Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA POSTNATAL CARE

DI RUANG ANYELIR RSUD KABUPATEN TANGERANG

A. PENGERTIAN

 Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
kira 6 minggu (Abdul Bari,2013). Masa nifas (Puerperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu
(Mochtar, 2010).
 Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2013).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura
 Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2016 ).
 Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2018)
 Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah
tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat

1
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

B. ASUHAN MASA NIFAS


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan
bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan
asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu:
(Mitayani, 2010)
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum

C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS

Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan


yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar
dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.

2
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2010)

D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

E. PERIODE MASA NIFAS


Nifas dibagi menjadi 3 periode:
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan
bertahun-tahun )
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-
perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya
laktasi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mammae

3
F. PERUBAHAN MASA NIFAS
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi
karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan
meliputi:
1) Uterus Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat
yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-

4
ototnya.Perubahan uterus setelah melahirkan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter
Berat
Involusi TFU Bekas Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
lahir pusat
1 minggu symphisis 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
Tak teraba
2 minggu 50 gr 2,5 cm
Sebesar hamil
6 minggu 2 minggu
30 gr
Normal
8 minggu

2) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l:
121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim

5
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang
banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi
ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh.
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik
c. Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah
menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak
busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks
kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta

6
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini
terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan

7
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah
dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi
uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan.
Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi
ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan
pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron
dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi
susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran
FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun
pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH
disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air
susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat

8
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi
akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran
kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka
LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan
oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat,
keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-
8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan
yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )

h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3

9
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


a) Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik + 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
60 – 80 x/mnt
Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam
pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-
rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :

10
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama. Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
 Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C
 Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
 Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda terlambat dan gejala lain dari
perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis

2. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam
3 tahap yaitu:

a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat
dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.

11
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras
dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)

12
1 6-8 jam  Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
post  Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan
partum berlanjut.
 Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan karena atonia uteri.
 Pemberian ASI awal
 Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
 Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil

g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik


38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi,
pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya
meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus

H. PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

13
2 6 hari post  Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di
partum bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
 Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post
partum
4 6 minggu  Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
post maupun pada bayinya.
partum  Menberikan konseling untuk KB

14
TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN

1.Kebersihan diri  Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
 Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya 2
kali dalam sehari.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat  Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan berlebihan
 Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
 Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.

3.Latihan  Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke
dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
 Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
 Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
4. Gizi  Ibu menyusui harus:
 Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari

15
 Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang cukup.
 Minum sedikitnya 3 liter / hari
 Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
 Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
5.Perawatan  Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara  Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
 Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
 Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
 Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam.
 Apabila payudara bengkak lakukan:
 Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit
 Urut payudara ( seperti Breast Care).
 Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
 Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
 Payudara dikeringkan.
6.Hubungan  Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah
perkawinan berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke
atau Rumah dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga  Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
7.Keluarga  KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:

16
 Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
 Kelebihan dan keuntungan KB
 Efek samping
 Bagaimana memakai metode yang benar
 Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

J. TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL

TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN


1.Kebersihan  Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari
 Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya sampai tali
pusatnya kering dan pangkalnya telah sembuh.
 Setiap kali bayi BAB atau BAK bersihkan bagian perianal dengan air
dan sabun serta kering dengan baik.

2.Menyusui  Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama


 Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
 ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
3.Tidur Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
 Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
 Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
 Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas
kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
mengeluarkan cairan.
5.Imunisasi Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio oral

17
dan Hepatitis B.

K. PERAWATAN MASA NIFAS

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk


pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8
jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih
banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah
kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:

18
a. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda
infeksi.

5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah

a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi
seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga
lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut
sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva

19
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam
uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi,
sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak
nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan
vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BAK cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang,
ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BAK , setiap kali
cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra
mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus
spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral
atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas,
tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna
untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui
bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung
zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991:
430)

20
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan
setelah melahirkan.
i. Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena
itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2
minggu setelah melahirkan.

L. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan
dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan
pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk
mencegah infeksi.

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:


1. Kondisi uterus: palpasi fundus, Kontraksi miometrium, tingkat
kontraksi, TFU. involusi uteri.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi Bentuk insisi, edema.
perineum, laserasi, hematoma.

21
3. Pengeluaran lochea. Rubra, serosa dan alba.
4. Kandung kemih: distensi bladder. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam 24 jam pertama  380C.
pertama setelah partus, TD dan Nadi Kompensasi kardiovaskuler TD
terhadap penyimpangan sistolik menurun 20 mmHg.
cardiovaskuler. Bradikardi: 50-70 x/mnt.

Diagnosa Keperawatan:

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan

22
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri  Pain Level,  Mengetahui tingkat
 Lakukan pengkajian
fisik  Pain control, pengalaman nyeri klien
nyeri secara
(peregangan  Comfort level dan tindakan keperawatan
komprehensif
perineum; luka Setelah dilakukan yang akan dilakukan
termasuk lokasi,
episiotomi; askep selama …x 24 untuk mengurangi nyeri
karakteristik, durasi,
involusi uteri; jam, diharapkan
frekuensi, kualitas  Reaksi terhadap nyeri
hemoroid; nyeri berkurang
dan faktor presipitasi biasanya ditunjukkan
pembengkakan
(PQRST) dengan reaksi non verbal
payudara). Kriteria Hasil :
 Observasi reaksi tanpa disengaja.
 Mampu mengontrol
nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab  Mengetahui pengalaman
ketidaknyamanan
nyeri, mampu nyeri
 Gunakan teknik
menggunakan tehnik
komunikasi
nonfarmakologi
terapeutik untuk
untuk mengurangi
mengetahui
nyeri, mencari
pengalaman nyeri  Penanganan nyeri tidak
bantuan)
pasien selamanya diberikan obat.
 Melaporkan bahwa
 Ajarkan tentang Nafas dalam dapat
nyeri berkurang
teknik non membantu mengurangi
dengan
farmakologi tingkat nyeri
menggunakan
 Evaluasi keefektifan
manajemen nyeri  Mengetahui keefektifan
kontrol nyeri
 Mampu mengenali control nyeri
 Motivasi untuk
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
meningkatkan  Mengurangi rasa nyeri

23
dan tanda nyeri) asupan nutrisi yang Menentukan intervensi
 Menyatakan rasa bergizi. keperawatan sesuai skala
nyaman setelah nyeri  Tingkatkan istirahat nyeri.
berkurang  Latih mobilisasi  Mengidentifikasi
 Tanda vital dalam miring kanan miring penyimpangan dan
rentang normal kiri jika kondisi kemajuan berdasarkan
TD : 120-140 /80 – klien mulai membaik involusi uteri.
90 mmHg  Kaji kontraksi
RR : 16 – 24 x/mnt uterus, proses  Mengurangi ketegangan
N : 80- 100 x mnt involusi uteri. pada luka perineum.
T o
: 36,5 C –  Anjurkan pasien
o
37,5 C untuk membasahi
perineum dengan air  Melatih ibu
hangat sebelum mengurangi bendungan
berkemih. ASI dan memperlancar
 Anjurkan dan latih pengeluaran ASI.
pasien cara merawat  Mencegah infeksi dan
payudara secara kontrol nyeri pada luka
teratur. perineum.
 Jelaskan pada ibu
tetang teknik
merawat luka 
perineum dan

mengganti PAD
secara teratur setiap  Mengurangi intensitas
3 kali sehari atau nyeri denagn menekan
setiap kali lochea rangsnag nyeri pada
keluar banyak. nosiseptor.
 Kolaborasi dokter
tentang pemberian

24
analgesik
Resiko defisit  Fluid balance Fluid management  Mengidentifikasi
volume cairan  Hydration  Obs Tanda-tanda penyimpangan indikasi
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. kemajuan atau
pengeluaran askep selama …x 24  Obs Warna urine. penyimpangan dari
yang jam, Pasiendapat  Status umum setiap hasil yang diharapkan.
berlebihan; mendemostrasikan 8 jam.  Memenuhi kebutuhan
perdarahan; status cairan  Pertahankan catatan cairan tubuh klien
diuresis; membaik. intake dan output  Menjaga status balance
keringat Kriteria evaluasi: yang akurat cairan klien
berlebihan. tak ada manifestasi
 Monitor status
dehidrasi, resolusi
hidrasi ( kelembaban  Memenuhi kebutuhan
oedema, haluaran cairan tubuh klien
membran mukosa,
urine di atas 30
nadi adekuat,  Memenuhi kebutuhan
ml/jam, kulit
tekanan darah cairan tubuh klien
kenyal/turgor kulit
ortostatik ), jika
baik.
diperlukan  Temuan-temuan ini
 Monitor masukan menandakan
makanan / cairan dan hipovolemia dan
hitung intake kalori perlunya peningkatan
harian cairan.
 Lakukan terapi IV
 Berikan cairan  Mencegah pasien jatuh
 Dorong masukan ke dalam kondisi
oral kelebihan cairan yang

 Beritahu dokter bila: beresiko terjadinya

haluaran urine < 30 oedem paru.

ml/jam, haus,  Mengidentifikasi


takikardia, gelisah, keseimbangan cairan
TD di bawah rentang pasien secara adekuat dan

25
normal, urine gelap teratur.
atau encer gelap.
 Konsultasi dokter
bila manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
 Pantau: cairan masuk
dan cairan keluar
setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep  Kaji haluaran  Mengidentifikasi
eleminasi BAK selama …x 24 jam, Pola urine, keluhan serta penyimpangan dalam
(disuria) b/d eleminasi (BAK) pasien keteraturan pola pola berkemih pasien.
trauma teratur. berkemih.  Ambulasi dini
perineum dan Kriteria hasil: eleminasi  Anjurkan pasien memberikan
saluran kemih. BAK lancar, disuria melakukan ambulasi rangsangan untuk
tidak ada, bladder dini. pengeluaran urine dan
kosong, keluhan kencing  Anjurkan pasien pengosongan bladder.
tidak ada. untuk membasahi  Membasahi bladder
perineum dengan air dengan air hangat dapat
hangat sebelum mengurangi
berkemih. ketegangan akibat
 Anjurkan pasien adanya luka pada
untuk berkemih bladder.
secara teratur.  Menerapkan pola
 Anjurkan pasien berkemih secara teratur
untuk minum 2500- akan melatih
3000 ml/24 jam. pengosongan bladder
 Kolaborasi untuk secara teratur.
melakukan  Minum banyak
kateterisasi bila mempercepat filtrasi

26
pasien kesulitan pada glomerolus dan
berkemih. mempercepat
pengeluaran urine.
 Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah stasis
urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep  Kaji pola BAB,  Mengidentifikasi
eleminasi BAB selama …x 24 jam, Pola kesulitan BAB, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d eleminasi (BAB) teratur. warna, bau, kemajuan dalam pola
kurangnya Kriteria hasil: pola konsistensi dan eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet eleminasi teratur, feses jumlah.  Ambulasi dini
yang tidak lunak dan warna khas  Anjurkan ambulasi merangsang
seimbang; feses, bau khas feses, dini. pengosongan rektum
trauma tidak ada kesulitan  Anjurkan pasien secara lebih cepat.
persalinan. BAB, tidak ada feses untuk minum banyak  Cairan dalam jumlah
bercampur darah dan 2500-3000 ml/24 cukup mencegah
lendir, konstipasi tidak jam. terjadinya penyerapan
ada. cairan dalam rektum
 Kaji bising usus yang dapat
setiap 8 jam. menyebabkan feses
 Pantau berat badan menjadi keras.
setiap hari.  Bising usus
 Anjurkan pasien mengidentifikasikan
makan banyak serat pencernaan dalam
seperti buah-buahan kondisi baik.
dan sayur-sayuran  Mengidentifiakis
hijau. adanya penurunan BB
secara dini.

27
 Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan askep  Kaji toleransi pasien  Parameter
pemenuhan selama …x 24 jam, terhadap aktifitas menunjukkan respon
ADL b/d ADL dan kebutuhan menggunakan fisiologis pasien
immobilisasi; beraktifitas pasien parameter berikut: terhadap stres aktifitas
kelemahan. terpenuhi secara nadi 20/mnt di atas dan indikator derajat
adekuat. frek nadi istirahat, penagruh kelebihan
Kriteria hasil: catat peningaktan kerja jnatung.
- Menunjukkan TD, dispnea, nyeri
peningkatan dalam dada, kelelahan
beraktifitas. berat, kelemahan,  Menurunkan kerja
- Kelemahan dan berkeringat, pusing miokard/komsumsi
kelelahan berkurang. atau pinsan. oksigen , menurunkan
- Kebutuhan ADL  Tingkatkan istirahat, resiko komplikasi.
terpenuhi secara mandiri batasi aktifitas pada
atau dengan bantuan. dasar nyeri/respon  Stabilitas fisiologis
- frekuensi jantung/irama hemodinamik, pada istirahat penting
dan Td dalam batas berikan aktifitas untuk menunjukkan
normal. senggang yang tidak tingkat aktifitas
- kulit hangat, merah berat. individu.
muda dan kering  Kaji kesiapan untuk
meningkatkan
aktifitas contoh:  Komsumsi oksigen
penurunan miokardia selama
kelemahan/kelelahan berbagai aktifitas dapat
, TD stabil/frek nadi, meningkatkan jumlah
peningaktan oksigen yang ada.
perhatian pada Kemajuan aktifitas

28
aktifitas dan bertahap mencegah
perawatan diri. peningkatan tiba-tiba
 Dorong memajukan pada kerja jantung.
aktifitas/toleransi  Teknik penghematan
perawatan diri. energi menurunkan
penggunaan energi dan
 Anjurkan keluarga membantu
untuk membantu keseimbangan suplai
pemenuhan dan kebutuhan oksigen.
kebutuhan ADL  Aktifitas yang maju
pasien. memberikan kontrol
 Jelaskan pola jantung, meningaktkan
peningkatan regangan dan
bertahap dari mencegah aktifitas
aktifitas, contoh: berlebihan.
posisi duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri
dst.

Resiko infeksi Setelah dilakukan askep  Pantau: vital sign,  Mengidentifikasi


b/d trauma selama …x 24 jam, tanda infeksi. penyimpangan dan
jalan lahir. Infeksi tidak terjadi. kemajuan sesuai
Kriteria hasil: tanda  Kaji pengeluaran intervensi yang
infeksi tidak ada, luka lochea, warna, bau dan dilakukan.
episiotomi kering dan jumlah.  Mengidentifikasi
bersih, takut berkemih  Kaji luka perineum, kelainan pengeluaran

29
dan BAB tidak ada. keadaan jahitan. lochea secara dini.
 Keadaan luka
perineum berdekatan
 Anjurkan pasien dengan daerah basah
membasuh vulva mengakibatkan
setiap habis berkemih kecenderunagn luka
dengan cara yang untuk selalu kotor dan
benar dan mengganti mudah terkena infeksi.
PAD setiap 3 kali  Mencegah infeksi
perhari atau setiap secara dini.
kali pengeluaran
lochea banyak.
 Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat pasien  Mencegah kontaminasi
(merawat luka silang terhadap infeksi.
perineum, merawat
payudara, merawat
bayi).
Resiko Setelah dilakukan askep  Beri kesempatan ibu  Meningkatkan
gangguan selama …x 24 jam, untuk melakuakn kemandirian ibu dalam
proses Gangguan proses perawatan bayi secara perawatan bayi.
parenting b/d parenting tidak ada. mandiri.  Keterlibatan
kurangnya Kriteria hasil: ibu dapat  Libatkan suami bapak/suami dalam
pengetahuan merawat bayi secara dalam perawatan perawatan bayi akan
tentang cara mandiri (memandikan, bayi. membantu
merawat bayi. menyusui). meningkatkan
keterikatan batih ibu
 Latih ibu untuk dengan bayi.
perawatan payudara  Perawatan payudara

30
secara mandiri dan secara teratur akan
teratur. mempertahankan
produksi ASI secara
 Motivasi ibu untuk kontinyu sehingga
meningkatkan intake kebutuhan bayi akan
cairan dan diet ASI tercukupi.
TKTP.  Mneingkatkan produksi
 Lakukan rawat ASI.
gabung sesegera
mungkin bila tidak  Meningkatkan
terdapat komplikasi hubungan ibu dan bayi
pada ibu atau bayi. sedini mungkin.

31
DAFTAR PUSTAKA

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.

Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Mosby.

Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

32

Anda mungkin juga menyukai