Anda di halaman 1dari 144

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUANG

RAWAT INAP VIP DI RSU MEURAXA BANDA ACEH


TAHUN 2007-2008

TESIS

Oleh

CUT ANA MARTAFARI


067013005/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUANG
RAWAT INAP VIP DI RSU MEURAXA BANDA ACEH
TAHUN 2007-2008

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS)


dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

CUT ANA MARTAFARI


067013005/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Judul Tesis : ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN
RUANG RAWAT INAP VIP DI RSU MEURAXA
BANDA ACEH TAHUN 2007-2008
Nama Mahasiswa : Cut Ana Martafari
Nomor Pokok : 067013005
Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui,
Komisi Pembimbing:

(Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si) (Drs. Amru Nasution, M.Kes)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 19 Januari 2009

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal: 19 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si
Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes
2. dr. Jules H. Hutagalung, MPH
3. Syahyunan, SE, M.Si

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
PERNYATAAN

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUANG


RAWAT INAP VIP DI RSU MEURAXA BANDA ACEH
TAHUN 2007-2008

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2009

(CUT ANA MARTAFARI)

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Meuraxa (RSUM) Banda Aceh merupakan rumah sakit
tipe C milik Pemerintah Kota Banda Aceh yang merupakan pusat rujukan bagi
puskesmas yang ada di Banda Aceh. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kenyataan
tahun 2007 jumlah pasien rawat inap RSUM meningkat sebanyak 71 % dari tahun
2006, namun fasilitas ruang rawat inap VIP di RSUM untuk ditawarkan kepada
masyarakat menengah ke atas belum ada.
Telah dilakukan penelitian untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal,
dan investasi dalam pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM. Penelitian dengan
rancangan studi kasus ini menggunakan data sekunder selama 4 tahun (2005-2008).
Keputusan pengembangan ruang rawat inap VIP di RSU Meuraxa Banda Aceh
menggunakan analisis SWOT meliputi analisis kekuatan (Strength), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats), serta analisis investasi/
keuangan dengan cara menghitung NPV (Net Present Value) dan PP (Payback
Period).
Hasil analisis SWOT menunjukkan dari faktor internal dan eksternal, secara
keseluruhan mendukung untuk pengembangan ruang rawat inap VIP di RSUM Banda
Aceh. Analisis keuangan berpedoman pada aliran kas bersih yang diestimasikan
selama 10 tahun (2010-2019), didapatkan nilai NPV sebesar Rp. 292.658.181,-
dengan Payback Periode (PP) 5 tahun 3 bulan, di mana investasi dapat dikembalikan
selama 5 tahun 8 bulan artinya pengembangan ruang rawat inap VIP di Rumah Sakit
Umum Meuraxa Banda Aceh layak untuk dilaksanakan.
Disarankan hasil studi keputusan pengembangan ini segera ditindak lanjuti
dengan Rencana Induk yang merupakan penjabaran kegiatan selanjutnya dari studi
keputusan pengembangan.

Kata Kunci: Kelayakan, Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
ABSTRACT

General Hospital of Meuraxa (RSUM) of Banda Aceh is a government


hospital type C owned by local government of Banda Aceh city as reference hospital
of health center (Puskesmas) in Banda Aceh. This research based on a fact that in
2007 the number of inpatient at RSUM was increase to 71% than 2006, but
unfortunately there are no VIP inpatient facilities at RSUM could be offered to
middle-up social class.
A research was conducted to analyze the internal and external factors, and
investment to develop the VIP inpatient RSUM. The research used case study by
using the secondary data during 4 years (2005-2008). The decision of the
development of VIP RSU Meuraxa Banda Aceh applies SWOT analysis consists of
strength, weakness, opportunities and threats. Investment/financial analysis by
calculate NPV (Net Present Value) and PP (Payback Period).
The SWOT analysis shows that from the internal and external factors,
generally support to development of VIP inpatient at RSU Meuraxa Banda Aceh.
Financial analysis which guided by estimated cash flow during 10 years (2010-2019),
found that the NPV is IDR 292.658.181,- and Payback Period (PP) is 5 years 3
month, means the investment will return in 5 years and 3 months. It is concluded that
the development of VIP inpatient facilities at General Hospital of Meuraxa (RSUM)
is feasible.
Based on this study, it is suggested to the RSUM to follow the decision to
develop the hospital according to the master plan.

Key word: Feasible, the Development of VIP Inpatient.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini diselesaikan tidak terlepas dari bantuan dari berbagi pihak, untuk itu

pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,

M.Si. dan Bapak Drs. Amru Nasution, M.Kes, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penulisan tesis ini.

Pada kesempatan ini perkenankan juga penulis menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. IdaYustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Hj. Dewi Lailawati, M.Si selaku Direktur Rumah Sakit Umum Meuraxa

Banda Aceh beserta seluruh staf yang telah memberikan izin dan bantuan bagi

penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

4. Bapak M. Marwan, S.Si selaku Kepala BPS Banda Aceh beserta seluruh staf yang

telah memberikan izin dan bantuan bagi penulis sehingga penelitian ini dapat

berjalan dengan lancar.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
5. Bapak Bupati dan Ibu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar serta

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang telah

mengizinkan penulis untuk menjalani tugas belajar serta memberikan dukungan

moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Teman-teman semua mahasiswa/i Program Studi Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan khususnya Administrasi Rumah Sakit Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara angkatan 2006 yang telah memberikan bantuan dan

motivasi sehingga penulisan tesis ini selesai.

7. Suami tercinta Khairul Huda, S.Kom, M.Si dan anak-anak tersayang Awfi Athiya

Salsabila Addini dan Syakhish Ulya Akhira yang selalu memberikan cinta dan

kasih sayangnya, dalam membantu menyelesaikan pendidikan ini.

8. Ayahanda, ibu mertua dan saudara-saudara yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dan khususnya bagi almarhumah ibunda tersayang dan almarhum bapak

mertua yang telah meninggalkan dunia ini dalam masa pendidikanku, semoga

mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Terima kasih atas do’a dan

kasih sayangnya yang telah diberikan dalam menjalani masa pendidikan ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang telah

banyak membantu penulis selama dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas segala bantuan dan kebaikan yang telah

diberikan kepada penulis dengan berlipat ganda dan senantiasa melimpahkan

rahmatnya bagi kita semua.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap bahwa tesis ini

yang jauh dari kesempurnaan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Banda Aceh, Desember 2008


Penulis

Cut Ana Martafari

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama : Cut Ana Martafari


Tempat/Tanggal Lahir : Aceh Besar/4 Januari 1974
Agama : Islam
Alamat : Desa Cot Mancang, Kec. Kuta Baro, Kabupaten Aceh
Besar, Nanggroe Aceh Darussalam.

Riwayat Pendidikan :
1. SDN No. 1 Buengcala Aceh Besar, 1980-1986.
2. SMPN 3 Banda Aceh, 1986-1989.
3. SMAN 3 Banda Aceh, 1989-1992.
4. S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, 1992-1997.
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh, 1997-2000.
6. S-2 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, 2006 s/d 2009.

Riwayat Pekerjaan :
1. Dokter PTT di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, 2001-2002.
2. Kepala Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar, 2002-2006.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................... 1


1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2. Permasalahan ......................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 10


2.1 Pengertian dan Pengembangan Rumah Sakit......................... 10
2.2 Studi Kelayakan Pengembangan Rumah Rawat Inap VIP
Rumah Sakit ........................................................................... 20
2.3 Landasan Teori....................................................................... 31
2.4 Kerangka Konsep................................................................... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN 38


3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 38
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................ 38
3.3 Subyek dan Informan Penelitian ............................................ 38
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................... 39
3.5 Definisi Operasional .............................................................. 39
3.6 Metode Pengukuran .............................................................. 42
3.7 Metode Analisis Data............................................................. 45

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................... 48


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 48

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
4.2 Analisis Situasi Pengembangan Ruang Perawatan VIP
RSUM Banda Aceh................................................................. 50
4.3 Keputusan Pengembangan VIP RSU Meuraxa Banda Aceh .. 78
4.4 Hasil Wawancara ................................................................... 89
4.5 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 91

BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................... 92


5.1 Analisis Faktor Internal terhadap Pengembangan VIP
RSUM ..................................................................................... 92
5.2 Analisis Faktor Eksternal terhadap Pengembangan VIP
RSUM ..................................................................................... 101

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................


108
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 108
6.2 Saran ....................................................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 113

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Jumlah tempat Tidur Rumah Sakit


Kelas C .................................................................................................... 21
4.1. Analisis Situasi Ketenagaan di RSU Meuraxa Banda Aceh Sampai Juli
2008......................................................................................................... 51
4.2. Perhitungan Investasi Awal Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP
di RSU Meuraxa Banda Aceh ................................................................ 54
4.3. Data Jumlah Pasien Rawat Inap Selama 4 Tahun Terakhir (2005 s/d
2008) di RSU Meuraxa Banda Aceh....................................................... 53
4.4. Penyusutan Aktiva Tetap ........................................................................ 56
4.5. Perhitungan Nilai NPV dengan DF=16% ............................................... 57
4.6. Perhitungan PP Berdasarkan Kas Bersih Per Tahun .............................. 58
4.7. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di RSU Meuraxa Banda Aceh
Tahun 2007 ............................................................................................. 64
4.8. Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RSU Meuraxa Tahun 2005-2008 ..... 64
4.9 . Proyeksi Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan RSU Meuraxa Tahun
2009-2012 ............................................................................................... 65
4.10. Nilai BOR (%) Rawat Inap RSUM Tahun 2005-2008 .......................... 66
4.11. Estimasi Jumlah Kunjungan Rawat Inap VIP RSUM Tahun 2010 –
2019 ......................................................................................................
67
4.12. Sepuluh Penyakit Terbanyak di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2005-2008 ............................................................................................... 68
4.13 Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kota Banda
Aceh 2007 ............................................................................................... 70
4.14. Distribusi Tingkat Pendidikan di Kota Banda Aceh Selama Kurun
Waktu 2005-2007.................................................................................... 71
4.15. Pendapatan Domestik Bruto Berdasarkan Lapangan Kerja, Usaha dan
Harga di Kota Banda Aceh Selama Kurun Waktu 2005 s/d 2007 .......... 72
4.16. Pendapatan Perkapita di Kota Banda Aceh Tahun 2006-2007 ............... 73

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
4.17. Pertumbuhan Angkatan Kerja Penduduk di Kota Banda Aceh tahun
2006-2007 ............................................................................................... 73
4.18. Distribusi Pola Penyakit di Kota Banda Aceh Tahun 2007 .................... 74
4.19. Pencarian Pengobatan Berdasarkan Nilai BOR di Rumah Sakit di Kota
Banda Aceh Tahun Selama Tahun 2005 s/d Agustus 2008 .................... 75
4.20. Distribusi Tempat Tidur dan Kebutuhan Tempat Tidur pada Rumah
Sakit di Kota Banda Aceh ....................................................................... 77
4.21. Analisis Situasi SDM Kesehatan di RSUM Kota Banda Aceh Tahun
2008......................................................................................................... 79
4.22 Analisis Pesaing dengan 4 RS Lain di Kota Banda Aceh....................... 85
4.23. Analisis Pencermatan Faktor Strategis Pengembangan VIP RSUM ...... 88

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................... 36

3.1. Diagram Analisis SWOT ........................................................................ 46

4.1. Grafik Estimasi Jumlah Pasien Rawat Inap selama 5 Tahun.................. 54

4.2. Analisis SWOT Berdasarkan Strategi dan Pilihan dalam Upaya


Pengembangan VIP RSUM .................................................................... 89

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Pengembangan Ruangan VIP RSUM


Meuraxa Banda Aceh ............................................................................ 116
2. Tarif Pelayanan Kelas VIP .................................................................... 117
3. Perkiraan Pendapatan Unit Rawat Inap ................................................. 118
4. Perkiraan Pendapatan Farmasi dan Bahan Medis Unit Rawat Inap
VIP ......................................................................................................... 119
5. Perkiraan Pendapatan Radiologi Unit Rawat Inap VIP ........................ 120
6. Perkiraan Pengeluaran Unit Rawat Inap VIP ........................................ 121
7. Perkiraan Pengeluaran Jasa Medis dan Para Medis Unit Rawat Inap
VIP ........................................................................................................ 122
8. Proyeksi Laba (Rugi) Rumah Sakit Umum Meuraxa 2010 s/d 2019 .... 123
9. Struktur Organisasi RSUM .................................................................... 128
10. Blue Print Rumah Sakit Meuraxa .......................................................... 129
11. Surat Keterangan Izin Penelitian ........................................................... 131
12. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ............................................... 132
13. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ................................... 133

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak

rumah sakit untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan atau peningkatan

kualitas pelayanan diantaranya, melalui pengembangan sarana dan prasarana, sistem

manajemen, sumberdaya manusia, dan lain-lainnya.

Rumah sakit menjadi simpul utama yang berfungsi sebagai pusat rujukan

dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan. Mengelola rumah sakit merupakan tugas

yang rumit dan penuh tantangan. Sementara itu, dewasa ini perumahsakitan

berkembang menjadi industri jasa rumah sakit sebagai industri jasa mempunyai

fungsi sosial dan fungsi ekonomi (Djojodibroto, 1997).

Biaya pengelolaan rumah sakit pemerintah tidak sepenuhnya dapat diandalkan

hanya dengan mengharapkan anggaran pemerintah (seperti APBN dan APBD) yang

relatif terbatas. Pada sisi lain terjadi peningkatan permintaan pelayanan rumah sakit

oleh penduduk. Kondisi ini mendorong rumah sakit mencari solusi lain, diantaranya

adalah mendirikan “paviliun swasta”, yaitu ruangan rawat inap yang dilengkapi

dengan sarana sangat memadai, dan pasien dipungut bayaran seperti halnya di rumah

sakit swasta (Iskandar, 1998).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Keberadaan ruang perawatan VIP di rumah sakit pemerintah, dapat membuat

tenaga kesehatan termotivasi untuk memberikan kinerja terbaik, sebab tenaga

kesehatan dapat meningkatkan pendapatannya. Pada sisi lain, sebagian masyarakat

percaya mutu merupakan sesuatu yang bersifat luks, mewah, dan mahal (Trisnantoro,

2005; Mukti, 2007).

Berdasarkan pendapat Soejitno (2002) dan Subanegara (2005), dapat

disimpulkan bahwa rencana pengembangan dan realisasi ruang perawatan VIP

di rumah sakit dapat dikategorikan sebagai upaya mendirikan Business Unit. Upaya

mengembangkan sarana fisik rumah sakit, seperti pembangunan ruangan VIP, dan

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit yang melengkapi keberadaan ruangan

VIP, membutuhkan kajian faktor internal rumah sakit dan faktor eksternal rumah

sakit.

Menurut Azwar (1996) dan Rangkuti (2006), analisis lingkungan internal dan

lingkungan ektsernal merupakan landasan kritis dalam pengembangan ruang

perawatan VIP. Metode analisis yang dapat digunakan antara lain adalah analisis

SWOT, yaitu kajian tentang faktor strengths atau kekuatan internal, weakneasses atau

kelemahan internal, opportunitie atau peluang eksternal, threats atau ancaman

eksternal.

Menurut Hussey dalam Wibowo (2005), menjelaskan bahwa kebutuhan

perubahan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu external forces (kekuatan eksternal)

yang berasal dari luar organisasi, dan internal forces (kekuatan internal) bersumber

dari dalam organisasi. Kekuatan eksternal meliputi karakteristik demografis,

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kemajuan teknologi, perubahan pasar, tekanan sosial dan politik. Kekuatan internal,

meliputi problem/prospek SDM, dan perilaku serta keputusan manajerial.

Ancaman yang paling menonjol dari lingkungan luar bagi kelangsungan hidup

rumah sakit sebagai institusi publik bidang kesehatan, adalah krisis kesehatan,

kepercayaan, dan etika sosial. Sebagai suatu sistem dan organisasi rumah sakit

terpapar terhadap lingkungan industri maupun lingkungan eksternal yang lebih luas.

Secara garis besar, variabel lingkungan yang berpengaruh terhadap rumah sakit dapat

dikelompokkan menjadi: lingkungan politik, hukum, perundang-undangan,

lingkungan etika, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, dan lingkungan teknologi

(Soeroso, 2002; dan Muninjaya, 2004).

Menurut Umar (2005) mengatakan studi kelayakan digunakan untuk

memberikan penilaian berupa rekomendasi apakah sebaiknya proyek

(pengembangan/pembuatan rumah sakit) layak dikerjakan ataukah sebaiknya ditunda

dulu. Studi yang dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan membutuhkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya. Secara umum aspek-

aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan meliputi aspek pasar dan aspek

pemasaran, aspek teknik dan teknologi, aspek manajemen, aspek sumber daya

manusia, aspek keuangan/finansial, aspek ekonomi, sosial dan politik, aspek

lingkungan industri, aspek yuridis dan aspek lingkungan hidup.

Menurut Neuman dalam Handajani (2003) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan rumah sakit adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan adalah demografi,

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
epidemilogi, sosio ekonomi, permintaan kelayakan, Trend pelayanan kesehatan dan

perkembangan alat, serta kemampuan pembiayaan. Faktor Internal yang

mempengaruhi pengembangan adalah analisis mutu pelayanan, karakteristik tenaga

medis dan perawat, pasien, keadaan keuangan, efisiensi biaya, organisasi,

peningkatan produktifitas, dan penggunaan pelayanan dan fasilitas.

Rumah Sakit Umum Meuraxa (RSUM) adalah rumah sakit umum rujukan

type C, satu-satunya milik Pemerintah Kota Banda Aceh yang mulai beroperasi sejak

tahun 1997 dengan tipe D dan pada tahun 2003 menjadi rumah sakit tipe C dengan

pengukuhan oleh Menteri Kesehatan RI No.009-E/Menkes/SK/I/2003, dan menjadi

pusat rujukan seluruh puskesmas di Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda

Aceh yaitu 214.850 jiwa (Profil RSUM, 2007).

RSUM dalam rencana strategis menetapkan visi dan misinya dalam

pencapaian tujuan dan sasarannya. Visi RSUM adalah menuju pelayanan prima dan

profesional bertaraf daerah pada tahun 2010. Misi RSUM adalah meningkatkan

pelayanan kesehatan secara paripurna, sesuai standard profesional, bermutu dan

terjangkau dalam rangka pencapaian dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat

secara optimal, meningkatkan manajemen SDM RSUM melalui penjenjangan karier,

pendidikan dan pelatihan sesuai profesionalitasnya, menerapkan RSUM sebagai

rumah sakit rujukan, sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan kesehatan

sesuai kebutuhan secara tepat guna dan berdaya guna serta meningkatkan sarana dan

prasarana RSUM sesuai dengan standar yang berlaku (Profil RSUM, 2006).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Tenaga kesehatan yang bekerja di RSUM, adalah: (a) dokter spesialis obgin 1

orang dan THT 1 orang; (b) dokter umum sebanyak 29 orang dan dokter gigi 4 orang;

(c) tenaga paramedis sebanyak 172 orang, yang terdiri dari perawat 125 orang, bidan

47 orang. Kebutuhan tenaga spesialis RSUM dipenuhi dari kerjasama dengan RSU

Zainoel Abidin (RSUZA), yaitu RSU milik Daerah Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Jumlah tenaga RSUZA yang dapat bekerja sesuai keperluan RSUM

adalah sebanyak 74 dokter dengan berbagai jenis spesialisasi. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan tenaga spesialis bagi RSUM, Pemerintah Kota Banda Aceh

telah mengirimkan tenaga dokternya untuk melanjutkan pendidikan yaitu sebanyak

14 orang dengan berbagai macam spesialisasinya (Profil RSUM, 2008).

Jumlah tempat tidur yang dimiliki Rumah Sakit Umum Meuraxa saat ini

sebanyak 106 unit, dengan perincian sebagai berikut: kelas III sebanyak 88 tempat

tidur. Jumlah tempat tidur yang ada untuk kelas II sebanyak 8 tempat tidur, dan untuk

kelas I adalah 10 tempat tidur (Bagian Pelayanan RSUM, 2008).

Perkembangan kinerja RSU Meuraxa sejak beroperasinya gedung baru

(Oktober 2007) tampak peningkatan dari jumlah kunjungan baik rawat inap maupun

rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap RSU Meuraxa terjadi peningkatan sebanyak 3,5

kali sejak pindah ke gedung baru dengan fasilitas dan sarana yang sudah memadai

bila dibandingkan dengan jumlah kunjungan rawat inap pada gedung sementara RSU

Meuraxa selama 3 tahun belakangan. Rata-rata kunjungan rawat inap selama

beroperasinya gedung RSUM yang baru adalah 269 orang perbulan, sementara

sebelumnya hanya rata-rata 76 orang perbulan jadi peningkatan jumlah pasien rawat

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
inap pada tahun 2008 sebanyak 71 % bila dibandingkan dengan tahun 2007. Atas

dasar pertimbangan ini RSU Meuraxa ingin mengembangkan ruang perawatan untuk

VIP (Bagian Rekam Medik RSUM, 2008).

RSUM dalam upaya peningkatan mutu pelayanan juga sedang mempelajari

dan persiapan akreditasi untuk tahun 2009 untuk 12 kegiatan pelayanan standar yang

mengacu kepada surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

436/MENKES/SK/IV/1993. Hal ini sesuai dengan visi dan misi yang ingin dicapai

oleh RSUM di masa mendatang dalam rangka memberikan pelayanan sebaik

mungkin bagi masyarakat (Wawancara dengan bagian pelayanan RSUM, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan RSUM (Maret, 2008)

diketahui bahwa salah satu masalah yang dihadapi RSUM yang merupakan satu-

satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Banda Aceh adalah terbatasnya sarana

pelayanan yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat kelas

ekonomi menengah ke atas, yaitu tidak adanya ruangan rawat inap yang baik, dengan

kategori ruang VIP, merupakan salah satu alasan RSUM melakukan perencanaan

pengembangan ruang rawat inap VIP sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas sekaligus sebagai upaya untuk

meningkatkan pendapatan RSUM yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan staf.

Jumlah ruangan VIP yang direncanakan sebanyak 12 ruangan dengan lahan yang

tersedia seluas 500 m2 yang berada pada bagian belakang RSUM. Luas 1 ruangan

direncanakan adalah 5 x 6,5 m2 yang dibangun dalam 2 lantai.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2007), rumah

sakit swasta yang ada di Kota Banda Aceh saat ini berjumlah 5 buah yaitu RSU

Fakinah, RSU Harapan Bunda, RSU Malahayati, RSU Permata Hati dan Rumah Sakit

Bulan Sabit Merah. Tingkat hunian pada rumah sakit swasta Banda Aceh saat ini,

khususnya pada ruang VIP selalu dalam keadaan penuh, sehingga pasien sering kali

harus menunggu untuk dapat dirawat di ruang VIP. Berdasarkan hasil survey

pendahuluan (April, 2008) di Rumah Sakit Tgk. Fakinah yang merupakan salah satu

rumah sakit swasta di Kota Banda Aceh yang terdekat dengan RSUM, dalam tahun

2007 dari jumlah pasien yang dirawat sebanyak 5738 orang dijumpai 4738 orang

atau 76,4 % menggunakan fasilitas VIP dan ini membuktikan bahwa kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terutama untuk kelas VIP cukup tinggi.

Banyak pasien yang berasal dari Kota Banda Aceh berobat ke luar wilayah

Banda Aceh seperti Medan, Jakarta bahkan ke luar negeri seperti Malaysia. Pada

tahun 2007 penerbitan paspor di Kantor Imigrasi Banda Aceh per hari rata-rata

sebanyak 50 pemohon dengan tujuan ke Malaysia, Mayoritas untuk berobat. Dapat

diestimasikan sekitar 1800 paspor yang diterbitkan pada tahun 2007. Sedangkan pada

akhir tahun 2007 hingga 2008 sampai bulan Mei jumlah masyarakat Aceh yang ke

Malaysia 11.237 orang (Kantor Imigrasi Banda Aceh, 2007; Air Asia, 2008).

Tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh yang merupakan

ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam cukup tinggi yaitu 3.501,47/km2.

Penghasilan perkapita penduduk Kota Banda Aceh tahun 2007 adalah Rp. 3.082.690,

rata-rata pekerjaan penduduk adalah PNS dan Swasta (Badan Statistik Banda Aceh,

2007; Profil Dinkes Nanggroe Aceh Darussalam, 2007).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa pengembangan ruang

rawat inap suatu rumah sakit, seperti ruang perawatan VIP, membutuhkan kajian

faktor eksternal dan internal rumah sakit. Selaras pendapat para ahli yang telah

diuraikan di atas, dan kondisi RSUM yang akan mengembangkan ruang perawatan

VIP, maka sangat penting dilakukan analisis faktor internal RSUM (kajian kekuatan

dan kelemahan), yang meliputi kondisi: Ketenagaan, Keuangan, Standar kerja, Pola

Kunjungan Pasien, dan Struktur Organisasi. Selanjutnya penting dilakukan kajian

Faktor eksternal RSUM (kajian peluang dan ancaman), yang meliputi kondisi:

Demografi, Sosio Ekonomi, Morbiditas dan Mortalitas Penyakit, Pola Pencarian

Pelayanan Kesehatan, Kebijakan dan Peraturan, serta Geografi/Lokasi.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan,

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi (kekuatan dan kelemahan), yaitu: faktor internal RSUM,

meliputi kondisi: ketenagaan, keuangan, standar kerja, pola kunjungan pasien, dan

struktur organisasi dan kondisi (peluang dan ancaman), yaitu: faktor eksternal

RSUM, meliputi kondisi: demografi, sosio ekonomi, morbiditas dan mortalitas

penyakit, pola pencarian pelayanan kesehatan, kebijakan dan peraturan,

geografi/lokasi.

2. Bagaimana penilaian investasi yang dapat menjadi landasan pengembangan ruang

rawat inap VIP RSUM.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisis kondisi (kekuatan dan kelemahan) faktor internal

RSUM (meliputi kondisi: tenaga kesehatan, keuangan, peralatan, prosedur kerja

pola kunjungan pasien, dan struktur organisasi); dan kondisi (peluang dan

ancaman) faktor eksternal RSUM (meliputi kondisi: morbiditas dan mortalitas

penyakit, demografi, sosio ekonomi, pola pencarian pelayanan kesehatan,

geografi/lokasi).

2. Melakukan analisis investasi dalam pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM

tahun 2007-2008 .

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. RSU Meuraxa, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk pengambilan

kebijakan pengembangan RSUM termasuk di dalamnya pengembangan ruang

rawat inap VIP.

b. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pada pengembangan

Ilmu Administrasi Rumah Sakit, khususnya di bidang keuangan dan strategi

pengembangan rumah sakit.

c. Bagi peneliti memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian

khusus mengenai analisis kelayakan yang nantinya dapat digunakan dan

dikembangkan bila bekerja di rumah sakit.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Pengembangan Rumah Sakit

Rumah sakit (RS) adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan yang

menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan pelayanan kesehatan

jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik

dan rehabilitasi untuk orang-orang yang menderita sakit, cedera dan melahirkan

(Permenkes No. 1045/Menkes/Per/XI/2006).

Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

Indonesia adalah suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang

mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat (Iskandar, 1998).

Menurut American Hospital Association dalam Aditama (2003) menyatakan

rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan

pelayanan kepada pasien-diagnostik dan terapetik untuk berbagai penyakit dan

masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah.

Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah

baik Pusat, Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan maupun Badan Usaha

Milik Negara. Rumah sakit umum daerah adalah rumah sakit umum milik pemerintah

provinsi, kabupaten/kota yang berlokasi di daerah provinsi, kabupaten dan kota

(Departemen Dalam Negeri, 2002).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis minimal 4 spesialistik dasar yaitu penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah dan obstetri-ginekologi dan ditambah dengan

penunjang medik, yaitu: radiologi, anestesi/kamar operasi/ICU, laboratorium, gizi/

dapur, farmasi, IPSRS dan laundry (Depkes, 1992; dan Depkes, 1994).

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri (2002) bahwa rumah sakit daerah

mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan yaitu: upaya penyembuhan,

pemulihan, peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Rumah sakit umum daerah mempunyai fungsi sebagai berikut:

(a) Penyelenggaraan pelayanan medis; (b) Penyelenggaraan pelayanan penunjang

medis dan non medis; (c) Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;

(d) Penyelenggaraan pelayanan upaya rujukan; (e) Penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan; (f) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan; (g) Penyelenggaraan

administrasi umum dan keuangan (Qanun Walikota Banda Aceh, 2006).

Menurut Permenkes No. 1045/Menkes/Per/XI/2006 bahwa Rumah Sakit

Umum Daerah Kelas C terdiri dari 1 Bagian dan paling banyak 2 Bidang, Bagian

terdiri paling banyak 3 Sub bagian dan masing-masing Bidang terdiri dari paling

banyak 3 Seksi.

Menurut Qanun Walikota Banda Aceh (2006), susunan organisasi

RSUM Banda Aceh terdiri dari: (1) Direktur; (2) Sekretariat dan administrasi; (3)

Bidang pelayanan; (4) Bidang keperawatan; (5) Bidang perencanaan dan anggaran;

(6) Bidang pendidikan dan pengembangan; (7) Sub bagian dan sub bidang;

(8) Kelompok jabatan fungsional.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Departemen Kesehatan (1998), Ruang rawat inap adalah ruang untuk

perawatan pasien yang harus dirawat lebih dari 24 jam dan memerlukan suatu

perawatan kesehatan yang intensif baik dalam hal pengobatan, pelayanan, yang sesuai

dengan kondisi pasien dengan mempergunakan prasarana dan sarana dari rumah

sakit. Ruang rawat inap rumah sakit dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas

antara lain: (a) Ruang VIP; (b) Ruang kelas I fasilitas 2 orang, luas kamar kelas I

adalah ± 15 m2/tempat tidur, (c) Ruang kelas II fasilitas 3 orang, luas kamar kelas II

adalah ± 10 m2/tempat tidur, (d) Ruang kelas III fasilitas 6 sampai dengan 8 orang,

luas kamar adalah ± 8 m2/tempat tidur.

Berdasarkan lampiran surat keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik

Depkes RI No. 0159/Yan.Med/Keu/1987, pembagian jumlah tempat tidur dan kelas

perawatan di rumah sakit, maka dari semua tempat tidur didistribusikan lebih dulu

untuk ruang ICU/ICCU, Neonatus Intensive CareUnit (NICU), Perinatologi, Ruang

Rawat Intensif di UGD dan Unit Detoksifikasi (High Care Unit), dan selebihnya

dibagi untuk ruang perawatan kelas utama, kelas I, kelas II, dan kelas III. Adapun

standar luas ruang perawatan, yaitu : (a) Luas kamar VIP ± 21.5 m2/tempat tidur;

(b) Luas kamar kelas I ± 15 m2/tempat tidur; (c) Luas kamar kelas II ± 10 m2/tempat

tidur; (d) Luas kamar kelas III ± 8 m2/tempat tidur.

Pada suatu rumah sakit dalam merencanakan Unit rawat inap VIP perlu

ditetapkan dahulu prinsip dalam perencanaan instalasi rawat inap VIP. Pada

perawatan terpadu (integrated care) untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang

adapun standar luas ruangan adalah: ruang VIP terletak dalam satu blok, jendela

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kamar berorientasi kepandangan luar yang lapang atau ke arah taman dengan jumlah

pasien 1 orang, dengan fasilitas KM/WC di dalam. Luas kamar VIP adalah ± 21,5

m2/tempat tidur (Depkes, 1998).

Menurut Jawes dalam Handajani (2002) menyatakan penggunaan ruang rawat

inap di Amerika dengan tipe 1 tempat tidur dengan satu toilet, untuk pasien adalah 18

m2, dan untuk perawat 5 m2, untuk selasar atau koridor 7 m2, dan total kebutuhan

ruang rawat inap VIP = 30 m2 per tempat tidur. Loebis dkk (2001) mengatakan Luas

kamar untuk 1 orang adalah berukuran 10,00 – 15,00 untuk ruang deluxe dapat dibuat

lebih besar, dilengkapi dengan lemari dan perabot seperti televisi, AC, gorden, vas

bunga dan kamar mandi.

Ruang VIP perlu dirancang agar mencerminkan suatu gambaran yang baik

dari rumah sakit dan pengguna fasilitas VIP dapat merasakan kenyamanan. Ruang

VIP dilengkapi dengan permadani, penempatan dari tempat duduk yang ditata untuk

pengunjung VIP, tumbuhan hidup, ruang tunggu harus diatur dengan menarik.

Ruangan pasien yang dianjurkan adalah ukuran minimum kamar-satu bed pasien

tidak kurang dari 11,61 m2, (125 feet2) dengan lebar minimal 3,81 meter. Banyak

rumah sakit yang memiliki ruangan VIP cukup luas sehingga dapat menampung 2

tempat tidur; dan kondisi ini juga memberikan keluwesan terhadap penambahan

kapasitas tempat tidur mendatang (Kunders, 2004).

Menurut Supriantoro dalam Yudiastuti (2002) menyatakan bahwa rumah sakit

merupakan salah satu bentuk perusahaan yang sangat kompleks, baik ditinjau dari

aspek organisasi, tekhnologi maupun SDM rumah sakit pun dari waktu ke waktu

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
selalu dihadapkan pada lingkungan usaha yang berubah. Perubahan lingkungan usaha

rumah sakit di Indonesia, saat ini dihadapkan pada beberapa kondisi antara lain:

(1) Tantangan pasar global yang berdampak pada makin beratnya tingkat kompetisi

dalam fasilitas maupun kualitas pelayanan; (2) Krisis multidimensional yang

berdampak semakin tingginya tingkat pembiayaan baik untuk operasional maupun

investasi dan perubahan pada perilaku konsumen; (3) Perkembangan tekhnologi

industri kesehatan yang mengalami kemajuan pesat.

Menurut Siagian (1995); Loebis dkk (2001) mengatakan bahwa rumah sakit

adalah fungsi yang selalu berubah dan berkembang, karena tingkat kebutuhan dan

kapasitas yang berubah, berkembangnya cara-cara dan alat-alat pengobatan baru,

perubahan cara hidup masyarakat, jenis penyakit yang diderita juga berubah.

Tuntutan berbagai pihak yang berkepentingan, mengharuskan para manajer dalam

dunia bisnis untuk selalu terlibat dalam perubahan. Instrumen ilmiah untuk

mewujudkan perubahan tersebut dikenal dengan pengembangan organisasi, yaitu

suatu disiplin ilmu baru yang sangat banyak kaitannya dengan masalah-masalah

perilaku organisasi.

Perubahan adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju keadaan

yang

diharapkan di masa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik. Pada

hakikatnya kehidupan manusia maupun organisasi diliputi oleh perubahan secara

berkelanjutan. Di satu sisi karena adanya faktor eksternal yang mendorong terjadinya

perubahan, di sisi lainnya justru dirasakan sebagai suatu kebutuhan internal (Wibowo,

2005).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Menurut Hussey dalam Wibowo (2005) faktor yang menjadi pendorong bagi

kebutuhan akan perubahan, yaitu (a) Perubahan teknologi terus meningkat,

(b) Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global, yang menekankan pada

pencapaian standar kualitas; (c) Pelanggan semakin banyak tuntutan, yang mengarah

pada mutu produk; (d) Profil demografis negara berubah, yang berpengaruh terhadap

pola kebutuhan masyarakat.

Robbins (2005) juga mengungkapkan ada 6 faktor yang merupakan kekuatan

untuk perubahan, yaitu: sifat tenaga kerja, teknologi, kondisi ekonomi, persaingan,

kecendrungan sosial, dan politik. Selanjutnya, menurut Kreitner dan Kinicki dalam

Wibowo (2005) menjelaskan bahawa kebutuhan akan perubahan dipengaruhi oleh

dua faktor, yaitu external forces (kekuatan eksternal) berasal dari luar organisasi dan

internal forces (kekuatan internal) bersumber dari dalam organisasi. Kekuatan

Eksternal meliputi karakteristik demografis (umur pendidikan, tingkat ketrampilan,

gender, migrasi, dan lain-lain), kemajuan teknologi, perubahan pasar, tekanan sosial

dan politik. Kekuatan internal, meliputi problem/prospek SDM, dan perilaku serta

keputusan manajerial. Beberapa faktor yang merupakan kekuatan di belakang

kebutuhan perubahan terencana, yaitu: perubahan dalam produk atau jasa, ukuran dan

struktur organisasi, sistem organisasi, dan introduksi teknologi baru.

Menurut Kunder (2004), untuk melakukan perubahan rumah sakit perlu

dilakukan kajian perencanaan yang dapat membantu lembaga atau badan

pengelolanya. Rencana Induk (jangka panjang) rumah sakit mencakup bidang

studi/ analisis: (1) Kependudukan dari daerah yang dilayani; (2) Sosial ekonomi

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan karakteristik perawatan kesehatan; (3) Studi kebutuhan akan perawatan

kesehatan;

(4) Kekuatan dan kelemahan organisasi dan kompetensi utamanya; (5) Rencana

organisasional; (6) Ukuran dan fasilitas fisik termasuk bangunan dan keterbatasan

lahan; dan (7) Kelayakan finansial.

Menurut Umar (2005) mengatakan secara umum aspek-aspek yang akan

dikaji dalam studi kelayakan meliputi: (a) Aspek pasar dan aspek pemasaran,

tergantung besar kecil bisnis yang akan dilakukan, umumnya hasil studi kelayakan

untuk aspek pemasaran akan memberikan informasi antara lain: bagaimana

segmentasi, target dan posisi produk ditetapkan, strategi bersaing, perkiraan

penjualan yang bisa dicapai dan market share yang bisa dikuasai; (b) Aspek teknik

dan teknologi, meliputi strategi perencanaan dan kualitasnya juga tata letak

ruangannya; (c) Aspek manajemen, menyangkut perencanaan dan pengorganisasian

seperti rincian pekerjaan yang akan dikerjakan dan pembagian beban kerja dan

pembentukan struktur organisasi; (d) Aspek Sumber Daya Manusia, seperti berapa

jumlah karyawan yang dibutuhkan, penentuan deskripsi pekerjaan yang jelas,

pelatihan dan pengembangan; (e) Aspek keuangan, meliputi penentuan kebutuhan

akan dana serta sumbernya, menentukan policy aliran kas, penilaian rencana bisnis

terhadap prakiraan pemasukan dan pengeluaran dana investasi dengan metode

Profitability Index (PI), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),

Payback Period (PP) dan Break Event Point (BEP); (f) Aspek ekonomi, sosial dan

politik, meliputi: kondisi ekonomi dan peran pemerintah dapat menunjang rencana

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
bisnis, kondisi sosial akan saling mempengaruhi rencana bisnis; (g) Aspek

lingkungan industri, meliputi: situasi dan kondisi ancaman masuk bagi usaha yang

akan dijalankan perlu diketahui kekuatan dan kelemahannya, situasi persaingan bisnis

perlu diketahui untuk menentukan kekuatan, kekuatan tawar menawar pengguna jasa

dalam mempengaruhi harga produk yang akan ditawarkan; (h) Aspek yuridis yaitu

berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku; dan (i) Aspek lingkungan hidup

yaitu menyangkut dengan proses pengelolaan dampak lingkungan dilaksanakan.

Supriono (1998) menyebutkan banyak faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi perusahaan/organisasi, yaitu: ekonomi, politik (termasuk pemerintah

dan aturan-aturannya), pasar dan persaingan, teknologi, sosial, geografi. Dalam

mencapai suatu keberhasilan suatu kegiatan maka perusahaan/organisasi menghadapi

tantangan-tantangan lingkungan, mereka harus melaksanakan analisis dan diagnosis

lingkungan secara efektif.

Nitisemito dan Burhan (2004), secara konsepsional pola pikir dalam suatu

studi kelayakan dicerminkan oleh struktur variabel. Struktur variabel yang

mempengaruhi suatu studi kelayakan adalah: (1) Pasar, yang harus diperhatikan

antara lain: mutu/kualitas, brand loyalitas atau kefanatikan merek para konsumen,

struktur pasar meliputi kekuatan daya saing, organisasi pemasaran, promosi

penjualan dan harga; (2) Finansial/keuangan, dukungan modal yang cukup; (3)

Pelaksanaan fungsi manajemen yang profesional; (4) Teknis, pemanfaatan

teknologi dan jumlah serta mutu SDM; (5) Faktor Lingkungan, meliputi sistem

nilai masyarakat, perundang-undangan dan sistem birokrasi; (6) Sosio-politik; dan

(7) Aspek yuridis.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kasmir dan Jakfar (2007) mengatakan ada beberapa aspek yang perlu

dilakukan studi kelayakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Secara umum

prioritas aspek-aspek yang diperlukan dilakukan studi kelayakan adalah sebagai

berikut: (1) Aspek hukum, masalah kelengkapan dan keabsahan dokumen

perusahaan, bentuk badan usaha, izin yang dimiliki; (2) Aspek pasar dan pemasaran,

potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan, bagaimana strategi pemasaran

yang dijalankan, untuk menangkap peluang pasar yang ada; (3) Aspek keuangan,

biaya apa saja yang dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan,

juga seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek ini dijalankan,

seberapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali; (4) Aspek teknis/operasi,

mengenai lokasi usaha; (5) Aspek manajemen/organisasi, para pengelola usaha dan

struktur organisasi yang ada; (6) Aspek ekonomi sosial; (7) Aspek dampak

lingkungan.

Menurut Neuman dalam Handajani (2003) mengatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan rumah sakit adalah Faktor Internal dan Eksternal.

Faktor eksternal meliputi: demografi, epidemilogi, sosio ekonomi, permintaan

kelayakan, trend pelayanan kesehatan, dan perkembangan alat, kemampuan

pembiayaan. Masyarakat cukup puas apabila kebutuhan (need) dalam pelayanan

kesehatan diperoleh. Faktor internal meliputi: analisis mutu pelayanan, karakteristik

tenaga medis dan perawat, pasien, keadaan keuangan, efisiensi biaya, organisasi,

peningkatan produktifitas, penggunaan pelayanan dan fasilitas.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rangkuti (2006), analisis lingkungan internal dan lingkungan ektsernal

merupakan landasan kritis dalam pengembangan ruang perawatan VIP. Metode

analisis yang dapat digunakan antara lain adalah analisis SWOT, yaitu kajian tentang

faktor strengths atau kekuatan internal, weakneasses atau kelemahan internal,

opportunitie atau peluang eksternal, threats atau ancaman eksternal. Analisis SWOT

atau analisis situasi adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunitie), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakneasses) dan ancaman (threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi, dan kebijakan. Analisis SWOT membandingkan antara faktor

eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan

rumah sakit.

Nitisemito dan Burhan (2004) mengatakan pihak yang berkepentingan dalam

pembuatan studi kelayakan adalah: (a) Pengusaha: dengan adanya studi kelayakan

pengusaha akan mengetahui apakah gagasan usahanya layak untuk dilaksanakan

atau tidak sehingga dapat terhindar dari kerugian yang ditimbulkan oleh

kegagalan usaha. (b) Kreditor: bila dari segi studi kelayakan suatu proyek

dinyatakan layak untuk dilaksanakan maka dapat meyakinkan pihak kreditor

khususnya perbankan untuk memberikan kredit. (c) Penanam modal (Investor):

calon investorpun mempunyai kepentingan atas studi kelayakan yaitu untuk

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
mengambil keputusan, apakah akan menanamkan modalnya atau tidak. d)

Masyarakat/pemerintah: kepentingan studi kelayakan suatu proyek menyangkut

eksternal lities yakni efek atau dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa sangat penting dilakukan

kajian faktor internal dan eksternal rumah sakit sebagai dasar pengambilan keputusan

dalam pengembangan rumah sakit, khususnya pengembangan ruang rawat inap.

2.2. Studi Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Rumah Sakit

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1; dapat

diketahui bahwa dalam rangka pengembangan ruang perawatan VIP rumah sakit

diperlukan studi kelayakan atau studi pendahuluan, dengan fokusnya adalah

mengkaji tentang faktor internal dan faktor eksternal rumah sakit.

Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu

gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut

dilaksanakan (Nitisemito dan Burhan, 2004).

2.2.1. Studi Kelayakan Faktor Internal Rumah Sakit

Studi kelayakan untuk pengembangan ruang perawatan VIP rumah sakit,

membutuhkan kajian faktor internal rumah sakit untuk menetapkan faktor

kekuatan dan kelemahan, serta merumuskan solusi dari permasalahan yang

terjadi. Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1;

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dapat ditetapkan aspek yang perlu dikaji dari faktor internal rumah sakit, meliputi:

(1) Ketenagaan,

(2) Keuangan, (3) Standar kerja, (4) Pola kunjungan pasien, dan (5) Struktur

organisasi.

Menurut Wijono (1999), untuk menentukan jumlah ketenagaan minimum bagi

rumah sakit kelas C dapat digunakan angka standar perbandingan antara jumlah

tempat tidur yang ada dan jumlah ketenagaan yang diperlukan (Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit
Tipe C
N Jumlah Tempat Jumlah Tenaga
Jenis Tenaga Tidur (Unit) (Orang)
o
1 Tenaga Medis 9 1
2 Tenaga Paramedis Perawatan 1 1
3 Tenaga Paramedis Non Perawatan 5 1
4 Non Medis 4 3
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. 262/MEN.KES/Per/VII/1979.

Standarisasi tenaga rumah sakit umum kelas C dengan 100 tempat tidur

adalah 174 orang dengan perincian sebagai berikut: (1) Dokter umum 2 orang,

(2) Dokter gigi 3 orang, (3) Dokter ahli bedah, obgin, penyakit dalam dan kesehatan

anak masing-masing 1 orang, (4) Apoteker 1 orang, (5) Penata rawat 5, (6) Perawat

30, (7) Pembantu perawat 90, (8) Bidan 6, (9) Penata rontgen 2, (10) Penata teknik

rontgen, (11) Penata gizi, (12) Pengatur gizi dan penata anestesi masing-masing 1,

(13) Asisten apoteker 2, (14) Penata analis 2, (15) Penata fisioterapi dan perawat gigi

masing-masing 1, (16) Statistisian tenaga terlatih, pengatur teknik dan house keeping

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
(SKKA) masing-masing 2, (17) Sanitarian (SPPH) 1, (18) Sopir 4, (19) Planning dan

research dan development 1, (24) Pengawasan 1, (25) Keuangan dan administrasi

masing-masing 5 orang (Wijono, 1999).

Analisis keuangan sangat penting dilakukan dalam upaya pengembangan

ruang rawat inap rumah sakit. Dalam aspek keuangan yang harus dilihat adalah: biaya

apa saja yang dikeluarkan dan seberapa besar biaya yang akan dikeluarkan, juga

seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek ini dijalankan, berapa lama

investasi yang ditanamkan akan kembali. Untuk menentukan layak tidaknya suatu

investasi ditinjau dari aspek keuangan perlu dilakukan, dapat diukur dengan beberapa

kriteria, yang dijalankan tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan dan

metode mana yang akan digunakan. Kriteria untuk mengukur suatu rencana investasi,

yaitu: (1) Net Present Value (NPV); (2) Internal Rate of Return (IRR);

(3) Profitability Index (PI); (4) Payback Period (PP); (5) Accounting Rate of Return

(ARR). Namun yang akan dibahas lebih mendalam hanya PP, NVP dan IRR. Setiap

usulan pengeluaran modal (capital expenditure) selalu mengandung dua macam

aliran kas (cash flow) yaitu: (a) Aliran kas keluar neto (net outflow of cash) yaitu

yang diperlukan dalam investasi baru; (b) Aliran kas masuk netto tahunan (net annual

inflow of cash), yaitu hasil dari investasi baru sering disebut net cash proceeds atau

cukup dengan istilah proceeds (Kasmir dan Jakfar, 2007).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), Penilaian investasi berdasarkan

pendapatan bersih dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti: (a) Metode

Payback Period (PP), adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
yang ditanamkan dalam proyek dapat kembali. Untuk menghitung pengembalian

biaya investasi, dapat digunakan 2 macam model perhitungan, sebagai berikut:

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
a. Apabila kas bersih setiap tahun sama:

Investasi
PP = x 1 Tahun
Kas Bersih / Tahun

b. Apabila kas bersih setiap tahun berbeda, maka PP dapat dicari sebagai berikut:

Investasi dikurangi kas bersih tahun pertama, kemudian hasilnya dikurangi kas

bersih tahun kedua, dan seterusnya sampai sisanya tidak dapat dikurangi lagi.

Selanjutnya sisa kas bersih tersebut dibagi dengan kas bersih tahun berikutnya

lalu dikalikan dengan 1 tahun.

Semakin pendek waktu yang diperlukan untuk pengembalian biaya investasi,

rencana investasi tersebut semakin menguntungkan atau semakin kecil waktu

payback period, proyek tersebut semakin baik; (b) Metode Net Present Value atau

nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dengan PV

investasi selama umur investasi.

Kas Bersih 1 Kas Bersih 2 Kas Bersih n


NPV = + + ...... + - Investasi
(1 + r ) (1 + r ) 2
(1 + r ) n

NPV positif, maka investasi diterima; dan jika

NPV negatif, sebaiknya investasi ditolak

c. Internal Rate of Return, IRR adalah alat untuk mengukur tingkat pengembalian

hasil intern. Ada dua cara yang digunakan untuk mencari IRR.

Cara pertama dengan menggunakan rumus:

NPV1
IRR = i1 + x (i2 – i1)
NPV1 − NPV 2

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Keterangan:
i1 = Tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
i2 = Tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1 = Net Present value 1
NPV2 = Net Present value 2

Cara kedua dengan menggunakan rumus:

P 2 − P1
IRR = P1 – C1 x
C 2 − C1

Di mana:
P1 = Tingkat Bunga I
P2 = Tingkat Bunga 2
C1 = NPV1
C2 = NPV2
Kesimpulan: (1) Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman, maka diterima; dan (2) Jika IRR lebih kecil (<) dari bunga
pinjaman, maka ditolak.

Analisis investasi diperlukan guna pengambilan keputusan investasi yang

paling tepat dan sesuai serta menguntungkan bagi rumah sakit. Pengambilan

keputusan investasi lebih dikenal dengan istilah Capital Budgeting atau pengambilan

keputusan untuk alokasi modal (Rangkuti, 2006).

Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No. 582/MENKES/SK/VI/1997

bahwa pola tarif adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran

tarif rumah sakit. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan

pelayanan di rumah sakit, yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas

jasa pelayanan yang diterimanya. Tarif rumah sakit diperhitungkan atas dasar unit

cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, rumah sakit setempat

lainnya serta kebijakan subsidi silang. Besaran tarif untuk rawat inap kelas II,I dan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
utama ditetapkan oleh direktur rumah sakit setelah mendapat persetujuan dari Kepala

Kantor wilayah Departemen Kesehatan Provinsi setempat.

Tarif tidak hanya digunakan sebagai indikator biaya yang harus dibayar oleh

pembeli, tetapi juga merupakan suatu tanda dari kualitas produk. Untuk banyak

pembeli, aspek penting dari tarif konotasi dari kualitas. Tarif yang terbaik adalah tahu

biaya yang dikeluarkan, tahu kemampuan masyarakat membayar, tahu tarif dari

Rumah sakit yang lain. Secara teoritis tarif harus memperhatikan: biaya, perilaku

pesaing, kemampuan pasien (Sabarguna, 2003).

Kajian tentang Peralatan, sarana dan prasarana medis dan non medis, perlu

dilakukan dalam pengembangan ruangan perawatan rumah sakit di samping kajian

tentang biaya. Departemen Kesehatan (2007), menetapkan peralatan baik medis

maupun non medis, sarana dan prasarana yang menunjang fungsi rumah sakit harus

memenuhi persyaratan sesuai dengan standar yang berlaku, untuk menjadi pedoman

teknis sarana, prasarana dan peralatan kesehatan rumah sakit kelas C, yang digunakan

dalam proses perencanaan pengembangan rumah sakit.

Berbagai macam investasi dapat dilakukan di rumah sakit, antara lain adalah:

pergantian peralatan medik yang lama dengan teknologi yang lebih baru,

perluasan perlengkapan modal yang sudah ada misalnya penambahan kapasitas

dengan menambah ruangan bangsal, perluasan atau penambahan produk baru

dengan pembelian mesin atau peralatan baru yang belum pernah dimiliki, sewa

peralatan baru

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan pembelian rumah sakit oleh sebuah rumah sakit yang lebih baik keadaan

keuangannya (Trisnantoro, 2005).

Menurut Departemen Kesehatan (1992), Data Sarana dan Prasarana, yaitu:

jumlah rumah sakit, rata-rata puskesmas non tempat tidur dan tempat tidur dengan

rumah sakit, jumlah tempat tidur. Untuk melakukan perhitungan kebutuhan jumlah

tempat tidur dapat dirumuskan sebagai berikut, dapat digunakan rumus dari Griffith

(1987), yaitu:

RxH xP
KT =
TH x 365

Di mana:

KT = Kebutuhan tempat tidur


R = Jumlah penderita dirawat/1000 penduduk
H = Rata-rata lama hari rawat penderita (ALOS)
P = Jumlah penduduk
TH = Tingkat hunian tempat tidur (BOR)

Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan angka-angka R, H, P

dan TH, angka kebutuhan tempat tidur ini hasil perhitungan proyeksi 5 tahun

kedepan, untuk selanjut ditentukan rencana investasi.

Menurut Wiyono (1999) yang mengutip ketentuan Departemen Kesehatan,

standar pelayanan rumah sakit, berisi kriteria penting mengenai jenis disiplin

pelayanan yang berkaitan dengan struktur dan proses pelayanan rumah sakit,

sesuai Surat Keputusan No. 436/Menkes/SK/VI/1993. Setiap jenis pelayanan

memuat sebagian atau keseluruhan standar, yaitu: standar falsafah dan tujuan,

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
administrasi dan manajemen, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan

dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta evaluasi dan

pengendalian mutu.

Data penampilan kerja rumah sakit per tahun yang mencakup data penderita

rawat jalan yaitu data kunjungan pasien ke rawat jalan atau poliklinik, data

kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat (IGD), data kunjungan pasien yang

masuk ke rawat inap dan jumlah hari rawat, BOR/pemanfaatan tempat tidur yang

dipergunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang

digunakan pasien dalam jangka waktu tertentu nilai ideal BOR adalah 60 – 85 %,

LOS/lama rata-rata hari rawat pasien nilai ideal LOS adalah 6 – 9 hari; sebagai

bagian dari upaya pengembangan ruang rawat inap rumah sakit (Departemen

Kesehatan, 1992).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2007), struktur organisasi menggambarkan tugas,

wewenang dan tanggung jawab setiap bagian atau unit organisasi, sehingga akan

mempermudah dalam melakukan pengendalian, pendelegasian/pembagian tugas dan

wewenang dalam organisasi.

Menurut Qanun Walikota Banda Aceh (2006), Susunan Organisasi RSUM

Banda Aceh terdiri dari: (1) Direktur; (2) Sekretariat dan administrasi; (3) Bidang

pelayanan; (4) Bidang keperawatan; (5) Bidang perencanaan dan anggaran;

(6) Bidang pendidikan dan pengembangan; (7) Sub bagian dan sub bidang;

(8) Kelompok jabatan fungsional. Rincian tugas dan fungsi sesuai struktur organisasi.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2.2.2. Studi Kelayakan Faktor Eksternal Rumah Sakit

Kajian faktor eksternal rumah sakit merupakan komponen dari studi

kelayakan untuk pengembangan ruang perawatan rumah sakit. Berdasarkan pendapat

para ahli yang telah diuraikan pada Sub Bab 2.1, dapat diketahui berbagai faktor

eksternal rumah sakit yang perlu dikaji sebagai faktor ancaman dan peluang dalam

pengembangan ruangan rawat inap di rumah sakit, diantaranya, adalah faktor

morbiditas dan mortalitas penyakit, demografi, sosio ekonomi, pola pencarian

pelayanan kesehatan, kebijakan dan peraturan, lokasi, dan geografi.

Perlu dilakukan pengkajian morbiditas dan mortalitas penyakit sebagai salah

satu pertimbangan eksternal pengembangan ruang rawat inap rumah sakit. Data

morbiditas dan mortalitas mencakup angka kesakitan dan kematian per tahun

di rumah sakit yaitu: angka kesakitan 10 penyakit utama rawat jalan, angka kesakitan

10 penyakit utama rawat inap, angka kesakitan 10 penyakit utama penderita gawat

darurat, angka kematian kotor dan angka kematian bersih di rumah sakit (Departemen

Kesehatan, 1992).

Faktor demografi merupakan salah satu faktor eksternal rumah sakit yang

harus dianalisis sebagai komponen pengembangan rumah sakit. Departemen

Kesehatan (1992), menetapkan bahwa data demografi yang harus dipahami untuk

pengembangan fasilitas kesehatran, seperti rumah sakit, yaitu: luas wilayah, jumlah

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
penduduk, angka kepadatan penduduk, distribusi penduduk menurut umur, jenis

kelamin, perkawinan, dan lainnya yang berkaitan dengan kependudukan.

Faktor sosio ekonomi perlu dikaji dalam upaya pengembangan rumah sakit.

Komponen penting yang perlu dikaji dari aspek sosio ekonomi, meliputi: tingkat

pendidikan, variasi pekerjaan, pendapatan per kapita dari penduduk yang akan

dikembangkan dan kecenderungan pertumbuhan untuk memperkirakan

kemampuan biaya kesehatan (Departemen Kesehatan, 1992).

Menurut Trisnantoro (2005), faktor sosio ekonomi masyarakat erat kaitannya

dengan pola pencarian pelayanan kesehatan. Dalam analisis faktor eksternal,

mengetahui kemampuan masyarakat membayar pelayanan kesehatan dilakukan

melalui analisis demand (permintaan). Rumah sakit harus memperhatikan keadaan

masyarakat, tingkat ekonomi atau penghasilan masyarakat, berpengaruh akan

permintaan pelayanan kesehatan, terutama terhadap pelayanan bermutu dan tidak

harus menunggu lama (antrian); dan kondisi ini menjadi peluang untuk meningkatkan

pendapatan, sekaligus menjadi ancaman bagi rumah sakit pemerintah dengan adanya

rumah sakit swasta yang menyediakan pelayanan yang lebih baik.

Pengkajian pola pencarian pelayanan kesehatan atau kebutuhan masyarakat

akan pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah dan swasta, dukun, dan rumah

sakit di luar negeri, juga perlu dilakukan dalam pengembangan ruang rawat inap VIP

di rumah sakit; selaras kondisi sosio ekonomi dan perkembangan morbiditas dan

mortalitas (Trisnantoro, 2005).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Rancangan Qanun Kota Banda Aceh (2007), Pasal 26, mengatur tentang

pelayanan kesehatan, yaitu: pemanfaatan atau pengembangan ruang untuk pelayanan

kesehatan, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan penduduk dan juga

wajib memperhatikan aspek aksesibilitas masyarakat, suasana aman, nyaman dan

sejuk dengan mengedepankan penetapan dan penataan ruang yang tertib dan teratur.

Depkes (2007), dalam pengembangan ruang rawat di rumah sakit juga perlu

memperhatikan kondisi geografi atau lokasi setempat yang sesuai dengan standar

persyaratan, yang meliputi:

1. Letak yang strategis yaitu letak geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang

mudah di jangkau oleh masyarakat, dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan

dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik

industri dan limbah pabrik (tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit) dan

jauh dari kebisingan, tidak boleh berada satu gedung/satu halaman dengan pasar,

toko, supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya (lokasi rumah sakit harus sesuai

dengan tata kota); dan tersedianya lahan parkir yang memadai, dan tidak

menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitarnya.

2. Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah (instalasi air bersih, instalasi

listrik, instalasi air kotoran, instalasi komunikasi, dan lain-lain).

3. Semua area rumah sakit harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk

mendukung kenyamanan dan penyembuhan pasien. Unit rawat inap harus

berlokasi di daerah yang tenang, aman dan nyaman (Depkes RI, 2007).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kasmir dan Jakfar (2007) menjelaskan tujuan utama dilakukan studi

kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran atau resiko kerugian investasi

yang menggunakan dana relatif besar. Sedangkan Departemen Kesehatan (1992),

mengatakan tujuan suatu studi kelayakan adalah: (a) Untuk mendapatkan proyeksi

kebutuhan (need) dan permintaan (demand) terhadap jumlah dan jenis pelayanan

medik di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu; (b) Untuk mendapatkan proyeksi

kebutuhan akan jumlah dan jenis sarana/fasilitas dan peralatan, tenaga dan dana yang

diperlukan untuk jangka waktu tertentu; (c) Untuk mendapatkan proyeksi secara

umum kemampuan pembiayaan yang ada untuk melaksanakan rencana

pengembangan.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui kondisi kekuatan dan kelemahan

(faktor internal) dan kondisi peluang dan ancaman (faktor eksternal) rumah sakit

sebagai aspek yang akan dikaji dalam studi kelayakan pengembangan rumah sakit,

khususnya pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM tahun 2008.

2.3. Landasan Teori

Berdasarkan pendapat para ahli (seperti Kreitner, dkk dalam wibowo, 2005;

Kunder, 2004; Suratman, 2002; Nitisemito dan Burhan, 2004; Supriono, 1998;

Kasmir dan Jakfar, 2007) dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pengembangan

ruang perawatan VIP rumah sakit, diperlukan studi kelayakan dengan fokusnya

adalah mengkaji tentang faktor internal dan faktor eksternal rumah sakit. Kajian

faktor internal (menetapkan kekuatan dan kelemahan) rumah sakit, meliputi faktor:

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
(1) Ketenagaan, (2) Keuangan, (3) Peralatan, (4) Standar kerja, (5) Pola kunjungan

pasien, dan (6) Struktur organisasi; yang ditujukan untuk merumuskan solusi dari

permasalahan yang terjadi.

Kajian tenaga kesehatan menggunakan standar ketenagaan minimum bagi

rumah sakit kelas C; dengan membandingkan jumlah tempat tidur dan tenaga,

sesuai keputusan Departemen Kesehatan. Adapun pengukuran kebutuhan jumlah

tempat tidur digunakan rumus Griffith (1987), yaitu:

RxH X P
KT =
TH x 365

Menghitung penggunaan dana investasi pengembangan ruang rawat inap

rumah sakit, digunakan pendapat Kasmir dan Jakfar (2007), untuk mengukur rencana

investasi, yaitu: (1) Net Present Value atau NPV; (2) Internal Rate of Return atau

IRR; (3) Profitability Index atau PI; (4) Payback Period atau PP; (5) Accounting

Rate of Return atau ARR. Namun yang akan dibahas lebih mendalam hanya PP, NVP

dan IRR.

Analisis prosedur kerja dilakukan dengan berpedoman pada surat keputusan

Menteri Kesehatan No. 436/Menkes/SK/VI/1999, yang menetapkan indikator setiap

jenis pelayanan harus memuat sebagian atau keseluruhan standar, yaitu: (1) Standar

falsafah dan tujuan, (2) Administrasi dan manajemen, (3) Staf dan pimpinan,

(4) Fasilitas dan peralatan, (5) Kebijakan dan prosedur, (6) Pengembangan staf dan

Program pendidikan, dan (7) Evaluasi dan pengendalian mutu.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kajian tentang penampilan kerja rumah sakit, khususnya pemanfaatan tempat

tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) dan lama rata-rata hari rawat pasien atau

Lenght of Stay (LOS) per tahun, yang mencakup penderita rawat jalan, kunjungan

pasien ke IGD, data rawat inap serta hari rawat, menggunakan stadar Depkes (1992),

yaitu: nilai ideal BOR = 60 – 85 %, dan nilai ideal LOS = 6 – 9 hari.

Kajian tentang struktur organisasi difokuskan pada ketentuan Qanun Walikota

Banda Aceh (2006), yang menetapkan struktur organisasi RSUM Banda Aceh terdiri

dari: (1) Direktur; (2) Sekretariat dan administrasi; (3) Bidang pelayanan; (4) Bidang

keperawatan; (5) Bidang perencanaan dan anggaran; (6) Bidang pendidikan dan

pengembangan; (7) Sub bagian dan sub bidang; (8) Kelompok jabatan fungsional.

Berdasarkan hasil studi kepustakaan yang telah diuraikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam rangka pengembangan ruang perawatan VIP rumah sakit,

juga diperlukan kajian tentang faktor eksternal (merumuskan ancaman dan peluang)

rumah sakit, meliputi faktor: morbiditas dan mortalitas penyakit, demografi, sosio

ekonomi, pola pencarian pelayanan kesehatan, dan geografi/lokasi yang sesuai

dengan standar persyaratan yang berlaku.

Kajian morbiditas dan mortalitas penyakit ditujukan untuk

memperhitungkan jumlah dan jenis penyakit serta jumlah dan sebab kematian; yang

terkait dengan tugas pokok rumah sakit. Yang mencakup angka kesakitan dan

kematian per tahun

di rumah sakit, yaitu: Angka kesakitan 10 penyakit utama rawat jalan di rumah sakit,

Angka kesakitan 10 penyakit utama rawat inap di rumah sakit, Angka kesakitan 10

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
penyakit utama penderita gawat darurat, Angka kematian kotor, Angka kematian

bersih.

Departemen Kesehatan (1992), faktor demografi yang penting

dianalisis untuk pengembangan rumah sakit, yaitu: luas wilayah, jumlah penduduk,

angka kepadatan penduduk, distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin,

perkawinan, dan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
lainnya yang berkaitan dengan kependudukan yang berpengaruh dalam

pengembangan penyediaan sarana pelayanan kesehatan untuk masyarakat di suatu

wilayah.

Kajian faktor sosio ekonomi meliputi: tingkat pendidikan, variasi pekerjaan,

pendapatan per kapita dari penduduk yang akan dikembangkan dan kecenderungan

pertumbuhan untuk memperkirakan kemampuan biaya kesehatan. Faktor sosio

ekonomi dikaji berkaitan dengan pola pencarian pelayanan kesehatan. Tingkat

ekonomi atau penghasilan masyarakat yang meningkat diasumsikan berpengaruh

akan permintaan pelayanan kesehatan, terutama terhadap pelayanan bermutu dan

tidak harus menunggu lama (antrian). Kajian status ekonomi dan pencarian pelayanan

kesehatan merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan dan juga sekaligus

menjadi ancaman bagi rumah sakit pemerintah dengan adanya rumah sakit swasta

yang menyediakan pelayanan yang lebih baik (Depkes, 1992; Trisnantoro, 2005).

Pelayanan kesehatan rumah sakit berpedoman pada Qanun Kota Banda Aceh

(2007), Pasal 26, yaitu: pemanfaatan atau pengembangan ruang untuk pelayanan

kesehatan, dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan penduduk dan

wajib memperhatikan aspek aksesibilitas masyarakat, suasana aman, nyaman dan

sejuk dengan mengedepankan penetapan dan penataan ruang yang tertib dan teratur.

Pengembangan rumah sakit perlu memperhatikan kondisi geografi atau lokasi

setempat sesuai dengan ketetapan Depkes (2007), yaitu: lokasi rumah sakit harus

mudah dijangkau oleh masyarakat dan harus sesuai dengan tata kota yang berlaku

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
juga tersedianya lahan parkir yang memadai, dan tidak menyebabkan pencemaran

lingkungan di sekitarnya, selain itu harus tersedianya infrastruktur dan fasilitas

dengan mudah, serta area rumah sakit harus mempunyai pencahayaan yang cukup

untuk mendukung kenyamanan dan penyembuhan pasien. Unit rawat inap harus

berlokasi di daerah yang tenang, aman dan nyaman.

Rangkuti (2006), metode analisis yang dapat digunakan antara lain adalah

analisis SWOT, yaitu kajian tentang faktor strengths atau kekuatan internal,

weakneasses atau kelemahan internal, opportunitie atau peluang eksternal, threats

atau ancaman eksternal. Analisis SWOT atau analisis situasi adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan. Analisis

SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor

internal kekuatan dan kelemahan rumah rakit.

Berdasarkan uraian di atas, maka kajian kondisi rumah sakit dalam rangka

pengembangan ruang rawat VIP, menggunakan variabel: (1) Faktor internal untuk

kajian kekuatan dan kelemahan, meliputi kondisi tenaga kesehatan, keuangan,

peralatan, prosedur kerja, pola kunjungan pasien, dan struktur organisasi; dan

(2) Faktor eksternal untuk kajian peluang dan ancaman, meliputi: morbiditas dan

mortalitas penyakit, demografi, sosio ekonomi, pola pencarian pelayanan

kesehatan, dan geografi/lokasi.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2.4. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori yang mengutip pendapat para ahli (seperti

Kreitner, dkk dalam wibowo, 2005; Kunder, 2004; Suratman, 2002; Nitisemito dan

Burhan, 2004; Supriono, 1998; Kasmir dan Jakfar, 2007), dapat disusun kerangka

konsep penelitian yang dapat dirinci (Gambar 2.1) sebagai berikut:


INPUT HASIL
1. Kondisi Internal RS:
a. Kondisi tenaga kesehatan
b. Keuangan
c. Peralatan
d. Prosedur kerja
e. Pola kunjungan pasien
g. Struktur organisasi
Keputusan
2. Kondisi Eksternal RS: Pengembangan
a. Morbiditas dan mortalitas VIP RSUM
penyakit
b. Demografi
c. Sosio ekonomi
d. Pola pencarian pelayanan
kesehatan
e. Geografi/lokasi

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, dapat didefinisikan konsep

penelitian sebagai berikut:

1. Rumah sakit adalah suatu institusi atau sarana pelayanan yang fungsi utamanya

memberi pelayanan, diagnostik, dan terapeutik kepada pasien; yang dalam

penelitian ukuran rumah sakit ditetapkan adalah Tipe C.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2. Rumah sakit Tipe C adalah sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medis, minimal 4 spesialistik dasar (penyakit dalam,

kesehatan anal, bedah, dan obgin); dan memiliki ruang rawat inap untuk merawat

pasien.

3. Kondisi internal rumah sakit adalah keadaan segala sesuatu yang dimiliki rumah

sakit yang bersifat material maupun non material, yang dalam penelitian ini diukur

dari aspek tenaga kesehatan, keuangan, peralatan, prosedur kerja, pola kunjungan

pasien, dan struktur organisasi.

4. Kondisi eksternal rumah sakit adalah keadaan segala sesuatu yang berada pada

lingkungan luar rumah sakit dan dapat mempengaruhi kondisi rumah sakit; yang

dalam penelitian ini diukur dari aspek morbiditas dan mortalitas penyakit,

demografi, sosio ekonomi, pola pencarian pelayanan, kesehatan, dan geografi/

lokasi.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif yang

dilakukan di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh dengan menggunakan

analisis trend pada faktor internal dan eksternal serta analisis pembiayaan untuk

menentukan kelayakan pengembangan ruang rawat inap VIP.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU Meuraxa Kota Banda Aceh Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta Desa Mibo

Kecamatan Banda Raya Banda Aceh. Penelitian ini dimulai dengan melakukan

penelusuran literatur, survey awal, konsultasi judul dengan ketua program, konsultasi

dengan dosen pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, seminar proposal,

pengumpulan data, melakukan pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil

penelitian, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif. Penelitian dilaksanakan

selama 10 bulan terhitung Maret 2008 sampai dengan Desember 2008.

3.3. Subyek dan Informan Penelitian

Subyek penelitian ini adalah data dan informasi tentang kondisi internal dan

eksternal dalam pengembangan ruang VIP berupa laporan tahunan, kunjungan pasien,

ketersediaan dana dan fasilitas serta SDM di RSU Meuraxa.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Selain itu guna mendukung pelaksanaan penelitian, maka informan dalam

penelitian ini adalah direktur RSU Meuraxa Banda Aceh

3.4. Metode Pengumpulan Data

Peneliti untuk mendapatkan informasi dalam penelitian ini melakukan

pengumpulan data sekunder, yaitu: pengumpulan data internal melalui laporan

tahunan ataupun bulanan yang ada kaitannya dengan rawat jalan dan rawat inap juga

data pendukung lainnya dari bagian keuangan berupa informasi pendapatan dan

pengeluaran serta tarif maupun biaya di rumah sakit.

Pengumpulan data eksternal yang berhubungan dengan data demografi, sosio

ekonomi masyarakat di wilayah rumah sakit bersumber dari Badan Pusat Statistik

(BPS) dalam kurun waktu 4 tahun (2005 – 2008), pendukung data lain yaitu

morbiditas dan mortalitas penyakit di rumah sakit.

Selain itu dalam penelitian ini juga mewawancarai direktur RSU Meuraxa

untuk memperoleh informasi tentang pengembangan ruangan VIP RSU Meuraxa

Banda Aceh.

3.5. Definisi Operasional

1. Kondisi internal rumah sakit adalah keadaan segala sesuatu yang dimiliki rumah

sakit yang bersifat material maupun non material, yang dalam penelitian ini

diukur dari aspek tenaga kesehatan, keuangan, peralatan, prosedur kerja, pola

kunjungan pasien, dan struktur organisasi.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2. Kondisi eksternal adalah keadaan segala sesuatu yang berada pada lingkungan

luar rumah sakit dan dapat mempengaruhi kondisi rumah sakit; yang dalam

penelitian ini diukur dari aspek morbiditas dan mortalitas penyakit, demografi,

sosio ekonomi, pola pencarian pelayanan kesehatan dan geografi/lokasi.

3. Kunjungan rawat jalan: adalah kunjungan pasien baru dan lama yang datang

di poliklinik rawat jalan yang tercatat direkam medik selama satu tahun yang

membutuhkan pelayanan singkat dalam penyembuhan suatu penyakit yang

dideritanya, dan tidak memerlukan rawat inap.

4. Kunjungan rawat inap: adalah kunjungan pasien baru dan lama yang datang

dirawat inap yang tercatat direkam medik selama satu tahun yang membutuhkan

pelayanan rawat inap.

5. Ruang rawat inap VIP adalah tempat yang digunakan untuk pasien rawat inap

yang memerlukan suatu perawatan kesehatan untuk pengobatan, pelayanan, yang

sesuai dengan kondisi pasien dengan mempergunakan prasarana dan sarana dari

rumah sakit khususnya di ruang VIP.

6. Keuangan, kemampuan rumah sakit dalam menyediakan dana yang digunakan

untuk pengembangan ruang rawat inap VIP yang dapat berupa investasi (gedung,

peralatan medis, peralatan non medis, operasional dan pemeliharaan).

7. Demografi adalah data dan informasi mengenai kependudukan dilihat dari rata-

rata pertahun yang meliputi: jumlah penduduk, luas wilayah, distribusi penduduk

menurut pendidikan dan status pekerjaan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
8. Morbiditas dan mortalitas adalah angka kesakitan dan angka kematian baik rawat

jalan dan rawat inap yang ada di masyarakat yang diperoleh dari laporan

kesehatan kabupaten yang digunakan untuk melihat pola penyakit yang banyak

terjadi di masyarakat.

9. Sosio ekonomi adalah kemampuan sosial dan ekonomi masyarakat yang

digunakan untuk memperkirakan kemampuan pembiayaan terhadap layanan

kesehatan yang dihitung dari perkapita penduduk di daerah Banda Aceh.

10. Fasilitas ruang rawat inap VIP adalah barang dan perlengkapan yang disediakan

di ruangan VIP rumah sakit.

11. Analisis tempat tidur adalah analisis kebutuhan tempat tidur yang dapat dihitung

dengan menggunakan rumus J.R.Griffith (1987).

12. Analisis trend adalah analisis yang dilakukan untuk memproyeksikan dalam

kurun waktu sepuluh tahun, yaitu: jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, serta

sumber dana, data demografi, morbiditas, sosio ekonomi dan fasilitas rumah sakit,

dari hasil ini didapatkan gambaran mengenai masalah yang ada di masyarakat.

13. Analisis kemampuan pembiayaan adalah analisis yang digunakan untuk

menghitung investasi dengan cara menghitung NPV (Net Present Value), IRR

(Internal Rate of Return) dan PP (Payback Period) dengan menggunakan rumus

yang berlaku.

14. NPV (Net Present Value), yaitu nilai bersih sekarang merupakan perbandingan

antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
15. IRR (Internal Rate of Return) adalah alat untuk mengukur tingkat pengembalian

hasil intern.

16. PP (Payback Period) adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal

yang ditanamkan dalam proyek dapat kembali/pengembalian biaya investasi.

Dalam menghitung PP dapat menggunakan 2 macam model perhitungan yaitu

model dengan kas bersih setiap tahunnya sama dan kas bersih setiap tahunnya

tidak sama/berbeda.

17. Pengembangan VIP adalah keputusan akhir yang diperoleh dari hasil analisis

trend, analisis kebutuhan tempat tidur dan analisis pembiayaan.

3.6. Metode Pengukuran

1. Analisis faktor internal adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor

di dalam organisasi dengan indikator sarana-prasarana, yang berhubungan dengan

pola kunjungan pasien yang berobat dan di rawat di RSU Meuraxa, organisasi dan

manajemen RSUM meliputi SDM dan keuangan

a. Cara Ukur : Melihat data laporan tahunan RSU Meuraxa dan tahun 2005

s/d 2008, menghubungi dan melakukan wawancara dengan

beberapa pihak terkait.

b. Alat Ukur : Pemeriksaan hasil data yang diperoleh dan data sekunder

RSUM dan hasil wawancara.

c. Hasil Ukur : 1) Jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan di RSUM saat

ini dan proyeksinya untuk 5 tahun ke depan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2) Pendapat mengenai baik/kurangnya penyelenggaraan.

3) Daftar susunan jumlah SDM.

4) Laporan keuangan.

5) Jumlah tempat tidur di RSUM.

6) Struktur organisasi.

2. Analisis faktor eksternal adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor

yang berhubungan dengan demografi, morbiditas, peningkatan demand/sosio

ekonomi dan supply tempat tidur ruang perawatan terutama VIP di rumah sakit

sekitar RSU Meuraxa. Faktor ini untuk mendapatkan gambaran pengaruh dari

lingkungan luar penelitian.

a. Cara Ukur : Mengutip data BPS untuk wilayah Banda Aceh dan buku

profil kesehatan Banda Aceh tahun 2005 sd 2008 serta profil

kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam 2006-2007 mengutip

data rumah sakit pesaing dari profil kesehatan.

b. Alat Ukur : Pemeriksaan buku-buku dan BPS maupun profil kesehatan

serta hasil data dan rumah sakit pesaing.


c. Hasil Ukur : 1) Jumlah penduduk Banda Aceh menurut jenis kelamin, kelompok umur, jenis
penyakit/morbiditas.
2) Daftar pendapatan perkapita penduduk Banda Aceh.
3) Cakupan pelayanan ruang perawatan VIP rumah sakit pesaing (BOR masing-masing
ruang perawatan VIP).

3. Proyeksi kebutuhan tempat tidur ruang perawatan adalah menghitung kebutuhan

tempat tidur ruang perawatan berdasarkan rumus J.R. Griffith (1987).

a. Cara Ukur : Menghitung kebutuhan tempat tidur.

b. Alat Ukur : Menggunakan rumus J R Griffith.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
c. Hasil Ukur : Jumah kebutuhan tempat tidur di RSUM dan di ruang

perawatan VIP.

4. Rencana pengembangan adalah menghitung kebutuhan peralatan medis dan non

medis sesuai dengan jumlah kebutuhan tempat tidur yang diputuskan oleh RSUM.

a. Cara Ukur : Menghitung kebutuhan peralatan medis dan non medis.

b. Alat Ukur : Dengan cara memperkirakan dan membandingkan

kebutuhan berdasarkan standar departemen kesehatan untuk

rumah sakit kelas C dan berdasarkan kebutuhan RSU

Meuraxa.

c. Hasil Ukur : Peralatan RSUM sesuai standar rumah sakit tipe C atau

tidak.

5. Perhitungan proyeksi keuangan adalah menghitung investasi untuk penambahan

ruang perawatan berdasarkan asumsi.

a. Cara Ukur : Menghitung investasi.

b. Alat Ukur : Asumsi dari perhitungan jumlah ruangan, luas bangunan dan

kebutuhan alat medik serta non medik.

c. Hasil Ukur : Dengan cara menghitung:

1) Net Present Value (NPV)

2) Internal Rate of Return (IRR).

3) Payback Period (PP).

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Untuk menghitung proyeksi keuangan ini asumsi yang akan digunakan untuk

mendapatkan kas bersih pertahun adalah dengan asumsi pendapatan yang tidak

sama untuk setiap tahunnya. Dalam menghitung estimasi pendapatan untuk ruang

VIP adalah berdasarkan tarif pertahun dengan rata-rata lama tinggal pasien (LOS)

di RSUM dengan asumsi peningkatan tarif setiap 3 tahunnya berdasarkan rata-

rata nilai tumbuh pasien dan mengikuti tingkat pendapatan masyarakat.

6. Keputusan layak atau tidak layak adalah keputusan yang diambil dari hasil semua

perhitungan dan penilaian kelayakan secara ekonomis.

a. Cara ukur : Menganalisis hasil perhitungan keuangan.

b. Alat Ukur : Hasil perhitungan proyeksi keuangan (NPV, IRR, dan PP).

c. Hasil Ukur : Rumusan akan keputusan layak/tidak layak secara ekonomis.

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara kuantitatif dalam bentuk

trend selama empat tahun (tahun 2005 s/d 2008) dengan cara membuat analisis

situasi rumah sakit menggunakan analisis SWOT yaitu kombinasi dan

membandingkan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)

dengan faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang

berpedoman pada diagram SWOT (Rangkuti, 2008), sebagai berikut:

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi 1. Mendukung strategi


turn-around agresif

KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL

4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi


diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 3.1. Diagram Analisis SWOT

Keterangan :

Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan

peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini

adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth

oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain

pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih

baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Meuraxa (RSUM) pada awalnya merupakan rumah sakit

milik Yayasan Meuraxa yang didirikan oleh tokoh-tokoh masyarakat Kecamatan

Meuraxa Kota Banda Aceh, yang kemudian secara resmi menyerahkan rumah sakit

kepada Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Aceh melalui Gubernur Daerah

Istimewa Aceh pada tanggal 26 April 1997 dengan Surat Nomor 15/PKS/1997.

Sejalan dengan perubahan waktu sampai pada tahun 2003 RSUM ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banda

Aceh Nomor 474/10009/2003 tanggal 08 Oktober 2003, serta pengukuhan Menteri

Kesehatan pada tanggal 19 Desember 2003 menjadi rumah sakit rujukan kelas C

milik Pemerintah Kota Banda Aceh.

Secara struktural sampai tahun 2007 yang mengacu pada Peraturan Daerah

No. 07 Tahun 2006, tata kerja dan organisasi RSUM terdiri dari: (1) Direktur rumah

sakit; (2) Kepala sub bagian sekretariatan dan rekam medik; (3) Kepala sub bagian

keuangan dan program; (4) Kepala seksi keperawatan dan (5) Kepala seksi

pelayanan. Selain itu dibawahi oleh enam kepala sub seksi dan delapan kaur, yaitu

kasubsie pelayanan I, pelayanan II, pelayanan III, asuhan keperawatan, mutu dan

etika keperawatan, dan kasubsie logistik keperawatan, selain itu terdiri dari kaur, tata

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
usaha, kepegawaian, rumah tangga, program dan anggaran, akuntansi, mobilisasi

dana, kaur perbendaharaan dan rekam medik.

Berdasarkan rencana strategis RSUM Banda Aceh, berikut dapat dijabarkan

visi, misi, tujuan, dan sasaran RSUM.

(1) Visi RSUM

“Menuju Pelayanan Prima dan Profesional Bertaraf Daerah pada Tahun 2010”

(2) Misi RSUM

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan secara paripurna, sesuai standar

profesional, bermutu dan terjangkau dalam rangka pencapaian dan

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

b. Meningkatkan manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) RSUM melalui

penjenjangan karir, pendidikan, dan pelatihan sesuai profesionalitasnya.

c. Menerapkan RSUM sebagai rumah sakit rujukan, sarana pendidikan,

penelitian dan pengembangan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, secara

tepat guna dan berdaya guna.

d. Meningkatkan sarana dan prasarana RSUM sesuai dengan standar yang

berlaku.

(3) Tujuan RSUM

a. Mewujudkan pelayanan RSUM dengan kualitas dan kuantitas yang prima dan

sesuai dengan standar profesional, cepat, tepat dan terjangkau.

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang bernuansa Islami dalam bentuk

pengobatan, penyuluhan dan rehabilitasi melalui pendekatan kemitraan,

pembinaan dan bimbingan kekeluargaan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
c. Meningkatkan dan memberdayakan SDM RSUM secara proporsional, handal

dan sesuai dengan kebutuhan melalui pendidikan, pembinaan, dan

pengembangan profesi.

d. Mendorong dan mendukung peran serta masyarakat dalam meningkatkan

derajat kesehatan secara optimal baik langsung maupun tidak langsung.

e. RSUM secara proaktif ikut serta memperluas jaringan kerja sama lintas

sektoral untuk mewujudkan masyarakat sehat 2010.

(4) Sasaran RSUM

a. Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan berkualitas prima

sesuai dengan standar profesional, cepat, tepat dan terjangkau.

b. Terwujudnya pelayanan kesehatan bernuansa Islami.

c. Terwujudnya kebutuhan SDM proporsional dan profesional secara maksimal.

d. Terwujudnya peran aktif masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan

secara optimal dan berkesinambungan.

e. Terciptanya jaringan kerja sama lintas sektoral secara erat dan

berkesinambungan dalam upaya mendukung pelayanan kesehatan.

4.2. Analisis Situasi Pengembangan Ruang Perawatan VIP RSUM Banda


Aceh

Analisis pengembangan ruangan VIP RSUM didasarkan pada kondisi internal

dan eksternal melalui analisis Streght, Weakneasess, Opportunitie, dan Threats

(SWOT)

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
4.2.1. Analisis Kondisi Internal

Kondisi internal dalam penelitian ini adalah keadaan segala sesuatu yang

dimiliki rumah sakit yang bersifat material maupun non material, yang dalam

penelitian ini diukur dari aspek tenaga kesehatan, keuangan, peralatan, prosedur

kerja, pola kunjungan pasien, dan struktur organisasi.

A. Analisis Situasi Ketenagaan

Tabel 4.1. Analisis Situasi Ketenagaan di RSU Meuraxa Banda Aceh Sampai
Juli 2008

No Jenis Tenaga Jumlah % Keterangan


1 Dokter Spesialis 2 0.46 Obgyn dan THT
2 Dokter Umum 29 6.70
3 Dokter Gigi 4 0.92
4 Apoteker 2 0.46
5 Perawat 125 28.87 S1 8 dan D3 117 orang
6 Bidan 47 10.85
7 Anestesi 1 0.23
8 Penata Rontgen 5 1.15
9 Penata Gizi 15 3.46 S1 1 dan D3 14 orang
10 Asisten Apoteker 25 5.77
11 Penata Analis 15 3.46
12 Penata Fisioterapi 5 1.15
13 Perawat Gigi 14 3.23
14 Sanitarian 12 2.77
15 Non Medis Lainnya 132 30.48
Total 433 100.0
Sumber: Subbag Sekretariatan dan Rekam Medik, (2008)

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa jenis tenaga kesehatan paling banyak

adalah non medis yaitu sebanyak 132 orang (30,48%), dan berdasarkan jenis tenaga

paramedis terbanyak adalah perawat yaitu sebanyak 125 orang (28,87%). Di RSUM

juga tersedia dokter spesialis yaitu sebanyak 2 orang yang terdiri dari Dokter spesialis

THT, dan spesialis Obgyn dan dokter umum sebayak 29 orang.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
B. Analisis Situasi Keuangan

Analisis keuangan dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu tahap

(1) perhitungan investasi awal, (2) estimasi jumlah pasien yang menggunakan

ruangan VIP periode 10 tahun, (3) dan penilaian Investasi.

1. Asumsi-asumsi yang Digunakan

Berdasarkan hasil analisis dan informasi dari pihak rumah sakit. Masa

konstruksi pembangunan ruang rawat inap VIP direncanakan tahun 2009 sehingga

ruang rawat inap VIP mulai beroperasi pada tahun 2010. Dalam perhitungan aliran

kas bersih pajak penghasilan yang digunakan adalah 15 % sesuai dengan ketetapan

Pemerintah Kota Banda Aceh. Pendapatan rawat inap dihitung berdasarkan jumlah

ruang rawat inap VIP dengan tempat tidur sebanyak 12 ruangan sampai dengan tahun

2019. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 582/MENKES/SK/VI/1997

Kenaikan tarif jasa pelayanan meningkat disesuaikan dengan kemampuan dan

keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat.

2. Perhitungan Investasi Awal

Berdasarkan data sekunder diketahui bahwa modal awal pengembangan ruang

rawat inap VIP RSUM dihitung berdasarkan kebutuhan aktiva tetap berwujud dan

aktiva tetap tak berwujud. Berdasarkan data diketahui jumlah kebutuhan untuk

peralatan non medis sebesar Rp. 283.800.000,- peralatan medis sebesar

Rp. 75.000.000,- dan dana untuk bangunan sebesar Rp. 2.055.000.000, maka jumlah

investasi adalah sebesar Rp. 2.413.800.000,- (dua milyar empat ratus tiga belas juta

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
delapan ratus ribu rupiah). Hasil perhitungan investasi awal dapat dilihat pada Tabel

4.2.

Tabel 4.2. Perhitungan Investasi Awal Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP
di RSU Meuraxa Banda Aceh

No Keterangan Volume Satuan Jumlah (Rp)


1 Peralatan Medis 75,000,000 75,000,000
2 Peralatan Non Medis
1. Air Conditioner (AC) 12 ruangan x 1 bh 3,500,000 42,000,000
2. Tempat Tidur 12 ruangan x 1 bh 11,250,000 135,000,000
3. Sofa 12 ruangan x 1 bh 2,500,000 30,000,000
4. Televisi 12 ruangan x 1 bh 2,500,000 30,000,000
5. Refrigerator 12 ruangan x 1 bh 1,800,000 21,600,000
6. Gorden 12 ruangan x 1 bh 2,100,000 25,200,000
Total (1) 358,800,000
3. Bangunan 685 3,000,000 2,055,000,000
Total (3) 2,055,000,000
Kebutuhan Dana Pengembangan 2,413,800,000

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan direktur RSUM, diketahui

bahwa jumlah dana untuk pengembangan ruang perawatan VIP mutlak bersumber

dari dana APBN sehingga dalam investasi ini tidak perlu pengembalian bunga.

3. Estimasi Jumlah Pasien Periode 5 Tahun

Perhitungan estimasi jumlah pasien yang memanfaatkan ruang rawat inap

RSUM menggunakan metode forecasting dengan metode trend linear. Pada perkiraan

pasien rawat inap di ruangan VIP didasarkan pada jumlah pasien rawat inap selama

kurun waktu 4 tahun terakhir (2005- 2008), seperti pada Tabel 4.3.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.3. Data Jumlah Pasien Rawat Inap Selama 4 Tahun Terakhir (2005
s/d 2008) di RSU Meuraxa Banda Aceh

No Tahun Jumlah Pasien Rawat Inap Pertumbuhan (%)


1 2005 761 54,5
2 2006 1176 10,9
3 2007 1304 39,6
4 2008 1820 -
Total 5207 35
Sumber: Subbag Sekretariatan dan Rekam Medik, (2008)

Berdasarkan data Tabel 4.3 di atas, maka dapat diprediksikan jumlah pasien

selama 5 tahun mendatang (2009-2013), dengan menggunakan metode trend linear

yang dilihat dari garis lurus dengan asumsi kenaikan 35% dari tahun sebelumnya.

Prediksi pasien tahun 2013 mencapai 7.892. Hasil prediksi dapat dilihat pada Gambar

4.1:

9,000
7,892
8,000

7,000
5,846
6,000

5,000 4,330

4,000
3,208
3,000 2,376

2,000

1,000

0
1 2 3 4 5

Gambar 4.1. Grafik Estimasi Jumlah Pasien Rawat Inap Selama 5 Tahun

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
4. Proyeksi Biaya

Proyeksi biaya ini dilakukan untuk membantu perhitungan proyeksi laba dan

rugi pelayanan VIP RSUM (pendapatan, pengeluaran dan aliran kas) untuk 10 tahun

kedepan yaitu 2010-2019. Hasil proyeksi biaya tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Berdasarkan gambaran proyeksi terhadap kemungkinan yang terjadi pada seluruh

pelayanan yang diselenggarakan, maka akan diketahui pendapatan rumah sakit,

secara garis besar pendapatan ini diklasifikasikan dalam pendapatan dari rawat inap,

pendapatan perawatan dokter dan pendapatan dari farmasi, laboratorium, radiologi

yang semuanya dari unit rawat inap.

Tarif awal yang direncanakan oleh pihak RSUM berpedoman pada Qanun

Wali Kota Banda Aceh No. 10 Tahun 2003 tentang Tarif Kamar adalah Rp. 300.000.

Besarnya tarif ruang rawat inap VIP untuk 3 tahun pertama terhitung mulai tahun

2010-2012 sesuai rencana RSUM sebesar Rp. 300.000,- dan biaya tersebut

diproyeksikan hingga tahun 2019 akan terjadi kenaikan biaya tarif menjadi

Rp. 460.000,- mengikuti kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat

setempat. Biaya tersebut di luar biaya visite dokter, farmasi, laboratorium dan

radiologi. Tarif dan biaya tersebut pada tahun 2010-2019 menjadi dasar penghitungan

proyeksi keuangan selama 10 tahun dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang dapat

mempengaruhi perhitungan dan kebutuhan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
5. Arus Kas (Cash Flow)

Cash Flow merupakan arus kas atau aliran kas dalam periode tertentu. Untuk

menghitung kas bersih, maka terlebih dahulu dihitung biaya penyusutan. Dalam

menghitung tarif penyusutan menggunakan metode garis lurus, untuk aktiva tetap

berupa bangunan tarif penyusutan sebanyak 5 % dan aktiva tetap berupa bukan

bangunan sebanyak 25 %, seperti pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Penyusutan Aktiva Tetap


Biaya Per
No Jenis Pengeluaran Jumlah Unit Cost
Tahun
1 Depresiasi/amortisasi
- Bangunan 5% 2.055.000.000 102.750.000
- Alkes/Non Alkes 25 % 358.800.000 89.700.000
Total Penyusutan 192.450.000

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, maka dapat diprediksikan biaya penyusutan

total dari seluruh investasi (Rp. 2.413.800.000,-) adalah Rp. 192.450.000, yang

akan menjadi dasar dalam menghitung aliran kas.

6. Penilaian Investasi

Analisis penilaian investasi dalam penelitian ini menggunakan metode NPV

(Net Present Value), dan PP (Payback Period).

a. Net Present Value (NPV)

Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai

sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cashflow)

di masa yang akan datang. Jika NPV positif maka pengembangan ruangan VIP

diterima, sementara jika NPV negatif, maka pengembangan ruangan VIP ditolak.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Estimasi pendapatan berdasarkan rata-rata lama tinggal pasien (LOS) yaitu 5 hari

dengan jumlah ruangan yang direncanakan dan tarif kamar yang meningkat sesuai

tingkat tumbuh pasien rawat inap dan pendapatan masyarakat. Dana pengembangan

ruang perawatan VIP ini tidak dibiayai oleh modal sendiri, yaitu berasal dari dana

APBN, maka nilai asumsi pengembalian bunga (cost capital) sebesar 16%, seperti

pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Perhitungan Nilai NPV dengan DF=16%


Discount
Tahun Kas Bersih PV Kas
Tahun EAT Penyusutan Factor
Operasi Ke (Proceed) Bersih
(DF) 16%
1 2010 106.871.350 192.450.000 299.321.350 0,862 258.015.004
2 2011 150.937.050 192.450.000 343.387.050 0,743 255.136.578
3 2012 207.289.925 192.450.000 399.739.925 0,641 256.233.292
4 2013 367.168.890 192.450.000 559.618.890 0,552 308.909.627
5 2014 428.069.350 192.450.000 620.519.350 0,476 295.367.211
6 2015 487.188.210 192.450.000 679.638.210 0,410 278.651.666
7 2016 545.531.870 192.450.000 737.981.870 0,354 261.245.582
8 2017 743.300.116 192.450.000 935.750.116 0,305 285403.785
9 2018 810.124.099 192.450.000 1.002.574.099 0,263 263.676.988
10 2019 881.640.081 192.450.000 1.074.090.081 0,227 243.818.448
Total PV Kas Bersih 2.706.458.181
Total PV Kas Investasi 2.413.800.000
NPV 292.658.181

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui selisih antara total present value of

cash flow dengan nilai initial investment sehingga diperoleh nilai NPV bernilai positif

maka usulan pengembangan ruang rawat inap VIP dapat diterima.

b. Payback Period (PP)

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Nilai Payback Periode (PP) dalam penelitian ini adalah suatu periode yang

menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam proyek dapat kembali/

pengembalian biaya investasi. Estimasi nilai kas bersih setiap tahun berubah, maka

metode perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

metode di mana kas bersih setiap tahun tidak sama/berbeda maka PP dapat dicari

dengan mengurangi nilai investasi awal dengan aliran kas bersih pertama sampai

aliran kas bersih tidak dapat dikurangi dengan aliran kas bersih tahun berikutnya,

kemudian sisa kas bersih tahun tersebut dibagi dengan kas bersih tahun berikutnya

dan dikalikan 1 tahun, perhitungan PP seperti Tabel 4.6:

Tabel 4.6. Perhitungan PP Berdasarkan Kas Bersih Per Tahun


Tahun Aliran Kas Bersih (Rp) Perhitungan Kas Bersih
2010 299.321.350 2.114.478.650
2011 343.387.050 1.771.091.600
2012 399.739.925 1.371.351.675
2013 559.618.890 811.732.785
2014 620.519.350 191.213.435
2015 679.638.210 -
2016 737.981.870 -
2017 935.750.116 -
2018 1.002.574.099 -
2019 1.074.090.081 -
Nilai Investasi 2.413.800.000

Karena sisa kas bersih tahun kelima tidak dapat dikurangi kas bersih tahun ke

enam, maka sisa kas bersih tahun kelima dibagi kas bersih tahun keenam, yaitu:

Rp.191.213.435
PP = x 12 bulan = 3,4 bulan, atau 3 bulan
Rp. 679.638.210

Maka Payback Periode adalah 5 tahun 3 bulan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Bilangan waktu dalam perhitungan ini menunjukkan bahwa dalam jangka 5 tahun 3

bulan bisa terjadi pengembalian investasi, sepanjang tidak terjadi hal-hal di luar

kemampuan rumah sakit. Artinya, bahwa rumah sakit harus memiliki sumber daya

yang optimal untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu.

7. Perkiraan Pendapatan

Perkiraan pendapatan dalam pengembangan ruang rawat inap VIP mengacu

pada perhitungan 10 tahun dari tahun 2010-2019 berdasarkan gambaran proyeksi

terhadap kemungkinan yang terjadi pada seluruh pelayanan yang diselenggarakan,

maka akan diketahui pendapatan rumah sakit, secara garis besar pendapatan ini dapat

diklasifikasikan dengan melihat perkiraan pendapatan dan proyeksi laba/rugi dan

aliran kas RSUM Banda Aceh yang terdiri dari:

a. Pendapatan unit rawat inap

Didapat dari tarif kamar, dikalikan dengan lama hari perawatan total selama satu

tahun, lama hari perawatan didapatkan dari hasil proyeksi pasien rawat inapVIP

dikalikan dengan rata-rata lama hari perawatan/LOS RSUM tahun 2007 yaitu 5

hari. Dengan berjalannya tahun, maka diasumsikan juga terjadi penyesuaian tarif

rawat inap VIP yang disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan sosial

ekonomi masyarakat.

b. Pendapatan perawatan dokter

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Pendapatan ini diperoleh dari tarif visite dokter dikalikan dengan lama hari

perawatan, diasumsikan setiap hari dokter visite kepada pasien yang dirawatnya.

Berdasarkan data keuangan RS Meuraxa (2007), 95% pendapatan dikembalikan

ke dokter bersangkutan dan hanya 5% untuk rumah sakit.

c. Pendapatan farmasi

Berdasarkan data keuangan RS Meuraxa (2007), bahwa setiap pasien VIP rumah

sakit menghabiskan sekitar Rp. 800.000,- untuk pembelian obat-obatan selama

menjalani perawatan di rumah sakit. Dengan demikian pendapatan dari farmasi

ini diperoleh dari jumlah pasien yang dirawat dikalikan dengan Rp. 800.000,-.

Terdapat penyesuaian pada proyeksi yang disebabkan oleh kemungkinan

terjadinya peningkatan laju inflasi serta peningkatan harga barang farmasi.

d. Pendapatan laboratorium

Berdasarkan data keuangan RS Meuraxa (2007), setiap pasien VIP rumah sakit

menghabiskan sekitar Rp. 200.000,- untuk pemeriksaan laboratorium selama

menjalani perawatan di rumah sakit. Dengan demikian pendapatan dari

laboratorium ini diperoleh dari jumlah pasien yang dirawat dikalikan dengan

Rp. 200.000,-. Terdapat penyesuaian pada proyeksi yang disebabkan oleh

kemungkinan terjadinya peningkatan laju inflasi serta peningkatan harga reagen.

e. Pendapatan radiologi

Berdasarkan data keuangan RS Meuraxa (2007), bahwa setiap pasien VIP rumah

sakit menghabiskan sekitar Rp. 50.000,- untuk foto rontgen selama menjalani

perawatan di rumah sakit. Dengan demikian pendapatan dari radiologi ini

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
diperoleh dari jumlah pasien yang dirawat dikalikan dengan Rp. 50.000,-.

Terdapat penyesuaian pada proyeksi yang disebabkan oleh kemungkinan

terjadinya peningkatan laju inflasi serta peningkatan harga film dan obat

radiologi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber pemasukan dari

pengembangan ruang rawat inap VIP rumah sakit ini terdapat pada 5 instalasi di atas,

hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

8. Perkiraan Pengeluaran

Dengan mengacu pada perhitungan 10 tahun (2010-2019) berdasarkan

gambaran proyeksi terhadap kemungkinan yang terjadi akibat dari pelayanan rawat

inap VIP yang diselenggarakan, maka perlu diketahui pengeluaran rumah sakit.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan dan bagian pelayanan RSUM

juga berpedoman dari hasil survey di rumah sakit swasta Banda Aceh, secara garis

besar asumsi pengeluaran ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Pengeluaran unit rawat inap VIP

Didapatkan dengan menghitung biaya yang relevan dalam hal ini, biaya makan

pasien, laundry serta cleaning service yang dibebankan pada tarif kamar sebesar

25%. Pengeluaran rumah tangga rumah sakit yang berkaitan dengan

penyelenggaraan rawat inap VIP dibebankan sebesar 5% dari tarif kamar,

sedangkan untuk urusan administrasi dan pemeliharaan, masing-masing

dibebankan sebesar 2,5% dari tarif kamar. Dengan demikian 35% dari tarif kamar

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
merupakan pengeluaran yang harus disediakan berkaitan dengan penyelenggaraan

rawat inap VIP di RSUM.

b. Jasa/honor medis dan paramedis

Jasa medis dan paramedis dikembalikan sebesar 15% dari tarif total penghasilan

rumah sakit.

c. Pengeluaran farmasi

Pengeluaran riil instalasi farmasi adalah sekitar 70% dari biaya yang ditagih ke

pasien. Dengan demikian setiap pasien VIP rumah sakit menghabiskan biaya

sekita Rp. 560.000,- untuk pembelian obat-obatan selama menjalani perawatan

di rumah sakit. Terdapat penyesuaian pada proyeksi yang disebabkan oleh

kemungkinan terjadinya peningkatan laju inflasi serta peningkatan harga barang

farmasi.

d. Pengeluaran laboratorium

Pengeluaran riil setiap pasien VIP rumah sakit untuk pemeriksaan laboratorium

selama menjalani perawatan di rumah sakit adalah sekitar 70%. Dengan demikian

setiap pasien menghabiskan biaya sekitar Rp. 140.000,-. Terdapat penyesuaian

pada proyeksi yang disebabkan oleh kemungkinan terjadinya peningkatan laju

inflasi serta peningkatan harga reagen.

e. Pengeluaran radiologi

Setiap pasien VIP rumah sakit menghabiskan biaya sekitar 70% dari biaya yang

ditagihkan ke pasien untuk foto rontgen selama menjalani perawatan di rumah

sakit. Dengan demikian pengeluaran radiologi ini adalah sekitar Rp. 35.000,-.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Terdapat penyesuaian pada proyeksi yang disebabkan olah kemungkinan

terjadinya peningkatan laju inflasi serta peningkatan harga film dan obat-obatan

radiologi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber pengeluaran dari

pengembangan ruang rawat inap VIP rumah sakit ini terdapat pada 5 titik di atas,

hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

9. Sarana dan Prasarana

Analisis sarana dan prasarana untuk pengembangan ruangan VIP meliputi

penyediaan lahan, ketersediaan sarana penunjang seperti air listrik, serta sarana

peralatan medis.

Rencana pembangunan ruangan VIP di atas lahan 500 meter sudah merupakan

lahan milik rumah sakit jadi tidak memerlukan pembebasan lahan, dan air tersedia

dengan cukup untuk keperluan operasional rumah sakit yang bersumber dari sumur

bor dan sumur gali, kapasitas 1,5 m3.

Kebutuhan listrik yang digunakan oleh RSU Meuraxa mempunyai kapasitas

sebesar 380 Volt, 16.500 watt serta penggunaan genset berdaya 220 Volt, 7000 watt.

Daftar sarana RSUM, seperti yang terdapat pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di RSU Meuraxa Banda Aceh
Tahun 2007

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
No Nama Peralatan Medis Keterangan
1 Peralatan 13 Poliklinik Lengkap
2 Peralatan Ruang Rawat Inap Lengkap
3 Laboratorium lengkap Lengkap
4 USG Lengkap
5 Janitor Lengkap
6 Examination Lengkap
7 Rontgen Lengkap
8 EKG Lengkap
9 Dental Klinik Lengkap
10 Peralatan Operasi Mayor dan Minor Lengkap
11 Fisioterapi Lengkap
12 Immunization Lengkap
13 Optalmologi Lengkap
14 THT Set Lengkap
14 Pharmasi Store Lengkap
16 Examination ECG dan Spirometri Lengkap
17 Sterilisator Lengkap

10. Prosedur Kerja dan Struktur Organisasi

Berdasarkan profil RS Meuraxa (2007), diketahui dalam memberikan

pelayanan RSUM sudah memiliki Standard Operating Prosedur (SOP) untuk semua

bagian pelayanan sesuai dengan yang berlaku untuk rumah sakit kelas C mulai tahun

2007.

Struktur organisasi RSUM sudah sesuai dengan Qanun Walikota Banda Aceh

tahun 2006. Susunan organisasi RSUM Banda Aceh tahun 2007 dapat dilihat pada

daftar lampiran. Struktur organisasi tahun 2008 tidak dapat dilampirkan oleh karena

belum disahkan oleh Walikota Banda Aceh.

11. Pola Kunjungan Pasien

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
a. Kecenderungan Kunjungan Rawat Jalan RSU Meuraxa Banda Aceh

Selama periode empat tahun terakhir (2005-2008) menunjukkan peningkatan

kunjungan dari tahun ketahun dengan pertumbuhan kunjungan rawat jalan sebesar

10,4 %, sedangkan dari kunjungan UGD menunjukkan besarnya kunjungan

pertumbuhan 38,3 % seperti yang tampak pada Tabel 4.8

Tabel 4.8. Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RSU Meuraxa Tahun 2005-
2008

Periode (Tahun)
Layanan Pertumbuhan
2005 2006 2007 2008
Poliklinik 22.884 22.486 22.856 28.980 10,4%
UGD 3.121 3.057 3.405 6996 38,3%
Total 26.005 25.543 26.261 35.976 12,7%

Proyeksi jumlah kunjungan pasien rawai jalan RSUM untuk tahun 2009-2012 berdasarkan pertumbuhan rata-rata
kunjungan pasien rawat jalan yaitu sebesar 12,7%, seperti yang terlihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Proyeksi Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan RSU Meuraxa
Tahun 2009-2012

Layanan 2009 2010 2011 2012


Poliklinik 31993 35320 38993 43048
UGD 9676 13382 18507 25595
Total 41669 48702 57500 68643

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, maka dapat diproyeksikan jumlah kunjungan

pasien rawat jalan dengan angka pertumbuhan sampai empat tahun kedepan dari

tahun 2009-2012, diharapkan jumlah kunjungan rawat jalan akan mencapai

43.048 dan kunjungan di UGD sebesar 25.595 pada tahun 2012.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
b. Estimasi BOR Pasien Rawat Inap RSU Meuraxa Banda Aceh

Analisis kecenderungan rawat inap dilakukan dengan melihat Performance

dari Rumah Sakit Umum Meuraxa, didapatkan BOR (Bad Occupancy Rate) rawat

inap yang meningkat ditahun 2007 sebesar 62 % bila dibandingkan dengan BOR

rawat inap 2006 yang hanya 46,5 % dan pada tahun 2008 dapat lebih meningkat

lagi menjadi 79%, dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Nilai BOR (%) Rawat Inap RSUM Tahun


2005-2008
Tahun Jlh Pasien (Orang) LOS (hari) BOR (%)
2005 761 4-6 20,5%
2006 1.176 56,5%
2007 1.304 62%
2008 1.966 79%
Nilai BOR Ideal: 60-85%

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, dapat diketahui ada kecenderungan kenaikan

angka BOR setiap tahunnya hingga mencapai nilai BOR ideal. Hal ini

memungkinkan untuk dilakukan pengembangan ruang perawatan VIP di RSUM.

Estimasi jumlah pasien ruang perawatan VIP RSUM untuk tahun 2010-2019

dengan LOS (Length Of Stay) rata-rata 5 hari dan 12 tempat tidur dengan asumsi

BOR tahun pertama menggunakan nilai pertumbuhan rata-rata kunjungan rawat

inap RSUM tahun 2005-2008 yaitu 35% dan diasumsikan BOR setiap tahun

meningkat sebanyak 6%, dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Estimasi Jumlah Kunjungan Rawat Inap VIP RSUM Tahun
2010 – 2019

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Total Perkiraan Jumlah Lama Hari
Tahun LOS
Tempat Tidur BOR Pasien Perawatan
2010 12 5 35 % 302 1.512
2011 12 5 41 % 354 1.771
2012 12 5 48 % 415 2.074
2013 12 5 54 % 467 2.333
2014 12 5 60 % 518 2.592
2015 12 5 66 % 570 2.851
2016 12 5 72 % 622 3.110
2017 12 5 78 % 674 3.370
2018 12 5 84 % 726 3.629
2019 12 5 90 % 778 3.888

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diproyeksikan pasien ruang rawat VIP

hingga tahun 2019 mencapai 3.888 orang.

c. Kecenderungan Pola Penyakit

Pola penyakit yang dirawat inap maupun rawat jalan cenderung bervariasi dan

berfluktuasi setiap tahunnya. Kecenderungan pola penyakit tersebut lebih

mengarah pada penyakit infeksi dan degeneratif, khususnya pada pasien rawat

inap. Selama kurun waktu 4 tahun (2005-2008), diketahui penyakit diare setiap

tahunnya merupakan penyakit terbanyak dari sepuluh penyakit yang ada, seperti

pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Sepuluh Penyakit Terbanyak di RSU Meuraxa Banda Aceh


Tahun 2005-2008

Rawat Inap
No Penyakit
2005 2006 2007 2008
1 Diare 122 83 283 343
2 Penyakit Saluran Pernafasan 66 77 236 221

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
3 Demam Berdarah 11 44 132 139
4 Demam Thypoid 14 78 46 122
5 Dyspepsia 35 76 41 112
6 Katarak 12 16 35 67
7 Hypertensi 15 17 18 51
8 Observasi Febris 26 54 10 43
9 Diabetes Mellitus 12 24 - 36
10 Penyulit Kehamilan dan 43 278 79 8
Persalinan
Jumlah 407 747 880 1142
Sumber: Bagian Rekam Medik RSUM (2008)

4.2.2. Analisis Kondisi Eksternal

Analisis kondisi eksternal merupakan salah satu langkah strategis untuk

analisis kelayakan pengembangan ruang rawat inap VIP di RSUM Banda Aceh.

Analisis tersebut meliputi: demografi, sosial ekonomi, pola penyakit dan pola

pencarian pengobatan masyarakat.

A. Geografis dan Demografi

Secara geografis Kota Banda Aceh yang merupakan ibukota Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai luas wilayah 61.359 km2 yang terdiri atas 9

wilayah kecamatan dan 152 wilayah desa dan secara geografis merupakan sentral

kunjungan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam.

Secara demografi diketahui berdasarkan data BPS (2007), jumlah penduduk

pada tahun 2007 sebesar 214.850 jiwa yang terdiri dari 12.4849 jiwa laki-laki dan

90.001 jiwa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dengan tingkat

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
pertumbuhan yang terus meningkat dari 2,0% pada periode 2005-2006 menjadi

20,8% pada periode 2006-2007.

Kota Banda Aceh merupakan wilayah perdagangan dengan kelompok laju

pertumbuhan yang tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam. Komposisi umur

penduduk di Kota Banda Aceh yang termasuk umur muda 24,3% yaitu kelompok

umur 0 -14 tahun, 73,3% kelompok umur 15-64 tahun dan 2,4% berumur >65 tahun.

Selain itu Kota Banda Aceh sangat berdekatan dengan Kabupaten Aceh Besar,

berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar jumlah penduduk Aceh

Besar tahun 2007 sebanyak 313.154 jiwa yang juga akan berpengaruh dalam

pemanfaatan ruang perawatan di RSUM dan akan menjadi salah satu pendukung

dalam pengembangan ruang perawatan VIP di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda

Aceh. Secara terperinci data demografi Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel

4.13.

Tabel 4.13. Luas Daerah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kota
Banda Aceh 2007

Jumlah
No Kecamatan Luas Tumbuh
Penduduk
1 Meuraxa 7.258 11.226 181%
2 Jaya Baru 3.780 18.011 46%
3 Banda Raya 4.789 19.472 0,82%
4 Baiturrahman 4.539 34.477 2,7%

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
5 Lueng Bata 5.341 19.866 3,0%
6 Kuta Alam 10.047 47.280 35,0%
7 Kuta Raja 5.211 8.209 175,7%
8 Syiah Kuala 14.244 35.749 40,6%
9 Ulee Kareng 6.150 20.560 0.48%
Kota Banda Aceh 61.359 214.850 20,8%
Sumber: Badan Pusat Statistik (2008)

Berdasarkan Tabel 4.13. di atas, diketahui bahwa pertumbuhan penduduk

setiap kecamatan bervariatif. Secara umum Kota Banda Aceh mengalami

pertumbuhan penduduk sebesar 20,8% setiap tahunnya. Pertumbuhan ini mempunyai

nilai strategis untuk pengembangan ruang rawat inap VIP di RSUM Banda Aceh,

khususnya dalam analisis kebutuhan tempat tidur.

B. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan salah satu indikator pengembangan penduduk

(human development) dan merupakan faktor penting dalam analisis kelayakan

pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM. Ada beberapa indikator sosial ekonomi,

yaitu:

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan vital masyarakat. Berdasarkan data BPS

(2007), tingkat pendidikan selama kurun waktu tiga tahun (2005-2007) cenderung

berfluktuatif. Secara umum tingkat pendidikan di Kota Banda Aceh masih

termasuk kategori rendah. Secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Pendidikan di Kota Banda Aceh Selama


Kurun Waktu 2005-2007
Jenjang Pendidikan Tahun

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2005 2006 2007
Jlh % 2006 % 2007 %
Tidak/Belum Pernah Sekolah 4,690 2.7 5,486 3.1 11,507 5.4
Tidak/Belum Tamat SD 20,226 11.6 21,212 11.9 27,399 12.8
Sekolah Dasar 18,785 10.8 19,337 10.9 25,591 11.9
SLTP 25,145 14.4 26,021 14.6 32,474 15.1
SLTA 80,761 46.3 81,857 46.0 88,638 41.3
Perguruan Tinggi 23,087 13.2 23,862 13.4 29,241 13.6
Tak Terjawab 1,739 1.0 106 0.1 - 0.0
Jumlah 174,433 100.0 177,881 100 214,850 100

Berdasarkan Tabel 4.14. di atas, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat

di Kota Banda Aceh menamatkan sekolah setingkat SLTA, dan cenderung

berfluktuatif setiap tahunnya, yaitu tahun 2005 sebesar 46,3%, tahun 2006 menurun

46,0% dan tahun 2007 menjadi 41,3%. Kondisi ini menjadi nilai strategis untuk

pengembangan ruang rawat inap VIP di RSUM Banda Aceh.

2. Pendapatan Domestik Regional Bruto

Pendapatan domestik regional bruto didasarkan pada ketersediaan lapangan kerja,

usaha dan harga. Berdasarkan data BPS (2007), selama kurun waktu 3 tahun

(2005-2007), diketahui pendapatan domestik regional bruto cenderung bervariatif

di setiap lapangan kerja, usaha dan harga yang ada seperti pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15. Pendapatan Domestik Bruto Berdasarkan Lapangan Kerja,


Usaha dan Harga di Kota Banda Aceh selama kurun waktu
2005 s/d 2007
Tahun (dalam Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2005 2006 2007
Jlh % 2006 % 2007 %
Pertanian 57,822 9.82 93,221 4.70 110,988 1.33
Pertambangan dan Penggalian 1,027 0.17 810 0.04 804 0.01

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Industri Pengolahan 332,191 56.41 503,306 25.39 6,334,047 75.84
Listrik, Gas dan Air Minum 30,558 5.19 43,137 2.18 50,937 0.61
Bangunan 17,998 3.06 16,644 0.84 17,631 0.21
Perdagangan, Hotel dan Restoran 73,178 12.43 1,228,625 61.98 1,329,170 15.92
Angkutan dan Komunikasi 34,016 5.78 49,601 2.50 60,885 0.73
Keuangan dan Jasa Perusahaan 17,364 2.95 11,930 0.60 12,599 0.15
Jasa-jasa 24,762 4.20 34,916 1.76 434,404 5.20
PDRB 588,916 100.0 1,982,190 100.0 8,351,465 100.0

Berdasarkan Tabel 4.15. di atas, diketahui bahwa pendapatan domestik bruto

di Kota Banda Aceh, setiap lapangan usaha cenderung bervariatif dan berfluktuatif

setiap tahunnya. Sektor paling besar memberikan kontribusi terhadap pendapatan

domestik bruto adalah sektor industri pengolahan seperti pada tahun 2007 sebesar

75,84%. Kondisi ini memberikan kontribusi terhadap sumber pembiayaan kesehatan

yang bersumber dari masyarakat (out of pocket), dan berimplikasi terhadap upaya

pengembangan ruang rawat inap VIP di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh.

3. Pendapatan Perkapita

Berdasarkan pendapatan perkapita masyarakat di Kota Banda Aceh juga

menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data selama 2 tahun

(2006-2007), diketahui terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi dari 4,39%

menjadi 5,07% dengan tingkat inflasi 16,36, seperti pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Pendapatan Perkapita di Kota Banda Aceh Tahun 2006-2007

Tahun
Keterangan
2005 (Rp) 2007 (Rp)
1. PDRB Perkapita 4.382.783,31 5.142.205,90
2. Pendapatan Perkapita 2.594.160 3.082.690

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
3. Laju Pertumbuhan Ekonomi 4,39 5,07
4. Pengeluaran Perkapita
a. Bahan Makan 943.512 1.112.892
b. Bukan Makanan 1.650.648 1.969.268
5. Inflasi 9,83 16,36
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (2008)

4. Ketenagakerjaan

Berdasarkan data BPS (2008), diketahui setiap tahunnya terjadi pertumbuhan

angkatan jumlah tenaga kerja penduduk yang berusia 10 tahun di Kota Banda Aceh.

Data menunjukkan bahwa pada pekerja yang berpendidikan SD yang terdaftar terjadi

pertumbuhan sebesar 57,13%, sedangkan angkatan kerja berpendidikan SLTP

mengalami pertumbuhan sebesar 41,83%, seperti pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17. Pertumbuhan Angkatan Kerja Penduduk di Kota Banda Aceh


Tahun 2006-2007

SD SLTP SLTA S1/D-III


No Tahun
Jml Jml Jml Jml
1 2003 3,233 3,351 7,303 387
2 2004 750 1,822 8,422 938
3 2005 655 3,888 11,612 723
4 2006 2,295 5,741 10,238 1,520
5 2007 3,847 8,720 16,683 1,915
Pertumbuhan (%) 57.13 41.83 26.08 63.92

Berdasarkan Tabel 4.17 di atas, juga dapat dilihat bahwa terjadi pertumbuhan

angkatan kerja pada pendidikan SLTA sebesar 26,08% per tahun dan setingkat

sarjana dan sarjana muda mengalami pertumbuhan sebesar 63,92%. Kondisi ini

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
memberikan kontribusi terhadap penyerapan kebutuhan tenaga di berbagai instansi

di Kota Banda Aceh baik swasta maupun pemerintah, termasuk di RSUM.

C. Pola Penyakit

Pola penyakit merupakan salah satu analisis penting dalam studi kelayakan

pengembangan ruang perawatan VIP di RSU Meuraxa Banda Aceh. Kondisi pola

penyakit di Kota Banda Aceh setiap tahunnya cenderung bervariatif. Berdasarkan

data BPS (2007) diketahui jenis penyakit paling banyak dari sepuluh penyakit

terbesar di Kota Banda Aceh adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), yaitu

sebanyak 26. 984 kasus (25,8%). Seperti pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Distribusi Pola Penyakit di Kota Banda Aceh Tahun 2007

No Jenis Penyakit Jumlah (n) Persentase (%)


1 ISPA 26,984 25.8
2 Alergi Kulit 13,827 13.2
3 Asma 1,385 1.3
4 Diare 1,425 1.4
5 Gangguan Pernafasan Lain 18,412 17.6
7 Gangguan Sistem Persendian 14,898 14.2
8 Hipertensi 7,928 7.6
9 Infeksi Kulit 12,527 12.0
10 Penyakit Kulit lain 7,238 6.9
Jumlah 104,624.0 100.0
Sumber: Profil RSUM 2007

D. Angka Mortalitas

Mortalitas (angka kematian) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan

masyarakat. Dalam penelitian ini angka mortalitas yang diambil adalah angka

mortalitas selama tahun 2007 di Kota Banda Aceh. Berdasarkan data SUSENAS

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2005 menunjukkan bahwa angka kematian bayi baru lahir sebesar 5,5 per 1000

kelahiran hidup, dan angka kematian ibu hamil sebesar 14.2 per 100.000 kelahiran

hidup. Keadaan ini mencerminkan bahwa derajat kesehatan di Kota Banda Aceh

masih sangat memprihatinkan, maka perlu optimalisasi pelayanan kesehatan.

E. Pola Pencarian Pengobatan

Pola pencarian pengobatan merupakan salah satu indikator analisis pelayanan

kesehatan di Kota Banda Aceh. Pola pencarian pengobatan dalam penelitian ini

didasarkan pada pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit swasta di Kota Banda Aceh,

seperti pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Pencarian Pengobatan Berdasarkan Nilai BOR di Rumah Sakit


Kota Banda Aceh Selama Tahun 2005 s/d Agustus 2008

Bed Occupancy Rate (BOR)


Rumah Sakit
2005 2006 2007 2008
RSU Meuraxa 20,5 % 56,5 % 62 % 79 %
RSU Harapan Bunda 73 % 75,3 % 77,4 % 82,3 %
RSU Tgk. Fakinah 60,2 % 76 % 79,4 % 82,2%
RSU Permata Hati - 51,2 % 58,1 % 60,4 %
RSU Bulan Sabit Merah - - 55,6 % 64,5 %
Rata – Rata 51,2 % 64,8 % 66,5 % 73,68 %
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (2008)

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui angka BOR setiap tahun cenderung

meningkat menurut rumah sakit di Kota Banda Aceh, dan rata-rata angka BOR

sampai Agustus 2008 adalah 73,94%, artinya tingkat pemanfaatan masyarakat

terhadap rumah sakit termasuk tinggi dan mendekati BOR idealnya yaitu >60- 85%

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Kondisi ini memberikan peluang pengembangan ruangan VIP di RSU Meuraxa,

sehingga angka BOR semakin meningkat.

F. Analisis Kebutuhan Tempat Tidur pada Rumah Sakit di Kota Banda Aceh

Kebutuhan tempat tidur pada rumah sakit di Kota Banda Aceh dilakukan guna

dapat diidentifikasi jumlah tempat tidur yang ideal dan sebanding dengan kebutuhan,

termasuk untuk Rumah Sakit Umum Meuraxa.

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh (2007), diketahui data

rata-rata lama hari rawat pasien (ALOS) di rumah sakit di wilayah Kota Banda Aceh

terpendek adalah 4 hari dan terpanjang 6 hari, proporsi pasien rawat inap seluruh

rumah sakit adalah 0,42 per 1000 penduduk, dan jumlah penduduk di Kota Banda

Aceh sebanyak 214.850 jiwa.

Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung kebutuhan Tempat Tidur pada

Rumah Sakit di Kota Banda Aceh, dengan menggunakan rumus: (Griffith (1987):

RxHxP
KT =
THx365

R = Jumlah Penderita di rawat/1000 penduduk = 0.042/1000 penduduk


H = Rata-rata hari rawatan = 6 hari
P = Jumlah penduduk = 214.850 jiwa
TH = Tingkat Hunian Tempat Tidur (BOR=82,3%¬ BOR RS Harapan Bunda)

Maka dapat diperoleh:

0.42 x 6 x 214.850
KT = = 1.802 Tempat Tidur
82.3% x 365

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Maka jumlah tempat tidur untuk rumah sakit di Kota Banda Aceh adalah

sebanyak 1.842 tempat tidur. Kebutuhan tempat tidur tersebut didistribusikan

berdasarkan kelas dalam rumah sakit. Kebutuhan tempat tidur untuk ruangan VIP

adalah 10%, maka jumlah tempat tidur untuk ruangan VIP adalah 10% dikalikan

1.842 Tempat Tidur = 150 tempat tidur. Berdasarkan perbandingan tempat tidur yang

ada di rumah sakit Kota Banda Aceh cenderung masih belum kurang. Distribusi

tempat tidur pada rumah sakit di Kota Banda Aceh sampai tahun 2007 dapat dilihat

pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Distribusi Tempat Tidur dan Kebutuhan Tempat Tidur pada
Rumah Sakit di Kota Banda Aceh

Radius KELAS
No Rumah Sakit Kecamatan
(Km)
VIP I II III
1 RSU Meuraxa Banda Raya - 10 8 88
2 RSU Tgk. Fakinah Meuraxa ± 4 64 12 - -
3 RSU Harapan Bunda Baiturrahman ± 6 50 4 - -
4 RSU Permata Hati Meuraxa ±8 25 5 - -
5 RSU Bulan Sabit Merah Banda Raya ±4 26 4 - -
Tempat tidur yang tersedia 165 35 8 88
Jumlah kebutuhan tempat tidur keseluruhan =1.802 Tempat Tidur
Persentase kebutuhan 10% 30% 35% 25%
Jumlah kebutuhan tempat tidur 180 553 645 461

Berdasarkan analisis kebutuhan tempat tidur pada Tabel 4.20 di atas, dapat

diketahui bahwa jumlah tempat tidur untuk kelas VIP yang dibutuhkan Kota Banda

Aceh sebanyak 180 tempat tidur.

4.3. Keputusan Pengembangan VIP RSU Meuraxa Banda Aceh

Keputusan pengembangan VIP RSU Meuraxa Banda Aceh dalam penelitian

juga didasarkan pada analisis SWOT, sebagai langkah strategis penentuan kelayakan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
pengembangan ruangan VIP. Analisis SWOT meliputi analisis kekuatan, kelemahan,

peluang dan tantangan.

1. Strength (kekuatan)

Kekuatan dalam analisis ini adalah adanya faktor-faktor pendorong yang dimiliki

oleh RSU Meuraxa Banda Aceh untuk pengembangan ruangan VIP di RSU

Meuraxa, yaitu sebagai berikut:

a. Tersedianya Lahan Ruangan VIP

Lahan yang dibutuhkan untuk pengembangan ruangan VIP adalah seluas 650

m3, dan lahan tersebut merupakan milik RSU Meuraxa, sehingga tidak

mengalami kesulitan dalam pembebasan dan pengadaan lahan pembangunan.

b. Tersedianya Tenaga Medis dan Paramedis

RSU Meuraxa mempunyai tenaga medis dan para medis yang cukup untuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan Permenkes No.

262/Menkes/Per/VI/1979 sudah sangat mencukupi. Data analisis

ketersediaan SDM kesehatan di RSUM Kota Banda Aceh seperti pada Tabel

4.21.

Tabel 4.21. Analisis Situasi SDM Kesehatan di RSUM Kota Banda Aceh Tahun
2008

N Indikator
Jenis Tenaga Jumlah
o Jlh TT Jlh Tenaga

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
1 Tenaga Medis 35 9 1
2 Tenaga Paramedis Perawatan 172 1 1
3 Tenaga Paramedis Non Perawatan 94 5 1
4 Tenaga Non Medis 132 4 3
Total 433
Jumlah Tempat Tidur 106

c. Tersedianya Anggaran Pengembangan

Anggaran pengembangan ruangan VIP RSUM mutlak bersumber dari

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yaitu sebanyak

Rp. 2.413.800.000 (dua milyar empat ratus tiga belas juta delapan ratus ribu

rupiah) dan sudah tersedia tanpa harus melakukan pinjaman baik dari daerah

atau sumber lainnya.

Selain itu berdasarkan perhitungan nilai investasi diketahui ketersediaan dan

dan keuntungan yang akan diperoleh memberikan ruang bagi RSUM Kota

Banda Aceh untuk dapat mengembangkan ruangan VIP.

d. Merupakan Pusat Rujukan Puskesmas di Kota Banda Aceh

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 474/10009/2003

tanggal 08 Oktober 2003, serta pengukuhan Menteri Kesehatan pada tanggal

19 Desember 2003 menjadi rumah sakit rujukan kelas C milik Pemerintah

Kota Banda Aceh. Hal ini menjadi pendorong bagi RSUM untuk terus

mengembangkan infrastruktur dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

salah satunya adalah pengembangan ruangan VIP. Ditetapkannya sebagai

pusat rujukan, maka akan meningkatkan jaringan/kemitraan pelayanan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kesehatan yang luas dengan rumah sakit lain di Kota Banda Aceh dan institusi

kesehatan lainnya.

2. Weakness (kelemahan)

Kelemahan yang dimaksud dalam analisis ini adalah segala faktor yang dinilai

dapat menjadi kelemahan dalam upaya pengembangan ruangan VIP RSUM Kota

Banda Aceh. Kelemahan tersebut, yaitu:

a. Rendahnya Kinerja RSU Meuraxa

Kinerja RSU Meuraxa dikatakan rendah meskipun dilihat dari salah satu

indikator rumah sakit yaitu BOR sudah mendekati standar yang

direkomendasikan namun secara kualitas kondisi pelayanan kesehatan

di RSUM masih belum menunjukkan prestasi yang baik. Hal ini diindikasikan

masih adanya keluhan pelayanan dari pasien yang datang berobat ke RSUM.

b. Lemahnya Sistem Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan di rumah sakit belum berjalan dengan baik, dapat

dilihat dari sulitnya memperoleh informasi yang cepat dan akurat. Selain itu

dapat dilihat dari validitas data di unit rekam medik, serta Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang rendah seperti waktu tunggu dan

waktu diagnosa pasien. Kondisi ini disebabkan oleh: rendahnya kemampuan

petugas pengolah data dan informasi SIMRS, dukungan dana yang masih

terbatas, data dan informasi belum digunakan dalam menyusun perencanaan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan pengambilan keputusan, dan sistem informasi kesehatan yang masih

terfragmentasi ke dalam berbagai program rumah sakit dan kegiatan.

c. Kurangnya Kemampuan Advokasi dan Sosialisasi Pelayanan di Rumah Sakit

Kemampuan manajemen rumah sakit dalam melakukan advokasi program

kesehatan di rumah sakit dan kebutuhan manajemen rumah sakit masih

kurang, demikian juga dengan kemampuan untuk mengidentifikasi potensi-

potensi yang ada di luar organisasi atau pihak yang berkepentingan belum

dilakukan dengan baik.

d. Kurangnya Keterpaduan antara Perencanaan dengan Penganggaran

Konsekuensi dari lemahnya sistem informasi kesehatan rumah sakit dan

kurangnya advokasi adalah adanya kesenjangan antara perencanaan dengan

penganggaran, artinya perencanaan yang telah dibuat tidak didukung oleh

ketersediaan dana yang cukup, serta adanya ketergantungan pelaksanaan

program berdasarkan proyek, sehingga tidak ada kesinambungan

perencanaan.

3. Opportunities (peluang)

Peluang yang ada dalam organisasi RSUM Kota Banda Aceh dalam upaya

pengembangan ruang perawatan VIP adalah:

a. Penetapan sebagai RSU Milik Pemerintah

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Banda Aceh Nomor 474/10009/2003

tanggal 08 Oktober 2003, serta pengukuhan Menteri Kesehatan pada tanggal

19 Desember 2003 menjadi rumah sakit rujukan kelas C milik Pemerintah

Kota Banda Aceh, sehingga RSUM Kota Banda Aceh dapat lebih leluasa

untuk mengembangkan pelayanan kesehatan di Kota Banda Aceh, dan

diharapkan menjadi barometer pelayanan di Kota Banda Aceh.

b. Desentralisasi Kesehatan

Adanya desentralisasi yaitu adanya kewenangan daerah untuk mengelola

manajemen rumah sakit baik dalam perencanaan maupun dalam

penganggaran kesehatan di rumah sakit. Selain itu akan memperpendek alur

birokrasi termasuk dalam upaya pengembangan RSUM Kota Banda Aceh.

c. Demografi dan Geografis

Berdasarkan aspek demografi dan geografis, secara tidak langsung

memberikan kontribusi peluang untuk pengembangan ruangan VIP RSUM

Kota Banda Aceh. Hal ini karena secara geografis RSUM terletak sangat

strategis dari akses masyarakat dari luar Kota Banda Aceh (terutama

Kabupaten Aceh Besar) dan dalam Kota Banda Aceh, secara demografi

jumlah penduduk di Kota Banda Aceh sebesar 214.850 jiwa dengan tingkat

pertumbuhan 20,8%, sehingga memberikan kontribusi terhadap jumlah

kunjungan masyarakat ke RSU Meuraxa.

d. Sosial Budaya

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Berdasarkan aspek sosial budaya, diketahui pasca tsunami Kota Banda Aceh

banyak terjadi migrasi penduduk dari luar Aceh, sehingga terjadi keragaman

suku, budaya dan agama, meskipun secara umum masyarakat Kota Banda

Aceh merupakan masyarakat Aceh dengan agama Islam. Keberadaan ruangan

VIP di RSUM akan memberikan ruang kepada elemen masyarakat di Kota

Banda Aceh untuk memanfaatkannya, apalagi ada komitmen RSUM untuk

memberikan pelayanan bernuansa Islami dan berorientasi kepada kebutuhan

pelanggan.

e. Tehnologi Kesehatan

RSUM Kota Banda Aceh mempunyai fasilitas kesehatan yang sangat

memadai dan sudah mencukupi untuk pelayanan medis dan non medis.

Selama beberapa tahun terakhir, banyak bantuan dari lembaga-lembaga

swasta, maupun Non Goverment Organization (NGO) yang selama ini

beroperasi di Kota Banda Aceh, sehingga kelengkapan sarana medis sudah

sangat baik di RSUM Kota Banda Aceh. Hal ini akan memberikan kontribusi

peluang untuk pengembangan ruangan VIP.

f. Adanya Media Informasi/Media Komunikasi dan Iklim Keterbukaan

Kondisi ini selaras dengan perkembangan pembangunan Kota Banda Aceh

yang pasca Tsunami yang begitu pesat, seperti pembangunan infrastruktur

jalan, gedung, perhotelan dan sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan,

sehingga akses media dan informasi semakin luas. Selain itu tingginya

pemberitaan tentang kondisi pelayanan kesehatan di Kota Banda Aceh,

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
sehingga memberikan ruang untuk persaingan pelayanan kesehatan.

Di samping itu iklim keterbukaan saat ini memungkinkan masyarakat untuk

mengawasi seluruh aspek pelayanan kesehatan di RSUM sehingga

dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kebutuhan

masyarakat, salah satunya adalah kebutuhan ruang perawatan VIP.

g. Adanya kebijakan pemerintah melalui Departemen Keuangan RI Direktorat

Jenderal Pajak pengumuman No. 01/PJ.09.2009 dikeluarkan pada tanggal 13

Januari 2009 tentang Penjelasan Fiskal Luar Negeri di mana setiap warga

negara yang ke luar negeri bila tidak mempunyai NPWP (Nomor Pokok

Wajib Pajak) maka harus membayar fiskal.

4. Threats (ancaman)

a. Kompetitor

Berdasarkan analisis situasi di Kota Banda Aceh banyak rumah sakit sudah

mempunyai ruangan VIP, dan dengan keterbukaan iklim investasi, maka

rumah sakit yang ada di Kota Banda Aceh akan berupaya untuk terus

mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kesehatan baik dari aspek

infrastruktur maupun mutu pelayanan. Di Kota Banda Aceh ada lima rumah

sakit Swasta, dan jika dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis pesaing.

Hasil analisis pesaing menunjukkan bahwa rumah sakit yang menjadi

kompetitor adalah Rumah Sakit Swasta Tgk Fakinah dan Rumah Sakit

Harapan Bunda, item yang menjadi kompetisinya adalah pada item

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
pengenalan nama, jenis pelayanan, jumlah ruangan, segmentasi pasar dan

ketersediaan fasilitas lain dan tenaga dokter terutama dokter spesialis.

Melihat fenomena persaingan tersebut, maka perlu dilakukan upaya

yang mengarah pada pengembangan ruang perawatan VIP sangat tepat

mengingat RSUM Kota Banda Aceh belum mempunyai ruang perawatan VIP

dibandingkan dengan Rumah Sakit Swasta di Kota Banda Aceh, sehingga

diharapkan kecenderungan kunjungan pasien ke RSUM Kota Banda Aceh

akan tinggi. Hasil analisis pesaing dapat dilihat pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Analisis Pesaing dengan 4 RS Lain di Kota Banda Aceh

Nama Rumah Sakit


RS RS RSBulan
Faktor Strategis Bobot RS RS Tgk
Harapan Permata Sabit
Meuraxa Fakinah
Bunda Hati Merah
Rate Skor Rate Skor Rate Skor Rate Skor Rate Skor
Pengenalan Nama 0.05 2 0.1 4 0.2 3 0.15 2 0.1 2 0.1
Visi dan Misi 0.05 4 0.2 4 0.2 4 0.2 4 0.2 3 0.15
Jenis Pelayanan 0.15 3 0.45 4 0.6 3 0.45 3 0.45 2 0.3
Jumlah Ruangan 0.05 2 0.1 4 0.2 3 0.15 3 0.15 3 0.15
Ruangan VIP 0.05 2 0.1 4 0.2 4 0.2 3 0.15 3 0.15
Manajemen RS 0.05 4 0.2 4 0.2 4 0.2 4 0.2 2 0.1
Tenaga Dokter 0.30 3 0.9 4 1,2 4 1,2 2 0.6 2 0.6
Tenaga Perawat 0.15 4 0.6 3 0.45 3 0.45 3 0.45 3 0.45
Segmentasi Pasar 0.32 2 0.64 4 1.28 3 0.96 3 0.96 3 0.96
Lokasi 0.10 3 0.3 4 0.4 4 0.4 3 0.3 2 0.2
Kekuatan
0.30 4 1.2 4 1.2 4 1.2 3 0.9 2 0.6
Keuangan
Fasilitas Lain 0.10 3 0.3 4 0.4 3 0.3 2 0.2 2 0.2

Total 5.09 6.53 5.86 4.66 3.96

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
b. Tuntutan Masyarakat

Tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang berkualitas akan

menjadi ancaman, jika tidak terpenuhi dengan baik. Tuntutan tersebut adalah

pelayanan yang bermutu dan berdaya guna. Kondisi ini berimplikasi terhadap

permintaan masyarakat untuk berobat ke luar negeri seperti Penang-Malaysia,

rumah sakit di Kota Medan, dan luar Aceh lainnya. Seperti diketahui data

Depkes (2006) menunjukkan rata-rata pasien setiap hari 50 orang yang

berobat ke Malaysia dan Singapura, dan sebagian besar berasal dari Jakarta,

Medan, Riau dan Aceh. Dilihat dari aspek pembiayaan Depkes RI

mengestimasi kurang lebih 400 milyar rupiah setiap tahunnya mengalir ke

rumah sakit di Singapura dan Malaysia. Untuk itu upaya pengembangan

ruangan VIP dinilai sangat strategis guna menarik masyarakat untuk berobat

ke RSUM Kota Banda Aceh

c. Kemauan dan Kemampuan Membayar

Kemampuan dan kemauan membayar masyarakat dinilai menjadi ancaman

jika tarif pelayanan rumah sakit tinggi di atas kemampuan masyarakat

mengeluarkan biaya untuk pengobatan. Data BPS Kota Banda Aceh (2007)

menunjukkan bahwa penghasilan perkapita penduduk Kota Banda Aceh tahun

2007 adalah Rp. 3.082.690, dan meskipun didominasi oleh masyarakat

dengan pekerjaan sebagai PNS dan swasta (terutama industri pengolahan,

perdagangan, perhotelan dan restoran) namun kondisi ini tidak memberikan

garansi untuk memanfaatkan RSUM, tergantung pada pelayanan kesehatan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
yang diberikan. Data Rumah Sakit Umum Tgk. Fakinah tahun 2007

menunjukkan sebanyak 76,4% pasien menggunakan ruangan VIP, ini

membuktikan tingginya kebutuhan masyarakat Kota Banda Aceh untuk

pelayanan VIP.

d. Sumber PAD Pemda Nanggroe Aceh Darussalam

Mengingat RSUM merupakan rumah sakit rujukan milik pemerintah, maka

dengan sendirinya akan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD), sehingga menjadi tantangan dalam pengelolaan keuangan rumah

sakit. Untuk itu pengembangan ruang perawatan VIP dibutuhkan manajemen

yang kuat dan mampu mengakomodir seluruh aspek khususnya aspek

keuangan.

e. Kondisi Geografis yang Rawan Bencana

RSUM terletak di pusat Kota Banda Aceh, dan secara geografis merupakan

daerah yang sangat rawan bencana, apalagi setelah terjadi Tsunami tahun

2004 silam, sehingga menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan

ruang rawat inap VIP.

Berdasarkan analisis SWOT tersebut di atas, maka dibuat pencermatan faktor-

faktor strategik dalam analisis kebutuhan pengembangan ruangan VIP, seperti pada

Tabel 4.23.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.23. Analisis Pencermatan Faktor Strategis Pengembangan VIP RSUM

INTERNAL EKSTERNAL
STRENGTH OPPORTUNITIES
Tersedia Lahan Penetapan sebagai Rumah Sakit Umum Pemerintah
Tersedia Tenaga Medis & Paramedis Desentralisasi Kesehatan
Tersedia Anggaran Pengembangan Demografi dan Geografis dan Sosial Budaya
Merupakan Rumah Sakit Rujukan Tehnologi Kesehatan Mendukung
Adanya Media Informasi & Iklim Keterbukaan
Organisasi
WEAKNESS THREATS
Rendahnya Kinerja Rumah Sakit Adanya Kompetitor
Lemahnya Sistem Informasi Kesehatan Tuntutan Masyarakat
Kemampuan Advokasi Kurang Kemampuan dan Kemauan Membayar Masyarakat
Perencanaan dg Penganggaran tidak terpadu Sumber PAD Pemda NAD
Kondisi Geografis Rawan Bencana

Berdasarkan analisis SWOT tersebut, maka kebutuhan ruang perawatan VIP

di RSUM sangat mendesak, hal tersebut dapat digambarkan dalam bentuk kuadran

analisis SWOT seperti pada Gambar 4.2.

KESIMPULAN ANALISIS STRENGTH WEKNESS


FAKTOR INTERNAL Tersedia Lahan Rendahnya Kinerja RS
(KAFI)
Tersedia Tenaga Medis dan Lemahnya Sistem Informasi
Paramedis Kesehatan
Tersedia Anggaran Kemampuan Advokasi
KESIMPULAN ANALISIS Pengembangan Kurang
FAKTOR EKSTERNAL (KAFE) Merupakan RS Rujukan Perencanaan dengan
Penganggaran tidak Terpadu

OPPURTUNITIES ASUMSI STRATEGI SO ASUMSI STRATEGI WO


(KUADRAN I) (KUADRAN II)
Penetapan sebagai RSU Pemberdayaan SDM Penataan dan Optimalisasi
Pemerintah Kesehatan Tenaga Medis dan Non
Medis
Desentralisasi Kesehatan Peningkatan Mutu Pelayanan Peningkatan Kompensasi
dan Jasa Medis
Demografi dan Geografis Peningkatan Peran Stakeholder Peningkatan Mutu Program
dan Pelayanan
Sosial Budaya Mendukung Peningkatan Peran Pemerintah Pengembangan Sistem
Informasi Rumah Sakit
Tehnologi Kesehatan Pengembangan Rumah Sakit Advokasi Alokasi Anggaran
Mendukung Rumah Sakit

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lanjutan Gambar 4.2

Adanya Media Informasi & Penyediaan Sarana dan Peningkatan Perencanaan


Keterbukaan Iklim Organisasi Fasilitas Rumah Sakit Program Rumah Sakit

THREATS ASUMSI STRATEGI ST ASUMSI STRATEGI ST


(KUADRAN III) (KUADRAN IV)
Adanya Kompetitor Pelayanan Kesehatan Penempatan SDM Sesuai
Berkualitas Kualifikasi Pendidikan
Tuntutan Masyarakat Penambahan Tenaga Melakukan Kerja Sama
Kesehatan dengan Rumah Sakit lain
Kemampuan dan Kemauan Peningkatan Kualitas SDM Evaluasi Rutin Kinerja
Membayar Masyarakat Rumah Sakit
Sumber PAD Pemda NAD Survei Kepuasan Pasien Pemberian Imbalan dan
Insentif
Kondisi Geografis Rawan Survei Ability dan Willingness Peningkatan Tarif Rumah
Bencana To Pay Sakit
Promosi Kesehatan di Rumah
Sakit
Siaga Bencana
Gambar 4.2. Analisis SWOT Berdasarkan Strategi dan Pilihan dalam Upaya Pengembangan

VIP RSUM

4.4. Hasil Wawancara

Wawancara terhadap direktur RS Meuraxa mencakup 5 (lima) pertanyaan,

yaitu menyangkut beberapa hal, yaitu (1) dasar pemikiran dan tujuan pengembangan

VIP, (2), langkah-langkah yang sudah ditempuh (aspek keuangan, SDM dan

investasi), (3) permasalahan dalam pengembangan VIP, dan (4), sumber dana dan

(5) dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Kota Banda Aceh, seperti pada Tabel

4.24.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Tabel 4.24. Matrik Wawancara tentang Pengembangan VIP di RSU Meuraxa

Item Pertanyaan Jawaban


Dasar Pemikiran Pengembangan “Setiap rumah sakit perlu ruangan VIP, lagipula RS Meuraxa ini
VIP sudah lama, jadi sudah wajib dibangun ruangan VIP, selama ini
kita bisa melihat fluktuasi kunjungan di ruang kelas I, itu kan
mengindikasikan bahwa masyarakat butuh ruangan yang nyaman
seperti ruangan VIP, selain itu analisis situasi kita di Banda
Aceh juga dirasa perlu untuk pengembangan VIP di RS Meuraxa
ini.
Langkah yang sudah ditempuh? ‘Ya kita sudah mempersiapkan lahan, terus mengurus izin-izin
baik izin bangunan atau lainnya, kita juga sudah bekerjasama
(SDM dan Investasi) dengan Pemda Kota Banda Aceh tentang hal ini. Juga sudah ada
blue print VIP yang akan dibangun. Mudah-mudah terlaksana
dengan baik.
Kalau dari aspek SDM, kita juga mempersiapkan SDM, dan
rencananya tahun ini akan ada pengangkatan PNS. Kita
mintakan ke BKD Kota Banda Aceh untuk penempatan di RS ini,
selain mungkin untuk beberapa spesialis kita minta bantuan dari
RSU Zainoel Abidin Banda Aceh, untuk jangka panjang
Pemerintah Daerah Banda Aceh sudah menyekolahkan sebanyak
14 orang spesialis dan harapannya 2010 sudah selesai.
Inventasi sih.. paling kan tanah dan bangunan, trus peralatan
medis yang udah ada atau nantinya dibantu oleh pusat dan
pemda NAD, juga peralatan lain seperti kelengkapan ruangan.
Jumlah dan Kualitas SDM .. saya rasa untuk ruangan VIP, kita perlu penambahan tenaga
perawat, bidan, dokter umum dan spesialis, tapi itu tadi kita
sudah mempersiapkan dan sudah melobi BKD dan pemda NAD
bahkan sudah bekerja sama dengan pihak FK Unsyiah…,
kualitas… Kita upgrade nantinya.. kita kan ada pelatihan,
bimbingan tehnis …atau lainnya yang bisa menambah
ketrampilan tenaga medis nantinya…
Sumber dana Sumber dana utama dari APBN tahun 2008, berkisar 2 milyar
lebih gitu… selain itu mungkin nanti akan dibantu oleh lembaga
NGO atau pemda.. tapi untuk sementara pengembangan VIP ini
masih mutlak dari APBN
Kebijakan Pemda untuk Yang pasti kan kebijakan (qanun ya…) tentang pelayanan
Pengembangan kesehatan bernuansa Islami, kalo dari aspek tenaga dan fasilitas
kita kan merujuk ke kebijakan depkes.. trus ada kebijakan khusus
tentang tarif pelayanan untuk ruangan VIP dari Pemda Kota
Banda Aceh… lain-lainnya ya kebijakan retribusi atau kebijakan
yang normatif lah untuk sebuah pelayanan milik pemerintah….

Berdasarkan Tabel 4.24 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan

ruangan VIP RSU Meuraxa merupakan suatu kebutuhan terhadap jangkauan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
pelayanan kesehatan pada masyarakat di Kota Banda Aceh, pertimbangan tersebut

didasarkan adanya fluktuasi kunjungan pada ruangan Kelas I, yang didominasi oleh

masyarakat menengah ke atas, tersedianya dana, sarana dan tenaga yang memadai,

serta adanya dukungan-dukungan dari berbagai pihak di Pemerintah Kota Banda

Aceh maupun Pemerintah Propinsi NAD, baik dari aspek regulasi maupun aspek

tehnis lainnya.

4.5. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak melihat lebih jauh mengenai aspek

pasar yang dapat menghasilkan informasi mengenai keadaan pasar saat ini dan

kemungkinan trend pasar di masa datang.

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dan berhubungan dengan

penganggaran, sehingga membutuhkan waktu dan birokrasi yang sangat rumit,

namun peneliti atasi dengan pendekatan persuasif dan didasarkan dari sumber-sumber

lain yang relevan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Analisis Faktor Internal terhadap Pengembangan VIP RSUM

Analisis faktor internal merupakan bagian integral dalam studi kelayakan,

dalam hal ini studi kelayakan pengembangan ruangan VIP di RSUM. Analisis

tersebut meliputi ketenagaan, keuangan, standar kerja, pola kunjungan pasien, dan

struktur organisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari aspek ketenagaan, RSUM

sudah mempunyai alokasi tenaga yang cukup untuk ruangan VIP. Jumlah tenaga

tersebut adalah 433 orang tenaga medis, paramedis dan non medis, dengan

perbandingan tempat tidur sebanyak 106 tempat tidur, dan jika ditambah 12 ruangan

untuk VIP maka akan menjadi 118 tempat tidur juga masih mencukupi. Hal ini

didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 262/Menkes/Per/VI/1979

tentang kebutuhan minimum tenaga kesehatan di RS kelas C. Berdasarkan Permenkes

tersebut situasi ketenagaan di RSUM saat ini jika dibandingkan dengan jumlah

tempat tidur adalah tenaga medis yang dibutuhkan sebanyak 13 orang untuk 118

tempat tidur. Jumlah tenaga medis yang ada sebanyak 35 orang (dokter spesialis 2

orang yaitu THT dan Obgyn, dokter umum 29 orang dan dokter gigi 4 orang) secara

umum jumlah dokter sudah sangat mencukupi, akan tetapi untuk tenaga spesialis

belum memenuhi standarisasi tenaga spesialis rumah sakit tipe C yaitu minimal 4

spesialisasi dasar (penyakit anak, penyakit dalam, bedah dan obgyn). Tenaga dokter

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
spesialis yang dimiliki RSUM sekarang hanya ada 2 orang yaitu THT dan Obgyn,

kekurangan tenaga spesialis saat ini dipenuhi dengan kerja sama RSUM dengan RSU

Zainoel Abidin yang merupakan rumah sakit milik Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam. Hasil wawancara dengan Direktur RSUM (September, 2008), untuk

jangka panjang pihak Pemerintah Kota Banda Aceh sudah menyekolahkan sebanyak

14 orang dokter dengan berbagai jenis spesialisasi tahun 2006, yaitu: spesialis anak,

penyakit dalam, anestesiologi dan penyakit mata masing-masing 2 orang, bedah,

radiologi, obgyn, penyakit kulit kelamin dan patologi klinik masing-masing 1 orang

dan diharapkan hingga tahun 2010 sudah ada yang menyelesaikan masa

pendidikannya. Tenaga paramedis perawatan yang ada sebanyak 186 orang juga

sudah mencukupi walaupun ditambah 12 Tempat tidur lagi untuk VIP. Begitu juga

dengan tenaga paramedis non perawatan dan tenaga non medis saat ini sudah

mencukupi.

Berdasarkan analisis SWOT pada analisis strategi (kuadran), maka

kebutuhan tenaga kesehatan merupakan strategi untuk mengatasi kelemahan di

RSUM dan kompetitornya. Bentuk analisis tersebut adalah melalui peningkatan

jumlah SDM dan peningkatan kualitas SDM kesehatan. Data profil RSUM (2008)

menunjukkan bahwa untuk tenaga bidan 87,3% sudah mengikuti pelatihan Asuhan

Persalinan Normal, selain itu dilihat dari aspek tenaga manajemen kesehatan, selama

kurun waktu 2 tahun terakhir, jumlah SDM kesehatan yang sudah menyelesaikan

pendidikan setingkat Pascasarjana Kesehatan sudah lebih dari 6 (enam) orang baik di

Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada maupun Universitas Sumatera Utara,

sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan manajemen

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
dan pelayanan RSUM. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari aspek

ketenagaan pengembangan VIP sudah sangat layak di RSUM.

Petikan wawancara mendalam menunjukkan bahwa perencanaan

pengembangan VIP sudah menjadi kebutuhan dalam memberikan pelayanan

kesehatan pada masyarakat, dengan menyediakan tenaga kesehatan yang cukup dan

berkompeten.

Kebutuhan SDM dalam pengembangan VIP sudah mutlak, tidak hanya dari

aspek kuantitas tapi termasuk juga kualitas SDM kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan di ruang VIP RSUM.

Berdasarkan aspek keuangan, juga merupakan bagian integral dari studi

kelayakan pengembangan ruangan VIP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kebutuhan dana pengembangan VIP sebesar Rp. 2.413.800.000,- (dua milyar empat

ratus tiga belas juta delapan ratus ribu rupiah) dengan perincian peralatan medis

sebesar Rp. 358.800.000,- peralatan nonmedis sebesar Rp. 75.000.000,- dan dana

untuk bangunan sebesar Rp. 2.055.000.000. Jumlah dana tersebut selanjutnya disebut

sebagai investasi yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN).

Analisis keuangan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

kesiapan anggaran pengembangan VIP, dan batasan waktu dana investasi tersebut

kembali. Penilaian investasi dalam penelitian ini hanya menggunakan metode Net

Present Value (NPV) dan Payback Periode (PP) dan Internal Rate of Return (IRR)

tidak dihitung karena seluruh investasi berasal dari dana APBN yang tidak

memerlukan pengembalian bunga pinjaman.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Net Present Value (NPV) berpola

positif, yaitu sebesar Rp. 292.658.181,- dengan Payback Periode (PP) 5 tahun 3

bulan, artinya investasi dapat dikembalikan selama 5 tahun 3 bulan sejauh tidak

terjadi hal-hal di luar kemampuan rumah sakit seperti bencana alam, atau kebakaran.

umur ekonomis untuk aktiva berupa bangunan adalah 20 tahun dan untuk aktiva

bukan bangunan adalah 4 tahun (Suandy, 2003).

Perhitungan Net Present Value (NPV) dan Payback Periode (PP) dihitung

berdasarkan asumsi aliran kas bersih (2010-2019) dari proyeksi tarif kamar VIP

Rp. 300.000,- (berpedoman pada Qanun Walikota Banda Aceh No. 10 Tahun 2003

tentang Tarif Kamar) untuk tahun pertama berjalan dan selanjutnya diasumsikan tarif

kamar meningkat setiap 3 tahun berdasarkan kemampuan dan keadaan sosial

ekonomi masyarakat. Rencana pengembangan ruangan sebanyak 12 kamar, rata-rata

perkiraan LOS adalah 5 hari sesuai dengan LOS pasien rawat inap RSUM tahun 2007

(dapat diestimasikan bila BOR 100% maka pasien dalam 1 tahun adalah 864 orang).

Asumsi BOR VIP tahun pertama mengikuti BOR rata-rata rawat inap RSUM

tahun 2005-2008 yaitu 35%, sehingga estimasi jumlah pasien tahun pertama adalah

35% dari jumlah estimasi pasien VIP dalam 1 tahun yaitu 302 orang. Estimasi aliran

kas bersih tahun 2010 adalah sebesar Rp. 299.321.350,- dan pada tahun 2019 aliran

kas bersih mencapai Rp. 1.074.090.081,- di mana aliran kas bersih untuk setiap

tahunnya tidak sama sehingga dalam perhitungan nilai PP adalah menggunakan

model kas bersih yang tidak sama atau berbeda yaitu dengan mengurangi nilai

investasi dengan aliran kas bersih tahun pertama dan hasilnya dikurangi kas bersih

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
tahun berikutnya sampai sisa kas bersih tidak dapat dikurangi dengan kas bersih

tahun berikutnya, kemudian sisanya dibagi dengan aliran kas bersih tahun berikutnya

lalu dikali dengan 12 bulan.

Berdasarkan analisis keuangan tersebut, maka pengembangan ruang rawat

inap VIP RSUM layak untuk dilakukan karena nilai Net Present Value (NPV) berpola

positif dan Payback Periode (PP) tidak melebihi umur ekonomis yang berlaku.

Mengingat sumber dana berasal dari APBN sehingga tidak perlu dilakukan

pengembalian bunga. Keadaan tersebut memberikan kesempatan besar bagi RSUM

untuk dapat terus meningkatkan pelayanan rumah sakit guna memperoleh pendapatan

sebesar-besarnya.

Jika direlevansikan dengan analisis SWOT, diketahui bahwa untuk mereduksi

permasalahan jangka waktu peroleh investasi, dan peningkatan pendapatan bersih

VIP nantinya maka perlu dilakukan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

seperti pelayanan antrian yang profesional, pelayanan kesehatan yang tepat waktu.

Sedangkan untuk strategi penetapan tarif pelayanan, maka sangat perlu dilakukan

survey kemauan dan kemampuan membayar masyarakat dalam pemanfaatan ruangan

VIP, sehingga penetapan tarif dapat lebih tepat sasaran dan besarnya tarif tidak

memberatkan masyarakat dan dapat sinergis dengan rencana pengembalian dana

investasi RSUM.

Sabarguna (2003), mengatakan bahwa tarif tidak hanya digunakan sebagai

indikator biaya yang harus dibayar oleh pembeli, tetapi juga merupakan suatu tanda

dari kualitas produk. Untuk banyak pembeli, aspek penting dari tarif konotasi dari

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kualitas. Tarif yang terbaik adalah tahu biaya yang dikeluarkan, tahu kemampuan

masyarakat membayar, tahu tarif dari rumah sakit yang lain. Secara teoritis tarif harus

memperhatikan: biaya, perilaku pesaing, kemampuan pasien.

Upaya strategis lainnya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan

promosi pelayanan kesehatan rumah sakit, guna menarik minat dan keinginan

masyarakat untuk berobat dan memanfaatkan ruangan VIP RSUM nantinya. Bentuk

promosi tersebut adalah melalui advokasi ke pemerintah daerah, peningkatan peran

serta stakeholder serta penggunaan media elektronik dan media cetak mengenai jenis

pelayanan yang ada, ketersediaan sarana dan tenaga kesehatan di RSUM.

Selain itu langkah strategis pada tahun pertama adalah melakukan survei

kepuasan pasien sehingga diperoleh tingkat kepuasan penggunaan VIP RSUM, dan

dapat menjadi evaluasi terhadap peningkatan pelayanan RSUM pada tahun

berikutnya. Karena pada prinsipnya kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral

dalam wacana bisnis dan manajemen. Pelanggan umumnya mengharapkan produk

berupa barang atau jasa yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan

pelayanan yang baik atau memuaskan. Kepuasan pelanggan dapat membentuk

persepsi dan selanjutnya dapat memposisikan produk perusahaan di mata

pelanggannya rumah sakit merupakan organisasi bisnis, sehingga pendapatan dan

kepuasan konsumen merupakan hal yang paling penting diperhatikan.

Trisnantoro (2003), mengatakan rumah sakit merupakan industri jasa

kesehatan yang pada dasarnya bersifat sosio ekonomi yang dalam menjalankan

kegiatannya di samping menekankan penerapan nilai sosial juga harus

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi. Hal tersebut tampak jelas dalam

penyelenggaraan suatu rumah sakit swasta yang sumber keuangan atau pendanaannya

berasal dari penyandang dana atau investor yang tentunya mengharapkan agar

investasinya dapat kembali, dan kemungkinan diharapkan dapat memperoleh

keuntungan. Di samping itu, rumah sakit swasta mengemban pula misi utamanya

yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Peran ganda dari rumah

sakit swasta yaitu sebagai lembaga sosial dan sebagai unit sosio ekonomi harus dapat

berjalan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan.

Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam analisis internal adalah ketersediaan

sarana dan fasilitas rumah sakit yang mendukung pengembangan ruangan VIP. Hasil

analisis sarana dan prasarana menunjukkan bahwa sarana dan pra sarana rumah sakit

di RSUM dinilai sudah memadai untuk pengembangan ruang rawat inap VIP, seperti

ketersediaan peralatan medis, peralatan non medis, sarana listrik, dan air yang

mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan di ruangan VIP RSUM nantinya.

Ketersediaan sarana dan fasilitas RSUM saat ini sudah memenuhi standar peralatan

untuk rumah sakit tipe C sesuai dengan pedoman teknis yang ditetapkan Departemen

Kesehatan RI tahun 2007. Apalagi dalam dana investasi tersedia alokasi dana untuk

peningkatan dan penambahan peralatan medis dan non medis guna memberikan

kenyamanan pada pasien di ruangan VIP RSUM.

Kebutuhan sarana dan prasarana rumah sakit sangat mutlak diperlukan. Hal

ini menurut Depkes RI (2007), bahwa peralatan baik medis maupun non medis,

sarana dan prasarana yang menunjang fungsi rumah sakit harus memenuhi

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
persyaratan sesuai dengan standar yang berlaku, untuk menjadi pedoman teknis

sarana, prasarana dan peralatan kesehatan rumah sakit kelas C, yang digunakan dalam

proses perencanaan pengembangan rumah sakit. Berbagai macam investasi dapat

dilakukan di rumah sakit, antara lain adalah: pergantian peralatan medik yang lama

dengan teknologi yang lebih baru, perluasan perlengkapan modal yang sudah ada

misalnya penambahan kapasitas dengan menambah ruangan bangsal, perluasan atau

penambahan produk baru dengan pembelian mesin atau peralatan baru yang belum

pernah dimiliki.

Kebutuhan sarana tersebut salah satunya adalah kebutuhan tempat tidur.

Untuk pengembangan ruang perawatan VIP sebanyak 12 ruangan dibutuhkan tempat

tidur 10% dari kebutuhan tempat tidur secara keseluruhan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa berdasarkan profil RSUM 2007 angka AvLOS rawat inap

adalah 4-6 hari, dengan proporsi rawat inap 0,42 per 1000 penduduk, dan jika

disetarakan 42 orang per 100 penduduk, dan dengan jumlah penduduk sebanyak

214.850 jiwa, maka kebutuhan tempat tidur di rumah sakit Kota Banda Aceh adalah

sebanyak 1.802 tempat tidur, maka untuk VIP sebanyak 10% dari jumlah tersebut

yaitu sebanyak 180 tempat tidur, jumlah tempat tidur untuk kelas VIP saat ini

sebanyak 165 tempat tidur jadi masih tersedia sebanyak 15 tempat tidur lagi sehingga

sangat memungkinkan bagi RSUM dalam pengembangan ruang rawat inap VIP

sebanyak 12 kamar.

Aspek lain dalam analisis faktor internal pengembangan VIP RSUM adalah

aspek struktur organisasi dan tugas pokok dan fungsinya. Hasil penelitian

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
menunjukkan bahwa struktur organisasi RSUM dinilai sudah memadai untuk

pengembangan VIP RSUM, yaitu terdiri dari (1) Direktur rumah sakit; (2) Kepala sub

bagian sekretarian dan rekam medik; (3) Kepala sub bagian keuangan dan program;

(4) Kepala seksi keperawatan dan (5) Kepala seksi pelayanan. Selain itu dibawahi

oleh enam kepala sub seksi dan delapan kaur, yaitu kasubsie pelayanan I, pelayanan

II, pelayanan III, asuhan keperawatan, mutu dan etika keperawatan, dan kasubsie

logistik keperawatan, selain itu terdiri dari kaur tata usaha, kepegawaian, rumah

tangga, program dan anggaran, akuntansi, mobilisasi dana, kaur perbendaharaan dan

rekam medik. Struktur organisasi RSUM saat ini sudah berpedoman berdasarkan

Qanun Walikota Banda Aceh tahun 2006.

Berdasarkan profil RSU Meuraxa, bahwa Struktur organisasi RSUM sudah

mempunyai tugas pokok dan fungsi serta Standar Prosedure Operating yang sudah

tertata rapi, dan juga mempunyai beban kerja, bagi masing-masing bagian, juga

dilakukan penilaian analisis beban kerja setiap tahun, berpedoman pada Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 12 tentang Efisiensi Jabatan. Penambahan ruangan VIP

mudah untuk disinergiskan dengan manajemen rumah sakit secara keseluruhan.

Struktur tersebut sudah mengacu pada Kepmenkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993

tentang struktur dan proses pelayanan rumah sakit.

Analisis terakhir dalam analisis faktor internal pengembangan ruanganVIP

RSUM adalah menyangkut pola kunjungan pasien. Pola kunjungan pasien yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan pasien baik untuk rawat jalan

maupun rawat inap di RSUM. Kegunaan dari analisis adalah untuk mengetahui

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
kecenderungan dan fluktuasi pasien setiap tahunnya serta menjadi dasar asumsi untuk

analisis keuangan dan kebutuhan pelayanan kesehatan termasuk kebutuhan ruangan

kelas seperti VIP.

Hasil penelitian menunjukkan selama kurun waktu 2005-2008 terjadi

kecenderungan pertumbuhan pasien rawat jalan, yaitu 10,4% untuk pelayanan

poliklinik, 38,3% untuk pelayanan unit gawat darurat. Hal ini mencerminkan bahwa

terjadi peningkatan kunjungan pasien ke rumah sakit setiap tahun dengan rata-rata

kunjungan 12,7%. Selain itu dilihat dari kunjungan pasien rawat inap, selama kurun

waktu tersebut terjadi peningkatan nilai BOR yaitu dari 20,5% tahun 2005 menjadi

62% pada tahun 2007 dan hingga Agustus 2008 angka BOR RSUM mencapai 79%.

Kondisi ini menggambarkan bahwa kebutuhan pasien terhadap ruangan rawat inap

merupakan prioritas program dan perencanaan RSUM, termasuk kebutuhan ruangan

VIP.

5.2. Analisis Faktor Eksternal terhadap Pengembangan VIP RSUM

Analisis faktor eksternal merupakan bagian integral dari analisis studi

kelayakan pengembangan ruangan VIP di RSUM. Analisis tersebut meliputi

morbiditas, mortalitas, kondisi geografis dan demografi, sosial ekonomi dan pola

pencarian pengobatan masyarakat di Kota Banda Aceh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan demografi dan geografis,

kondisi RSUM dinilai strategis untuk dijangkau oleh masyarakat, apalagi sejak

gencarnya upaya rekonstruksi dan rehabilitasi NAD pasca Tsunami sudah dilakukan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
pembangunan sarana jalan, dan performancenya RSUM, sehingga aksesibilitas

masyarakat akan sangat mudah.

Secara demografi pertumbuhan penduduk Kota Banda Aceh sebesar 20,8%

dengan jumlah kecamatan sebanyak 9 kecamatan, dan jumlah penduduk sebanyak

214.850 jiwa yang terdiri dari 12.4849 jiwa laki-laki dan 90.001 jiwa perempuan.

Tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh yang merupakan ibukota Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam cukup tinggi menduduki peringkat tertinggi pertama

untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yaitu 3.501,47/km2. Pertumbuhan jumlah

penduduk tersebut dinilai strategis untuk pengembangan ruangan VIP, karena dapat

menjadi input dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, serta dapat

menjadi dasar analisis kebutuhan tempat tidur. Jumlah penduduk yang besar

merupakan aset yang sangat berharga untuk kepentingan bisnis, termasuk dalam

bisnis jasa rumah sakit. Letak Kota Banda Aceh yang sangat berdekatan dengan

Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah penduduk 313.154 jiwa, merupakan hal yang

menguntungkan dalam pengembangan ruang VIP RSUM

Menurut Depkes RI (1992), bahwa faktor demografi merupakan salah satu

faktor eksternal rumah sakit yang harus dianalisis sebagai komponen pengembangan

rumah sakit. Data demografi yang harus dipahami untuk pengembangan fasilitas

kesehatan, seperti rumah sakit, yaitu: luas wilayah, jumlah penduduk, angka

kepadatan penduduk, distribusi penduduk menurut umur, jenis kelamin, perkawinan,

dan lainnya yang berkaitan dengan kependudukan.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Depkes (2007), dalam pengembangan ruang rawat di rumah sakit juga perlu

memperhatikan kondisi geografi atau lokasi setempat yang sesuai dengan standar

persyaratan, yang meliputi:

1. Letak yang strategis yaitu letak geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi

yang mudah di jangkau oleh masyarakat, jauh dari pencemaran, banjir dan tidak

berdekatan dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain

anak, pabrik industri dan limbah pabrik (tidak tercemar oleh lingkungan luar

rumah sakit) dan jauh dari kebisingan, tidak boleh berada satu gedung/satu

halaman dengan pasar, toko, supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya (lokasi

rumah sakit harus sesuai dengan tata kota); dan tersedianya lahan parkir yang

memadai, dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan di sekitarnya.

2. Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah (instalasi air bersih, instalasi

listrik, instalasi air kotoran, instalasi komunikasi, dan lain-lain).

3. Semua area rumah sakit harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk

mendukung kenyamanan dan penyembuhan pasien. Unit rawat inap harus

berlokasi di daerah yang tenang, aman dan nyaman (Depkes RI, 2007).

Secara keseluruhan faktor tersebut sudah terpenuhi oleh RSUM untuk

pengembangan ruang perawatan VIPnya.

Selain itu dilihat dari aspek sosio ekonomi, penduduk Kota Banda Aceh

mempunyai tingkat pendidikan yang bervariatif dan cenderung berfluktuasi setiap

tahunnya, selain itu Kota Banda Aceh merupakan sentral pendidikan di NAD

khususnya Universitas Negeri dan Pasca Sarjana. Kecenderungan tingkat pendidikan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
terbanyak adalah SLTA (41,3%), disusul pendidikan SLTP (15,1%), dan untuk

perguruan tinggi hanya 13,6%. Kondisi ini menggambarkan bahwa perbedaan tingkat

pendidikan akan memberikan kontribusi pemikiran dan penilaian yang berbeda

terhadap jenis pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini menjadi ancaman bagi

pengembangan ruangan VIP, namun jika diselaraskan dengan kebutuhan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, maka pendidikan cenderung terabaikan, apalagi

pelayanan tersebut merupakan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi pada

kebutuhan pasien.

Melihat kondisi tersebut, maka langkah strategis yang harus dilakukan

sembari proses pengembangan ruangan VIP adalah peningkatan mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit, pengembangan sistem informasi kesehatan, peningkatan

promosi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan

jumlah kunjungan dan jumlah rawat inap di RSUM.

Sedangkan jika dilihat dari aspek ekonomi, rata-rata pendapatan perkapita

penduduk adalah Rp. 3.082.690,- dan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi penduduk

Kota Banda Aceh adalah sebesar 4,39%, dengan pendapatan bruto sebesar 75,84%

dan mayoritas dari sektor industri dan perdagangan. Kondisi ini memberikan peluang

untuk pengembangan ruangan VIP, karena masyarakat diasumsikan mampu untuk

mengeluarkan biaya untuk pelayanan kesehatan khususnya untuk mendapatkan

pelayanan perawatan rawat inap yang nyaman sekelas VIP di RSUM.

Menurut Trisnantoro (2005), faktor sosio ekonomi masyarakat erat kaitannya

dengan pola pencarian pelayanan kesehatan. Dalam analisis eksternal, melihat

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
peluang dalam potensi masyarakat membayar pelayanan kesehatan dilakukan melalui

analisis demand (permintaan). rumah sakit harus memperhatikan keadaan

masyarakat, tingkat ekonomi atau penghasilan masyarakat yang meningkat

berpengaruh akan permintaan pelayanan kesehatan, terutama terhadap pelayanan

bermutu dan tidak harus menunggu lama (antrian); dan kondisi ini menjadi peluang

untuk meningkatkan pendapatan, sekaligus menjadi ancaman bagi rumah sakit

pemerintah dengan adanya rumah sakit swasta yang menyediakan pelayanan yang

lebih baik.

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan di Kota Banda Aceh, diketahui terjadi

pertumbuhan angkatan kerja pada pendidikan SLTA sebesar 26,08% per tahun dan

setingkat Sarjana dan Sarjana Muda mengalami pertumbuhan sebesar 63,92%.

Kondisi ini memberikan kontribusi terhadap penyerapan kebutuhan tenaga

di berbagai instansi di Kota Banda Aceh baik swasta maupun pemerintah, termasuk

di RSUM.

Pertumbuhan tenaga kerja tersebut dapat dijadikan sebagai peluang pasar

tenaga kesehatan di RSUM, sejauh kriteria yang dibutuhkan dapat dipenuhi seperti

latar belakang pendidikan. Namun secara keseluruhan ketersediaan tenaga kerja

merupakan input yang sangat berharga terhadap upaya pengembangan ruang rawat

inap VIP RSUM.

Selain itu aspek pola pencarian penyakit, angka mortalitas dan morbiditas

penduduk juga merupakan bagian penting untuk analisis pengembangan ruang

perawatan VIP RSUM. Angka morbiditas penduduk Kota Banda Aceh secara umum

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal tersebut tercermin

dari masih tingginya angka kesakitan akibat Demam Berdarah Dengue (DBD), angka

kesakitan akibat penyakit Infeksi seperti ISPA (25,8%), gangguan persendian

(14,2%), dan beberapa jenis penyakit degeneratif seperti hipertensi (7,6%). Selain itu

dilihat dari angka kematian penduduk, diketahui berdasarkan data SUSENAS 2005

menunjukkan bahwa angka kematian bayi baru lahir sebesar 5,5 per 1000 kelahiran

hidup, dan angka kematian ibu hamil sebesar 142 per 100.000 kelahiran hidup.

Keadaan ini mencerminkan bahwa derajat kesehatan di Kota Banda Aceh masih

sangat memprihatinkan, maka perlu optimalisasi pelayanan kesehatan.

Pola pencarian pengobatan masyarakat Kota Banda Aceh dapat dilihat dari

tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit swasta yang ada di Kota Banda

Aceh. BOR rata-rata tahun 2008 adalah dari 5 rumah sakit swasta Kota Banda Aceh

mencapai nilai ideal yaitu 73,54%, dan hal ini memberikan peluang pengembangan

ruang rawat inap VIP di RSUM.

Kondisi derajat kesehatan masyarakat tersebut menunjukkan bahwa

pembangunan kesehatan di Kota Banda Aceh masih belum optimal, untuk itu perlu

penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, dan terjangkau oleh

masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut seperti penambahan bangsal atau ruangan

untuk kelompok miskin dan ruangan VIP. Berdasarkan fenomena tersebut, maka

langkah strategis RSUM untuk menjawab dan memberikan pelayanan kesehatan

sebagai provider pelayanan kesehatan milik pemerintah adalah mengembangkan

ruangan VIP RSUM. Kondisi mortalitas, morbiditas dan pola pencarian pengobatan

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
masyarakat Kota Banda Aceh dinilai sangat strategis memberikan kontribusi terhadap

upaya pengembangan ruang perawatan VIP di RSUM. Pola pencarian pengobatan

masyarakat Kota Banda Aceh dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan tempat tidur

di rumah sakit swasta yang ada di Kota Banda Aceh. BOR rata-rata tahun 2008

adalah dari 5 rumah sakit swasta Kota Banda Aceh mencapai nilai ideal yaitu

73,54%, dan hal ini memberikan peluang pengembangan ruang rawat inap VIP

di RSUM.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis SWOT, maka pengembangan ruangan VIP merupakan suatu

kebutuhan bagi RSUM mengingat peluang, tantangan, kelemahan dan kekuatan

yang ada melalui upaya strategis untuk meminimalisasi ancaman yang ada dari

internal maupun eksternal. Hal ini dapat dilihat dari:

a. Berdasarkan analisis faktor internal, secara keseluruhan aspek yang dikaji

dalam analisis internal mendukung terhadap pengembangan ruang rawat inap

VIP di Rumah Sakit Umum Meuraxa, yang terdiri dari:

1) Jumlah tenaga di RSUM baik dari aspek kualitas maupun kuantitas

memberikan peluang untuk pengembangan ruang rawat inap VIP RSUM.

secara umum jumlah tenaga sudah mencukupi, akan tetapi untuk tenaga

spesialis belum memenuhi standarisasi tenaga spesialis rumah sakit tipe C

yaitu minimal 4 spesialisasi dasar (penyakit anak, penyakit dalam, bedah

dan Obgyn). Tenaga dokter spesialis yang dimiliki RSUM sekarang hanya

ada 2 orang yaitu THT dan Obgyn.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2) Hasil analisis sarana dan prasarana menunjukkan bahwa sarana dan pra

sarana rumah sakit di RSUM dinilai sudah memenuhi standar peralatan

untuk rumah sakit tipe C sesuai dengan pedoman teknis yang ditetapkan

Departemen Kesehatan RI Tahun 2007, sehingga akan mendukung

pengembangan ruang rawat inap VIP.

3) Aspek struktur organisasi sudah berpedoman berdasarkan Qanun Walikota

Banda Aceh tahun 2006 dan sudah mempunyai tugas pokok, fungsi serta

Standar Prosedure Operating yang sudah tertata rapi, dan juga

mempunyai beban kerja, bagi masing-masing bagian, juga dilakukan

penilaian analisis beban kerja setiap tahun, berpedoman pada Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 12 tentang Efisiensi Jabatan. Hal ini akan

mendukung pengembangan ruang rawat inap VIP.

4) Aspek kunjungan pasien juga sangat mendukung pengembangan ruang

rawat inap VIP RSUM, di mana setiap tahunnya terjadi fluktuasi

kunjungan rawat jalan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,7% dan

rata-rata pertumbuhan pasien rawat inap adalah 35% dengan angka BOR

79 %.

b. Berdasarkan analisis faktor eksternal, secara umum juga sangat mendukung

pengembangan ruang rawat inap VIP, dengan indikasi dari:

1) Berdasarkan faktor demografi dan geografi, diketahui terjadi pertumbuhan

penduduk mencapai 20,8% setiap tahunnya, sehingga dapat menjadi dasar

pengembangan ruang rawat inap VIP dan analisis kebutuhan tempat tidur.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2) Berdasarkan faktor sosial ekonomi, Kota Banda Aceh merupakan daerah

sentral perindustrian dan perdagangan di NAD, dengan produk domestik

bruto sebesar Rp. 8.351.465 dari berbagai sektor, dan pertumbuhan pada

tahun 2007 sebesar 75,84%, dan dengan tingkat pendapatan perkapita

penduduk mengalami pertumbuhan sebesar 18,8%, serta berdasarkan

aspek pendidikan, terjadi peningkatan persentase tingkat pendidikan

menengah ke atas sebesar 41,3%, dan pertumbuham ketenagakerjaan

sebesar 63,92% untuk pendidikan Sarjana, sehingga menjadi potensi dan

peluang untuk mengembangkan ruang rawat inap VIP di RSUM.

3) Berdasarkan pola penyakit, diketahui Kota Banda Aceh masih merupakan

masalah pembangunan kesehatan yang utama terindikasi dari angka

kesakitan yang cenderung lebih didominasi oleh penyakit infeksi seperti

ISPA, gangguan pernafasan lain, dan beberapa penyakit degeneratif

seperti hipertensi. Selain itu berdasarkan angka kematian, diketahui terjadi

kematian bayi sebesar 5,5 per 1000 kelahiran hidup, dan angka kematian

ibu hamil sebesar 14.2 per 100.000 kelahiran hidup, dan dengan pola

pencarian pengobatan rata-rata dengan BOR 73,54%.

4) Pola pencarian pengobatan masyarakat Kota Banda Aceh menunjukkan

tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit swasta yang ada di Kota

Banda Aceh mencapai nilai ideal yaitu 73,54%, dan hal ini memberikan

peluang pengembangan ruang rawat inap VIP di RSUM.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
2. Berdasarkan analisis penilaian investasi, maka pengembangan ruang rawat

inap VIP sangat layak untuk dilakukan didasarkan pada nilai Net Present

Value (NPV) yang berpola positif yaitu Rp. 292.658.181,- dan Payback

Periode (PP) yang relatif singkat yaitu 5 tahun 8 bulan, dari jumlah investasi

sebanyak Rp. 2.413.800.000,- dengan estimasi tarif Rp. 300.000 perkamar

pada tahun pertama dan peningkatan setiap 3 tahunnya mengikuti tingkat

tumbuh pasien dan pendapatan masyarakat sehingga akan mempercepat

pengembalian investasi dari pengembangan ruang rawat inap VIP.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka dapat disarankan sebagai

berikut:

1. Perlu dilakukan upaya strategis oleh manajemen RSUM dalam percepatan

pembangunan ruang rawat inap VIP RSUM.

2. Perlu dilakukan survei kemampuan dan kemauan membayar masyarakat guna

memperoleh angka pasti dalam penetapan tarif ruang VIP RSUM nantinya.

3. Perlu dilakukan survei kepuasan pasien guna memberikan kontribusi informasi

tentang kualitas pelayanan RSUM.

4. Perlu dilakukan advokasi terhadap pemerintah daerah dalam percepatan

pembangunan ruang rawat inap VIP dan adanya peraturan daerah yang

mendukung pelayanan VIP.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
5. Perlu melakukan akreditasi rumah sakit yaitu sebanyak 16 jenis yaitu

Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan IGD, Pelayanan

Keperawatan Rumah Sakit, Rekam Medik, Farmasi, Pelayanan K3, Radiologi,

Laboratorium, Kamar Operasi, Pelayanan Nosokomial, Perinatal Resiko Tinggi,

Rehabilitasi Medis, Gizi, Pelayanan Intensif, dan Pelayanan Darah. Harus

dilakukan secara bertahap sesuai dengan tipe rumah sakit dan memenuhi standar

minimal yang ditentukan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan

RI No. 159a/MENKES/PER/II/1988.

6. Tersedianya tenaga spesialis yang memenuhi standar rumah sakit tipe C yaitu

untuk 4 spesialis dasar: penyakit dalam, penyakit anak, ilmu bedah dan Obgyn

untuk mendukung pelayanan di RSUM, terutama dalam keberhasilan

pengembangan ruang rawat inap VIP. Saat ini tenaga spesialis yang dimiliki

RSUM hanya 1 yaitu Obgyn.

7. Dalam penataan letak ruang khususnya untuk pengembangan ruang rawat inap

VIP harus memperhatikan tata letak ruangan yang sesuai dengan tata letak

ruangan yang baku untuk rumah sakit, sehingga akan memudahkan dalam

pelayanan yang efektif.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa, Jakarta.

Aditama Y. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi Kedua, Universitas


Indonesia Press, Depok.

Depkes RI. 1992. Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, Jakarta.

_________. 1992. Panduan Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Rumah


Sakit Kabupaten, Dirjen Yanmedik, Jakarta.

_________. 1994. Standar Peralatan Ruang dan Tenaga Rumah Sakit Kelas C,
Dirjen Yanmedik, Jakarta.

_________. 1998. Pokok-pokok Pedoman Arsitektur Rumah Sakit Umum, Dirjen


Yanmedik, Jakarta.

_________. 2002. Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Daerah, Dirjen Yanmedik, Jakarta.

_________. 2006. Pedoman Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum, Dirjen


Yanmedik, Jakarta.

_________. 2006. Standar Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia, Dirjen Yanmedik,


Jakarta.

_________. 2007. Pedoman Tehnis Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan


di Rumah Sakit Kelas C, Dirjen Yanmedik, Jakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi NAD. 2007. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Banda Aceh.

Djojodibroto.R.D. 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Hipokrates, Jakarta.

Handayani. S. 2003. Analisis Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP di Rumah Sakit
Islam Assobaringin Tanggerang, KARS Universitas Indonesia, Depok.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Iskandar. D. 1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien, Cetakan Pertama,
Sinar Grafika. Bandung.

Kunders. K.D. 2004. Hospital, McGraw-Hill Publishing, Company Limited, New


Delhi.

Kasmir, Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Kedua, Kencana Pranada Media
Group, Jakarta.

Loebies. M.N., dkk. 2001. Desain Grafis dan Perencanaan Fasilitas Rumah Sakit,
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Muninjaya. A.A. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi Kedua, EGC, Jakarta.

Mukti. A.G. 2007. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Karya
Husada Mukti, Yogyakarta.

Nitisemito. A.S dan Burhan. 2004. Wawasan Studi Kelayakan dan Evaluasi Proyek.
Bumi Aksara, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Ketiga, Rineka


Cipta, Jakarta.

Pemerintah Kota Banda Aceh. 2006. Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPK RSU
Meuraxa, Banda Aceh.

RSU Meuraxa. 2007. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Meuraxa, Banda Aceh.

RSU Tgk. Fakinah. 2007. Laporan Tahunan Rumah Sakit Umum Tgk. Fakinah,
Banda Aceh.

Rangkuti, Fredy. 2006. Analisis SWOT; Tehnik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Robins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid I, Edisi
Bahasa Indonesia, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka, Prenhalindo, Jakarta.

_______. 2002. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Jilid II, Edisi
Bahasa Indonesia, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka, Prenhalindo, Jakarta.

Sabarguna. S. 2003. Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, Konsorsium RS Islam Jawa


Tengah, Yogyakarta.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Siagian. S. 1995. Teori Pengembangan Organisasi, Bumi Aksara, Jakarta.

Soejitno. S, dkk. 2002. Reformasi Perumahsakitan Indonesia. Edisi Revisi,


Grassindo, Jakarta.

Seoroso, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, EGC, Jakarta.

Supriyono, R.A. 1998, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis, Edisi Kedua,
BPFE, Yogyakarta.

Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Subanegara. H.P. 2005. Diamond Head Drill & Kepemimpinan dalam Manajemen
Rumah Sakit, Andi Offset, Yogyakarta.

Trisnantoro. 2005, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah


Sakit, Cetakan Kedua, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

_________. 2005. Aspek Stategis Manajemen Rumah Sakit, Andi Offset, Yogyakarta.

Umar, Husein. 2005. Study Kelayakan Bisnis, Tehnik Menganalisa Kasus Secara
Komprehensif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wibowo. 1996. Manajemen Perubahan, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Wijono, Yoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University


Pess, Surabaya.

Yudiastuti, S, 2002. Analisis Kelayakan Pengembangan Jumlah Tempat Tidur Ruang


Perawatan Kelas di RSUD Subang, KARS Universitas Indonesia Press,
Depok.

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 1.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUANG RAWAT INAP VIP


DI RSU MEURAXA BANDA ACEH TAHUN 2007-2008

Wawancara mendalam ini diperuntukkan bagi direktur RSU Meuraxa Banda


Aceh
1. Bagaimana menurut Ibu dasar pemikiran dan tujuan pengembangan ruangan VIP
di RSU Meuraxa ini? (probing)
2. Apa saja langkah-langkah yang sudah ditempuh guna menyukseskan
pengembangan ruangan VIP di RSU Meuraxa ini (probing)
3. Bagaimana kesiapan SDM baik dari kualitas maupun kuantitas guna
menyukseskan pengembangan ruangan VIP di RSU Meuraxa ini (probing)
4. Darimana sumber dana untuk memenuhi kebutuhan pengembangan
pengembangan ruangan VIP di RSU Meuraxa ini (probing)
5. Apakah ada kebijakan Pemda Kota Banda Aceh atau Propinsi NAD yang
mendukung pelaksanaan pengembangan ruangan VIP di RSU Meuraxa ini
(probing)

==TERIMA KASIH ==

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 9. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum
Meuraxa Kota Banda Aceh Tahun 2007
Berdasarkan Perda Kota Banda Aceh Nomor 7 Tahun 2000 Tanggal
23 Agustus 2000

DIREKTUR
dr.Hj.Dewi Lailawati, M.Si
NIP 140 241 992 (IV/b)

Ka.Sub.Bag.Keua Ka.Sie Pelayanan Bidang Komite Medis Ka.Sie


ngan dr.Suriatu Laila, Pendudukan dan dr.Ery Ananda,
Drs Iskandar TA M Kes P b Sp THT Hj Rosn

Ka.Ur.Program & Anggaran Ka.Sub.Sie Pelayanan I Ka.Su


Juleka, S.ST. M.Kes dr.Herlina Z, MARS Mutu
NIP. 140 329 815 (III/b) NIP. 140 350 861 (IV/a) Iga Herlita
NIP. 140 2

Ka.Ur.Perbendaharaan Ka.Sub.Sie Pelayanan II Ka.Su


Yuli Masrida, SKM Drg.Juwairiyah Nst, M.Kes Ke
NIP. 140 279 625 (III/a) NIP. 140 345 991 (III/d) Intan Indri
NIP. 390 0

Ka.Ur.Akuntansi Ka.Sub.Sie Ka
Muhammad Nur, SE Pelayanan III L
NIP 140 211 963 Drg Eka Darma Putra MARS Kep
Asna i ah
Ka.Ur.Mobilisasi Instalasi/SMF :
Laboratorium, Radiologi,
Dana Farmasi, Gizi, IPSRS, IPSLS
Fatira ati Dan Lain-Lain

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 10. Blue Print Rumah Sakit Meuraxa

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 11. Surat Keterangan Izin Penelitian

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 12. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008
Lampiran 13. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

Cut Ana Martafari : Analisis Kelayakan Pengembangan Ruang Rawat Inap VIP Di RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun
2007-2008, 2009
USU Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai