Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Pengertian Protista
Protista (Yunani, protos = Pertama) merupakan organisme eukariot pertama
atau paling sederhana. Sebagai organisme eukariortik, protista memiliki membran
inti sel. Kajian evolusi menyatakan bahwa protista merupakan organisme eukariotik
yang paling awal (tertua). Acritach (Yunani, akritos = membingungkan, arch =
asal-usul) secara umum mengacu pada struktur organik yang belum diperhitungkan
untuk diklasifikasikan. Fosil tertua acritarch diduga sebagai fosil protista yang
hidup pada zaman prakambrium dan berumur 2,1 miliar tahun. Fosil tersebut
mengandung kulit sista (kulit pelindung) yang mirip dengan kulit sista yang
dibentuk protista saat ini.
Terdapat sekitar 600.000 spesies protista yang sudah diketahui. Sebagian besar
uniseluler, tetapi ada pula yang berkoloni dan multiseluler. Protista memiliki
keanekaraganan metabolisme. Ada protista yang aeorobik dan memiliki
mitokondria sebagai alat respirasinya, tetapi ada pula yang anaerobik. Ada protista
yang fotoautotrof karena memiliki kloroplas, tetapi ada pula yang hidup secara
heterotrof dengan cara menyerap molekul organik atau memakan organisme
lainnya.
Sebagian besar protista memiliki alat gerak berupa flagela (bulu cambuk) atau
silia (rambut getar) sehingga dapat bergerak (motil), tetapi ada pula yang tidak
memiliki alat gerak. Protista mudah ditemukan karena hidup diberbagai habitat
yang mengandung air. Ada protista yang hidup bebas ditanah, sampah, tumpukan
dedaunan, air tawar, air laut, endapan lumpur, pasir maupun di batu. Namun, ada
pula yang hidup bersimbiosis didalam tubuh organisme lain secara parasit atau
mutualisme. Protista merupakan oragnisme penyusun plankton (Yunani, planktos =
mengembara) yaitu organisme mikroskopis yang mengapung secara pasif atau
berenang secara lemah dipermukaan air. Plankton yang bersifat fotoautotrof disebut
fitoplankton, sedangkan yang heterotrof disebut zooplankton.
Berdasarkan kemiripan ciri-cirinya dengan organisme lain dengan cara
memperoleh makanan sebagai sumber energi, protista dapat dikelompokan menjadi
tiga golongan, yaitu protista mirip hewan, protista mirip tumbuhan, dan protista
mirip jamur.
1. Protista mirip hewan (protozoa) adalah protista heterotrof yang
memperoleh makanan dari organisme lain dengan cara “menelan” atau
memasukkan makanan tersebut ke dalam sel tubuhnya (intraseluler).
Protozoa meliputi kelompok mastigophora (protista berbulu cambuk).
Sarcodina (protista berkaki semu), Ciliophora (protista bersilia), dan
Sporozoa (Protista berspora).
2. Protista mirip tumbuhan (algae atau ganggang) adalah Protista
fotoautotrof yang dapat membuat makanannya sendiri secara
fotosintesis. Alga meliputi kelompok Euglenophyta, Chrysophyta,
Pyrrophyta, Chlorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta.
3. Protista mirip jamur (jamur protista) adalah protista heterotrof yang
memperoleh makanan dari organisme lain dengan cara menguraikan
atau menelan makanan. Protista mirip jamur meliputi kelompok jamur
lendir dan jamur air (Oomycota). Jamur lendir terbagi menjadi jamur
lendir plasmodial (Myxomycota) dan jamur lendir seluler
(Acrasiomycota).
II. Protista mirip hewan (Protozoa)
Protozoa (Yunani, proto = pertama, zoa = hewan) adalah organisme
uniseluler (bersel satu), eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus oleh
membran), tidak memiliki dinding sel, heterotrof, dan pada umumnya dapat
bergerak (motil). Protozoa dapat bergerak menggunakan alat geraknya, yaitu
pseupodia (kaki semu), silia (rambut getar), atau flagela (bulu cambuk).
Organisme hewan yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 65 ribu jenis
protozoa yang sudah dikenali.
A. Ciri-ciri tubuh protozoa
1. Ukuran dan bentuk tubuh protozoa
Protozoa bertubuh mikroskopis dengan ukuran sekitar 10-200𝜇m atau
0,01-0,2 mm tetapi ada pula yang berukuran hingga 500 𝜇m. Protozoa dapat
diamati menggunakan mikroskop cahaya. Bentuk sel protozoa bervariasi;
ada yang tetap dan ada pula yang berubah-ubah karena tidak memilki
dinding sel. Protozoa bercangkang memiliki bentuk tubuh yang cenderung
tetap. Misalnya, radiolaria dan foraminifera, sedangkan Amoeba merupakan
contoh protozoa yang tubuhnya dapat berubah-ubah terutama pada saat
bergerka mendekati makananannya.
2. Struktur tubuh Protozoa
Struktur sel protozoa terdiri atas sitoplasma yang diselubungi membran
sel atau membran plasma. Membran sel berfungsi seagai pelindung dan
mengatur pertukaran zat di dalam sel dengan zat di luar sel, pada beberapa
jenis protozoa, selain membran plasma, terdapat pelikel (selaput tubuh yang
keras) yang membantu mempertahankan bentuk tubuh protozoa agar selalu
tetap. Membran plasma pada beberapa jenis protozoa ada yang dilengkapi
silia atau flagerl, keduanya berfungsi sebagai alat bergerak, sitoplasma
mengandung beberapa organel sel yaitu, lisosom, mitokondria, ribosom,
nukleus (inti sel), vakuola makanan, dan vakuola kontraktil (vakuola
berdenyut). Paramecium memiliki trikosis (struktur dibagian korteks tubuh
berupa rongga dan benang panjang yang bisa dikeluarkan sebagai respons
stimuli) sebagai alat mempertahankan diri dari musuh.
B. Cara hidup dan habitat protozoa
Protozoa merupakan organisme heterotrof yang memperoleh
makanannya dengan cara fagositosis yaitu menelan dan mencerna
mangsanya. Pada umumnya, protozoa memangsa anggota protista lain,
jamur dan ganggang mikroskopis, bakteri, maupun sisa-sisa organisme.
Protozoa dikenal sebagai predator uniseluler yang mengontrol jumlah
populasi bakteri. Ada protozoa yang hidup bebas di alam maupun hidup
bersimbiosis di dalam tubuh hewan multiseluler dan manusia. Protozoa
yang hidup bebas dialam dapat ditemukan diperairan atau ditempat basah
yang banyak mengandung sampah atau zat organik, misalnya air laut,
danau, sungai, sawah, kolam, parit dan selokan. Protozoa yang hidup bebas
di alam, misalnya Amoeba proteus dan Paramecium caudatum, protozoa
yang hidup didalam tubuh organisme multiseluler pada umumnya bersifat
parasitik (menyebabkan penyakit), misalnya Plasmodium malariae
penyebab penyakit malaria dan Entamoeba histolytica penyebab diare.
Namun ada pula yang bersimbiosis mutualisme, misalnya Ciliata yang
hidup diusus hewan pemakan rumput yang dapat membantu mencerna
selulosa.
Pada lingkungan yang kurang menguntungkan (misalnya kekeringan),
protozoa jenis tertentu dapat bertahan hidup dengan cara berubah menjadi
sista. Sista merupakan sel tidak aktif dan memiliki dinding yang tebal
berupa kapsul polisakarida. Jika kondisi lingkungan membaik, sista akan
berubah menjadi sel protozoa yang aktif kembali.
C. Reproduksi Protozoa
Protozoa dapat bereproduksi secara aseksual maupun secara seksual.
Reproduksi secara aseksual pada umumnya dilakukan dengan pembelahan
biner, dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dan
seterusnya. Pembelahan biner diawali dengan pembelahan inti kemudian
diikuti pembelahan sitiplasma. Sementara reproduksi seara seksual, yaitu
dengan cara penyatuan gamet yang berbeda jenis sehingga menghasilka zigot
secara konjugasi (penyatuan inti vegetatif sel). Namun, ada pula protozoa yang
tidak melakukan reproduksi seksual, misalnya Amoeba sp.
D. Klasifikasi Protozoa
Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya. Terdapat empat
filum protozoa, yaitu sebagai berikut:
1. Ciliata (Ciliophpra/Infusoria) bergerak dengan silia (rambut
getar). Contohnya, Paramecium sp.
2. Rhizopoda (Sarcodina) bergerak dengan pseudopodia (kaki
semu). Contohnya, Amoeba sp.
3. Flagellata (Mastigophora) bergerak dengan flagela (bulu
cambuk). Contohnya, Trypanosoma sp.
4. Sporozoa (Apicomplexa) tidak memiliki alat gerak contohnya,
Plasmodium sp.
III. Protista Mirip Tumbuhan(Ganggang/ Algae)
Ganggang adalah protista yang bersifat fotoautotrof karena memiliki
kloroplas yang mengandung klorofil atau plastida yang berisi berbagai pigmen
fotosintesis lainnya. Ganggang mudah ditemukan di lingkungan perairan, baik
di air tawar maupun di air laut. Ada yang hidup menempel pada suatu tempat
atau melayang-layang di dalam air, ganggang menyebabkan air danau, sawah,
kolam atau aquarium tampak berwarna hijau. Namun masyarakat sering keliru
menyebutnya dengan lumut. Ganggang berbeda dengan lumut. Lumut tidak
terendam dalam air, sedangkan ganggang terendam dalam air. Jika dipegang,
lumut terasa seperti beluduru dan lebih kering, sedangkan ganggang terasa
basah, licin, atau berlendir. Di laut, ganggang mudah ditemukan, kadang-
kadang terdampar dipantai, dan berbentuk menyerupai tumbuhan yang
berwarna-warni (merah, hijau, cokelat atau kuning). Orang awam
menyebutnya dengan rumput laut.
A. Ciri-ciri ganggang
1. Ukuran dan bentuk tubuh Ganggang
Tubuh ganggang ada yang bersel satu (uniseluler) dan ada pula yang
bersel banyak (multiseluler). Ukuran tubuh ganggang bervariasi, mulai dari
mikroskopis berukuran 8𝜇m hingga yang makroskopis berukuran 60 meter.
Contoh ganggang mikroskopis antara lain, Volvox, Chlorella, Synura,
Scenedesmus, Gloeobotrys, Euglena, Naviculas, Ceratium dan Cyclotella,
contoh ganggang yang makroskopis, antara lain, Macrocystis, Sargassum,
Laminaria, Turbinaria, Fucus, Palmaria, Corrallina, dan Spirogyra.
Ganggang memiliki bentuk tubuh yang tetap karena sel-selnya
memiliki dinding sel. Ganggang mikroskopis terdiri atas satu sel dengan
bentuk yang bervariasi, yaitu bulat, oval, kotak, segitiga, batang dan seperti
bintang. Ganggang uniseluler ada yang hidup soliter dan ada pula yang
berkoloni. Ganggang uniseluler yang hidup soliter, misalnya Botrydiopsis
ariza, dan Euglena. Ganggang uniseluler yang hidup berkoloni misalnya
Volvox, Hydrodyctyon, dan Gonium. Ganggang makroskopis terdiri atas
banyak sel, dengan bentuk tubuh bervariasi yaitu seperti benang, lembaran,
menyerupai rumput, serta ada pula yang seperti tumbuhan tinggi.
2. Struktur tubuh Ganggang
Sel ganggang memiliki struktur tubuh mirip tumbuhan yaitu bersifat
eukariotik (memiliki membran inti) serta memiliki dinding sel dan
kloroplas. Dinding sel ganggang ada yang mengandung selulosa,
hemiselulosa, silika, kalsium karbonat, polisakarida, pektin, algin, agar, dan
karagenan. Bahan-bahan tersebut mengandung gel sehingga ganggang
terasa berlendir atau seperti karet. Ganggang jenis Euglena tidak memiliki
dinding sel tetapi memiliki pelikel yang lentur untuk mneyokong membran
sel. Bentuk kloroplas pada sel ganggang bervariasi, antara lain berbentuk
bulat, jala, spiral, cakram (diskodial), bintang, seperti mangkuk dan seperti
pita. Di dalam kloroplas sel, terdapat ribosom, DNA, pirenoid, dan klorofil.
Jenis klorofil, antara lain klorofil a, klorofil b, klorofil c, klorofil d, yang
semuanya berfungsi untuk fotosintesis. Selain klorofil, sel ganggang juga
memiliki tambahan pigmen fotosintetik lainnya, yaitu karoten (kuning
kemerahan), xantofil (kuning), fikoeritrin (merah), fikosianin (biru), dan
fukosiantin (cokelat). Campuran antara warna hijau klorofil dengan
beberapa pigmen lainnya membuat ganggang tampak berwarna-warni.
Hasil fotosintesis ganggang digunakan untuk metabolisme sel dan
kelebihannya disimpan sebagai cadangan makanan di dalam pirenoid,
cadangan makanan yang disimpan tersebut berupa amilum, laminarin,
paramilon, dan leukosin. Ganggang juga memiliki organel sel seperti yang
dimiliki protosta lain, misalnya mitokondria, ribososm, badan golgi,
retikulum endoplasma, dan inti sel. Pada ganggang uniseluler yang dapat
bergerak (misalnya, Euglena), terdapat vakuola kontraktil untuk
osmoregulasi (pengaturan tekanan osmotik cairan sel) dan bintik merah
yang disebut stigma, yang berfungsi sebagai organel fotoreseptor.
Beberapa jenis ganggang yang uniseluler memiliki satu atau lebih
flagell untuk bergerak dan berenang di dalam air, misalnya Euglena,
Chlamydomonas, Synura dan lain-lain. Ganggang multiseluler yang hidup
menempel pada batu akan membentuk struktur menyerupai akar yang
disebut holdfast. Bagian tubuh ganggang yang menyerupai batang disebut
stipe. Sedangkan bagian yang menyerupai daun disebut blade. Pada
beberapa jenis ganggang cokelat, blade dilengkapi pelampung sehingga
blade tetap berada dekat permukaan air untuk dapat berfotosintesis,
misalnya sargassum. Struktur ganggang yang bentuknya seperti tumbuhan
tingkat tinggi, tetapi tidak memiliki akat, batang daun yang sejati, disebut
tallus (yunani, thallos = kecambah).
B. Cara Hidup dan Habitat Ganggang
Semua ganggang fotoautotrof dapat melakukan fotosintesis.
Fotosintesis dapat dilakukan oleh sel-sel yang mengandung klorofil dan
pigmen fotosintetik lainnya, ganggang hidup di habitat yang lembab, basah,
atau perairan, baik air tawar maupun air laut yang masih dapat ditembus oleh
cahaya matahari. Di dalam perairan ganggang merupakan fitoplankton.
Fitoplankton berperan sebagai penyedia bahan makanan dan oksigen bagi
organisme perairan lainnya. Ganggang yang hidup melayang-layang di dalam
air disebut neuston. Sementara ganggang yang hidup melekat di dasar perairan
atau melekat pada organisme lainnya disebut bentik. Bentik dapat dibedakan
menjadi epilitik (melekat pada batu), epipelik (melekat pada lumbur atau
pasir), epifitik (melekat pada tanaman), dan epizoik (melekat pada hewan).
Ganggang ada yang hidup soliter, berkoloni, atau bersimbiosis dengan
organisme lain. Ganggang yang berkoloni terbentuk karena pada saat
pembelahan biner sel-sel ganggang tetap berikatan satu dengan lainnya
melalui untaian sitoplasma atau matriks bergelatin. Sel tidak dapat melakukan
reproduksi jika diisolasi dari selnya. Contohnya, koloni Volvox yang terdiri
dari ratusan hingga ribuan sel biflagelata (berflagel dua).
C. Reproduksi Ganggang
Ganggang bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan seksual
(generatif). Ada ganggang yang hanya mampu bereproduksi secara aseksual,
misalnya Euglena yang melakukan pembelahan biner. Ada pula ganggang
yang mampu bereproduksi secara aseksual dan seksual, misalnya spirogyra.
Spirogyra bereproduksi secara aseksual dengan fragmentasi (pemutusan)
sebagaian tubuhnya dan bereproduksi seksual dengan konjugasi. Namun, ada
pula ganggang yang bereproduksi baik secara seksual mapuan aseksual, tetapi
terjadi secara bergiliran dalam siklus hidupnya yang disebut dengan
metagenesis. Metagenesis adalah pergiliran keturunan antara generasi
gametofit (penghasil sel kelamin) dengan generasi sporofit (penghasil spora),
misalnya laminaria dan Ulva.
1. Reproduksi Aseksual pada ganggang
a. Pembelahan biner
Pembelahan biner dapat terjadi pada ganggang uniseluler
misalnya Euglenoid, Chlorella, dan Pyrrophyta (ganggang api). Pada
Euglenoid, pembelahan biner terjadi secara membujur. Pembelahan
diawali dengan pembelahan inti, diikuti pembelahan sitoplasma. Dari
satu sel induk akan dihasilkan dua sel anakan yang akan tumbuh
menjadi ganggang baru.
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah pemutusan sebgaian tubuh ganggang
bagian tuuh yang terlepas dari tubuh induk akan tumbuh menjadi
ganggang baru. Fragmentasi terjadi pada ganggang multiseluler yang
berbentuk filamen dan talus. Contohnya Cladophora, Spirogyra dan
Macrocytis.
c. Pembentukan spora vegetatif
Pembentukan spora vegetatif terjadi di dalam sel induk yang
menghasilkan zoospora. Pembentukan spora vegetatif ini dapat terjadi jika
kondisi lingkungan mendukung dan jumlah makanan mencukupi. Hal ini
dapat terjadi pada ganggang multiseluler maupun uniseluler, misalnya
Chlamydomonas.
2. Reproduksi seksual pada Ganggang
a. Konjugasi
b. Singami
c. Anisogami
D. Klasifikasi ganggang
Ganggang dapat diklasifikasikan berdasarkan pigmen dominan,
keberadaan dan komponen penyusun dinding sel, jenis cadangan makanan
yang disimpan, dan keberadaan flagela. Beberapa ahli biologi
mengklasifikasikan ganggang menjadi enam filum yaitu Euglenoid,
Chrysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta.
IV. Protista mirip Jamur (Jamur Protista)
Protista mirip jamur merupakan organisme protista yang memiliki ciri-
ciri seperti jamur, antara lain bersifat eukariotik, tidak memiliki klorofil, dapat
menghasilkan spora, dan heterotrof. Terdapat tiga filum protista mirip jamur,
yairu jamur lendir plasmodial (Myxomycota), jamur lendir seluler
(Acrasiomycota), dan jamur air (Oomycota).
A. Jamur Lendir Plasmodial
Jamur lendir plasmodial disebut juga Myxomycota (jamur lendir tidak
bersekat). Jamur ini bersifat heterotrof fagosit dan memiliki tahapan (fase)
makan berbentuk massa ameboid seperti Amoeba dalam siklus hidupnya.
Massa amoeboid dinamakan plasmodium.
Pada fase plasmodium, jamur lendir ini memperoleh makanannya
dengan cara menjulurkan pseudopianya ke arah makanan, kemudian makanan
tersebut ditelan. Makanan berupa sisa-sisa daun atau kayu yang membusuk,
bakteri atau jamur uniseluler yang terdapat ditanah lembab dan dihutan basah.
Jika habitat mulai mengering dan makanan tidak ada, plasmodium
myxomycota berhenti tumbuh dan mengalami diferensiasi untuk memasuki
tahap reproduksi secara seksual. Jamur lendir plasmodial bereproduksi secara
aseksual dengan membentuk sporangium dan bereproduksi secara seksual
dengan singami antara sesama sel amoeboid atau antara sesama sel berflagela.
Terdalat sekitar 500 spesies jamur plasmodial, antara lain Physarum sp.,
Didymium sp., dan fuligo septica.
B. Jamur Lendir Seluler
Jamur lendir seluler disebut juga Acrasiomycota (jamur lendir
bersekat). Jamur lendir ini memiliki tahapan berupa sel-sel yang hidup soliter,
tetapi setelah memakannya habis, sel-sel tersebut membentuk agregat (koloni)
dengan suatu unit. Dalam satu agregat, terdapat sekitar 125000 sel. Agregat
tersebut berpindah tempat untuk sementara waktu. Pada fase makan, sel
amoeboid soliter bergerak dnegan pseudopsida dan memakan bakteri, berbeda
jamur lendir plasmodial, jamur lendir seluler berkromosom haploid (n), hanya
zigot yang memiliki kromosom diploid (2n).
Jamur lendir ini bereproduksi secara aseksual dengan membentuk
tubuh buah (fruiting body) dan bereproduksi secara seksual dengan singami
sel amoeboid. Tubuh buah berisi spora dan memiliki batang penyokong
(stalk). Stalk pada Acytostelium sp. Mengandung selulosa. Terdapat sekitar 65
spesies jamur lendir seluler, antara lain Dictyostelium discoideum,
Polysphondylium sp., Coenonia sp., dan Acytostelium sp.
C. Jamur Air (Oomycota)
Oomycota (artinya fungi telur) atau jamur air merupakan jamjr
uniseluler atau multiseluler yang memiliki dinidng sel dari selulosa. Oomycota
disebut juga sebagai jamur karat putih atau jamur berbulu halus. Oomycota
yang multiseluler berbentuk hifa halus bercabang, tidak bersekat, dan
memiliki banyak inti (senositik). Oomycota bereproduksi secara aseksual
dengan pembentukan zoospora berflagela dua dan secara seksual pembuahan
sel telur oleh inti sperma yang menghasilkan zigot resisten (oospora).
Oomycota hidup secara heterotrof dengan cara menguraikan organisme
lain yang sudah mati (saproba), beberapa jenis ada yang hidup sebagai parasit.
Sebagian besar Oomycota merupakan pengurai organisme air tawar yang
sudah mati, misalnya ikan dan ganggang, sedangkan yang hidup parasit pada
umumnya tumbuh di tubuh ikan, misalnya dibagian insang, sisik, atau jaringan
yang terluka, beberapa jenis oomycota ada yang hidup di tanah basah atau
parasit tumbuhan.
Terdapat sekitar 500 spesies Oomycota, antara lain sebagai berikut:
1. Saprolegnia sp. Bersifat parasit pada ikan dan serangga serta dapat hidup
di air tawar dengan suhu 3-33ºC.
2. Phytophthora sp. Yang menyerang tanaman budidaya, misalnya tomat dan
kentang).
3. Plasmopara viticola bersifat parasit pada tanaman anggur.
4. Pythium sp. Bersifat parasit penyebab penyakit rebah semai pada tanaman
karena menyerang bagian pangkal batang bibit tanaman.
V. Peranan Protista dalam kehidupan manusia
A. Peranan Protista yang menguntungkan
Beberapa jenis protista bermanfaat bagi manusia. Protista mirip tumbuhan
(algae) sebagian besar menguntungkan karena dapat diolah menjadi makanan dan
minuman bergizi tinggi atau untuk bahan campuran dalam industri.
B. Peranan protista yang merugikan
Beberapa Protista yang merugikan manusia. Sebagian besar protista mirip hewan
(Protozoa) dan protista mirip jamur bersifat merugikan. Protozoa ini dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, hewan ternak, ikan dan tanaman budi daya.