Anda di halaman 1dari 16

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo,

2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan

dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari

dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia,

media masa serta keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau

maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013).

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan, yaitu:


12

a. Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang

suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi

yang sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu

objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek.

3. Faktor – Faktor Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi pengetahuan

meliputi:
13

a. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang

atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu

informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi

(Sriningsih, 2011).

b. Informasi/ Media Masa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,

menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan

tujuan tertentu informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan.

Semakin berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam

media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan

informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan

dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima

informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial, Budaya Dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas


14

yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial

budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya

kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi

seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang

memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan

sulit untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan.

d. Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam

individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan

direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan

pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik

maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

e. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri

sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan

akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan

permasalahan dari pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga

pengalaman yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila

medapatkan masalah yang sama.


15

f. Usia

Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Budiman,

2013).

Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada

usia madya, individu akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih

banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. (Budiman, 2013)

Kategori usia menurut (Depkes RI, 2012) :

1.Masa balita = 0 – 5 tahun,

2.Masa kanak-kanak = 5 – 11 tahun.

3.Masa remaja Awal =12 – 1 6 tahun.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuakan dengan tingkatan tingkatan (Notoadmojo, 2012).

a. Pengetahuan tinggi, apabila responden berpengetahuan 76% - 100%


16

b. Pengetahuan sedang, apabila responden berpengetahuan 56% - 75%

c. Pengetahuan rendah, apabila responden berpengetahuan < 55%.

B. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh karena itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk

hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing (Notoadmojo,

2012: 131). Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu

tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan

tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai

faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa intraksi tersebut

amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab

sesorang menerapkan perilaku tertentu (Wawan dan Dewi, 2010:48).

Menurut Skinner dalam Wawan dan Dewi (2010:50) seorang ahli

perilaku mengemukakan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara

perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Ia membedakan adanya 2 respons

yakni:

a. Respondent respon atau reflexive respons, adalah respons yang ditimbulkan

oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini

disebut eliciting stimuli karena menimbulkan respons yang relatif tetap.

b. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan

berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsangan semacam ini


17

disebut oleh reinforcing stimuli atau reinforce karena perangsangan-

perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh

organisme. Oleh karena itu, perangsangan yang demikian itu mengikuti atau

memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan.

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur

pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi

manusia, baik bersifat pasif yaitu pengetahuan, presepsi, dan sikap maupun

bersifat aktif tindakan yang nyata atau practice (Wawan dan Dewi, 2010:56).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan

menjadi 2 yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup

pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motifasi dan sebagainya yang

berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal

meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia,

sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Wawan dan Dewi, 2010:56).

Menurut Becker 1979 dalam Wawan dan Dewi 2010 mengajukan

klarifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related

behavior) sebagai berikut :

a. Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan atau kegiatan seeorang dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatannya.
18

b. Perilaku sakit (illnes behavior) yakni tindakan atau kegiatan yang dilakukan

seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan

kesehatan atau rasa sakit.

c. Peran sakit (the sickrole behavior) yakni segala tindakan atau kegiatan yang

dilakukan individu yang sedang sakit memperoleh kesehatan.

Faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dibedakan dalam tiga

jenis: faktor predisposisi, faktor enabling (pemungkin), dan faktor reinforcing

(penguat), masing-masing faktor mempunyai pengaruh yang berbeda atas

prilaku. Hal ini digambarkan sebagai berikut:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor-faktor yang

mempermudah atau mempredisposi terjadinya perilaku seseorang, antara lain

pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), adalah sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya kesehatan puskesmas,

posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah,

tempat olahraga, makanan bergizi, uang, dan sebagainya.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku, kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan

mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak melakukannya.Dari 3 faktor diatas

yang mempengaruhi terjadinya perilaku seksual pada remaja dapat di uraikan

sebagai berikut.

C. SADARI

1. Definisi SADARI
19

Sadari adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur

18 tahun ke atas. Indikasi utama sadari adalah untuk mendeteksi terjadinya

kanker payudara dengan mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan,

apakah ada benjolah, perubahan warna kulit, puttting berisik dan pengeluaran

cairan atau nanah dan darah (Olfah dkk, 2013).

Pemeriksaan sadari di anjurkan pada wanita, terutama pada wanita

dengan usia mulai dari 18 tahun. Karena wanita dengan usia subur 0-45 tahun

sangat beresiko terkena penyakit kanker payudara, sehingga wanita harus selalu

melakukan sadari secara rutin sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker

payudara.

Cukup dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat

dilakukan dirumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi.

Jadi para wanita akan tahu apabila terjadi perubahan pada payudaranya dan

melaporkan setiap perubahan payudara ketenaga kesehatan profesional segera

setelah ditemukan perubahan.

2. Manfaat SADARI

Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang

sangat penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada

payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker


20

tersebut. Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan

kemungkinan harapan hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir

85% gangguan atau benjolan ditemukan oleh penderita sendiri melalui

pemeriksaan dengan benar. Selain itu, sadari adalah metode termudah, tercepat,

termurah, dan paling sederhana yang dapat mendeteksi secara dini kanker

payudara.

3. Siapa Yang Melakukan SADARI

Menurut Nisman 2011, wanita yang dianjurkan melakukan sadari atau

Breast Self Examination (BSE) untuk mengurangi memicu kejadian kanker

payudara waktu pelaksanaan sadari sebagai berikut.

a. Wanita usia subur

b. Pasca menopause

c. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun

d. Wanita yang beresiko tinggi sebelum usia 50 tahun

e. Wanita yang berusia diatas 50 tahun

4. Waktu Untuk Melakukan SADARI

Sadari perlu dilakukan ketika seorang wanita yang telah mencapai masa

pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya. Hal ini

bertujuan agar wanita bisa mendeteksi dan mengenali perubahan dalam tubuh

sejak dari masa menstruasi pertama (Rasjidi, 2009).

Menurut Luwia (2008), waktu yang tepat melakukan pemeriksaan

payudara sendiri adalah sebagai berikut :


21

a. Pada wanita yang telah menstruasi, sadari harus dilakukan sebulan sekali, 7-

10 hari setelah haid terakhir, tidak dianjurkan melakukan pada waktu

sebelumnya, karena pada masa pertengahan siklus haid menjelang haid,

payudara biasanya membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon

estrogen dan progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan

secara akurat. Saat haid dan sesudahnya, payudara akan lebih lemas karena

kedua hormon kadarnya menurun.

b. Bagi wanita yang telah mengalami menopause, sadari dapat dilakukan setiap

bulan, cara yang paling tepat adalah memilih tanggal agar selalu ingat untuk

melakukan sadari rutin setiap bulan.

5. Akibat Tidak Melakukan SADARI

Belum diketahui cara mencegah kanker payudara, satu upaya yang paling

penting adalah mengikuti petunjuk cara mendeteksi dini. Kanker payudara

merupakan tumor ganas yang mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar

luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi tumor sebesar 1

cm pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut berada pada kelenjar payudara.

Sel-sel kanker payudara ini dapat berada dalam tubuh dalam jangka tanpa

diketahui, apabila dilakukan deteksi dini kanker payudara yang akhirnya aktif

menjadi tumor ganas lanjut sehingga menyebabkan kematian (Cahyani, 2010).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Reni Puspita Sari (2018), tentang

hubungan pengetahuan dengan perilaku tentang sadari sebagai deteksi dini

kanker payudara. Populasi sebanyak 69 orang, total sampling yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi menjadi 67 orang mahasiswa. Kesimpulan ada


22

hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan dan perilaku sadari sebagai

deteksi dini kanker payudara koefisien korelasi π = 0,674 dengan tingkat

signifikan 0,00(<0,005).

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Dhit kris p (2018), tentang

hubungan antara pengetahuan tentang kanker payudara dengan perilaku

pemeriksaan sadari. Populasi sebanyak 199 orang, dengan teknik simple random

sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi menjadi 67 orang

mahasiswa. Didapatkan ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan

dan perilaku sadari sebagai deteksi dini kanker payudara koefisien korelasi π =

0,012<0.05.

D. Remaja

1. Definisi Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

dewasa, dimana pada masa tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk

fungsi reproduksi dan terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik,

mental, maupun peran sosial (WHO, 2013).

Pengertian remaja secara etimologi berarti “tumbuh menjadi dewasa”.

Pengertian remaja (adolescence) menurut World Health Organization (WHO)

adalah periode seseorang manusia pada rentang usia 10 sampai 19 tahun.

Menurut PBB remaja adalah kamu muda (Youth) usia 15 sampai 24 tahun.

Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun

sampai usia 20-21 tahun. Tanda fisik remaja yaitu terjadi perubahan penampilan

fisik, fungsi dan terutama pada kelenjar seksual. Remaja merupakan masa
23

dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi,

social, dan moral diantara anak-anak menuju dewasa (Kusmiran, Kesehatan

Reproduksi Remaja dan Wanita, 2013).

2. Fase – Fase Masa Remaja

Dalam progres penyesuain diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan

remaja sebagai berikut :

a. Masa Remaja Awal (Early Adolescence) 11-13 tahun

Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan

anak laki-laki. Pada masa ini terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu

meningkatnya hormone seksualits dan mulai berkembangnya organ-organ

seksual serta organ-organ reproduksi remaja (Nirwana, 2011)

Seorang remaja pada tahap ini terheran-heran akan perubahan-

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang

menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran

baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.

Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali

terhadap “ego” yang menyebabkan para remaja ini sulit dimengerti dan

mengerti orang dewasa (Dewi, 2015).

b. Masa Madya (Minddleadolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang

kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”

yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-
24

sifat yang sama dengannya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan

karena ia tidak tahu harus memilih yang mana, peka atau tidak peduli, ramai-

ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan

sebagainya (Dewi, 2015)

c. Masa Akhir (Late Adolescence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencapai kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain

dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

4) Egosomtrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself) dan

masarakat umum (thepublic).

3. Aspek Pertumbuhan Remaja

Fungsi fisiologi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor

lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk mempercepat perubahan.

Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting yaitu hipotalamus dan hipofisis.

Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang yaitu kelenjar

gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar

tersebut akan saling bekerja sama dengan faktor genetik maupun lingkungan

(Kusmiran, 2014).
25

Remaja perempuan mengalami perubahan yang dirangsang oleh hormone

esterogen dan progesterone yang ditandai dengan menstruasi. Perubahan fisik

remaja perempuan yaitu pertembahan tinggi bada, tumbuh rambut disekitar

kemaluan dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus dan

tinggi, payudara membesar, pinggul membesar, paha membulat dan mengalami

menstruasi (Kusmiran, 2014)

E. Tinjauan Islam

Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah:195 menjelaskan :

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu


menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena
sesungguhnya Allah juga mencintai hamba-Nya yang berbuat baik”. (QS Al
Baqaraah : 195)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah memerintahkan manusia

untuk memiliki upaya preventif terhadap penyakit yang mungkin timbul. Selain itu,

Allah SWT juga mencintai hamba-Nya yang berbuat baik. Pemeriksaan payudara

sendiri merupakan usaha preventif yang dapat dilakukan manusia sebagai usaha

kebaikan untuk dirinya.

F. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variebel Dependent


Pengetahuan dan dalam melakukan
perilaku remaja putri sadari
26

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Hubungan pengetahuan sadari dengan perilaku melakukan sadari

dipengaruhi oleh variable pengganggu antara lain adalah informasi, usia,

lingkungan, social budaya, pengalaman.

G. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan payudara sendiri

pada remaja putri kelas XI di SMAN 1 Kasihan Bantul.

Anda mungkin juga menyukai