Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK Tn.

S DENGAN ANGGOTA
KELURGA Ny.A ARTRITIS REUMATOID
DENGAN KASUS PUSKESMAS MUMBULSARI

Disusun Oleh :
1. Faizatul Mukaromah 1701021036

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN Tn.S DENGAN ARTRITIS REUMATOID
A. Artritis Reumatoid

1. Definisi

Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun

sistemik (Symmons, 2006). RA merupakan salah satu kelainan multisistem yang

etiologinya belum diketahui secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis

(Helmick, 2008). Penyakit ini merupakan peradangan sistemik yang paling umum

ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris (Dipiro, 2008). Penyakit RA ini

merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung

kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).

2. Etiologi

Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan

dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009)

a. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka

kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).

b. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental

Corticotraonin Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron

(DHEA), yang merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan

stimulasi esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan

menghambat respon imun selular (TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan

sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap

perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).


c. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang

(host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya

penyakit RA (Suarjana, 2009).

Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon

terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog.

Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali

epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya

reaksi silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis

(Suarjana, 2009). Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok (Longo,

2012).

3. Faktor Resiko Artritis Reumatoid

Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain jenis kelamin

perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, paparan

salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat konsumsi kopi lebih dari

tiga cangkir sehari, khusunya kopi decaffeinated (suarjana, 2009). Obesitas juga

merupakan faktor resiko (Symmons, 2006).

4. Patofisiologi Artritis Reumatoid

RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi

autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi

makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi

proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada

sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi.

Terbentuknya pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan


sinovial yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak rawan

sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin, interleukin, proteinase dan

faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik

(Surjana, 2009).

5. Manifestasi Klinis Artritis Reumatoid

RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering di

tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial

sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan

destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).

Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution, 2011):

a. Stadium sinovitis.

Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi pada membran

sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat umumnya simetris, meski pada

awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga

terjadi deformitas dan kehilangan fungsi (Nasution, 2011). Sendi pergelangan tangan

hampir selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal

(Suarjana, 2009).

b. Stadium destruksi

Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan sinovial (Nasution,

2011).

c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan

gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution, 2011).


Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi artikular dan

manifestasi ekstraartikular (Suarjana, 2009).

6. Terapi Artritis Reumatoid

RA harus ditangani dengan sempurna. Penderita harus diberi penjelasan bahwa

penyakit ini tidak dapat disembuhkan (Sjamsuhidajat, 2010). Terapi RA harus dimulai

sedini mungkin agar menurunkan angka perburukan penyakit. Penderita harus dirujuk

dalam 3 bulan sejak muncul gejala untuk mengonfirmasi diganosis dan inisiasi terapi

DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) (surjana, 2009).

Terapi RA bertujuan untuk :

a. Untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien

b. Mempertahakan status fungsionalnya

c. Mengurangi inflamasi

d. Mengendalikan keterlibatan sistemik

e. Proteksi sendi dan struktur ekstraartikular

f. Mengendalikan progresivitas penyakit

g. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan terapi

7. Terapi Farmakologik Artritis Reumatoid

Dalam jurnal “The Global Burden Of Rheumatoid Arthritis In The Year 2000”, Obat-

obatan dalam terapi RA terbagi menjadi lima kelompok, yaitu (Symmons, 2006) :

a. NSAID (Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs) untuk mengurangi rasa nyeri dan

kekakuan sendi.

b. Second-line agent seperti injeksi emas (gold injection), Methotrexat dan

Sulphasalazine. Obat-obatan ini merupakan golongan DMARD. Kelompok obat ini


akan berfungsi untuk menurukan proses penyakit dan mengurangi respon fase akut.

Obat-obat ini memiliki efek samping dan harus di monitor dengan hati-hati.

c. Steroid, obat ini memiliki keuntungan untuk mengurangi gejala simptomatis dan

tidak memerlukan montoring, tetapi memiliki konsekuensi jangka panjang yang

serius.

d. Obat-obatan immunosupressan. Obat ini dibutuhkan dalam proporsi kecil untuk

pasien dengan penyakit sistemik.

e. Agen biologik baru, obat ini digunakan untuk menghambat sitokin inflamasi. Belum

ada aturan baku mengenai kelompok obat ini dalam terapi RA.

f. Terapi yang dikelompokan diatas merupakan terapi piramida terbalik, dimana

pemberian DMARD dilakukan sedini mungkin. Hal ini didapat dari beberapa

penelitian yaitu, kerusakan sendi sudah terjadi sejak awal penyakit, DMARD

terbukti memberikan manfaat yang bermakna bila diberi sedini mungkin, manfaat

penggunaan DMARD akan bertambah bila diberi secara kombinasi, dan DMARD

baru yang sudah tersedia terbukti memberikan efek yang menguntungkan bagi

pasien. Sebelumnya, terapi yang digunakan berupa terapi piramida saja dimana

terapi awal yang diberikan adalah terapi untuk mengurangi gejala saat diganosis

sudah mulai ditegakkan dan perubahan terapi dilakukan bila kedaaan sudah semakin

memburuk (Suarjana, 2009).

g. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs), pemilihan jenisnya pada

pasien harus mempertimbangkan kepatuhan, berat penyakit, pengalaman dokter, dan

penyakit penyerta. DMARD yang paling sering digunakan adalah MTX


(Metrothexate), hidroksiklorokuin atau klorokuin fosfat, sulfasalazin, leflunomide,

infliximab dan etarnecept. (Suarjana, 2009).

8. Terapi non-Farmakologik Artritis Reumatoid

Terapi non-farmakologi melingkupi terapi modalitas dan terapi komplementer.

Terapi modalitas berupa diet makanan (salah satunya dengan suplementasi minyak ikan

cod), kompres panas dan dingin serta massase untuk mengurangi rasa nyeri, olahraga dan

istirahat, dan penyinaran menggunakan sinar inframerah. Terapi komplementer berupa

obat-obatan herbal, accupressure, dan relaxasi progressive (Afriyanti, 2009).

Terapi bedah dilakukan pada keadaan kronis, bila ada nyeri berat dengan kerusakan

sendi yang ekstensif, keterbatasan gerak yang bermakna, dan terjadi ruptur tendo. Metode

bedah yang digunakan berupa sinevektomi bila destruksi sendi tidak luas, bila luas

dilakukan artrodesis atu artroplasti. Pemakaian alat bantu ortopedis digunakan untuk

menunjang kehidupan sehari-hari (Sjamsuhidajat, 2010).

KONSEP DASAR GERONTIK/LANSIA

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lanjut Usia

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 50 tahun ke atas

(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan

memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan

lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.

Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi

seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas

adalah pusat untuk berpartisipasi dalam menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas

optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia. Aktivitas adalah

suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi

kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang

melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang

tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel.

Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.

Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam melakukan

berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas

seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.

Intoreransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk

mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang diperlukan.

Sedangkan gangguan mobilisasi sendiri adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan

pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang.

Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang

kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada

semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang

yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.

2. Etiologi
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak

penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi

penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor

yang berhubungan dengan gangguan aktivitas pada lansia, yaitu:

a. Tirah baring dan imobilitas

b. Kelemahan secara umum

c. Gaya hidup yang kurang gerak

d. Ketidakseimbanag antara suplai oksigen dan kebutuhan

Berbagai penyebab dari imobilitasi fisik dapat dihubungkan dengan lingkungan

internal dan eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal yang dapat menyebabkan imobilitas atau gangguan aktivitas adalah:

i.Penurunan fungsi muskuloskeletal

Otot : adanya atrofi, distrofi, atau cedera

Tulang : adanya infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau osteomalaisa.

Sendi : adanya artritis dan tumor

ii.Perubahan fungsi neurologis

Misalnya adanya infeksi atau ensefalitis, tumor, trauma, obat-obatan, penyakit

vaskuler seperti stroke, penyakit demielinasi seperti sklerosis multiple, penyakit

degeneratif, terpajan produk racun, gangguan metabolik atau gangguan nutrisi.

iii. Nyeri

Nyeri dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis dan

trauma.
iv. Defisit perseptual

v. Berkurangnya kemampuan kognitif

vi. Jatuh

vii. Perubahan fungsi sosial

viii. Aspek psikologis

b. Faktor Eksternal

Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut adalah

program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf, sistem pemberian asuhan

keperawatan, hambatan-hambatan,dan kebijakan-kebijakan institusional.

c. Program terapeutik

Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas dan

kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program pembatasan yang meliputi faktor-

faktor mekanis dan farmakologis, tirah baring, dan restrain. Faktor-faktor mekanis

dapat mencegah atau pergerakan tubuh atau bagian tubuh dengan penggunaan

peralatan eksternal (misalnya gips dan traksi) atau alat-alat (misalnya yang

dihubungkan dengan pemberian cairan intravena, pengisapan gaster, kateter urine, dan

pemberian oksigen). Agens farmasetik seperti sedatif, analgesik, transquilizer, dan

anastesi yang digunakan untuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi

pergerakan atau menghilangkannya secara keseluruhan.Tirah baring dapat dianjurkan

atau merupakan akibat dari penanganan penyakit cedera. Sebagai intervensi yang

dianjurkan, istirahat dapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen, dan

beban kerja jantung. Selain itu, istirahat dapat memberikan kesempatan pada sistem

muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah iritasi yang


berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek gravitasi. Tirah baring

dapat juga merupakan akibat dari faktor-faktor fisiologis atau psikologis lain. Restrain

fisik dan pengamanan tempat tidur biasanya digunakan pada lansia yang

diinstitusionalisasi. Alat-alat ini turut berperan secara langsung terhadap imobilitas

dengan membatasi pergerakan ditempat tidur dan secara tidak langsung terhadap

peningkatan resiko cedera ketika seseorang berusaha untuk memperoleh kebebasan

dan mobilitasnya.

d. Karakteristik penghuni institusi

Tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien dapat

mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya. Dalam suatu studi tentang status

mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang dapat berjalan dianjurkan untuk

menggunakan kursi roda karena anggapan para staf untuk penghuni yang pasif.

e. Karakteristik staf

Karakteristik dari staf keperawatan yang mempengaruhi pola mobilitas adalah

pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman tentang

konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan-tindakan keperawatan untuk

mencegah atau melawan pengaruh imobilitas penting untuk mengimplementasikan

perawatan untuk memaksimalkan mobilitas. Jumlah anggota staf yang adekuat dengan

suatu komitmen untuk menolong lansia mempertahankan kemandiriannya harus

tersedia untuk mencegah komplikasi imobilitas.

f. Sistem pemberian asuhan keperawatan

Jenis sistem pemberian asuhan keperawatan yang digunakan dalam institusi dapat

mempengaruhi status mobilitas penghuninya. Alokasi praktik fungsional atau tugas


telah menunjukkan dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari

imobilitas.

g. Hambatan-hambatan

Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan fisik termasuk

kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas, pengetahuan dalam menggunakan

alat bantu mobilitas tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran

untuk kaki. Sering kali, rancangan arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak

memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap dapat bergerak.

h. Kebijakan-kebijakan institusi

Faktor lingkungan lain yang penting untuk lansia adalah kebijakan-kebijakan dan

prosedur-prosedur institusi. Praktik pengaturan yang formal dan informal ini

mengendalikan keseimbangan antara perintah institusional dan kebebasan individu.

Semakin ketat kebijakan, semakin besar efeknya pada mobilitas.

3. Dampak Masalah pada Lansia

Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari

imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis

menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara

fisiologis, tubuh bereaksi terhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang hamper

sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini. Suatu pemahaman

tentang dampak imobilitas dapat diperoleh dari interaksi kompetensi fisik, ancaman

terhadap imobilitas, dan interpretasi pada kejadian. Imobilitas dapat mempengaruhi

tubuh yang telah terpengaruh sebelumnya. Sebagai contoh, setelah masa dewasa awal

terdapat penurunan kekuatan yang jelas dan berlangsung terus secara tetap.
Oleh karena itu, kompetensi fisik seorang lansia mungkin berada pada atau dekat

tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut atau

kehilangan dari imobilitas dapat membuat seseorang menjadi tergantung.

4. Manifestasi Klinis

Dampak fisik dari imobilitas dan ketidakaktifan sangat banyak dan bermacam-

macam. Masalah-masalah yang berhubungan dapat mempengaruhi semua sistem pada

tubuh.

Dari imobilitas dan ketidakaktifan.


NO EFEK HASIL
1. Penurunan konsumsi oksigen Intoleransi ortostatik
maksimum

2. Penurunan fungsi ventrikel - Peningkatan denyut


kiri jantung
- Sinkop
3. Penurunan curah jantung Penurunan toleransi latihan
4. Penurunan volume sekuncup Penurunan kapasitas
kebugaran
5. Peningkatan katabolisme
- Penurunan massa otot tubuh
protein - Atrofi muscular
- Penurunan kekuatan
otot
- Osteoporosis
6. Peningkatan pembuangan Konstipasi
kalsium
7. Perlambatan fungsi usus Penurunan evakuasi
kandung kemih
8. Pengurangan miksi intoleransi glukosa
9. Gangguan metabolisme Penurunan kapasitas
glukosa fungsional residual
10.
Penurunan ukuran thoraks - Atelektasis
- Penurunan PO2
- Peningkatan pH
11. Penurunan aliran darah - Penurunan volume
pulmonal plasma
- Penurunan
keseimbangan natrium
12. Penurunan cairan tubuh total - Penurunan volume
darah total

13. Gangguan sensori - Perubahan kognisi


- Depresi dan ansietas
- Perubahan persepsi
14. Gangguan tidur - Bermimpi pada siang
hari
- Halusinasi

5. Penatalaksanaan

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan

dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan,

moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi system musculoskeletal,

kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodikpencegahan primer


diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat tmbul akibat imoblitas atau

ketidak aktifan.

1) Hambatan terhadap latihan

- Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi social yang terjadi ketika teman-

teman dan keluarga telah meninggal.

- Perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang

buruk)

- Depresi gangguan tidur

- Kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.

- Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan

dan kondisi iklim yang tidak mendukung.

- Sikap budaya

- Gender juga dianggap sebagai hambatan karena aktivitas fisik diterima sebagai

sesuatu yang lebih penting bagi kaum pria daripada wanita.

2) Pengembangan program latihan

Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan

mengalami peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn

kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur

dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat memberikan efek

latihan. Aktivitas atau latihan harus disesuaikan dengan kapasitas klien. Sebelum

seorang lansia memulai program latihan, dianjurkan untuk melakukan

pengkajian sebelum latihan, yang meliputi sedikitnya riwayat lengkap dan

pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter atau praktisi keperawatan.


Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian

tentang faktor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan

keterikatan dan meningkatkan pengalaman, yaitu:

- Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama dan

setelah aktivitas diberikan).

- Kecenderungan alami (predisposisi atau penngkatan kearah latihan khusus).

- Kesulitan yang dirasakan.

- Tujuan dan pentingnya lathan yang dirasakan.

- Efisiensi latihan untuk dirisendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan

berhasil)

3) Keamanan

Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh

klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien

untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan yang terlalu keras sama

pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.

b. Pencegahan Sekunder

Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat

dkurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi

berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut

berperan terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada

pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Diagnosis keperawatan

dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.

c. Penatalaksanaan terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau kesakitan

yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis dan

penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas. Contoh-contoh

pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk

mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten dan

kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi gradien untuk

meningkatkan aliran darah vena dan mencegah tromboembolisme, spirometri insesif

untuk hiperinflasi alveoli, dan tirah baring, kecuali untuk eliminasi.


FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Nama : Puskesmas Mumbulsari Tgl. Pengkajian : 13 desember 2019

1. Identitas Klien

Nama Klien : Tn. S

Umur : 59 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Suku : Madura

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Tingkat Pendidikan : SD

Alamat Asal : Mumbulsari

2. Riwayat Kesehatan Saat ini

a. Keluhan utama : Nyeri disendi Kaki kiri

b. Upaya yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan : Tn.S mengatakan jika sakit ia

langsung berobat ke pelayanan kesehatan terdekat disekitar rumahnya.

3. Riwayat Kesehatan Yang lalu

a. Status kesehatan secara umum :

Klien tampak lemah

b. Penyakit yang dialami pada masa anak – anak :

Klien mengatakan ketika beliau masih kecil beliau pernah mengalami penyakit cacar air

pada seluruh bagian tubuhnya.

c. Penyakit kronis yang diderita :

klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat penyakit kronis.


d. Riwayat MRS, pembedahan :

Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat MRS dan tidak pernah melakukan

pembedahan.

e. Riwayat penggunaan obat/jamu :

Menurut klien beliau tidak pernah mengkonsumsi jamu sachet ,beliau lebih sering

mengkonsumsi jamu herbal yaitu dari parutan kunyit yang dicampur dengan kuning

telur.

f. Alergi :

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alaergi terhadap obat – obatan dan makanan

g. Riwayat jatuh :

klien mengatakan tidak pernah jatuh.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit kronis /degeneratif yang diderita oleh keluarga :

klien mengatakan keluarga memiliki riwayat darah tinggi

5. Riwayat Sosial

a. Kondisi pasangan :

Klien mengatakan rumah tangganya harmonis.

b. Riwayat pekerjaan terdahulu :

Klien mengatakan pekerjaan sebagai petani

c. Hobi dan aktifitas yang disukai :

Klien mengatakan Aktifitas yang beliau sukai dan sering beliau lakukan sehari – hari

ialah bersih bersih rumah dan pergi kesawah jika memiliki waktu kosong.

d. Pola kebiasaan :
Klien melakukan pekerjaan sehari – hari seperti pergi ke sawah” beliau mengatakan

beliau biasa istirahat 2 jam dengan nyenyak tanpa terganggu pikiran yang buruk”.

e. Pengaturan lingkungan tempat tinggal :

KLien tinggal dengan 2 orang cucu dengan rumah yang sederhana dengan 4 kamar dan

1 kamar mandi , didalam rumah tangga beliau lah yang sering mengambil keputusan

untuk hal – hal tertentu.

f. Jejaring sosial:

Klien sering mengikuti pengajian serta beliau sering juga mengikuti sholawatan dan

yasinan pada hari – hari tertentu sesuai jadwal yang ditentukan.

g. Cakupan asuransi kesehatan :

Klien mengatakan beliau tidak pernah memiliki asuransi kesehatan.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan umum :

Lemah

b. Tanda – Tanda Vital :

TD : 130/90 mmhg

Nadi : 84x/menit

RR : 21x/menit

Suhu : 37,2 c

c. Integument :

Tidak terdapat luka dan lesi pada anggota tubuh, terdapat beberapa perubahan

pigmentasi pada anggota tubuh, tektur kulit tipis dan kering, warna rambut klien

keseluruhan beruban , rambut tampak acak – acakan , badan tampak tak segar kumuh.
d. Hematopoetic :

Tidak terdapat pendarahan pada klien, tidak ada pembengkakan kelenjar limfa, klien

tidak mengalami anemia, klien tidak memiliki riwayat transfusi darah

e. Kepala :

Kepala simetris, bentuk bulat, tiadak ada lesi dan tidak ada nyeri, distribusi rambut

merata, tidak ada alopesia, dan tidak rontok, kulit kepala bersih serta tidak ada

ketombe dan rambut sudah beruban , rambut acak – acakan .

f. Mata :

Alis tidak simetris, bulu mata ke atas, kelopak mata mampu mengedip, konjuctiva

tidak anemis, sclera tidak ikterik, dan tidak ada lesi. Kornea halus, reflex kornea

positif, reaksi pupil terhadap cahaya baik, kebersihan mata bersih. Bola mata klien

dapat mengikuti gerakan tangan pemeriksa pada 5 posisi, klien tidak menggunakan

alat bantu penglihatan, klien dapat melihat jari pemeriksa, dan penglihatan klien

masih jelas terbukti klien masih bisa menyebutkan nama obyek yang dilihatnya serta

tidak ada nyeri tekan pada saat bola mata ditekan

g. Telinga:

Telinga simetris, posisi pina sejajar dengan mata, tidak ada lesi dan kemerahan. Tidak

ada pembengkakan dan lesi pada telinga luar, liang telinga bersih dan terdapat sedikit

serumen, serumen tidak keras dan tidak bau. Membran timfani berwarna kelabu utuh,

klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran, fungsi pendengaran baik terbukti

klien mampu mendengar bisikan pemeriksa pada jarak 50 cm, dan bisa menjawab

pertanyaan pemeriksa dengan baik dan benar

h. Hidung :
Posisi simetris, warna kulit sama dengan warna kulit yang lain, tidak ada lesi dan

secret, mukosa hidung tidak kemerahan, lembut, septum simetris, tidak ada masa.

i. Mulut dan tenggorokan :

Bibir tidak simetris, warna merah kecoklatan, mukosa lembab, tidak ada lesi, pada

gusi, jumlah gigi klien tidak lengkap. Lidah simetris, bersih tidak ada lesi, warna

merah gerakan lidah tidak ada hambatan, tonsil simetris, tidak membesar dan tidak

kemerahan dan nyeri. Uvula tidak membesar warna merah muda. Fungsi pengecapan

baik terbukti klien mampu membedakan rasa manis dan asin

j. Leher :

Bentuk simetris, warna kulit leher sama dengan warna kulit anggota tubuh lain, tidak

ada jaringan parut, tidak ada pembengkakan, posisi trachea di tengah. Klien dapat

menyentuhkan dagu ke sternum (flexi 35) dapat menengadah (ekstensi 45), dapat

menekuk leher dengan telinga mengarah ke dagu (lateral ke kiri dan ke kanan 30 ),

rotasi kiri dan kanan (50), pergerakan leher tidak kaku dan tidak terbatas, tidak ada

pembengkakan kelenjar limfe, denyut nadi pada arteri karotis kuat, dan tidak ada

perubahan akibat inspirasi dan ekspirasi. Tidak ada peningkatan vena jugularis, tidak

ada pembengkakan kelenjat tiroid, reflex menelan baik.

k. Pernafasan :

Inspeksi : Bentuk Dada simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, Whezing (-), Ronchi(-)

l. Punggung :
Inspeksi : KIfosis (-) , Lordosis (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-)

m. Cardiovaskuler :

Inspeksi : Ictus Cordis Tampak

Palpasi : ICS teraba di ics 4

Perkusi : Redup

Auskultasi : s1 dan s2 tunggal

n. Gastrointestinal :

Inspeksi : Bentuk flat , Jejas (-) , Acites (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-) , Pembesaran hepar (-)

Auskultasi : Bising usus 12x/menit

Perkusi : Suara timpani

o. Perkemihan :

Klien mengatakan kadang – kadang seperti anyang – anyangen dan kadang jarang

merasa bak

p. Genitalia :

Genitalia bersih, tidak terpasang kateter, bentuk dan anatomi alat kelamin utuh, tidak

ada lesi dan nyeri tekan.

q. Persarafan :

GCS : 4 5 6

r. Muskuloskeletal

Ekstremitas Atas : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas Bawah : Nyeri tekan dikaki kiri


K.O 5 5

5 5

7. Pengkajian Nutrisi

BB : 65 kg TB : 174 cm

Screening Skor

a. Adakah penurunan intake makanan dalam 3 bulan terakhir akibat

penurunan nafsu makan, masalah pencernaan atau akibat

kesulitan menelan atau mengunyah ? 2

0 = penurunan intake makanan yang berat

1 = penurunan intake makanan moderat

2 = tidak ada penurunan intake makanan

b. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir

0 = penurunan BB lebih dari 3 kg

1 = tidak tahu 2

2 = penurunan BB 1- 3 kg

3 = tidak ada penurunan BB

c. Mobilitas

0 = tidak dapat turun dari bed, atau hanya duduk di kursi 2

1 = dapat bangkit dari bed/kursi namun tidak dapat

berpindah dengan bebas 2 = dapat berpindah dengan

bebas

d. Apakah mengalami stress psikologis atau mengidap penyakit


dalam 3 bulan terakhir? 0 = ya 2

2 = tidak

e. Masalah psikoneurologis

0 = demensia berat atau depresi 1

1 = demensia ringan

2 = tidak mengalami masalah psikologis

F1. Body mass index

0 = BMI kurang dari 19 1

1 = BMI 19 – 21

2 = BMI 21 – 23

3 = BMI lebih dari 23

Jika BMI tidak dapat dikaji, gantikan pertanyaan pada poin

F1dengan poin F2 Jika BMI sudah terkaji, pertanyaan pada

poin F2 tidak perlu dikaji

F2. Lingkar lengan atas

0 = LLA kurang dari 31 cm

3 = LLA lebih dari 31 cm

Total 10

Interpretasi : Beresiko Malnutrisi

8. Pengkajian Fungsi Keseimbangan

TUG = 26 detik

Interpretasi : Membutuhkan Bantuan Dalam Melakukan ADL

b. IADL
A. Kemampuan Menggunakan Telefon

1. Mengoperasikan telefon dengan inisiatif, mencari dan 1

menekan nomor telefon

2. Menelfon beberapa kontak yang dikenal 1

3. Menjawab telefon namun tidak bisa mencari kontak 1

4. Tidak dapat menggunakan telefon 0

B. Berbelanja

1. Mengurus barang belanjaan sendiri 1

2. Berbelanja beberapa barang kebutuhan sendiri 1

3. Perlu ditemani saat berbelanja 1

4. Tidak bisa berbelanja 0

C. Menyiapkan makanan

1. Merencanakan, menyiapkan dan memasak makanan sendiri 1

2. Bisa memasak makanan hanya jika bahan masakan sudah 1

tersedia

3. Bisa menghangatkan makanan namun tidak bisa lagi 1

memasak

4. Tidak dapat menyiapkan dan menyuap makanan 0

D. Membersihkan rumah

1. Mampu mengatur rumah dengan bantuan asisten rumah 1

tangga

2. Melakukan aktifitas ringan seperti membersihkan debu dan 1

menata tempat tidur


3. Melakukan pekerjaan ringan namun kurang bersih 1

4. Perlu bantuan untuk semua pekerjaan rumah 0

E. Mencuci pakaian

1. Mampu mencuci semua jenis pakaian sendiri 1

2. Hanya mampu mencuci pakaian yang ringan 1

3. Tidak mampu mencuci pakaian 0

F. Transportasi

1. Bisa bepergian sendiri baik dengan transportasi umum 1

ataupun kendaraan pribadi

2. Bisa bepergian dengan taksi, namun tidak bisa bepergian 1

dengan moda transportasi lain

3. Bisa bepergian dengan kendaraan umum dan ditemani 1

4. Bisa bepergian dengan taksi dan ditemani 0

5. Tidak bisa bepergian 0

G. Medikasi

1. Bisa mengatur jadual minum obat dengan dosis yang pas 1

2. Bisa minum obat jika obat sudah disiapkan dengan dosis 1

yang terpisah

3. Tidak bisa menyiapkan obat yag akan diminum 0

H. Manajemen keuangan

1. Bisa mengatur keuangan dengan mandiri 1

2. Mampu mengatur konsumsi barang namun butuh bantuan 1

dalam mengatur rekening


3. Tidak dapat mnegatur keuangan 0

Skor 2

10. Pengkajian Fungsi Kognitif

a. MMSE

NO. TES NILAI NILAI

MAX

ORIENTASI

1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), 5 3

2 (hari) apa? 5 3

Kita berada di mana? (negara), (provinsi),

(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

REGISTRASI

3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) 3 2

tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi

ketiga nama benda tersebut dengan benar dan

catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI

4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap 5 1

jawaban benar. Hentikan setelah 5 jawaban.

Atau disuruh mengeja terbalik kata “DUNIA”


(nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum

kesalaahn; misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 2

5 Klien diminta mengingat kembali nama benda 3

di atas

BAHASA

6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang 2

7 ditunjukkan (pensil, buku) 1

8 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, 2 3

“tanpa”, “bila” 1

9 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil 3 0

10 kertas ini dengan tangan Anda, lipatlah menjadi 1

11 dua bagian dan letakkan di lantai” 1 1

Klien disuruh membaca dan melakukan perintah 1

“Pejamkan mata Anda” 1

Klien disuruh menulis dengan spontan

Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah

ini

TOTAL 30 19

Gangguan Kognitif Sedang


b. SPSMQ

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 1 Tanggal berapa hari ini?

√ 2 Hari apa sekarang?

√ 3 Apa nama tempat ini?

√ 4 Di mana alamat Anda?

√ 5 Kapan Anda lahir?

√ 6 Berapa umur Anda?

√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

√ 9 Siapa nama ibu Anda?

√ 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya

dikurangi 3

5 Jumlah

Kerusakan Intelektual sedang

11. Pengkajian Status Depresi

Screening :

a. Dalam sebulan terakhir apakah Anda merasa sedih, putus asa dan tertekan ? (tidak)

b. Dalam sebulan terakhir, apakah Anda mengalami penurunan minat dalam beraktifitas ?

(tidak)

Jika terdapat jawaban ya, lanjutkan pada kuisioner berikut


1. Apakah Anda puas dengan hidup Anda? Ya Tidak

2. Apakah Anda mengalami penurunan minat dan Ya Tidak

aktifitas?

3. Apakah Anda merasa hidup Anda kosong? Ya Tidak

4. Apakah terkadang Anda merasa bosan? Ya Tidak

5. Apakah Anda memiliki harapan untuk masa Ya Tidak

mendatang?

6. Apakah Anda terganggu dengan pikiran yang selalu Ya Tidak

menghantui Anda?

7. Apakah Anda selalu bersemangat? Ya Tidak

8. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan menimpa Ya Tidak

Anda?

9. Apakah Anda selalu bahagia? Ya Tidak

10. Apakah kadang Anda merasa putus asa ? Ya Tidak

11. Apakah kadang Anda merasa resah dan gelisah? Ya Tidak

12. Apakah Anda lebih memilih tinggal di rumah Ya Tidak

daripada keluar dan beraktifitas?

13. Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan? Ya Tidak

14. Apakah Anda merasa sering bermasalah dengan Ya Tidak

memori ?

15. Apakah Anda merasa hidup Anda terberkati? Ya Tidak

16. Apakah Anda menrasa sangat sedih ? Ya Tidak


17. Apakah Anda merasa tidak berharga? Ya Tidak

18. Apakah Anda mengkhawatirkan masa lalu ? Ya Tidak

19. Apakah Anda merasa hidup ini sangat menarik ? Ya Tidak

20. Apakah Anda sulit memulai suatu pekerjaan baru? Ya Tidak

21. Apakah Anda merasa sangat berenergi? Ya Tidak

22. Apakah Anda merasa situasi Anda saat ini tidak Ya Tidak

memiliki harapan?

23. APakah Anda merasa orang lain lebih baik dari Anda? Ya Tidak

24. Apakah Anda merasa kecewa dengan berbagai hal Ya Tidak

kecil?

25. Apakah Anda sering merasa ingin menangis? Ya Tidak

26. Apakah Anda merasa sulit berkonsentrasi? Ya Tidak

27. Apakah Anda menikmati saat bangun di pagi hari? Ya Tidak

28. Apakah Anda lebih suka menghindari acara sosial? Ya Tidak

29. Apakah Anda kesulitas dalam mengambil keputusan Ya Tidak

30. Apakah pikiran Anda selalu jernih ? Ya Tidak

Skor total

Interpretasi

12. Pengkajian Spiritual

a. Agama yang dianut : Islam

b. Aktifitas ibadah yang dilakukan : Sholat , Puasa , Zakat

c. Hambatan dalam beribadah : Klien mengatakan jika kakinya sakit ia tidak sholat
d. Yang dirasakan saat tidak dapat menunaikan ibadah :

Klien mengatakan Menyesal dan merasa ada yang kurang

e. Makna dan tujuan hidup :

klien mengatakan ia ingin hidup yang dapat bermanfaat untuk orang lain dan tidak ingin

merepotkan anak dan cucunya dank lien mengatakan bahwa hidup sudah ada yang

mengatur

f. Persepsi tentang kematian :

Klien pasrah dan selalu siap jika memang sudah waktunya untuk mati saat ini klien hanya

akan terus istiqomah

13. Pengkajian Sosial

Uraian Skor

1 ADAPTATION

Saya puas dapat kembali pada keluarga (teman – teman) saya untuk 2

membantu saya saat saya mengalamikesulitan

2 PARTNERSHIP

Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam 1

membicarakan sesuatu atau mengungkapkan masalah pada saya

3 GROWTH

Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya menerima 2

dan mendukung saya untuk melakukan aktifitas/arah baru

4 AFFECTION

Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dalam 1

mengekspresikan perasaan dan berespon terhadap emosi saya


seperti marah, sedih, atau mencintai

5 RESOLVE

Saya puas terhadap cara keluarga (teman – teman) saya dan saya 1

dalam menluangkan waktu bersama

Skor total 7

Interpretasi : Fungsi Normal

Anda mungkin juga menyukai