. Tahap Pengembangan Rencana

1. Gambar pengembangan rencana arsitektur struktur utilitas.

2. Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan

3. Draft rencana anggaran biaya.

4. Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)

10
D. Tahap Rencana Detail

1. Gambar rencana teknis bangunan lengkap.

2. Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS)

3. Rencana Kegiatan dan volume pekerjaan (BQ)

4. Rencana anggaran biaya (RAB)

5. Laporan perencanaan arsitektur, struktur, utilitas, lengkap dengan


perhitungan-perhitungan yang diperlukan.

E. Tahap Seleksi umum


1. Dokumen tambahan hasil penjelasan pekerjaan
2. Laporan bantuan teknis dan adrninistratif pada waktu seleksi umum.

F. Tahap Pengawasan Berkala


1. Laporan Pengawasan berkala Dokumen petunjuk penggunaan,
perneliharaan dan perawatan peralatan /perlengkapan/bangunan
(bila ada).

2.3 Kriteria
A. Kriteria Umum

Kegiatan perencanaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana


dilaksanakan dengan memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan
berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan yaitu :

1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas

a. Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata


ruang dan tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang
bersangkutan.

b. Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.

11
c. Menjamin keselamatan pengguna masyarakat, dan lingkungan.

2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan

a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan


berdasarkan karakteristik Iingkungan, ketentuan wujud bangunan
dan budaya daerah, sehingga seimbang serasi dan selaras dengan
lingkungannya (fisik, sosial dan budaya).

b. Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat


memberikan keseimbangan dan keserasian bangunan terhadap
lingkungannya.

c. Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan


tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

3. Persyaratan Struktur Bangunan :

a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung


beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.

b. Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan


atau luka yang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.

c. Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan


benda yang disebabkan oleh perilaku struktur.

d. Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan


fisik yang disebabkan oleh kegagalan struktur.

4. Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran

a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung


beban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.

b. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun


sedemikian rupa sehingga mampu secara struktural stabil selama
kebakaran sehingga:

12
 Cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara
aman.

 Cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki


lokasi untuk memadamkan api.

 Dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.

5. Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar

a. Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai


akses yang layak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan
fasilitas serta layanan di dalamnya.

b. Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari


kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat.

c. Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat,


khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.

6. Persyaratan Transportasi dalam Gedung

a. Menjamin tersedianya sarana transportasi yang layak, aman,


dan nyaman di dalam bangunan gedung.

b. Menjamin tersedianya aksebilitas bagi penyandang cacat,


khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.

7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem


Peringatan Bahaya

a. Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam


bangunan gedung apabila terjadi keadaan darurat.

b. Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan


aman, apabila terjadi keadaan darurat.

13
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi

a. Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman


dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam gedung
sesuai dengan fungsinya.

b. Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan


penghuninya dari bahaya akibat petir.

c. Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam


menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.

9. Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan

a. Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam


menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai denganfungsinya.

b. Menjamin terwujudnya kebersihan kesehatan dan memberikan


kenyamanan bagi penghuni bangunan dan lingkungan.

c. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan


sanitasi secara baik.

10. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik


alami maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya
kegiatan dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.

b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan


tata udara secara baik.

11. Persyaratan Pencahayaan :

a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup


baik alami maupun buatan dalam menunjang

14
terselenggaranya kegiatan dalam bangunan sesuai dengan
fungsinya.
b. Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan
pencahayaan secara baik.
12. Persyaratan Kebisingan dan Getaran :

a. menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan


suara dengan getaran yang tidak diinginkan.

b. Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan


yang menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu
melakukan upaya pengendalian pencernaran dan atau mencegah
perusakan lingkungan.

B. Kriteria Khusus

Kriteria khusus yang dimaksud untuk memberikan syarat-syarat yang khusus,


spesifik berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari
segi fungsi khusus bangunan, segi teknis lainnya, misalnya :

1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada


disekitar, seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan
lingkungan.

2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya


setempat, geografi klirnatologi, dan lain-lain.

2.4 Perancangan Struktur

Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang


stabil, cukup kuat, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya seperti ekonomi dan
kemudahan pelaksanaannya. Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah
hancur, retak, terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu menopang beban bila
kemungkinan terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan kemampuan masa

15
hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu
struktur disebut awet apabila struktur tersebut mampu menerima keausan dan
kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bagunan yang direncanakan tanpa
pemeliharaan yang berlebihan.

Seluruh struktur bangunan direncanakan harus dilaksanakan sedemikian rupa


sesuai dengan spesifikasi teknis dan standar mutu berdasarkan dengan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan dalam perencanaan, seperti yang tercantum dalam
gambar dan spesifikasinya.

Standar tersebut meliputi persyaratan-persyaratan umum serta ketentuan


teknis perencanaan dan pelaksanaan struktur untuk bangunan gedung atau struktur
bangunan lainnya yang mempunyai kesamaan karakter dengan struktur gedung
tersebut. Tata cara ini mencakup :

1. Ketentuan-ketentuan minimum untuk merencanakan, mendirikan


bangunan, dan modifikasi atau renovasi pekerjaan struktur
bangunan, sesuai dengan metode perencanaan yang digunakan.
2. Analisis struktur dengan menggunakan metode tertentu.
3. Dimensi/ukuran yang akan digunakan.
4. Kekakuan dan material bangunan yang digunakan.
Standar tata cara perhitungan struktur beton nomor: SK SNI T-15-1991-03
memberikan ketentuan-ketentuan baru, antara lain yang terpenting untuk
diperhatikan adalah:

1. Perhitungan perencanaan lebih diutamakan serta diarahkan untuk


menggunakan metode kekuatan (ultimit), sedangkan metode elastis
(cara) masih tercantum sebagai alternatif dan diberikan di bagian
belakang.
2. Konsep hitungan keamanan dan beban yang lebih realistik di
hubungkan dengan tingkat daktilitas struktur.
3. Tata cara hitungan geser dan puntir pada keadaan ultimit (batas).

16
4. Menggunakan satuan SI dan notasi disesuaikan dengan yang dipakai
dikalangan internasional.
5. Ketentuan detail penulangan yang lebih rinci untuk beberapa
komponen struktur.
6. Mengetengahkan beberapa ketentuan yang belum tersedia pada
peraturan sebelumnya.

Perancangan struktur Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


Pangkalpinang meliputi :

2.4.1 Pondasi
Menurut Asroni (2010), secara garis besar, struktur bangunan dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu struktur bangunan di dalam tanah dan struktur
bangunan di atas tanah. Struktur bangunan di dalam tanah sering disebut struktur
bawah, sedangkan struktur bangunan di atas tanah sering disebut struktur atas.
Struktur bawah dari suatu bangunan lazim disebut pondasi, yang bertugas
memikul beban bangunan di atasnya. Seluruh muatan (beban) dari bangunan,
termasuk beban-beban yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi sendiri,
harus didistribusikan oleh pondasi ke tanah dasar dengan sebaik-baiknya.

Karena pondasi harus memikul bangunan beserta beban-beban yang


bekerja pada bangunan, maka dalam perencanaan pondasi harus diperhitungkan
dengan cermat terhadap dua macam beban, yaitu beban gravitasi dan beban
lateral. Beban gravitasi merupakan beban vertikal dengan arah dari atas ke bawah,
dan berasal dari dalam struktur bangunan, baik berupa beban mati (berat sendiri
bangunan) maupun beban hidup (orang dan peralatan di dalam bangunan).
Sedangkan beban lateral merupakan beban horizontal dengan arah dari kiri ke
kanan atau dari kanan ke kiri dan berasal dari luar struktur bangunan, baik berupa
beban yang diakibatkan oleh angin maupun beban yang diakibatkan oleh gempa.

Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung


bangunan yang terbawah dan telapak pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir

17
yang meneruskan beban ke tanah. Pondasi yang digunakan pada Pembangunan
Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang adalah jenis pondasi tapak (foot
plate) berbentuk telapak bujur sangkar dan pondasi menerus

Dimensi pondasi yang di rencanakan pada Pembangunan SMP Theresia


Pangkalpinang adalah sebagai berikut :

1. Pondasi Tapak 1 (foot plate 1 )


Pondasi Tapak 1 (foot plate 1) direncanakan menggunakan beton
bertulang mutu beton K-225,dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 150 cm dan
tebal 30 cm, pondasi tersebut diletakkan pada kedalaman 15 cm dari permukaan
tanah, pembesian direncanakan dengan menggunakan Besi Beton Ulir 13 mm
dengan jarak antar sengkang 150 cm. Tipikal pondasi tapak 1 di tunjukan pada
Gambar 2.1.

Sumber : Kontraktor, 2015

Gambar 2.1 Pondasi Tapak 1 (foot plate 1)

18
2. Pondasi Tapak 2 (foot plate 2 )
Pondasi Tapak 2 (foot plate 2) direncanakan menggunakan beton bertulang
mutu beton K-225,dengan ukuran panjang 100 cm, lebar 100 cm dan tebal 30 cm,
pondasi tersebut diletakkan pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah,
pembesian direncanakan dengan menggunakan Besi Beton Ulir 13 mm dengan
jarak antar sengkang 15 cm. Tipikal pondasi tapak 1 di tunjukan pada Gambar
2.12

Sumber : Kontraktor, 2015


Gambar 2.2 Pondasi Tapak 2 (foot plate 2)

2.4.2 Sloof
Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara horizontal di atas
pondasi. Gunanya ialah untuk meratakan beban yang diterima kolom menuju

19
pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom, akan tersebar merata
pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai pengikat antara dinding
pondasi dengan kolom.
Pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang, terdapat 2
sloof yang direncanakan yaitu :
1. Sloof 1
Sloof 1 direncanakan dengan ukuran lebar 20 cm tinggi 40 cm,
menggunakan beton bertulang mutu K-225, pembesian tulangan
dengan besi beton ulir diameter 16 mm 5 buah dan pembesian
sengkang dengan besi beton polos diameter 10 mm dengan jarak antar
sengkang 100 mm. Tipikal sloof 1 di sajikan pada Gambar 2.3.

Sumber : Kontraktor, 2015

Gambar 2.3 Sloof 1

2. Sloof 2
Sloof 2 di rencanakan dengan ukuran lebar 20 cm tinggi 30 cm
menggunakan beton bertulang mutu K-225, pembesian tulangan
dengan besi beton ulir diameter 16 mm 5 buah dan sengkang besi
beton polos diameter 8 mm dengan jarang antar sengkang 10 cm.

20
Sumber : Kontraktor, 2015

Gambar 2.4 Sloof 2

2.4.3 Kolom
Menurut Asroni (2010) kolom pada konstruksi bangunan berfungsi
sebagai pendukung beban-beban dari balok dan pelat, untuk diteruskan ke tanah
dasar melalui pondasi. Beban dari balok dan pelat ini berupa beban aksial tekan
serta momen lentur (akibat kontinuitas konstruksi). Kolom dapat didefinisikan
sebagai suatu struktur yang mendukung beban aksial dengan/tanpa momen lentur.

Pada struktur bangunan atas, kolom merupakan komponen struktur yang


paling penting untuk diperhatikan, karena apabila kolom ini mengalami
kegagalan, maka dapat mengakibatkan keruntuhan struktur bangunan atas dari
gedung secara keseluruhan. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Kolom itu termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.Kolom memiliki fungsi sangat penting, agar bangunan
tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap, rangka atap akan
meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. selanjutnya seluruh beban yang
diterima oleh kolom akan didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya.

21
Pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia, kolom yang di
rencanakan adalah struktur kolom baja profil IWF yaitu :

1. Kolom Struktur 1 (KS1)


Kolom Struktur pada pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang direncanakan dengan Baja Profil 350.175.7.11 dengan
lapisan cat sebagai bentuk perawatan.

Sumber : Kontraktor, 2015


Gambar 2.5 Kolom Struktur 1
2. Kolom Struktur 2
Kolom Struktur 2 direncanakan menggunakan beton bertulang dengan
mutu K-225, dimensi yang direncanakan panjang 30 cm dan lebar 30 cm
dengan tulangan besi beton diameter 16 mm sebanyak 8 buah serta
tulangan sengkang besi berdiameter 10 mm dengan jarak 10-15 cm.
Bentuk tipikal di tunjukkan pada gambar :

22
Sumber : Kontraktor, 2015
Gambar 2.6 Kolom Struktur 2

3. Kolom Struktur 3
Kolom Struktur 3 direncanakan menggunakan beton bertulang dengan
mutu K-225, dimensi yang direncanakan panjang 20 cm dan lebar 20 cm
dengan tulangan besi beton diameter 16 mm sebanyak 4 buah serta
tulangan sengkang besi berdiameter 8 mm dengan jarak 10-15 cm. Bentuk
tipikal di tunjukkan pada gambar :

Sumber : Kontraktor, 2015


Gambar 2.7 Kolom Struktur 3

23
2.4.4 Balok
Menurut Asroni (2010) balok adalah suatu gelagar yang berfungsi untuk
menahan beban serta menyalurkannya pada kolom. Balok beton merupakan
elemen lentur yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa
momen lentur dan juga geser. Dari bahan penyusunnya balok struktur dibedakan
menjadi dua yakni balok homogen dan balok komposit, balok homogen lebih
dikenal sebagai balok beton bertulang sedangkan balok komposit merupakan
perpaduan dua material yang berbeda yang di bentuk mejadi satu kesatuan untuk
mendapatkan sifat gabungan yang lebih baik.
Pada perencanaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang balok beton mutu K-225,Terdapat beberapa tipe balok yang
direncanakan yaitu :

1. Balok 1 (B1)
Balok 1 direncanakan menggunakan beton bertulang dengan mutu K-225,
dimensi yang direncanakan panjang 40 cm dan lebar 20 cm dengan tulangan
besi beton diameter 16 mm sebanyak 5 buah untuk daerah tumpuan dan 6 buah
untuk daerah lapangan serta tulangan sengkang besi berdiameter 10 mm
dengan jarak 12,5 cm daerah tumpuan dan 15 cm untuk daerah lapangan.
Bentuk tipikal di tunjukkan pada gambar :

24
Sumber : Kontraktor, 2015
Gambar 2.8 Balok 1

2. Balok 2 (B2)
Balok 2 direncanakan menggunakan beton bertulang dengan mutu K-225,
dimensi yang direncanakan panjang 30 cm dan lebar 20 cm dengan tulangan
besi beton diameter 16 mm sebanyak 5 buah untuk daerah tumpuan daerah
lapangan serta tulangan sengkang besi berdiameter 8 mm dengan jarak 10 cm
daerah tumpuan dan 15 cm untuk daerah lapangan. Bentuk tipikal di tunjukkan
pada gambar :

25
Sumber : Kontraktor, 2015

Gambar 2.9 Balok 2

2.5 Perancangan Kuda-Kuda dan Penutup Atap

Perencanaan Kuda-kuda pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP


Theresia menggunakan Baja IWF 300.150.6,5.9 , dan Gording CNP
150.65.20.2,3 sedangkan penutup atap beserta bubungannya menggunakan
spandeck.

2.6 Perancangan Dinding

Pasangan dinding pada rencana Pembangunan Gedung Olahraga SMP


Theresia menggunakan bata merah lokal di plester dan di aci, dan pemasangan
dinding keramik pada kamar mandi dan wc dengan menggunakan keramik ukuran
20 cm x 25 cm.

26
2.7 Perancangan Lantai

Untuk Penutup lantai, Gedung Olahraga SMP Theresia menggunakan


Floor Hardener dengan perkuatan kerikil setinggi 20 m dan Cor Beton setinggi
10 cm dengan Baja tulangan 8 mm dengan jarak 15 cm. Gambar Tipikal Sebagai
Berikut :

Sumber : Kontraktor, 2015


Gambar 2.10 Penutup Lantai

2.8 Perancangan Sanitair


Perencanaan sanitair pada Pembangunan Gedung Olahrag SMP Theresia
meliputi instalasi air bersih, air kotor dan air limbah. Bahan-bahan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
A. Intalasi Air Bersih
1. Pipa PVC Ø ¾” + aksesoris
2. Pipa PVC Ø 1” + aksesoris
3. Jet Washer + Stop kran
4. Shower + Stop kran
B. Instalasi Air Kotor
1. Pipa PVC Ø 2” + aksesoris
2. Floor Drain
3. Saluran Keliling Bangunan
4. Bak kontrol saluran
C. Instalasi Air Limbah
1. Pipa PVC Ø 3” + aksesoris

27
2. Pipa PVC Ø 4” + aksesoris
3. Kloset jongkok
4. Urinoir
5. Septcitank

2.9 Perancangan Elektrikal

Perencanaan elektrikal pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP


Theresia Pangkalpinang merupakan perancangan instalasi listrik untuk memenuhi
kebutuhan kegiatan Gedung olahraga pada umumnya, antara lain pemasangan box
panel listrik, instalasi titik lampu, instalasi stop kontak, lampu down light
(industrial lighting), lampu flood light, dan pemasangan stop kontak

28
BAB III

ORGANISASI PROYEK

3.1 Tinjauan Umum


Dalam Proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia ini,
manajemen proyek merupakan salah satu faktor penting guna keberhasilan suatu
proyek, karena organisasi pada proyek mempunyai sistem yang saling keterkaitan
dan saling terhubung untuk mengatur kerjasama dalam suatu pelaksanaan
pekerjaan agar tidak terjadi kesalahan sehingga yang dikerjakan tercapai sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
Pada suatu proyek, organisasi merupakan unsur-unsur untuk mengatur
sumber daya yang terdiri dari tenaga kerja, rencana anggaran, serta material dan
lain-lainnya guna untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Organisasi pada proyek ini adalah tempat kegiatan dimana orang-orang yang
berkerja sama atas dasar suatu kepentingan dan tujuan yang sama yang
dituangkan dalam bentuk struktur organisasi, seperti pemilik proyek, kontraktor,
konsultan, mandor dan lain-lain (W.I. Ervianto, 2005).

3.2 Unsur-unsur Pengelola Proyek


Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi sangat
kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada
akhirnya proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pelaksanan proyek harus
diselenggarakan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pembangunan fisik,
sampai dengan pemeliharaan yang melibatkan bermacam-macam unsur dan
komponen pendukung. Salah satu bagian dari manajemen proyek yang memegang
peranan cukup penting adalah organisasi proyek.
Sebuah proyek akan berhasil jika didalamnya terdapat pengorganisasian yang
baik. Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek dengan tujuan
mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran. Sedangkan
organisasi proyek merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak pihak yang

29
bekerja sama dalam melaksanakan serangkaian kegiatan. Oleh karena itu unsur-
unsur yang terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan mempunyai
rasa tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah
diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing.

Keuntungan dari adanya Organisasi dalam suatu proyek adalah sebagai


berikut ini.
1. Pekerjaan dapat dilaksanakan secara matang.
2. Pekerjaan yang tumpang tindih dapat dihindari dengan dilaksanakannya
pembagian tugas serta tanggung jawab sesuai keahlian.
3. Meningkatkan pendayagunaan dana, fasilitas, serta kemampuan yang tersedia
secara maksimal.
Secara garis besar unsur-unsur yang terlibat dalam Pembangunan Gedung
Olahraga SMP(Sekolah Menengah Pertama) Theresia yaitu :
1. Pemilik Proyek (owner),
2. Kontraktor/Pelaksana,
3. Perencana (konsultan pengawas),
Unsur pengelola proyek tersebut mempunyai tugas, wewenang dan tanggung
jawab sesuai kedudukan dan fungsinya. Pada proyek pembangunan Gedung
Olahraga SMP(Sekolah Menengah Pertama) Theresia ini dapat dilihat dari
hubungan kerja organisasi proyek pada gambar 3.1.

PEMILIK PROYEK
Yayasan Tunas Karya

KONSULTAN MK KONTRAKTOR
CV.Apis Consultan PT. Lumbawai Indah Makmur

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Pembangunan Gedung


Olahraga SMP(Sekolah Menengah Pertama) Theresia
(PERSERO)

30
3.2.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek (owner) adalah pihak yang memiliki gagasan atau tujuan
mengenai proyek yang diinginkan berdasarkan keputusan pada saat tender dan
berperan sebagai pihak pemberi tugas yang memberi Surat Perintah Kerja (SPK)
kepada pemenang tender. Pihak pemilik proyek bisa berasal berasal dari
pemerintahan, badan hukum (perusahaan/yayasan) dan swasta atau perorangan.
Pemilik proyek juga membiayai proyek, baik dengan dana langsung maupun tidak
langsung (dana pinjaman dari Bank atau badan lain).
Selanjutnya pemilik proyek (owner) menentukan pemborong atau kontraktor
untuk melaksanakan sesuai dengan spesifikasi dan kelengkapannya. Pemilik
proyek juga memiliki tugas dan kewajiban serta wewenang pada tahap sebelum
atau sesudah pelaksanaan sampai proyek tersebut siap diserahterimakan.
Pada proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP(Sekolah Menengah
Pertama) Theresia yang bertindak sebagai owner adalah Yayasan Tunas Karya.
Adapun hak dan kewajiban pemilik proyek adalah sebagai berikut ini.
1. Mengambil keputusan terakhir yang mengenai proyek tersebut.
2. Mengambil keputusan terakhir dalam penetapan pihak kontraktor pelaksana.
3. Mengeluarkan SPK (Surat Perintah Kerja) dan surat perjanjian kerja kepada
kontraktor pelaksana.
4. Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan maupun perpanjangan yang
diajukan oleh pihak kontraktor pelaksana.
5. Menyediakan dana atau anggaran biaya.
6. Melalui konsultan perencana menyediakan gambar-gambar spesifikasi
pekerjaan yang dibutuhkan agar pihak kontraktor dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik.
7. Memberi keterangan pihak kontraktor mengenai batas-batas dari lapangan
proyek serta kondisi sekitarnya.
8. Membayar termin sesuai dengan kesepakatan bersama.
9. Menetapkan denda apabila terjadi keterlambatan kerja.
10. Mengikuti rapat koordinasi proyek.

31
3.2.2 Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal
hingga berakhirnya pekerjaan tersebut.
Pada proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP(Sekolah Menengah
Pertama) Theresia yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah CV.Apis
Consultan.
1. Hak dan kewajiban konsultan pengawas meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah
ditetapkan.
b. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
c. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
d. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran
informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan
lancar.
e. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
f. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar
tercapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan
yang telah ditetapkan.
g. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
h. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
i. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
j. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan
tambah/kurang.

3.2.3 Pelaksana Proyek (Kontraktor)


Pada tahap pelaksanaan, kontraktor pelaksana berperan sebagai pihak yang
mendapat tugas dari pemilik proyek untuk melaksanakan proyek sesuai dengan

32
apa yang telah direncanakan perencana pada kontrak kerja dengan diawasi oleh
pengawas owner.
Kontraktor adalah perusahaan yang berbadan hukum yang bergerak dalam
bidang pemborongan pembangunan suatu proyek sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan dan jadwal yang telah ditentukan. Kontraktor pelaksana merupakan
pihak yang berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana
kerja, uraian dan syarat-syarat pekerjaan (RKS) yang telah ditetapkan dalam
dokumen kontrak, sesuai dengan biaya kontrak yang telah dibuat oleh pemilik
proyek.
Kontraktor pelaksana harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak yang telah ditetapkan. Dalam proyek
ini yang bertindak sebagai kontraktor adalah PT. Lumbawai Indah Makmur
Adapun tugas dan kewajiban kontraktor menyangkut hal-hal berikut ini.
1. Memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam dokumen kontrak dengan
segala lampirannya. Syarat-syarat umum administrasi, syarat-syarat teknis,
syarat-syarat bahan dan lain sebagainya.
2. Kontraktor pelaksana wajib menaati segala petunjuk dari pemilik proyek.
3. Kontraktor pelaksana wajib mengikuti rapat yang diselenggarakan yang
berkaitan dengan pelaksaan proyek di lapangan.
4. Kontraktor pelaksana wajib memberikan laporan mengenai perkembangan
proyek dilapangan.
5. Kontraktor pelaksana wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi dan gambar rencana dalam kontrak yang telah ditentukan.
6. Kontraktor pelaksana wajib membuat time schedule sebagai pedoman
pengendalian bersama dengan persetujuan pemilik proyek atau pimpinan
proyek.
7. Kontraktor pelaksana wajib memenuhi dua hal berikut ini.
a. Pengamanan secara wajar dan sehat atas semua orang, tenaga kerja juga
pengunjung yang berkepentingan terhadap proyek tersebut.
b. Menyediakan perlengkapan P3K serta memerintahkan semua tenaga
kerja untuk bekerja menggunakan alat-alat keselamatan kerja.

33
3.3 Hubungan Kerja Antar Unsur Pengelola Proyek
Untuk terlaksananya proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP(Sekolah
Menengah Pertama) Theresia ini, maka harus terjadi kerjasama atau hubungan
antar unsur pengelola proyek. Hubungan pemilik proyek dan kontraktor pelaksana
adalah sebagai berikut ini.
1. Pemilik proyek mengadakan pengawasan langsung kepada kontraktor
pelaksana dari segi teknis maupun non-teknis.
2. Pemilik proyek mengadakan pengawasan langsung terhadap pelaksanaan
pekerjaan kontraktor yang ada di lapangan, baik mutu maupun volume
pekerjaan.
3. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut pihak kontraktor melakukan
penyimpangan-penyimpangan maupun kekeliruan yang tidak sesuai dengan
rencana yang ditentukan, maka pemilik proyek berhak menegur dan
memberikan surat peringatan dan menyampaikan tembusan kepada pemilik
proyek untuk melakukan perbaikan terhadap penyimpangan tersebut.
4. Apabila kontraktor mendapat kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan di
lapangan, maka dalam hal ini pengawas dari pemilik proyek dapat
memberikan penjelesan dan pengarahan kekontraktor sehingga pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan spesifikasi yang telah
direncanakan.

3.4 Jadwal Rencana Kerja (Time Schedule)


Time schedule merupakan jadwal-jadwal pekerjaan yang harus dilakukan dan
dibuat serta diatur untuk mengontrol pekerjaan-pekerjaan di lapangan, dimana
keterlambatan-keterlambatan pekerjaan dapat segera diketahui dan diatasi, dan
kemudian diambil langkah-langkah pemecahannya sehingga proyek tidak
memakan waktu yang lama. Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proyek
haruslah cukup, karena waktu ini merupakan permasalahan yang cukup serius
karena adanya bagian-bagian pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan pada
musim penghujan ataupun kendala-kendala lainnya di lapangan. Oleh karena itu,

34
sebaiknya diatur pekerjaan-pekerjaan yang bisa dilakukan secara bersamaan
dengan bagian pekerjaan lain yang saling berurutan untuk menghemat waktu.
Adapun tujuan dari time schedule adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk memberikan pedoman-pedoman kepada satuan pekerjaan bawahan
mengenai batasan waktu bagi mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing
pekerjaan.
2. Memberikan saran bagi pimpinan pelaksana untuk saling berkoordinasi
terutama dalam memberikan alokasi prioritas-prioritas yang dianggap perlu.
3. Menjadi ukuran untuk menilai kemajuan suatu pekerjaan masing-masing
bagian pekerjaan.
Realisasi dari sutu pekerjaan proyek bisa bernilai positif atau negatif. Positif
berdasarkan pekerjaan yang telah dikerjakan di lapangan. Jika negatif, berarti
realisasi pekerjaan tidak memenuhi target yang direncanakan, sehingga nantinya
perlu dilakukan upaya untuk mengatasinya. Dalam pembuatan time schedule,
terlebih dahulu mengetahui jenis-jenis kegiatan yang ada dalam suatu pekerjaan.
Kemudian ditentukan urutan-urutannya, setelah itu ditentukan lamanya waktu
pelaksanaan setiap jenis kegiatan tersebut. Time schedule umumnya berupa
macam-macam kegiatan di lapangan yang dinyatakan dalam kurva S. Kurva S
merupakan grafik hubungan antara kemajuan pelaksanaan pekerjaan dalam
persentase (0% - 100% dalam sumbu ordinat) dan waktu pelaksanaan pekerjaan
dalam satuan t (0,00 – t, pada sumbu absis).
Pada proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP(Sekolah Menengah
Pertama) Theresia pada awal pengerjaan galian pondasi sedikit terlambat dan
tidak sesuai dengan waktu rencana pekerjaan akan tetapi penyelesaian
pembangunan struktur kolom sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat.

35
BAB IV

BAHAN, ALAT DAN TENAGA KERJA

4.1 Tinjauan Umum

Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, material, peralatan, tenaga kerja,


biaya dan metode pelaksanaan merupakan unsur-unsur dasar yang penting dan
tidak terpisahkan dalam upaya menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal-hal tersebut
harus di perhatikan secara seksama dengan tujuan agar hasil pekerjaan memenuhi
spesifikasi teknis, dan tepat waktu.

Oleh karena itu, unsur-unsur dasar tersebut harus dikelola sedemikian rupa
sehingga pelaksanaan penyediaan material, peralatan kerja dan penempatan tenaga
kerja pada kegiatan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang dapat berjalan sesuai rencana.

Spesifikasi teknis pekerjaan disusun secara jelas sehingga bisa dipahami


oleh semua pihak yang terlibat pada kegiatan pekerjaan konstruksi dan spesifikasi
teknis memuat syarat-syarat pokok sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang mengikat terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang didanai
pemerintah maupun swasta. Adapun isi spesifikasi yaitu menjelaskan kepada
kontraktor mengenai:

1) Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan.


2) Metode yang boleh dipakai atau tidak boleh dipakai atau harus dipakai.
3) Jenis dan kualitas material yang di gunakan
4) Tenaga kerja yang dibutuhkan.

4.2 Bahan Bangunan

Pada kegiatan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia ini,


material, peralatan dan tenaga kerja merupakan unsur utama pekerjaan yang harus

36
tersedia di lapangan agar pekerjaan yang di laksanakan memperoleh hasil sesuai
dengan persyaratan yang di tetapkan.

Perencanaan terhadap material bertujuan agar dalam pelaksanaan


pekerjaan sesuai dengan persyaratan teknis yang di tetapkan, pelaksanaan
pekerjaan lebih efisien dan efektif. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi,
penggunaan material perlu diawasi dengan ketat baik kualitas maupun
kuantitasnya, sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan yang telah ditetapkan.

Bahan bangunan merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam


pelaksanaan pembangunan karena ikut menentukan kekuatan, biaya dan waktu
dalam pelaksanaan. Jumlah material yang digunakan dan jenis bahan yang
digunakan dihitung terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah kebutuhan anggaran
yang akan dikeluarkan. Material yang digunakan pada kegiatan Pembangunan
Gedung Olahraga SMP Theresia ini dijelaskan pada subbab-subbab berikut:

4.2.1 Beton Site mix

Kegiatan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia menggunakan beton,


yang material penyusun betonnya adalah sebagai berikut:

1. Semen
Semua semen yang digunakan adalah jenis I sesuai dengan persyaratan
standar Indonesia SNI 15-2049-2004 atau ASTM C 150-04a atau EN 197-
1:2000 dan produksi dari satu merk. Adapun semen yang digunakan pada
kegiatan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang
adalah Holcim yang di produksi oleh Indocement.

37
Sumber : Dok. Pribadi, 2015
Gambar 4.1 Semen

2. Agregat Kasar
a) Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan
spesifikasi sesuai menurut ASTM C-33 dan mempunyai ukuran
terbesar 23 mm, dalam proyek Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang berasal dari merak.
b) Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk persegi. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan
tidak boleh mengalami pebubukan melebihi 50% kehilangan berat
menurut test mesin Los Angeles Abration (LAA).
c) Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau
substansi yang merusak beton.

38
Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 4.2 Agregat kasar

3. Agregat Halus
a) Agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan
dari pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat
alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi yang
merusak beton. Pasir yang digunakan pada proyek ini berasal dari eks
pertambangan timah di Bangka.

b) Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri
dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.3 Agregat Halus

39
4. Air
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau
garam serta zat-zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
proyek ini air di peroleh dari sumur gali milik Pembangunan Gedung Olahraga
SMP Theresia Pangkalpinang.

4.2.2 Batu Bata Merah


Pada kegiatan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang untuk pekerjaan pasangan dinding menggunakan batu bata merah
lokal.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 4.4 Bata Merah


4.2.3. Besi Tulangan
Besi tulangan yang digunakan pada kegiatan Gedung Olahraga SMP
Theresia Pangkalpinang terdiri dari besi tulangan berulir dan besi tulangan polos,
besi yang di gunakan adalah D16, D10, Ø10, dan Ø8. Besi tersebut digunakan
sebagai tulangan untuk pekerjaan pasangan pondasi, pasangan kolom, dan
pasangan sloof .

40
Sumber : Dok. Pribadi, 2015
Gambar 4.5 Besi Beton

4.2.4. Baja Berat


Baja berat yang di maksud dalam pekerjaan Pembangunan Ruang Gedung
Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang adalah baja konstruksi profil IWF dan
profil CNP. Baja tersebut di gunakan untuk pekerjaan kolom struktur, dan rangka
kuda-kuda, material ini di datangkan dari luar pulau Bangka. Profil baja yang di
gunakan adalah baja IWF 350.175.7.11, baja IWF 300.150.6,5.9, baja IWF
150.75.5.7, baja IWF 250.125.6.9 dan CNP 15050.20.2,3.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 4.6 Baja Berat

41
4.2.5 Spandeck
Spandeck digunakan sebagai penutup atap yang terbuat dari bahan
zincalume dengan ketebalan 0,5 mm, material ini juga di datangkan dari luar
pulau Bangka

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.7 Spandeck

4.3 Alat-alat

Untuk mempercepat waktu pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai


target volume yang diinginkan pada saat pelaksaan pekerjaan konstruksi, selain
ketersediaan material juga haru di dukung oleh ketersediaan perlatan kerja yang di
butuhkan di lapangan.

Pada pekerjaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


Pangkalpinang, terdapat beberapa pekerjaan yang menggunakan peralatan bantu
untuk mempermudah pelaksanaan. Peralatan-peralatan yang digunakan antara lain
concrete vibrator, concrete mixer, generator set, dan lain sebagainya

4.3.1 Generator set ( Genset )


Penyediaan listrik untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan Pembangunan
Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang disuplai oleh generator set

42
berkapasitas 5000 watt sebanyak 2 unit. Alat ini digunakan sebagai penyedia
tenaga listrik bagi beberapa peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.8 Mesin Genset

4.3.2 Water pass


Alat ini digunakan sebagai bidang datar permukaan lantai, dinding,
pengaturan datar pada pemasangan besi baja IWF.

Sumber : Internet, 2015

Gambar 4.9 Water Pass

43
4.3.3. Stamper
Alat ini berfungsi untuk memadatkan tanah, membantu pekerja untuk
pemadatan timbunan pada peninggian muka lantai, penimbunan kembali setelah
pekerjaan pondasi footplat.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 4.10 Stamper

4.3.4 Concrete Mixer


Concrete Mixer merupakan alat pengaduk beton secara merata, yang di
gerakkan oleh mesin diesel, kapasitas concrete mixer yang digunakan pada
pekerjaan ini adalah 500 liter

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.11 Concrete Mixer

44
4.3.5 Truk (Dump Truck)
Dump Truck merupakan salah satu alat angkut yang digunakan untuk
mengangkut material dari asal material (quarry) ke lokasi pekerjaan. Selain itu
juga dump truck digunakan untuk mengangkut material yang tidak terpakai lagi ke
luar lokasi pekerjaan.

Sumber : Internet, 2015


Gambar 4.12 Dump Truck

4.3.6 Mini Bachoe


Alat berat ini digunakan untuk pekerjaan pembersihan lahan, pekerjaan
galian pondasi dan memindahkan dan mengangkat material berat seperti baja
IWF.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 4.13 Mini Bachoe

45
4.3.7 Mesin Las
Alat ini berfungsi untuk menyambungkan rangkaian konstruksi baja
dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
sambungan yang kontinyu.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.14 Mesin Las

4.3.8 Gerobak Dorong


Gerobak dorong adalah alat angkut sederhana yang terbuat dari bahan
besi plat berfungsi untuk mengangkut material dengan jumlah yang sedikit seperti
mengangkut pasir, adukan semen, agregat.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.15 Gerobak Dorong

46
4.3.9 Crane
Alat berat ini digunakan untuk pekerjaan pemasangan kolom Baja IWF,
kuda-kuda IWF, dan pekerjaan berat lainnya.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 4.16 Crane

4.4 Tenaga Kerja


Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
pelaksanaan proyek pembangunan tanpa tenaga kerja, proyek pembangunan
hanyalah sebuah ide yang tidak akan terealisasi. Tenaga kerja yang ada harus
mampu dioptimalkan dengan baik agar diperoleh hasil kerja yang optimal. Tenaga
kerja sebagai penentu keberhasilan proyek harus memiliki kualifikasi,
keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan untuk
mencapai keberhasilan suatu proyek.

4.4.1 Tingkat Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terdapat dalam pelaksanaan proyek ini terdiri dari:

1) Tenaga Ahli, adalah tenaga kerja yang mempunyai keahlian tertentu, yang
bertanggung jawab dan berperan dalam memutuskan sesuatu yang
berhubungan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti ahli teknik bangunan

47
gedung. Tenaga ahli dalam proyek ini ada 3 orang dari kontraktor dan 2 orang
dari konsultan supervisi.
2) Tenaga Menengah, adalah tenaga kerja yang mendapat pendidikan rata-rata
setingkat SMU dan diploma. Tenaga kerja ini antara lain bekerja pada bidang
administrasi, tenaga mekanik dan pelaksana lapangan. Ada 11 orang tenaga
menengah dalam proyek ini.
3) Tenaga Mandor, adalah orang yang mengepalai beberapa kelompok orang
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang ditunjukkan dan diperintahkan
oleh pelaksana atau kepala pelaksana. Ada 3 orang tenaga mandor yang yang
mengepalai pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP
Theresia Pangkalpinang.
4) Tenaga Tukang, merupakan orang-orang yang mempunyai keterampilan
khusus dan bepengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau
keahlian tanpa didasari pengetahuan teknik, misalnya tukang kayu, tukang
batu, tukang besi, tukang las dan lain lain. Tenaga tukang berjumlah 5 orang
yang terbagi dalam beberapa pekerjaan.
5) Tenaga tidak terlatih, yaitu tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan
khusus dan lebih banyak menggunakan kekuatan fisik dalam pekerjaannya.
Tenaga kasar ini bertugas membantu tenaga tukang dalam pengangkutan
material. Dalam proyek ini ada 10 orang yang ditugaskan untuk menjadi
tenaga tidak terlatih.

4.4.2 Status Tenaga Kerja


Status tenaga kerja dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Tenaga kerja tetap, yaitu tenaga kerja atau pegawai yang diangkat oleh
perusahaan dan mendapat gaji dan tunjangan tetap setiap bulannya.
2) Tenaga kerja tidak tetap, yaitu tenaga kerja yang diadakan berdasarkan
kontrak tidak langsung yang diwakili oleh mandor borong dengan
pembayaran dilakukan kepada mandor sesuai dengan volume pekerjaan.

48
4.4.3 Pengadaan Tenaga Kerja
1) Pengadaan tetap, yaitu pengadaan tenaga kerja yang dilakukan oleh pihak
perusahaan dengan mengangkat karyawan tertentu berdasarkan keahlian,
seperti operator alat berat, mekanik, bagian administrasi dan keuangan.
2) Pengadaan borongan, yaitu pengadaan tenaga kerja yang dilakukan oleh
perusahaan berdasarkan bidang pekerjaan yang dikuasai, seperti pekerjaan
dinding dan plesteran, pemasangan keramik lantai, pekerjaan kusen dan
jendela aluminium, dan lain-lain.

4.4.4 Sistem Pengupahan


Sistem pengupahan yang diterapkan pada proyek ini ada tiga macam yaitu:

1) Upah kerja tetap yaitu upah setiap bulan.


2) Upah harian yaitu upah yang dihitung secara harian yang biasanya dibayar
secara mingguan.
3) Upah lembur yaitu yang dibayar untuk pekerjaan yang dikerjakan di luar jam
kerja atau pada hari libur. Biasanya ditentukan oleh perjanjian sebelum
pekerjaan dimulai.

49
BAB V

PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Tinjauan Umum

Tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan seluruh pekerjaan


konstruksi dan atau pembuatan fisik lainya sebagai wujud dari perencanaan yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Pelaksanaan pekerjaan mencakup berbagai
pekerjaan yang diawali dengan pelaksanaan pekerjaan persiapan sampai dengan
pekerjaan akhir (finishing). Pelaksanaan pekerjaan konstruksi ditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah:

a) Peralatan kerja yang memadai dan tepat guna


b) Tersedianya material yang dibutuhkan sesuai dengan syarat-syarat teknis
yang diminta dalam surat perjanjian kerja atau kontrak.
c) Tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya.
d) Biaya yang cukup sesuai dengan perencanaan
e) Waktu yang cukup.
Tahap pelaksanaan pekerjaan ini bertujuan mewujudkan bangunan yang
sesuai dengan rencana yang dikehendaki oleh pemilik proyek dan sudah dirancang
oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu serta dengan mutu yang
telah disyaratkan.

5.2 Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP


Theresia Pangkalpinang merupakan pekerjaan persiapan, meliputi pekerjaan
pembersihan dan perataan lahan, pengukuran, pasang bouwplank, mobilisasi
peralatan dan personil, membangun barak kerja dan direksi keet, menyelesaikan
administrasi proyek serta memasang papan nama kegiatan pada halaman muka
proyek.

50
Pelaksanaan pekerjaan pendahuluan dilaksanakan setelah diterbitkannya
Surat Perintah Kerja oleh pemberi pekerjaan atau pemilik pekerjaan, pelaksanaan
lapangan pada minggu pertama yang dilakukan oleh PT. Lembawai Indah Mamur
dilokasi pekerjaan antara lain adalah :

1. Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi yang dilakukan mencakup mobilisasi tenaga kerja dan
peralatan kerja serta material yang digunakan untuk melakukan pekerjaan
persiapan seperti membangun barak kerja, barak karyawan dan direksi
keet.
2. Membangun barak kerja, barak karyawan dan direksi keet.
3. Melakukan pengukuran dan penyiapan gambar kerja/gambar
pelaksanaan. Memasang patok-patok yang diperlukan terbuat dari kayu
dan papan yang ditulis dengan jelas menggunakan cat warna merah.
4. Melakukan dokumentasi pelaksanaan 0 %
5. Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek
6. Penyediaan air kerja dan water torn sebagai tempat penampungan air
kerja.
7. Penyediaan listrik kerja dengan mendatangkan generator set berkapasitas
5000 watt
8. Pembersihan dan perataan lokasi menggunakan mini bachoe.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 5.1 Papan Nama Proyek

51
5.3 Pekerjaan Struktur

5.3.1 Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan pondasi yang dilaksanakan pada Pembangunan Gedung


Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang ini adalah dengan menggunakan pondasi
telapak (foot plate). Pelaksanaan pekerjaan pondasi telapak pada bangunan ini
terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Pekerjaan galian lubang pondasi


Sebelum memulai pekerjaan pondasi, dilakukan penggalian tanah pondasi
sesuai dengan hasil pengukuran dan patok-patok acuan yang telah
dipasang, penggalian lubang pondasi dibantu dengan mini bachoe.
Struktur tanah pada lokasi Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang adalah lempung Dasar galian dibuat sesuai dengan
kedalaman dan bentuk yang direncanakan.
2. Pekerjaan Lantai Kerja
Pekerjaan lantai kerja dilaksanakan setelah pekerjaan galian pondasi, pada
pekerjaan proyek ini lantai kerja pondasi tidak dilaksanakan karena galian
mengandung air, baik dari muka air tanah maupun hari hujan.
3. Pekerjaan besi beton
Pekerjaan pemasangan tulangan beton untuk pondasi dipasang sesuai
dengan masing-masing tipe pondasi, Untuk menjaga posisi tulangan
supaya tidak berpindah dan bergeser, maka pada bagian dasar dan samping
dari besi tulangan dipasang penahan decking / tahu beton. Tahu beton
dibuat dari campuran trasraam dan dipersiapkan jauh sebelum jadwal
penyetelan besi dan pengecoran beton. Perakitan besi beton untuk pondasi
telapak dikerjakan dibarak kerja sesuai dengan gambar kerja untuk
masing-masing tipe pondasi, besi beton yang digunakan adalah besi ulir
dengan diameter 16 mm.

52
4. Pekerjaan beton
Pengecoran pondasi dilakukan ditempat dengan menggunakan alat bantu
concrete mixer 500 liter, pelaksanaan dilapangan adukan beton yang
digunakan adalah adukan beton kira-kira tanpa kontrol mutu sesuai
rencana, para pekerja menuangkan 1 zak semen @ 50 kg dan air kedalam
concrete mixer selanjutnya memasukkan batu pecah 2-3 cm besertaan
dengan pasir pasang, setelah diperkirakan adukan cukup rata para pekerja
menuangkan adukan ke gerobak dorong untuk selanjutnya dilakukan
pengecoran pada pondasi telapak. Selang satu hari setelah pekerjaan
pondasi telapak di lanjutkan dengan pelaksanaan pengecoran tiang pondasi
dengan telebih dahulu mempersiapkan bekistingnya, pengecoran beton
kedalam bekisting di lakukan dengan adukan beton yang sama pada
pelaksanaan pekerjaan pengecoran telapak pondasi.
5. Pekerjaan urugan
Urugan kembali bekas galian dilaksanakan oleh penyedia jasa setelah
pelaksanaan pekerjaan pondasi telapak selesai, bahan urugan diambil dari
bekas galian lubang pondasi. Penimbunan tanah dipadatkan dengan alat
bantu berupa stamper kapasitas 1 ton.

Gambar
Sumber : Dok. Pribadi, 2015
5.2 Pekerjaan Pondasi Telapak

5.3.2 Pekerjaan Sloof

Pekerjaan sloof dilaksanakan setelah pekerjaan pondasi telapak selesai


dilaksanakan. Pada proyek ini ukuran sloof adalah 20x40 cm dan 15x20 cm. Pada
pekerjaan ini terdiri dari tiga tahap pekerjaan yaitu :

53
1. Pekerjaan penulangan
Tahap pelaksanaan pekerjaan penulangan adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan tenaga kerja, alat, dan bahan yang akan digunakan.


b. Pada proyek ini sloof menggunakan tulangan utama besi beton ulir
diameter 16 mm dan besi beton polos 10 mm dan 8 mm untuk sengkang
c. Rangkai tulangan dan jarak sengkang dipasang berdasarkan gambar
rencana pada proyek ini berjarak 10 cm.
2. Pekerjaan Bekisting Sloof
Bekisting untuk pekerjaan sloof pada proyek ini menggunakan kayu gergajian
papan. Hal ini dikarenakan alasan penghematan biaya pada pekerjaan sloof.
Tahap pekerjaan bekisting terdiri dari :

a. Menyiapkan tenaga kerja, alat dan bahan yang akan digunakan.


b. Potong kayu gergajian papan sesuai ukuran sloof, dipasang dikanan dan
dikiri sloof.
c. Potong kayu sebagai penjepit,skur dan penyangga.
d. Rangkai potongan kayu tersebut sesuai dengan gambar teknis.
e. Sloof siap dicor
3. Pelaksanaan Pengecoran Sloof
Setelah bekisting selesai, kemudian dilakukan pelaksanaan pengecoran.
Pengecoran pada proyek ini menggunakan cara adukan beton di tempat
menggunakan alat bantu concrete mixer. Campuran yang dipakai kontraktor
adalah dengan cara kira-kira yakni menuangkan 1 zak semen @50 kg dan
beberapa sekop agrekat halus dan kasar tampa perbandingan volume ataupun
berat. Tahap yang dilaksanakan penyedia jasa pada pekerjaan pengecoran
sloof Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang adalah
sebagai berikut :

a. Menyiapkan tenaga kerja, alat dan bahan yang akan digunakan.


b. Sebelum dilaksanakan pengecoran, harus mendapatkan persetujuan
dari konsultan pengawas.

54
c. Beri tanda as ke as dengan menggunakan cat warna putih.
d. Mengecek penulangan dan pemasangan beton decking.
e. Mengecek kerapatan bekisting agar tidak terjadi kebocoran pada saat
pengecoran.
f. Membersihkan area dari kotoran.
g. Pengecoran dilakukan menggunakan ember dan perataan dilakukan
dengan sendok semen.
h. Untuk pemadatan beton dilakukan dengan menusuk nusuk adukan
dengan besi beton dan memukul perlahan bekisting sloof.
i. Perawatan beton dilaksanakan setelah selesai pengecoran selama 3 hari
dengan cara menyiram permukaannya dengan air, bekisting sloof di
buka setelah umur beton mencapai 7 hari.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 5.3 Pekerjaan Sloof

5.3.3 Pekerjaan Kolom

Setelah pekerjaan sloof dilanjutkan dengan pekerjaan kolom Baja Profil


IWF 350.175.7.11. Adapun tahap pelaksanaan kolom adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan tenaga kerja, alat, dan bahan yang akan digunakan,


b. Pada proyek ini untuk kolom Baja Profil IWF 350.175.7.11. Rangkai
pembesian dikerjakan berdasarkan gambar kerja dan penyesuaian
lapangan.

55
c. Pelaksanaan pekerjaan pembesian dibantu dengan alat mesin las listrik dan
gas dan alat angkat berupa mini bachoe dan tackal kapasitas 3 ton .
d. Baja IWF di potong dan dilakukan pengelasan untuk dudukan baut dan
angkur sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar kerja,.
e. Pemasangan angkur baut dan plat dilakukan besertaan pelaksanaan
pekerjaan tiang pondasi foot plate dan sloof.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 5.4 Angkur Baut Untuk Pemasangan Kolom Baja IWF

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 5.5 Pemasangan Kolom

5.3.4 Pekerjaan Rangka Atap


Pada Proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang untuk rangka atap menggunakan baja IWF Baja IWF
300.150.6,5.9 , dan Gording CNP 150.65.20.2,3 sedangkan penutup atap beserta

56
bubungannya menggunakan spandeck. Pekerjaan rangka atap dilakukan setelah
pekerjaan kolom. Adapun tahap tahapnya :

1. Perakitan rangka atap baja IWF


Pekerjaan pabrikasi atau perakitan rangka atap baja dilakukan di tempat
proyek (site). Adapun baja berat yang dipakai untuk rangka kuda-kuda adalah
profil 300.150.6,5.9 dan gording CNP 150.65.20.2,3. Pekerjaan ini dimulai
dari pemotongan material baja IWF sesuai shop drawing yang telah disetujui.
Kemudian dilakukan pekerjaan penyambungan rangka atap. Penyambungan
ini dilakukan dengan menggunakan las dan baut dengan jumlah yang telah
ditentukan.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 5.6 Perakitan Rangka Atap

2. Pemasangan rangka atap baja berat


Pekerjaan pertama yang harus dilakukan adalah memasang konstruksi
penyangga atau pendukung utama dari konstruksi atas yaitu kuda-kuda.Kuda-
kuda dibentangkan di atas dua tumpuan atau perletakan yaitu pada gedung di
bagian tepi. Langkah selanjutnya adalah memasang gording dan reng. Beban
atap yang harus didukung oleh kuda-kuda melalui reng-reng sedapat mungkin

57
dapat diterima tepat pada titik buhul. Reng merupakan pengikat kuda-kuda
dan posisinya melintang di atas kuda-kuda, serta mengikat kuda-kuda tersebut
hingga membentuk suatu kerangka yang kokoh. Reng ini berfungsi sebagai
penahan spandeck dan sebagai pengatur jarak setiap baris atap agar lebih rapi
dan teratur. Adapun untuk pemasangan dalam pekerjaan rangka atap baja
berat ini, setiap pertemuan antar sambungan langsung disambung dengan
menggunakan las dan baut, sebagai langkah yang terakhir adalah memasang
spandeck sebagai penutup atapnya.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015


Gambar 5.7 Pemasangan Rangka Atap

5.3.5 Pemasangan Penutup Atap


Untuk pekerjaan penutup atap pada proyek ini dilakukan setelah
selesainya pekerjaan pemasangan rangka baja. Penutup atap pada proyek ini
menggunakan spandeck. Adapun tahap pekerjaan pemasangan spandeck adalah
sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan pekerjaan pemasangan spandeck, spandeck harus


disiapkan diatas atap (disusun) pada titik-titik tertentu.
2. Spandeck dipasang secarah horizontal terlebih dahulu pada bagian atas.
3. Setelah pada bagian paling atas terpasang diteruskan pada bagian bawahnya
secara horizontal.

58
4. Dengan cara pemasangan spandeck pada bagian atas diangkat atau diungkit
setelah itu dimasukan spandeck pada bagian bawahnya.
5. Pertemuan dengan jurai spandeck dipotong dengan bentuk segitiga agar rapi.

Sumber : Dok. Pribadi, 2015

Gambar 5.8 Pemasangan Spandeck


5.3.6 Pekerjaan Pasangan Batu Bata
Pada Proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia
Pangkalpinang, pekerjaan pasangan bata dilakukan setelah selesainya pekerjaan
pondasi, kolom baja IWF, balok, serta rangka kuda-kuda dan penutup atap.
Adapun tahap pelaksanaannya antara lain:

1. Menyiapkan tenaga kerja dan peralatan kerja.


2. Membuat request pekerjaan kemudian diajukan kepada konsultan
pengawas.
3. Membuat titik pedoman dengan cara member paku pada bagian bawah
kolom (sebagai pedoman bagian bawah kolom).
4. Pasang benang dan bandul pemberat pada paku beton.
5. Pasang benang horizontal pada elevasi 30 cm (sebagai pedoman untuk
kelurusan horizontal)
6. Adukan spesi (pasir dan semen) sesuai perbandingan campuran yang telah
direncanakan.
7. Susun batu bata merah secara rapi dan teratur.
8. Ketuk bata agar menyatu dengan spesi.

59
Sumber : Dok. Pribadi, 2015
Gambar 5.9 Pemasangan Batu Bata Merah

5.3.7 Pekerjaan Plesteran / Acian


Pekerjaan plester yaitu bagian yang akan diplester disiram dengan air
terlebih dahulu dan plesteran harus menghasilkan bidang yang rata dan sponeng
yang lurus. Semua dinding diplester dengan 1pc:3ps untuk pasangan. Adapun
tahap plesteran dinding yaitu :

1. Siapkan material yang akan di pakai pada lokasi yang terdekat atau strategis
dari dinding yang akan di plester.
2. Basahi permukaan dinding batu bata dengan menggunakan air sampai basah
dan rata dalam kondisi jenuh air.
3. Buat adukan untuk plesteran sesuai dengan perbandingan material yang
direncanakan.
4. Pasang benang untuk menentukan ketegakan horizontal dan vertikal untuk
keperluan penggunaan caplakan atau kepalaan plesteran dan cek kembali
ketegakan dan kerataanya, ketebalan kepalaan plesteran disesuaikan dengan
rencana ketebalan plesteran yaitu sekitar 1.5 cm s/d 3 cm.
5. Tentukan letak instalasi mekanikal elektrikal yang tertanam dalam plesteran ,
pastikan instalasi sudah terpasang semua agar tidak terjadi pekerjaan bobok
pasang dikemudian hari.
6. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan , selalu mengecek kerataanya dengan
menggunakan alat jidar.

60
7. Setelah pekerjaan plesteran selesai lakukan penyiraman selama +/- 7 hari agar
tidak terjadi keretakan dinding.
8. Setelah cukup usia pembasahan, keringkan bidang tersebut selama 1 hari.
9. Haluskan permukaan dinding dengan amplas halus.
10. Plamir bidang-bidang plesteran yang telah kering dengan menggunakan
plamir yang baik.
11. Lakukan sebanyak 3 lapis (tiga kali pelaksanaan) sampai dinding benar-benar
rata dan halus.

61
BAB VI

PENGENDALIAN PROYEK

6.1 Tinjauan Umum

Sebagai salah satu fungsi dan proses kegiatan dalam manajemen proyek
yang sangat mempengaruhi hasil akhir proyek adalah pengendalian yang
mempunyai tujuan utama meminilaisasi segala penyimpangan yang dapat terjadi
selama proses berlangsungnya proyek.

Menurut R.J Mockler (1972), pengendalian merupakan usaha yang


sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran dan tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan
standar, menganalisis kemungkinan penyimpangan, kemudian melakukan
tindakan koreksi yang diperlukan agar sumber daya dapat digunakan secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan.

Sasaran dan tujuan proyek seperti optimasi kinerja biaya, mutu, waktu dan
keselamatan kerja harus memiliki format standar dan kriteria sebagai alat ukur,
agar dapat mengindikasikan pencapaian kinerja proyek. Alat ukur yang digunakan
dapat berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, kuantitas pekerjaan, standar
mutu/spesifikasi teknis pekerjaan, serta standar keselamatan dan kesehatan kerja,
yang untuk selanjutnya diproses dalam suatu sistem informasi. Sistem informasi
ini mengolah data-data yang kemudian menghasilkan informasi penting untuk
mengambil keputusan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Bila hasil sistem informasi mengindikasikan terdapat penyimpangan


terhadap standar yang telah ditentukan, seperti kemajuan fisik pekerjaan yang
tidak sesuai dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, mutu pekerjaan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka perlu adanya suatu tindakan untuk
mengkoreksi kegiatan, seperti dengan mengubah metode pelaksanaan, melakukan
penambahan tenaga kerja, peralatan dan material serta perbaikan penjadwalan

62
maupun perbaikan mutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
kebutuhan sesungguhnya dilapangan.

6.2 Indikator Kinerja Proyek


Untuk memudahkan pengendalian proyek, pelaksana proyek harus
mempunyai acuan sebagai sasaran dan tujuan pengendalian, sehingga indikator
tujuan akhir pencapaian proyek harus ditampilkan dan dijadikan pegangan selama
pelaksanaan proyek. Indikator yang biasa menjadi sasaran pencapaian tujuan akhir
proyek adalah kinerja biaya, mutu, waktu dan keselamatan kerja.

6.2.1 Indikator Kinerja Biaya


Pembiayaan pengelolaan proyek merupakan hal yang paling utama yang
harus dicermati pendaliannya agar tidak terjadi kerugian-kerugian yang dapat
membuat proyek terhenti atau mengalami keterlambatan karena tidak adanya
pasokan keuangan untu pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja,
pembayaran sewa peralatan dan keperluan operasional proyek. Untuk memantau
keuangan proyek diperlukan indikator arus kas proyek yang menunjukan rencana
dan aktual penggunaan biaya dalam periode waktu proyek.

6.2.2 Indikator Kinerja Waktu


Indikator umum dari kinerja waktu adalah monitoring dan evaluasi proyek
dalam mengendalikan waktu adalah kurva S, yaitu plotting dari komulatif
persentase bobot masing-masing pekerjaan dari nilai biaya, yang dapat
mempresentasikan kemajuan dari awal hingga akhir proyek.

Kurvas S merupakan alat monitor dan evaluasi yang informatif yang


ditampilkan dalam bentuk diagram dan terpasang di direksi keet sehingga
pengelola proyek dapat cepat mengantisipasi bila ada penyimpangan pada proyek.

63
6.2.3 Indikator Kinerja Mutu
Dalam monitor dan evaluasi proyek untuk pengendalian mutu mengacu
kepada spesifikasi teknis yang di tetapkan pada setiap jenis kegiatan proyek,
seperti mutu beton, mutu baja, diameter dan lain sebagainya.

Ada 2 (dua) indikator yaitu produk sesuai mutu dan produk tidak sesuai
mutu, untuk produk yang tidak sesuai mutu akan direduksi, dengan demikian
pekerjaan diulang kembali sesuai dengan standar mutu yang ada, produk tidak
sesuai mutu akan menimbulkan penambahan biaya dan penambahan waktu.

6.2.4 Indikator Kinerja K 3


Dalam memonitor dan mengevaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) proyek, kurva S bisa dijadikan indikator yang menunjukkan biaya komulatif
dari kondisi tanpa kecelakaan dan kondisi dengan kecelakaan. Kondisi tersebut
memberikan informasi masing-masing pekerjaan beserta waktu yang dibutuhkan
serta tingkat resiko kecelakaan dari masing-masing pekerjaan pada proyek. Pada
pelaksanaan proyek tingkat resiko harus diminimalisir, dengan memprediksi
kemungkinan terjadinya kecelakanaan dengan mengantisipasinya, serta langkah-
langkah yang harus diambil bila kecelakaan kerja terjadi.

6.3 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya bisa diartikan sebagai pengendalian arus kas proyek,


untuk pengendalian tersebut harus dibuatkan arus kas untuk keadaan aktualnya
sehingga memudahkan untuk melakukan koreksi bila terjadi penyimpangan di
luar dugaan, monitoring arus kas harus dilakukan untuk menghindari kerugian.
Dalam proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang ini
pengendalian biaya sesuai dengan rencana anggaran proyek, sehingga seluruh
pekerjaan bisa dilaksanakan.

64
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan biaya dari perencanaan awal
pihak PT .Lembawai Indah Makmur menggunakan beberapa pengedalian biaya
antara lain metode varian dan metode nilai hasil.

a. Metode Varian
Pengendalian biaya proyek dengan melakukan identifikasi varian pada
data pengeluaran biaya pelaksanaan terhadap biaya rencana secara
periodik atau dalam kurun waktu tertentu.
Metode ini di pakai untuk mengevaluasi dan mempredikasi kebutuhan
biaya yang digunakan untuk pembelian material atau bahan-bahan yang
digunakan, pembiayaan pemakaian peralatan kerja, serta pembiayaan upah
pekerja.

b. Metode Nilai Hasil


Dalam metode ini memakai dasar-dasar asumsi tertentu agar dapat
dikembangkan untuk membuat perkiraan atau proyeksi keadaan masa
depan proyek. Metode ini digunakan untuk :
 memprediksi proyek dari sisi biaya pada suatu waktu;
 memprediksi proyek dari sisi jadwal/waktu pada suatu waktu;
 memprediksi biaya untuk menyelesaikan proyek setelah waktu
evaluasi ; proyek untung atau rugi.
 memprediksi waktu untuk menyelesaikan proyek setelah evaluasi,
lebih cepat atau lebih lambat.
 mengevaluasi pelaksanaan lapangan dan rencana
Dari penggunaan metode ini setelah di evaluasi rencana pekerjaan sesuai
dengan yang tertera pada dokumen teknis pelaksaan Pembangunan Gedung
Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang terdapat beberapa varian yang memiliki
perbedaan volume lapangan terhadap volume perencanaan pekerjaan.

65
6.4 Pengendalian Kualitas Bahan

Konstruksi yang baik dibuat dari bahan-bahan berkualitas yang memenuhi


syarat yang telah ditentukan. Bahan-bahan yang digunakan pada suatu proyek di
syaratkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Penggunaan bahan-bahan
pada proyek harus di awasi dan disetujui oleh pengawas pekerjaan.

Pengendalian mutu bahan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa


bahan-bahan yang dipakai sesuai dengan spesifikasi teknis. Untuk itu sebagian
bahan dilakukan pengujian kualitas dan dilaporkan dengan baik kepada pimpinan
proyek atau pengawas lapangan sebelum dan sesudah bahan-bahan itu dikerjakan,
dan sebagian bahan terutama yang di produksi oleh pabrik seperti baja berat, besi
beton dan lainya harus memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia.

Konsultan pengawas berkewajiban melakukan pengawasan pekerjaan agar


diperoleh mutu hasil pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan, pengendalian
kualitas bahan pada proyek ini dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan
terhadap:

a. Pelaksanaan Pencampuran Adukan Pasangan Batu 1 Pc : 4 Ps dilapangan.


b. Pelaksanaan Pencampuran Adukan Beton Bertulang mutu K 225.
c. Permohonan Melakukan Pekerjaan (request) yang diusulkan oleh kontraktor.
d. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan dilapangan.

Pada pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP


Theresia Pangkalpinang pengendalian dilakukan oleh kontraktor atas persetujuan
konsultan pengawas dalam hal ini CV.Afiz Konsultan

6.5 Pengendalian Waktu Proyek


Menurut Soeharto ( 1999 ), pengendalian jadwal/waktu terpusat pada faktor
berikut :

1. Bagi pemilik proyek tercapainya sasaran seperti tercantum pada jadwal


induk.

66
2. Bagi kontraktor, tercapainya sasaran seperti pada kontrak EPK (
Engineering, Pengadaan dan Konstruksi ).
3. Penyediaan sumber daya material, peralatan, tenaga kerja.

Dalam pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


Pangkalpinang terjadi sedikit keterlambatan waktu dari rencana karena pihak
kontraktor selain mengerjakan pembangunan Gedung Olahraga namun juga
Pembangunan Gedung Sekolah. Keadaan cuaca juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keterlembatan.

6.6 Pengendalian Tenaga Kerja

Pengendalian sumber daya adalah suatu cara pengendalian proyek


berhubungan dengan penggunaan sumber daya manusia agar alokasi jumlahnya
logis dengan keterbatasan yang ada juga agar penggunaannya lebih efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan proyek. Keberhasilan suatu proyek konstruksi
sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerjanya.

Pelaksanaan Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


Pangkalpinang, tenaga kerja yang ditempatkan dilapangan cukup dan sesuai
kebutuhan sehingga penyimpangan pada rencana kerja yang terjadi kecil.

6.7 Pengendalian Material


Penggunaan material merupakan bagian terpenting yang memiliki
persentase yang cukup besar dari total pembiayaan proyek. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian material yang baik dan tepat untuk memilih, membeli,
mengirim, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan menghitung material
menjadi sangat penting. Pengendalian material yang mencakup sistem dan
komponen utama yang tercakup dalam kontrak harus dilakukan oleh Kontraktor
Utama. Kegagalan pengendalian material akan berakibat fatal sehingga
mengakibatkan pembengkakan biaya dan keterlambatan waktu penyelesaian
pekerjaan

67
Pengadaan material di lapangan ini tidak boleh terlalu cepat dan tidak
boleh terlalu lama. Jika terlalu cepat pengadaan material, maka dikhawatirkan
akan mengurangi kualitas bahan atau material dan jika pengadaan material terlalu
lama, maka dapat menyebabkan penundaan pelaksanaan yang mengakibatkan
keterlambatan pada proyek.

Pada proyek Pembangunan Gedung Olahraga SMP Theresia


Pangkalpinang, dilakukan pengendalian material yang cukup baik, seperti halnya
rangka baja IWF yang tidak ada di lokal telah di pesan sesuai dengan waktu yang
ditentukan untuk pemasangannya.

Monitoring pengawasan kuantitas material dilakukan sejak kedatangan


material dilapangan yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan dan pemeriksaan
yang dilakukan sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

6.8 Pengendalian Peralatan


Pengendalian peralatan pada Pembangunan Gedung Olahraga SMP
Theresia Pangkalpinang merupakan usaha untuk menyiapkan peralatan siap
bekerja (beroperasi) di lokasi pekerjaan. Adapun pengendalian yang dilakukan
terhadap pengadaan peralatan pada proyek ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jumlah alat yang diperlukan.


2) Memilih alat yang tepat untuk setiap jenis pekerjaan.
3) Merencanakan pengangkutan alat ke lokasi.
4) Menyesuaikan pengangkutan alat dengan jadwal pekerjaan.
5) Menyusun daftar kegiatan proyek secara teratur beserta volume pekerjaan.
6) Menghitung waktu pemakaian alat agar tidak terjadi pemborosan karena
berhubungan dengan biaya dan sebagainya.
Untuk pengendalian peralatan pada proyek Pembangunan Gedung
Olahraga SMP Theresia Pangkalpinang. Peralatan yang disediakan siap pakai di
lokasi pekerjaan dan semuanya berjalan teratur.

68
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan GOR SMP


Theresia Pangkalpinang, maka dapat disimpulkan :

1. Dalam Pembangunan Proyek ini pekerjaan yang dilaksanakan tidak


mengalami kendala yang cukup berarti, karena proses material dan tenaga
kerja di lapangan selalu tersedia.
2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi pekerja kurang diperhatikan
dalam pelaksanaan proyek ini, seperti kurang tersedianya peralatan
pelindung pada saat bekerja.
3. Lemahnya pengawasan dari pihak pemberi pekerjaan maupun dari pihak
konsultan pengawas sehingga kontraktor melakukan tahapan pekerjaan
Pembangunan GOR SMP Theresia Pangkalpinang tidak sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan GOR SMP


Theresia Pangkalpinang, maka dapat disarankan :

1. Kontraktor harus memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


bagi tenaga kerja agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Pengawasan pekerjaan harus dilakukan secara intensif oleh konsultan
pengawas agar mutu pekerjaan sesuai dengan gambar kerja standar mutu
yang telah ditentukan.

69

Anda mungkin juga menyukai