Asuhan Keperawatan Gerontik TN.S
Asuhan Keperawatan Gerontik TN.S
S DENGAN ANGGOTA
KELURGA Ny.A ARTRITIS REUMATOID
DENGAN KASUS PUSKESMAS MUMBULSARI
Disusun Oleh :
1. Faizatul Mukaromah 1701021036
1. Definisi
etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis
(Helmick, 2008). Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum
ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA ini
kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
2. Etiologi
dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009)
a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka
(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan
stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan
menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan
(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya
Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon
terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali
epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya
reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis
(Suarjana, 2009). Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo,
2012).
perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, paparan
salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi lebih dari
tiga cangkir sehari, khusunya kopi decaffeinated (suarjana, 2009). Obesitas juga
autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi
sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.
sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan
faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
(Surjana, 2009).
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering di
tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial
sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution, 2011):
a. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada membran
sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya simetris, meski pada
awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga
terjadi deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan
(Suarjana, 2009).
b. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial (Nasution,
2011).
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
penyakit ini tidak dapat disembuhkan (Sjamsuhidajat, 2010). Terapi RA harus dimulai
sedini mungkin agar menurunkan angka perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk
dalam 3 bulan sejak muncul gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi
c. Mengurangi inflamasi
Dalam jurnal “The Global Burden Of Rheumatoid Arthritis In The Year 2000”, Obat-
obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok, yaitu (Symmons, 2006) :
kekakuan sendi.
Obat-obat ini memiliki efek samping dan harus di monitor dengan hati-hati.
c. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala simptomatis dan
serius.
e. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin inflamasi. Belum
ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam terapi RA.
pemberian DMARD dilakukan sedini mungkin. Hal ini didapat dari beberapa
penelitian yaitu, kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit, DMARD
terbukti memberikan manfaat yang bermakna bila diberi sedini mungkin, manfaat
penggunaan DMARD akan bertambah bila diberi secara kombinasi, dan DMARD
baru yang sudah tersedia terbukti memberikan efek yang menguntungkan bagi
pasien. Sebelumnya, terapi yang digunakan berupa terapi piramida saja dimana
terapi awal yang diberikan adalah terapi untuk mengurangi gejala saat diganosis
sudah mulai ditegakkan dan perubahan terapi dilakukan bila kedaaan sudah semakin
Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya dengan suplementasi minyak ikan
cod), kompres panas dan dingin serta massase untuk mengurangi rasa nyeri, olahraga dan
Terapi bedah dilakukan pada keadaan kronis, bila ada nyeri berat dengan kerusakan
sendi yang ekstensif, keterbatasan gerak yang bermakna, dan terjadi ruptur tendo. Metode
bedah yang digunakan berupa sinevektomi bila destruksi sendi tidak luas, bila luas
dilakukan artrodesis atu artroplasti. Pemakaian alat bantu ortopedis digunakan untuk
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lanjut Usia
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 50 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Aktivitas adalah
suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan
berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas
seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang
2. Etiologi
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi
penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor
a. Faktor Internal
Faktor internal yang dapat menyebabkan imobilitas atau gangguan aktivitas adalah:
iii. Nyeri
Nyeri dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan
trauma.
iv. Defisit perseptual
vi. Jatuh
b. Faktor Eksternal
Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut adalah
program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf, sistem pemberian asuhan
c. Program terapeutik
Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan
kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program pembatasan yang meliputi faktor-
faktor mekanis dan farmakologis, tirah baring, dan restrain. Faktor-faktor mekanis
dapat mencegah atau pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan penggunaan
peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat (misalnya yang
dihubungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster, kateter urine, dan
anastesi yang digunakan untuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi
atau merupakan akibat dari penanganan penyakit cedera. Sebagai intervensi yang
beban kerja jantung. Selain itu, istirahat dapat memberikan kesempatan pada sistem
dapat juga merupakan akibat dari faktor-faktor fisiologis atau psikologis lain. Restrain
fisik dan pengamanan tempat tidur biasanya digunakan pada lansia yang
dengan membatasi pergerakan ditempat tidur dan secara tidak langsung terhadap
dan mobilitasnya.
Tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat
mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya. Dalam suatu studi tentang status
mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang dapat berjalan dianjurkan untuk
menggunakan kursi roda karena anggapan para staf untuk penghuni yang pasif.
e. Karakteristik staf
perawatan untuk memaksimalkan mobilitas. Jumlah anggota staf yang adekuat dengan
Jenis sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan dalam institusi dapat
imobilitas.
g. Hambatan-hambatan
Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasuk
kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam menggunakan
alat bantu mobilitas tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran
untuk kaki. Sering kali, rancangan arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak
memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap dapat bergerak.
h. Kebijakan-kebijakan institusi
Faktor lingkungan lain yang penting untuk lansia adalah kebijakan-kebijakan dan
imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis
sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini. Suatu pemahaman
tentang dampak imobilitas dapat diperoleh dari interaksi kompetensi fisik, ancaman
tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya. Sebagai contoh, setelah masa dewasa awal
terdapat penurunan kekuatan yang jelas dan berlangsung terus secara tetap.
Oleh karena itu, kompetensi fisik seorang lansia mungkin berada pada atau dekat
tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut atau
4. Manifestasi Klinis
Dampak fisik dari imobilitas dan ketidakaktifan sangat banyak dan bermacam-
tubuh.
5. Penatalaksanaan
a. Pencegahan primer
ketidak aktifan.
- Perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang
buruk)
- Sikap budaya
- Gender juga dianggap sebagai hambatan karena aktivitas fisik diterima sebagai
dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek
latihan. Aktivitas atau latihan harus disesuaikan dengan kapasitas klien. Sebelum
- Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan
berhasil)
3) Keamanan
klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien
untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama
b. Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat
berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut
c. Penatalaksanaan terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan
yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis dan
kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk
1. Identitas Klien
Umur : 59 tahun
Suku : Madura
Agama : Islam
Tingkat Pendidikan : SD
b. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan : Tn.S mengatakan jika sakit ia
Klien mengatakan ketika beliau masih kecil beliau pernah mengalami penyakit cacar air
Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat MRS dan tidak pernah melakukan
pembedahan.
Menurut klien beliau tidak pernah mengkonsumsi jamu sachet ,beliau lebih sering
mengkonsumsi jamu herbal yaitu dari parutan kunyit yang dicampur dengan kuning
telur.
f. Alergi :
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alaergi terhadap obat – obatan dan makanan
g. Riwayat jatuh :
5. Riwayat Sosial
a. Kondisi pasangan :
Klien mengatakan Aktifitas yang beliau sukai dan sering beliau lakukan sehari – hari
ialah bersih bersih rumah dan pergi kesawah jika memiliki waktu kosong.
d. Pola kebiasaan :
Klien melakukan pekerjaan sehari – hari seperti pergi ke sawah” beliau mengatakan
beliau biasa istirahat 2 jam dengan nyenyak tanpa terganggu pikiran yang buruk”.
KLien tinggal dengan 2 orang cucu dengan rumah yang sederhana dengan 4 kamar dan
1 kamar mandi , didalam rumah tangga beliau lah yang sering mengambil keputusan
f. Jejaring sosial:
Klien sering mengikuti pengajian serta beliau sering juga mengikuti sholawatan dan
6. Pemeriksaan Fisik
Lemah
TD : 130/90 mmhg
Nadi : 84x/menit
RR : 21x/menit
Suhu : 37,2 c
c. Integument :
Tidak terdapat luka dan lesi pada anggota tubuh, terdapat beberapa perubahan
pigmentasi pada anggota tubuh, tektur kulit tipis dan kering, warna rambut klien
keseluruhan beruban , rambut tampak acak – acakan , badan tampak tak segar kumuh.
d. Hematopoetic :
Tidak terdapat pendarahan pada klien, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, klien
e. Kepala :
Kepala simetris, bentuk bulat, tiadak ada lesi dan tidak ada nyeri, distribusi rambut
merata, tidak ada alopesia, dan tidak rontok, kulit kepala bersih serta tidak ada
f. Mata :
Alis tidak simetris, bulu mata ke atas, kelopak mata mampu mengedip, konjuctiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, dan tidak ada lesi. Kornea halus, reflex kornea
positif, reaksi pupil terhadap cahaya baik, kebersihan mata bersih. Bola mata klien
dapat mengikuti gerakan tangan pemeriksa pada 5 posisi, klien tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, klien dapat melihat jari pemeriksa, dan penglihatan klien
masih jelas terbukti klien masih bisa menyebutkan nama obyek yang dilihatnya serta
g. Telinga:
Telinga simetris, posisi pina sejajar dengan mata, tidak ada lesi dan kemerahan. Tidak
ada pembengkakan dan lesi pada telinga luar, liang telinga bersih dan terdapat sedikit
serumen, serumen tidak keras dan tidak bau. Membran timfani berwarna kelabu utuh,
klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik terbukti
klien mampu mendengar bisikan pemeriksa pada jarak 50 cm, dan bisa menjawab
h. Hidung :
Posisi simetris, warna kulit sama dengan warna kulit yang lain, tidak ada lesi dan
secret, mukosa hidung tidak kemerahan, lembut, septum simetris, tidak ada masa.
Bibir tidak simetris, warna merah kecoklatan, mukosa lembab, tidak ada lesi, pada
gusi, jumlah gigi klien tidak lengkap. Lidah simetris, bersih tidak ada lesi, warna
merah gerakan lidah tidak ada hambatan, tonsil simetris, tidak membesar dan tidak
kemerahan dan nyeri. Uvula tidak membesar warna merah muda. Fungsi pengecapan
j. Leher :
Bentuk simetris, warna kulit leher sama dengan warna kulit anggota tubuh lain, tidak
ada jaringan parut, tidak ada pembengkakan, posisi trachea di tengah. Klien dapat
menyentuhkan dagu ke sternum (flexi 35) dapat menengadah (ekstensi 45), dapat
menekuk leher dengan telinga mengarah ke dagu (lateral ke kiri dan ke kanan 30 ),
rotasi kiri dan kanan (50), pergerakan leher tidak kaku dan tidak terbatas, tidak ada
pembengkakan kelenjar limfe, denyut nadi pada arteri karotis kuat, dan tidak ada
perubahan akibat inspirasi dan ekspirasi. Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak
k. Pernafasan :
Perkusi : Sonor
l. Punggung :
Inspeksi : KIfosis (-) , Lordosis (-)
m. Cardiovaskuler :
Perkusi : Redup
n. Gastrointestinal :
o. Perkemihan :
Klien mengatakan kadang – kadang seperti anyang – anyangen dan kadang jarang
merasa bak
p. Genitalia :
Genitalia bersih, tidak terpasang kateter, bentuk dan anatomi alat kelamin utuh, tidak
q. Persarafan :
GCS : 4 5 6
r. Muskuloskeletal
5 5
7. Pengkajian Nutrisi
BB : 65 kg TB : 174 cm
Screening Skor
1 = tidak tahu 2
2 = penurunan BB 1- 3 kg
c. Mobilitas
bebas
2 = tidak
e. Masalah psikoneurologis
1 = demensia ringan
1 = BMI 19 – 21
2 = BMI 21 – 23
Total 10
TUG = 26 detik
b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon
B. Berbelanja
C. Menyiapkan makanan
tersedia
memasak
D. Membersihkan rumah
tangga
E. Mencuci pakaian
F. Transportasi
G. Medikasi
yang terpisah
H. Manajemen keuangan
Skor 2
a. MMSE
MAX
ORIENTASI
2 (hari) apa? 5 3
REGISTRASI
di atas
BAHASA
“tanpa”, “bila” 1
ini
TOTAL 30 19
dikurangi 3
5 Jumlah
Screening :
a. Dalam sebulan terakhir apakah Anda merasa sedih, putus asa dan tertekan ? (tidak)
b. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda mengalami penurunan minat dalam beraktifitas ?
(tidak)
aktifitas?
mendatang?
menghantui Anda?
Anda?
memori ?
22. Apakah Anda merasa situasi Anda saat ini tidak Ya Tidak
memiliki harapan?
23. APakah Anda merasa orang lain lebih baik dari Anda? Ya Tidak
kecil?
Skor total
Interpretasi
c. Hambatan dalam beribadah : Klien mengatakan jika kakinya sakit ia tidak sholat
d. Yang dirasakan saat tidak dapat menunaikan ibadah :
klien mengatakan ia ingin hidup yang dapat bermanfaat untuk orang lain dan tidak ingin
merepotkan anak dan cucunya dank lien mengatakan bahwa hidup sudah ada yang
mengatur
Klien pasrah dan selalu siap jika memang sudah waktunya untuk mati saat ini klien hanya
Uraian Skor
1 ADAPTATION
Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk 2
2 PARTNERSHIP
3 GROWTH
4 AFFECTION
5 RESOLVE
Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya 1
Skor total 7