Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

OLEH:
GRUP A/KELOMPOK 3

- HASRIANI - WINDIA KATRINA PADANGRORA


- NURFADILAH - WINDI SAPRINA
- SELMA - MUHAMMAD BINTANG PERSADA
- KASMIRA

PRE APOTEKER FAKULTAS FARAMASI


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2019/2020
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

I. TUJUAN
a. Menerangkan arti viskositas dan rheologi
b. Membedakan cairan Newton da non-Newton
c. Mengenal beberapa metode pengukuran viskositas dan alat yang digunakan
d. Menentukan viskositas beberapa cairan dengan viskometer Oswald

II. TEORI
2.1 Viskositas
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkanoleh fluida
yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida.Besarnya gesekan ini biasa
juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadisemakin besar viskositas zat cair, maka
semakin susah benda padat bergerakdidalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair,
yang berperan adalah gayakohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan
antar lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan
untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya
viskositas dipengaruhi oleh beberapa factor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan
ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya
berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda (Sarojo, 2009).
Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik
antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan
gesekan antara molekul-molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo,2009).
2.2 Klasifikasi Cairan
Cairan pada umumnya diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Cairan Newton
Cairan newton (istilah yang diperoleh dari nama Isaac Newton) adalah suatu cairan
yang memiliki kurva tegangan/regangan yang linier di mana
nilai shearing stress sebanding dengan nilai rate of shear (kecepatan geser), sehingga
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada
kecepatan geser, jadi viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Contoh
umum dari fluida yang memiliki karakteristik ini adalah air. Keunikan dari fluida
newtonian adalah fluida ini akan terus mengalir sekalipun terdapat gaya yang bekerja
pada fluida. Hal ini disebabkan karena viskositas dari suatu fluida newtonian tidak
berubah ketika terdapat gaya yang bekerja pada fluida. Viskositas dari suatu fluida
newtonian hanya bergantung pada temperatur dan (Muhammad Rian, 2013).
b. Cairan Non-Newton
Cairan non newtonian adalah cairan yang akan mengalami perubahan viskositas
jika terdapat gaya yang bekerja pada carian. Cairan non newtonian juga disebut dengan
cairan yang menyimpang dari hukum Newton. Viskositas carian semacam ini bervariasi
pada kecepatan geser, sehingga untuk mengetahui sifat alirannya dilakukan pengukuran
kecepatan geser (Muhammad Rian, 2013).
Berdasarkan grafik aliran (rheogram) cairan Newton dibagi atas 2 kelompok, yaitu
(Marthin, 2008):
1) Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu, kelompok ini terbagi atas
tiga bagian yaitu :
 Aliran plastic
Cairan yang mempunyai aliran plastik tidak akan mengalir sebelum suatu gaya
tertentu dilampauinya. Gaya tersebut adalah “yield value” atau “f”. Pada tekanan
di bawah yield value cairan tersebut bertindak sebagai bahan plastik,sedangkan
di atas harga ini aliran mengikuti hukum Newton.
 Aliran psedoplastic
Viskositas cairan psedoplastik akan berkuranf dengan naiknya kecepatan geser,
berbeda dengan aliran plastic, di sini tidak ada yield value, karena kurva tidak
mempunyai bagian yang linier maka cairan akan mempunyai aliran pseudoplastik
tidak mempunyai harga viskositas yang absolut.

 Aliran dilatan
Viskositas cairan akan naik dengan naiknya kecepatan geser karena volumenya
akan naik bila ia bergeser.

2) Cairan yng sifat alirannya dipengaruhi waktu (kurva naik tidak berhimpit dengan
kurva turun). Kelompok ini terbagi atas tiga jenis, yakni:
 Aliran thisotropik
Pada aliran tiksotropik, kurva menurun berada di sebelah kiri kurva naik.
Fenomena ini umumnya dijumpai pada zat yang mempunyai aliran plastik dan
pseudoplastik. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya perubahan struktur yang
tidak segera kembali ke keadaan semula pada saat tekanan geser diturunkan. Sifat
aliran semacam ini umumnya terjadi pada partikel asimetrik (misalnya polimer)
yang memiliki banyak titik kontak dan tersusun membentuk jaringan tiga
dimensi. Pada keadaan diam, sistem akan membentuk gel dan bila diberi tekanan
geser, gel akan berubah menjadi sol.
Kurva aliran tiksotropik

 Aliran Rheopeksi
Pada aliran rheopeksi, kurva menurun berada di sebelah kanan kurva naik. Hal
ini terjadi karena pengocokan perlahan dan teratur akan mempercepat pemadatan
suatu sistem dilatan. Bentuk keseimbangan aliran rheopeksi adalah gel.

 Aliran Antitiksotropik
Bila dilakukan pengukuran dengan penambahan dan penurunan tekanan geser
secara berulang-ulang pada sistem ini akan diperoleh suatu viskositas yang terus
bertambah sampai akhirnya suatu saat akan konstan.
2.3 Rheologi
Rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran cairan dan deformasi. Ilmu
ini digunakan oleh ahli fisiologi untuk menentukan sirkulasi darah, dan untuk para dokter
dipakai untuk menentukan aliran larutan injeksi, sedangkan untuk ahli farmasi digunakan
untuk menentukan aliran suatu sediaan misalnya emulsi, suspensi, dan salep (Kosman,
2005).
Beberapa tahun terakhir ini prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam
penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahan-bahan untuk pembuat jalan, kosmetik,
produk hasil peternakan, serta bahan-bahan lain. Penyelidikan viskositas dari cairan sejati,
larutan dan sistem koloid baik yang encer maupun kental jauh lebih bersifat praktis dari
pada bernilai teoris. Reologi meliputi pencampuran dan aliran dari bahan, pemasukan ke
dalam wadah, pemindahan sebelum digunakan, apakah dicapai dengan penuangan dari
botol, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari suatu jarum suntik. Reologi dari suatu
produk tertentu yang dapat berkisar dalam konsistensi dari bentuk cair ke semisolid sampai
kepadatan, dapat mempengaruhi penerimaan bagi si pasien, stabiltas fisika, dan bahkan
afailabilitas biologis.jadi viskositas telah terbuksti mempengaruhi laju absorbs obat dari
saluran cerna. Sifat-sifat reologi dari system farmasetik dapat mempengaruhi pemilihan
alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih
lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil
yang tidak diinginkan, paling tidak dalam karekteristik alirannya (Martin, 2011).
Hukum aliran dari Newton perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan
dipisahkan oleh suatu jarak yang kecil sekali, (dv) adalah “perbedaan kecepatan” atau rate
of shear, dv/dr. gaya persatuan luas F’/A diperlukan untuk menyebabkan aliran, ini disebut
shearing stress. Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan
secara kuantitatif. Dia menemukan bahwa makin besar viskositas suatu cairan. Akan makin
besar pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate of shear harus berbanding langsung dengan
shearing stress atau

𝐹′ 𝑑𝑣
=
𝐴 𝑑𝑡

Dimana  adalah koefisien viskositas, biasanya dinyatakan sebagai viskositas saja.


Persamaan sering kali ditulis sebagai (Martin, 2011):

𝐹
=
𝐺

Dimana F = F’/A dan G = dv/dr


Adanya zat terlarut mekromolekul akan menaikkan viskositas larutan. Bahkan pada
konsentrasi rendahpun, efeknya besar, karena molekul besar mempengaruhi aliran fluida
pada jarak jauh. Viskositas diukur dengan beberapa cara. Dalam “Viskometer Ostwald”,
waktu yang diperlukan oleh larutan untuk melewati pipa kapiler dicatat dan dibandingkan
dengan sampel standar. Metode ini cocok untuk penentuan (), karena perbandingan
viskositas larutan dan pelarut murni, sebanding dengan waktu pengaliran t dan t’ setelah
dikoreksi untuk perbedaan antara rapatan ρ dan ρ’ (Atkins, 2006)

 𝑡 
= 𝑥
′ 𝑡′ ′

Viskometer dalam bentuk silinder konsentris yang berotasi juga digunakan untuk
pengukuran viskositas. Tenaga putar pada silinder dalam monitor di saat silinder luas
dirotasikan. “Viskometer drum Berotasi” ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
jenis Ostwald yaitu: Gradien geser antara kedua silinder ini lebih sederhana daripada dalam
pipa kapile (Atkins, 2006).
Karena viskositas berubah-ubah tergantung pada temperature, maka penentuan
temperatur jadi penting; umumnya viskositas cairan berkurang dengan meningkatnya
temperatur. Penentuan viskositas dalam istilah poise atau centipoise menghasilkan
perhitungan viskositas absolute. Kadang-kadang lebih sesuai memakai skala kinetik.
Dimana unit - unit viskositas diukur dengan Stokes dan centistokes). Viskositas kinematik
di dapat dari viskositas absolute dibagi bobot jenis cairan pada temperatur yang sama
(Ansel, 2008).

𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑖𝑛𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘 =
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

Untuk larutan viskositasnya bergantung pada konsentrasi atau kecepatan larutan.


Umumnya larutan yang konsentrasinya tinggi. Viskositasnya juga tinggi. Sebaliknya larutan
yang konsentrasinya rendah viskositasnya juga akan rendah. Adapun hubungan viskositas
atau kekentalan dengan konsentrasi itu penting karena dapat digunakan untuk mengetahui
konsentrasi sel darah. Pada darah normal, kekentalan terjadi dua kali dan bila konsentrasi
darah meningkat mencapai 70 kali di atas normal, maka kekentalan darah mencapai 20 kali
air. Dengan alas an demikian, aliran darah merah sangat rendah atau viskotasnya turun.
Sebaliknya pada penderita polyathemia (kadar sel darah merah meningkat), aliran darah
sangat lambat karena viskositasnya naik (Kosman, 2007).
Setiap fluida mempunyai viskositas yang berbeda-beda yang harganya bergantung
pada jenis cairan dan suhu. Cairan mempunyai viskositas lebih besar daripada gas, karena
memiliki gaya gesek untuk mengalir lebih besar. Pada kebanyakan cairan viskositasnya
turun dengan naiknya suhu. Menurut teori lubang terdapat kekosongan dalam cairan dan
molekul bergerak secara kontinu ke dalam kekosongan ini. Sehingga kekosongan akan
bergerak keliling. Proses ini menyebabkan aliran, tetapi memerlukan energi karena ada
energi pengaktifan yang harus dipunyai suatu molekul agar dapat bergerak ke dalam
kekosongan energi pengaktifan lebih mungkin terdapat pada suhu yang lebih tinggi dan
dengan demikian cairan lebih mudah mengalir (Marthin, 2011).
Viskositas mula-mulai diselidiki oleh Newton, yaitu dengan menggambarkan zat
cair sebagai berikut (Martin, 2011):
Balok zat cair ini terdiri lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain.
Lapisan terbawah tetap diam, sedangkan lapisan diatasnya bergerak dengan kecepatan
konstan, sehingga setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding
langsung dengan jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan dv
antara dua lapisan yang dipisahkan dengan jarak dx disebut dv/dx atau kecepatan geser
(rate of shear). Sedangkan gaya per satuan luas F/A atau tekanan geser (Shearing stress)
(Martin, 2011).
Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non- Newton
dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus mempunyai metode yang
sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks. Ini. Non-Newtonian bodies adalah zat-zat
yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton, disperse heterogen cairan dan padatan
seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa masuk dalam
kelas ini. Jika bahan-bahan Non-Newton dianalisis dalam suatu uskometer yang dan
hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsentrasi yang menggambarkan adanya tiga
kelas aliran yakni : plastis, pseudoplastis, dan dilatan (Martin, 2011).
Alat untuk mengukur voskositas dan rheology suatu zat cair disebut viscometer.
Ada dua jenis viscometer yaitu:
1. Viskometer satu titik : Viskometer kapiler, viscometer bola jatuh, penatrometer, palte
plastometer.
2. Viskometer banyak titik : viscometer rotasi tipe stromer, brokfield.
3. Sotavisco dan lain-lain.
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
- Viskometer Oswald
- Brookfield
- Gelas kimia
- Piknometer
- Beker Glass
- Batang pengaduk
- Timbangan
b. Bahan
- Aquadest
- Propilen glikol
- ETANOL 96%
- Gliserin
- Tween 80
- Natrium lauril sulfat

IV. PROSEDUR KERJA


a. Penentuan Kekuatan Cairan Dengan Viskometer Ostwald
- Viskometer dibersihkan dan dikeringkan
- Cairan yang akan ditentukan kekuatannya dimasukkan melalui pipa 2 sampai ruang r
penuh terisi
- Cairan dihisap melalui pipa b sampai naik melewati garis m
- Cairan dibiarkan turun sampai garis n dan dihitung waktunya menggunakan stopwatch
dan catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari garis m ke garis n.
- Lakukan pengukuran sebanyak dua kali (duplo) catat hasil dalam tabel.
b. Penentuan Kekuatan Cairan Dengan Viskometer Brookfield
- Pasang alat dan perangkat pada posisi yang tara
- Tabung gelas diisi dengan cairan sampel yang akan ditentukan kekuatannya, kemudian
tutup tabung dengan hati-hati dan jangan sampai terdapat gelembung udara didalamnya
- Masukkan bola yang sesuai dan apabila bola sudah melampaui garis awal, kembalikan
bola pada posisi semula dengan cara membalikkan tabung
- Catat waktu tempuh bola melalui tabung mulai garis awal sampai garis akhir dalam
detik
- Tentukan bobot jenis/kerapatan dengan piknometer
- Hitung kekentalan cairan dengan persamaan n = t (sb-sr) B

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


DAFTAR PUSTAKA

Ansel. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta

Atkins. (2006). Kimia Fisika. Erlangga. UI Press: Jakarta

Fajar, Rian, M. 2013. Laporan Praktikum Satuan Operasi Industri Viskositas. FTIP UNPAD.
Jatinangor

Kosman, R. (2012). Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia: Makassar Martin,

Martin, Alfred, (2011). Farmasi Fisik. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia I. Yogyakarta: UGM Press.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika. Jakarta.
Yazid, Estien, (2004). Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai