Minumanku Yaitu Permaisuri
Minumanku Yaitu Permaisuri
Selir : Raja, badanku terasa tidak enak. Enggan rasanya tubuh ini untuk bangkit dari tempat tidur.
Aduh……
(Selir berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Apa yang terjadi padamu Selir? Muka kamu juga terlihat pucat sekali.
(Dengan raut wajah penuh kasihan)
Selir : Aku tidak tahu, tapi rasanya sakit sekali.
(Selir masih berbaring dan berpura-pura meringih kesakitan)
Raja : Pengawal, panggil tabib istana!
(Dengan suara lantang, Raja memerintah pengawal)
Pengawal : Baik raja.
(Dengan menundukkan kepala)
Tidak lama, tabib istana datang dan memeriksa keadaan Selir.
Tidak lama kemudian raja memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Patih :Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah
hamba bunuh
Patih kemudian kembali ke istana dan menemui Raja.
Permaisuri : Terima kasih Patih.
(sembari tersedu-sedu)
Raja : Patih, apakah engkau telah melaksanakan apa yang aku perintahkan?
(Kedua tangan di pinggang)
Patih :Iya Baginda Raja, saya telah menjalankan tugas dari Baginda.
(Berlutut di hadapan raja)
Cinde Laras : Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.
(Dengan raut wajah bahagia)
Setelah 3 minggu, telur itu menetas tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada
satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan
Ayam : Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya
Raden Putra…
(Dengan suara yang nyaring dan indah)
Cinde Laras :Apa…. Ayam ini berkokok aneh sekali.
(Raut wajah heran dan merasa takjub)
Cinde Laras : Ibu, ayamku berkokok aneh sekali. Ia mengatakan bahwa kau adalah putra dari Raden
Putra. Apakah benar yang dikatakan ayamku?
(dengan wajah penuh tanya)
Permaisuri : Benar anakku, kau adalah putra dari Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala.
(Sembari memeluk Cindelaras)
Raja : Kalau begitu, ijinkanlah aku pergi ke istana untuk menemui ayah.
(Cindelaras memohon pada ibunya)
Permaisuri : Baiklah anakku, ibu memberi ijin padamu. Hati-hati di jalan.
Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang
yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam.
Penyabung : Ayamku, hari ini kau sudah kuberi nutrisi lengkap empat sehat lima sempurna. Jadi kamu
jangan malu-maluin aku ya. Kamu harus menang melawan ayam lain ya.
Ayam : Kukuruyuk. Ok Tuanku…siap melaksanakan perintah.
Tiba-tiba datanglah Cindelaras dengan ayanmnya.
Penyabung : Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku.
(Sembari melambaikan tangan memanggil Cindelaras)
Cinde Laras : Baiklah
(berjalan menghampiri para penyabung ayam)
Rakyat 1 & 2 : Ayo…ayo…ayo….
Rakyat 1 : Bagaimana klo kita taruhan?
Rakyat 2 : Ayo… siapa takut! Aq pilih ayam Cindelaras. Pasti dia yang menang. Lihatlah… ayamnya besar
dan kelihatan tangguh.
Rakyat 1 : Oke… Aku pilih lawannya. Jangan remehkan yang kecil. Biar kecil, besar tenaganya. Kecil-kecil
cabe rawut. Eh maksud saya cabe rawit.
Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia
dapat mengalahkan lawannya. Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden
Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang
Cindelaras.
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri