Anda di halaman 1dari 3

minumanku yaitu permaisuri.

(Sembari berbisik, Selir menyampaikan rencana jahatnya)

Tabib : Baiklah, saya akan membantu Selir.


(Tabib menundukkan kepala sebagai tanda sedia untuk membantu selir)

Tidak lama kemudian, Selir menjalankan rencana jahatnya.

Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari tempat tidur.
Aduh……
(Selir berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali.
(Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali.
(Selir masih berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana!
(Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja.
(Dengan menundukkan kepala)
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.

Raja : Tabib, apa yang terjadi pada Selir?


(Raut muka khawatir mengiringi pertanyaan raja)
Tabib : Ada seseorang yang telah meracuni minuman Selir. Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda
sendiri, Dewi Limaran.
(Dengan wajah yakin untuk mempengaruhi Raja)
Raja : Apa….? Tidak kusangka permaisuriku mempunyai perangai yang keji.
(Raja berteriak heran)

Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.

Raja : Patih, buang permaisuri jahat ini ke hutan!


(Dengan raut wajah penuh kebencian)
Patih : Siap Baginda.
(Sembari menundukkan kepala)
Permaisuri : Jangan baginda, hamba tidak tahu apa-apa. Hamba tidak pernah berusaha meracuni Selir.
(Permaisuri diseret oleh patih, dan memohon kepada Raja dengan suara memelas)
Raja : Dasar permaisuri tidak tahu diri, enyahkau dari kerajaanku.
(Sembari mengacungkan jarinya)
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih
yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.

Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah
hamba bunuh
Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.
Permaisuri : Terima kasih Patih.
(sembari tersedu-sedu)
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan?
(Kedua tangan di pinggang)
Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.
(Berlutut di hadapan raja)

Raja : Bagus…bagus… Like This….


(Raut wajah puas dari raja)
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama
Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Suatu hari, ketika sedang
asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur.

Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.
(Dengan raut wajah bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada
satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan

Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya
Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali.
(Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau adalah putra dari Raden
Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?
(dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang
yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.

Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna. Jadi kamu
jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.
(Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras : Baiklah
(berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aq pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang. Lihatlah… ayamnya besar
dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil, besar tenaganya. Kecil-kecil
cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia
dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden
Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang
Cindelaras.

Cinde Laras : Hamba menghadap paduka.


(Sembari berlutut memberi hormat)
Raja : Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata
(Pikir raja dengan perasaan penuh tanda tanya)
Raja : Aku dengar ayammu sangat tangguh, sekarang aku akan mengujinya sendiri.
(Kedua tangan ada di pinggang)
Cinde Laras : Baiklah kalau baginda menghendaki seperti itu, tapi saya mengajukan satu syarat. Jika
ayamku kalah maka aku bersedia kepalaku dipancung, tetapi jika ayamku menang maka setengah
kekayaan Baginda menjadi milikku.
(Dengan suara penuh keyakinan)
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani.
Penyabung Rakyat 1& 2 : Ayo…Ayo…Ayo….
Rakyat 2 : we…we…we pasti ayam cindelaras sing menang.
Rakyai 1 : Oh tidak bisa…. Ayam cindelaras sudah capek. Sudah melakukan perjalanan jauh men...
Penyabung : Woohhh… what’s up….Santai Brow...Lihat ajalah siapa nanti yang menang jo padu dewe’.
Dan akhirnya secara singkat ayam cindelaras mengalahkan ayam dari Raja.
Raja : Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak
muda?
(Perasaan kecewa dan penuh tanda tanya)
Cinde Laras : Ayo ayamku berkokoklah!
(membungkuk dan membisikkan sesuatu pada ayamnya)
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya
Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring)
Raja : Benarkah itu?
(Kaget dan tidak percaya)
Cinde Laras : Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda
(Dengan suara yang halus)

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri

Patih : Apa yang dikatakan anak ini benar Baginda Raja.


(Berlutut dan menyampaikan apa yang diketahuinya)
Raja : Aku telah melakukan kesalahan
(Menundukkan kepala dan menyesali apa yang telah ia lakukan)
Raja : Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku. Aku akan buang dia ke hutan.
(raut wajah masam dan geram)
Raja : Anakku…maafkan semua kesalahan ayahmu ini.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Cinde Laras : Iya ayah, tidak apa-apa.
(Sembari memeluk raja)
Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali

Anda mungkin juga menyukai