Anda di halaman 1dari 42

BAB I

Gambaran Umum
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

1.1. Latar Belakang


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
yang ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), merupakan salah satu
cara yang telah ditempuh oleh pemerintah dalam merumuskan metoda guna
memperbaiki sistem pengendalian intern agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan
dapat dijalankan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel melalui
pembangunan budaya pengendalian internal (internal control culture).
Selanjutnya, Presiden melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011
tentang Percepatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara dan Menteri PAN dan
RB melalui Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penerapan Sistem
Pengendalian Intern di Lingkungan Instansi Pemerintah, Menteri PAN dan RB
menegaskan perlunya langkah-langkah guna mendorong pelaksanaan reformasI
birokrasi dan tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan sebagaimana dimanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
Kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah tersebut menggambarkan
betapa kuatnya keinginan pemerintah untuk mewujudkan adanya tata kelola
pemerintahan yang berkualitas dan akuntabel. Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 sebagaimana tersebut di atas, sebenarnya merupakan tindak lanjut dari
Pasal 58 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, yang mengamanatkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh.
Sejalan dengan hal tersebut, tata kelola pemerintahan yang tertib, efektif,
efisien, akuntabel, dan transparan, khususnya di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jambi, akan dapat terwujud apabila seluruh pimpinan
dan pegawai mempunyai komitmen yang kuat dalam menyelenggarakan kegiatan
pengendalian atas keseluruhan kegiatan pemerintahan di unit kerja masingmasing.
Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, sampai dengan pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara tertib,
terkendali, efektif, dan efisien. Untuk mendukung terselenggaranya sistem
pengendalian intern di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jambi secara berkelanjutan maka diperlukan adanya peningkatan penerapan
pengendalian intern secara sistematis, masif, dan terstruktur untuk mendapatkan hasil
yang lebih maksimal.
Secara umum, tujuan dari Sistem Pengendalian Intern ada tiga, yaitu:
1. Efektifitas dan efisiensi operasi (effective and efficient operations);
2. Pelaporan Keuangan yang andal (reliable financial reporting); dan
3. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan (compliance with applicable
laws and regulations).
Ketiga tujuan ini kemudian diadopsi ke dalam SPIP sebagaimana dimaksud
pada pasal (2) ayat (3) PP Nomor 60 Tahun 2008, bahwa SPIP bertujuan untuk :
1. Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara;
2. Keandalan pelaporan keuangan;
3. Pengamanan aset negara; dan
4. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Ini berarti bahwa sebuah SPIP bisa dikatakan efektif apabila mampu mencapai
tujuan tersebut di atas. SPIP yang efektif akan mampu:
1. Membantu manajemen organisasi untuk meningkatkan kepatuhan organisasi
terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Menjamin tersedianya laporan keuangan dan laporan manajemen yang benar,
lengkap, dan tepat waktu; dan
3. Mencapai efisiensi dan efektivitas dari kegiatan organisasi
Dengan demikian, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi telah
melaksanakan kegiatan pengendalian dengan mereviu kinerja dengan
penelaahan kembali capaian kinerja, dengan cara membandingkan kinerja
dengan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan. Tolok ukur kinerja antara lain
berbentuk target, anggaran, prakiraan, dan kinerja periode yanglalu.

1.2. Dasar Hukum

Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pengendalian melalui reviu kinerja


instansi pemerintah adalah:
1. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi Indonesia 2010-2025;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah;
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Aasi Manusia Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM;
4. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/1X/6/8/2003
tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja InstansiPemerintah;
5. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1326/K/L/LB/2009 tentang Pedoman
Teknis Umum Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
6. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor
690/K/DH/2012 tentang Pedoman Pemantauan Perkembangan
Penyelenggaran Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

1.3 . Maksud dan Tujuan

Tujuan dilakukan kegiatan pengendalian dengan mereviu adalah untuk


mengetahui apakah hasil pencapaian kinerja instansi pemerintah telah sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditentukan, dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Reviu dilakukan terhadap seluruh kegiatan instansi pemerintah, yang
meliputi kinerja kegiatan, kinerja program, kinerja kebijakan, penganggaran,
keuangan, dan pelaporan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui sasaran sebagai berikut :
1. Dalam upaya peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Jambi;
2. Tersusun, tersosialisasi, dan diterapkannya kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan reviu atas kinerja Instansi pemerintah.
3. Tertanganinya risiko semua tujuan yang relevan dan kegiatan pentinglainnya.
4. Terlaksananya kegiatan pengendalian instansi pemerintah dengan efisien
danefektif.
5. Sebagai media akuntanbilitas pelaporan dan bahan pemantauan dan evaluasi
atas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah(SPIP) di
Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jambi.
1.4 Ruang Lingkup
a. Periode pelaporan : 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2019;
b. Laporan ini meliputi penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jambi.

1.5. Sistematika Penyajian Laporan


Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan penyelengggaraan SPIP,
maka Tim SPI BPSPL Pontianak menyusun laporan bulanan yang memuat informasi-
informasi :
a) Ringkasan
Merupakan uraian singkat dari laporan penyelenggaraan SPIP yang t elah
dilaksanakan.

b) Pelaksanaan kegiatan
Berisikan uraian dari rencana dan realisasi masing-masing pelaksanaan tahapan
penyelenggaraan kegiatan SPIP, yaitu tahap pemahaman dan tahap
pelaksanaan.

c) Hambatan
Berisikan uraian hambatan dalam pelaksanaan penyelenggaraan SPIP yang
menyebabkan tidak terwujudnya efektivitas penyelenggaraan SPIP.

d) Rencana Pemecahan Masalah


Merupakan uraian rencana pemecahan masalah terhadap hambatan yang
dihadapi dalam penyelenggaraan SPIP.

e) Tindak Lanjut Pemecahan Masalah


Merupakan uraian realisasi dari rencana pemecahan masalah dalam
penyelenggaraan SPIP pada periode sebelumnya.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Prinsip Umum


Dalam suatu instansi, sistem pengendalian intern adalah bukan suatu
mekanisme yang dapat berjalan sendiri, tetapi sistem pengendalian intern merupakan
suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang menjadi satu dalam seluruh kegiatan
instansi yang dilakukan secara terus menerus serta terintegrasi yang memerlukan
adanya keterlibatan dan partisipasi pimpinan dan seluruh pegawai untuk melakukan
kegiatan pengendalian guna memberikan keyakinan yang memadai dalam rangka
mencapai tujuan organisasi melalui penyelenggaraan kegiatan yang efektif dan
efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, serta ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk mewujudkan penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang efektif dan efisien perlu disusun
strategi dan kebijakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum penyelenggaraan
SPIP.
Prinsip umum yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) sebagai proses yang integral dan menyatu
dengan instansi atau kegiatan secara terus-menerus. SPI mempunyai sifat yang
holistik yaitu merupakan bagian integral dan menyatu dalam setiap system yang
digunakan manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya dan bukan
suatu sistem yang terpisah dari seluruh kegiatan manajemen.
2. Efektivitas SPI dipengaruhi manusia
Efektivitas penerapan sistem pengendalian intern sangat dipengaruhi oleh
manusia sebagai pelaksananya, yaitu pimpinan dan seluruh pegawai dalam
instansi. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dan melaksanakan
mekanisme pengendalian, memantau, serta mengevaluasi pengendalian.
Selanjutnya pimpinan dan seluruh pegawai dalam instansi mempunyai peranan
penting dalam membangun komitmen untuk melaksanakan pengendalian yang
telah direncanakan secara efektif.
3. SPI memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak.
Pengendalian intern yang sudah direncanakan dengan baik, belum dapat menjamin
secara mutlak bahwa tujuan akan tercapai secara efektif. Hal tersebut disebabkan
apabila pimpinan dan pegawai melakukan pertimbangan yang keliru, pengabaian,
dan adanya kolusi dalam pelaksanaannya.
4. Penerapan SPI disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran, kompleksitas, sifat tugas
dan fungsi Pengendalian intern dirancang sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan
organisasional dan operasional. Bentuk, luas cakupan, dan kedalaman
pengendalian disesuaikan dengan kebutuhan, ukuran, kompleksitas, sifat tugas dan
fungsi satuan kerja.
5. SPI berfungsi sebagai Sistem Peringatan Dini (early warning system) Sistem
pengendalian intern berfungsi sebagai sistem peringatan dini (early warning system)
yang dapat dimanfaatkan oleh pimpinan dan pegawai untuk mendeteksi dan
mencegah adanya risiko yang akan menghambat dalam proses pencapaian tujuan.
Selanjutnya diperlukan adanya pendekatan manajemen risiko (tata kelola
pengendalian risiko) untuk meminimalisasi risiko dan mengurangi dampak agar
tujuan organisasional dan tujuan operasional dapat tercapai secara efektif. Strategi
dan kebijakan penyelenggaran tersebut di lingkungan Kanwil Kementerian Hukum
dan HAM Jambi tertuang didalam tahapan penyelenggaraan SPIP.

2.2. Tahapan Penyelenggaraan SPIP


Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jambi
meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Pemahaman
Adalah tahap untuk membangun kembali kesadaran, menyamakan persepsi, dan
penyegaran mengenai SPIP. Hal ini sebagai upaya untuk menginternalisasi SPIP
agar tetap menjadi bagian yang integral dan menyatu dalam kegiatan
kepemerintahan, yaitu dengan melibatkan seluruh tingkatan pejabat dan pegawai
di lingkungan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jambi. Kegiatan untuk
membangun kembali kesadaran, penyamaan persepsi, dan penyegaran, antara
lain melalui:
a) Pembinaan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan dapat dilakukan oleh Satuan Tugas (Satgas)
SPIP Kementerian, Inspektorat Jenderal, Satgas SPI Unit Eselon I dan jika
diperlukan dengan melibatkan Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah
(BPKP) selaku instansi Pembina penyelenggara SPIP tingkat nasional.
b) Fokus Grup Diskusi (FGD)
Metoda lain untuk membangun kembali kesadaran, menyamakan persepsi dan
penyegaran mengenai SPIP adalah dengan menyelenggarakan diskusi
kelompok atau FGD. Tim SPI pada Satuan Kerja menjadi fasilitator dalam
diskusi dengan tugas antara lain:
1) memandu diskusi kelompok dalam FGD;
2) menyiapkan materi diskusi yang diupayakan ke arah pemahaman atas
semua unsur SPIP termasuk subunsur, butir-butir, dan hal-hal yang menjadi
perhatian dalam diskusi;
3) memberikan contoh penyelenggaraan pengendalian intern
padapelaksanaan tugas dan fungsi dalam kegiatan pemerintahan.
2. Pelaksanaan
a) Internalisasi
Internalisasi adalah proses yang dilakukan oleh pimpinan dan pegawai untuk
menerapkan SPI dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari,
pengendalian berkala, dan pengendalian dengan pendekatan
manajemenrisiko.
b) Pendokumentasian
Pendokumentasian adalah proses dokumentasi terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan pengendalian intern yang dilaksanakan melalui
penyelenggaraan pengendalian rutin, pengendalian berkala, dan pengendalian
dengan pendekatan manajemen risiko.
3. Pelaporan
Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan penyelengggaraan SPIP,
maka Tim SPI menyusun laporan bulanan yang memuat informasiinformasi:
a. Ringkasan, merupakan uraian singkat dari laporan penyelenggaraan SPIP
yang telah dilaksanakan.
b. Pelaksanaan kegiatan; Berisikan uraian dari rencana dan realisasi
masingmasing pelaksanaan tahapan penyelenggaraan kegiatan SPIP, yaitu
tahap pemahaman dan tahap pelaksanaan.
c. Hambatan; Berisikan uraian hambatan dalam pelaksanaan penyelenggaraan
SPIP yang menyebabkan tidak terwujudnya efektivitas penyelenggaraan SPIP.
d. Rencana Pemecahan Masalah; Merupakan uraian rencana pemecahan
masalah terhadap hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan SPIP.
e. Tindak Lanjut Pemecahan Masalah; Merupakan uraian realisasi dari rencana
pemecahan masalah dalam penyelenggaraan SPIP pada periode sebelumnya.
4. Pengembangan Berkelanjutan
Penyelenggaraan SPIP yang telah dievaluasi, baik oleh internal maupun eksternal
digunakan untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan SPIP untuk periode
berikutnya.
5. Evaluasi
a) Evaluasi penyelenggaraan SPIP merupakan rangkaian kegiatan
membandingkan antara hasil atau prestasi kegiatan dengan standar dan
rencana penyelenggaraan SPIP;
b) Penerapan SPI dilaksanakan melalui penyelenggaraan pengendalian rutin,
c) Evaluasi penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk menentukan dan
menetapkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
tahapan penyelenggaraan SPIP;
d) Hasil evaluasi disampaikan dalam laporan penyelenggaraan SPIP setiap
triwulan.

2.3. Lingkup Penyelenggaraan


Untuk dapat menyelenggarakan SPIP secara efektif, maka SPIP dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur melalui 3 (tiga) tingkatan penyelenggaraan, yaitu:
1. Tingkat kebijakan pada Kementerian;
Pengendalian intern untuk tingkat kebijakan pada Kementerian dilaksanakan untuk
mengoordinasikan penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM.
2. Tingkat Kebijakan pada Unit Eselon I;
Pengendalian intern untuk tingkat kebijakan pada Unit Eselon I dilaksanakan untuk
mengoordinasikan penyelenggaraan SPIP di lingkungan unit eselon I.
3. Tingkat Operasional (satuan kerja).
Pengendalian intern pada tingkat operasional diselenggarakan pada lingkungan
satuan kerja, yaitu meliputi satuan kerja pada kewenangan kantor pusat.

2.5 Pengendalian

Dalam penyelenggaraan SPIP di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM,


pelaksanaannya melalui 3 (tiga) jenis pengendalian, meliputi:

1. Pengendalian Rutin
Pengendalian rutin diselenggarakan oleh pimpinan dan seluruh pegawai setiap hari.
Risiko yang perlu dikendalikan dalam penyelenggaraan pengendalian rutin antara
lain dalam aspek organisasi, aspek perencanaan, aspek pengelolaan keuangan
(pelaksanaan anggaran, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), akuntansi dan
pelaporan, serta kerugian negara), aspek kepegawaian, dan aspek kinerja,
sekurang-kurangnya meliputi seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar kelompok uraian risiko pada pengendalian rutin

No Kelompok/Uraian
. Risiko

A. Organisasi
1. Tujuan organisasi belum ditetapkan secara spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis dan ada batas waktu
2. Pegawai tidak mengetahui dan memahami tujuan organisasi
3. Satuan kerja belum sepenuhnya memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang formal untuk keseluruhan prosedur dan keseluruhan kegiatan
4. SOP yang ada tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati
5. SOP ada tetapi belum berbasis risiko
6. Ada pemisahan tugas dan fungsi tetapi tidak berjalan secara optimal atau
terjadi tumpang tindih

B. Perencanaan
1. Perencanaan/penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA) belum
melibatkan pihak yang berkompeten (aspek teknis pekerjaan/kinerja dan aspek
keuangan)
2. Perencanaan barang/aset melebihi dari kebutuhan yang seharusnya dan belum
didasarkan pada asas kebutuhan
3. Perencanaan barang/aset belum mempertimbangkan risiko pada tahap
pemanfaatan
4. Perencanaan belum mempertimbangkan kapasitas satuan kerja (kuantitas dan
kompetensi SDM)
5. Perencanaan belum mempertimbangkan risiko dan belum menetapkan
rencana pengendalian dalam pencapaian tujuan kebijakan dan
aktivitas/kegiatan untuk kegiatan yang seharusnya memerlukan pengendalian
dengan pendekatan manajemen risiko
6. Kurangnya keterpaduan, konsistensi, dan sinkronisasi antara perencanaan
kinerja dan anggaran
7. Terdapat usulan kegiatan yang sama dengan tugas dan fungsi instansi lain,
dan/atau tumpang
tindih dengan tugas dan fungsi instansi lain
8. Terdapat kesalahan dalam perlakuan dan pengakuan keuangan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

C. Pelaksanaan Anggaran
1. Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti tidak lengkap/tidak valid/tidak
sesuai ketentuan)
2. Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak atau penetapan anggaran
3. Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai ketentuan (tidak menimbulkan
kerugian negara)
4. Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan
5. Pelaksanaan lelang secara proforma
6. Penyetoran penerimaan negara/daerah atau kas di bendaharawan ke
Kas negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan

No. Kelompok/Uraian
Risiko
7. Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi
batas waktu yang ditentukan
8. Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir tahun anggaran
belum/tidak disetor ke kas negara/daerah
9. Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah
10. Pengalihan/revisi anggaran tidak sesuai ketentuan
11. Kesalahan pembebanan anggaran dan pelampauan terhadap pagu anggaran
12. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)
13. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban
anggaran
14. Pelaksanaan pemisahan tugas dan fungsi pelaksanaan pertanggungjawaban
anggaran tidak/kurang memadai
15. Penggunaan anggaran tidak tepat sasaran/tidak sesuai peruntukan

D. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)


1. Penerimaan negara atau denda keterlambatan pekerjaan belum/tidak
ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas negara
2. Penggunaan langsung terhadap penerimaan negara
3. Penerimaan negara diterima atau digunakan oleh instansi yang tidak berhak
4. Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan
5 Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan, serta penggunaan
Penerimaan negara tidak sesuai ketentuan
E. Akuntansi dan Pelaporan
1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat
2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan
3 Entitas terlambat menyampaikan laporan
4 Pelaporan tidak/belum mengacu pada kaidah-kaidah yang berlaku
5 Pelaporan belum didukung SDM yang memadai
6 Perhitungan penyusutan tidak sesuai ketentuan
7 Pengelolaan BMN termasuk persediaan belum dilakukan secara memadai

F. Kerugian Negara
1 Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif
2 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan

No Kelompok/Uraian
. Risiko
3 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
4 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang
5 Pemahalan harga (Mark up)
6 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi
7 Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau
melebihi standar yang ditetapkan
8 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak
9 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan
10 Penjualan/pertukaran/penghapusan asset Negara tidak sesuai ketentuan dan
merugikan Negara
11 Penyetoran penerimaan negara dengan bukti fiktif
12 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan barang/jasa tetapi pekerjaan belum
dilakukan sebagian atau seluruhnya
13 Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil
pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan
14 Aset dikuasai pihak lain
15 Pembelian aset yang berstatus sengketa
16 Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan
aset kepada Negara
17 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang
belum selesai

G. Kepegawaian
1 Pegawai yang ada belum seluruhnya menaati jam kerja
2 Dalam menjalankan tugas dan fungsi, terdapat pegawai yang tidak sesuai
dengan kompetensinya
3 Instansi belum mempunyai rencana pengembangan pegawai
4 Terdapat pegawai yang tidak memenuhi kewajiban dan melanggar larangan
tetapi belum dijatuhi hukuman disiplin
5 Terdapat pegawai yang belum menjalankan tugas dan fungsinya

H. Kinerja
1 Terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi instansi
2 Terdapat kegiatan belum dilaksanakan dan melewati batas waktu yang telah
ditetapkan
3 Terdapat kegiatan sudah dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan jadwal
tahapan yang telah
ditetapkan
4 Terdapat kegiatan yang tidak dapat mencapai target kinerja yang ditetapkan
5 Terdapat kegiatan, dalam pelaksanaannya menyimpang sehingga
kemungkinan mengakibatkan tujuan tidak dapat dicapai
2. Pengendalian Berkala
Pengendalian berkala merupakan sarana penyampaian informasi aktual mengenai
kondisi beberapa aktivitas/kegiatan kepada Pimpinan Unit Eselon I dan Kepala
Satuan Kerja sebagai bahan dalam pengambilan keputusan guna kegiatan
pengendalian. Daftar Formulir Pengendalian Berkala dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Formulir Pengendalian Berkala


No Kode Nama Formulir Tingkat
1. Formulir: Pengendalian Kapasitas Satker/U-Esl.
SPI- SDM SDM Pengelola Keuangan I
2. Formulir: Pengendalian Penyusunan Anggaran Satker/U-Esl.
SPI-ANG I
3. Formulir: SPI-PBJ Pengendalian Pengadaan Satker/U-Esl.
Barang/Jasa I
4. Formulir: Pengendalian Barang Milik Negara Satker/U-Esl.
SPI-BMN I
5. Formulir: SPI-KN Pengendalian Penyelesaian Satker/U-Esl.
Kerugian Negara I
6. Formulir: SPI-PA Pengendalian Penyerapan Anggaran Satker/U-Esl.
I
3. Pengendalian Kapasitas SDM Pengelola Keuangan
Pengendalian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas SDM
pengelola keuangan sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui kesenjangan
atau kelemahan dan selanjutnya diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi instansi yang
bersangkutan. Secara berjenjang, informasi terkait kapasitas SDM pengelola
keuangan di tingkat unit eselon I, Pimpinan Unit Eselon I wajib mengetahui dan
selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.
a. Pengendalian Penyusunan Anggaran
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan jaminan dan kepastian bahwa
komponen yang diusulkan, dari aspek keuangan telah sesuai dengan kaidah-
kidah keuangan yang berlaku. Pimpinan Unit Eselon I dan Kepala Satuan Kerja
bertanggung jawab terhadap kebenaran usulan anggaran di lingkungannya
dari kaidah-kaidah keuangan yang berlaku.
b. Pengendalian Pengadaan Barang/Jasa
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang rencana dan
pelaksanaan serta hambatan-hambatan proses pengadaan barang/jasa

sehingga kepala satuan kerja dapat mengetahui proses pengadaan


barang/jasa yang mempunyai permasalahan selanjutnya diwajibkan
melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan
sifat dari tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. Secara berjenjang,
informasi terkait pengadaan barang/jasa yang mempunyai permasalahan di
tingkat unit eselon I, Pimpinan Unit Eselon I wajib mengetahui dan selanjutnya
menetapkan kegiatan pengendalian.
c. Pengendalian Barang Milik Negara (BMN)
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pengelolaan
BMN yang mempunyai permasalahan sehingga kepala satuan kerja dapat
mengetahui BMN yang mempunyai permasalahan. Selanjutnya, kepala satuan
kerja diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Kanwil Kementerian Hukum dan
HAM Jambi. Secara berjenjang, terkait dengan informasi BMN yang
mempunyai masalah di tingkat unit eselon I, maka Pimpinan Unit Eselon I wajib
mengetahui dan selanjutnya menetapkan kegiatan pengendalian.
d. Pengendalian Penyelesaian Kerugian Negara (KN)
Pengendalian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang penyelesaian
kerugian negara dan indikasi kerugian negara sehingga kepala satuan kerja
dapat mengetahui perkembangan proses penyelesaian kerugian negara
maupun adanya indikasi kerugian negara dan hambatannya jika ada.
Selanjutnya kepala satuan kerja diwajibkan melakukan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jambi. Secara berjenjang, terkait dengan
informasi penyelesaian kerugian negara dan indikasi kerugian negara di tingkat
unit eselon I, Pimpinan Unit Eselon I wajib mengetahui dan selanjutnya
menetapkan kegiatan pengendalian.
4. Pengendalian dengan Pendekatan manajemen risiko
Pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan pengendalian yang lebih
memadai dengan pendekatan manajemen risiko untuk mencapai tujuan suatu
aktivitas/kegiatan apabila kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang diperkirakan tidak
cukup hanya dengan pengendalian rutin. maka untuk mencapai tujuan suatu
aktivitas/kegiatan tersebut pimpinan satuan kerja sebagai pemilik risiko melakukan
pengendalian yang lebih memadai dengan pendekatan manajemen risiko.
a. Kategori Rencana Kebijakan dan Aktivitas/Kegiatan yang Perlu Dilakukan
Pengendalian dengan Pendekatan Manajemen Risiko
1) Kebijakan
Rencana kebijakan yang perlu dilakukan pengendalian dengan pendekatan
manajemen risiko:
a) Kebijakan yang kemungkinan akan berimplikasi pada timbulnya anggaran
atau berpengaruh terhadap perubahan struktur anggaran;
b) Kebijakan yang akan berimplikasi pada munculnya aktivitas/kegiatan
baru;
c) Kebijakan yang akan berimplikasi pada perubahan tujuan organisasional
maupun operasional;
d) Kebijakan yang akan berimplikasi pada perubahan struktur organisasi;
dan
e) Kebijakan yang dalam pelaksanaannya akan melibatkan organisasi,
instansi dan pihak lain di luar kementerian.
2) Aktivitas/kegiatan
Rencana aktivitas/kegiatan yang perlu dilakukan pengendalian dengan
pendekatan manajemen risiko:
a) Mempunyai alokasi anggaran relatif besar sehingga jika terjadi kesalahan,
kelemahan atau penyimpangan akan berakibat dan berdampak negatif
secara material terhadap akuntabilitas keuangan dan kinerja;
b) Khusus untuk pengadaan barang/jasa, kemungkinan mempunyai tingkat
kegagalan tinggi dalam mencapai tujuan dan pemanfaatan yang
disebabkan adanya keterbatasan waktu sejak dari konsultansi
perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan serah terima
pekerjaan;
dalam pelaksanaannya sangat bergantung/dipengaruhi oleh :
(1) kondisi alam/cuaca (angin, gelombang laut, hujan, dll) dan lingkungan
masyarakat setempat;
(2) Aksesbilitas/keterjangkauan lokasi pelaksanaan aktivitas/ kegiatan
dengan satuan kerja penyelenggara;
(3) Aksesbilitas/keterjangkauan lokasi pelaksanaan aktivitas/ kegiatan
dalam mobilitas peralatan/mesin, bahan baku dan SDM;
(4) Adanya keterbatasan persediaan bahan baku/barang di dalam negeri
dan sangat bergantung dengan suplai dari luar negeri sebagai input
untuk aktivitas/kegiatan; dan
(5) Pengadaan barang/jasa yang menurut pertimbangan pimpinan satuan
kerja diperlukan pengendalian yang lebih memadai dengan
pendekatan manajemen risiko.
c) Mempunyai tingkat Kompleksitas yang relatif tinggi, yaitu dalam
pelaksanaannya harus mendapatkan input dan, atau harus melibatkan
satker atau unit lain, baik dari dalam maupun luar kementerian begitu pula
dalam pemanfaatannya.

b. Penilaian Risiko
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Pasal 13 ayat (1) bahwa Pimpinan Instansi
Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Pada Pasal 18 ayat (1) bahwa
pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan, dan ayat (2) huruf b bahwa kegiatan pengendalian
harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko.
Dari uraian Pasal 13 dan Pasal 18 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pelaksanaan kegiatan pengendalian tidak dapat dilepaskan dari adanya risiko dan
adanya kewajiban pimpinan untuk mengendalikan risiko dalam suatu instansi.
Untuk mengetahui adanya risiko dalam suatu instansi yang berasal dari kegiatan
dan aktivitas maka diperlukan adanya penilaian risiko.
Salah satu titik tolak dalam kegiatan pengendalian adalah penilaian risiko,
sehingga penilaian risiko menjadi tahapan yang penting bagi pimpinan instansi
pemerintah untuk menjalankan pengendalian dalam rangka mencapai suatu tujuan
instansi. Berkaitan dengan hal tersebut, Pimpinan Kanwil Kementerian Hukum
dan HAM Jambi perlu merumuskan pendekatan manajemen risiko, yaitu suatu
prosestata kelola pengendalian risiko yang terencana, proaktif, dan berkelanjutan
yang meliputi penilaian risiko, kegiatan pengendalian, pemantauan, dan
pelaporan pengendalian risiko, termasuk berbagai strategi yang dijalankan untuk
mengelola risiko dan mengurangi dampaknya. Dengan demikian, tujuan
Kementerian Kealutan dan Perikanan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
c. Tahapan Penilaian Risiko
Penilaian risiko dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Pasal 13 sampai
dengan Pasal 17. Dalam pelaksanaan penilaian risiko menggunakan pendekatan
penilaian mandiri (control self assessment/CSA) dengan tahapan yang terdiri dari:
1) Menetapkan rencana kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan disusun
rencana pengendaliannya sebagai obyek penilaian risiko, membuat FGD yang
terdiri dari seluruh pegawai, pimpinan, dan pihak terkait, yang memahami atau
akan terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan
menjadi obyek penilaian risiko;
2) Menyiapkan SOP atau menyusun bagan arus (flowchart) proses bisnis dari
kebijakan dan aktivitas/kegiatan yang akan menjadi obyek penilaian risiko;
3) Penetapan tujuan yang jelas dan konsisten (spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu), baik untuk tujuan kebijakan dan aktivitas/kegiatan
maupun obyek penilaian risiko;
4) Peserta FGD berdiskusi untuk menetapkan risiko-risiko yang dihadapi dan
menguraikan sebab-sebab timbulnya risiko;
5) Peserta FGD melakukan analisis risiko untuk menentukan dampak dari risiko
secara konkret terhadap pencapaian tujuan;
6) Peserta FGD melakukan identifikasi risiko untuk mengetahui dan mengenali
sumber dari risiko secara konkret, baik dari internal maupun eksternal Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jambi.
7) Risiko-risiko yang telah ditetapkan, selanjutnya peserta FGD menetapkan
sifatnya yaitu masih dapat dikendalikan (Controlable) atau relatif tidak dapat
dikendalikan (Uncontrolable) oleh manajemen, diutamakan risiko pada
kegiatan yang dapat dikendalikan (controlable) oleh satuan kerja.
8) Dari risiko-risiko yang telah ada, peserta FGD menetapkan rencana
pelaksanaan pengendalian, apakah dapat dilakukan dengan rencana
preventif (masih di bawah dan dalam rentang kendali manajemen) atau hanya
dengan rencana kontigensi (suatu keadaan belum tentu, karena di luar
rentang kendali manajemen);
9) Selanjutnya setiap peserta FGD memberikan persepsi secara kuantitas untuk
mengukur kemungkinan terjadinya risiko (jarang terjadi, kemungkinan kecil
terjadi, kemungkinan sedang terjadi, kemungkinan besar terjadi dan hampir
pasti terjadi) dan dampak yang ditimbulkan risiko (tidak signifikan, kecil,
sedang, besar dan sangat besar/katastropik) terhadap tujuan jika suatu risiko
terjadi;
10) Peserta FGD menetapkan secara konkret bentuk kegiatan-kegiatan
pengendalian yang bertujuan untuk meminimalisasi risiko serta untuk
mengurangi dampak dari risiko terhadap pencapaian tujuan;
11) Selanjutnya peserta FGD menetapkan rencana waktu kegiatan pengendalian;
12) peserta FGD memberikan persepsi secara kuantitatif ada/atau tidak adanya
risiko yang akan tersisa (risiko residual) kemungkinan dan dampak yang
terjadi terhadap tujuan setelah dilakukan kegiatan pengendalian.

Dalam pelaksanaan penilaian risiko, dibutuhkan fasilitator yang akan


mengorganisasikan pelaksanaan diskusi dan membantu menggali informasi
sebanyak mungkin yang berguna untuk menetapkan risiko dan rencana kegiatan
pengendalian risiko yang memadai.

d. Formulir Penilaian Risiko


Dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian, diperlukan dokumentasi yang
baik atas SPI. Rencana kegiatan pengendalian yang telah diuraikan dalam
formulir dan ditetapkan dari hasil pelaksanaan penilaian risiko akan digunakan
untuk penyelenggaraan manajemen risiko. Media untuk dokumentasi adalah
formulir penilaian risiko.
Kriteria ukuran Kemungkinan/Probabilitas/Likelihood tersebut adalah seperti
pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko

Level Keterjadian Penjelasan

Mungkin terjadi hanya pada kondisi tidak normal; Probabilitas 0% < X ≤


1 Jarang Terjadi 20%.

Mungkin terjadi pada beberapa waktu;


2 Kemungkinan Kecil Terjadi
Probabilitas 20% < X ≤ 40%.

Dapat terjadi pada beberapa waktu;


3 Kemungkinan Terjadi
Probabilitas 40% < X ≤ 60%

Akan mungkin terjadi pada banyak keadaan; Probabilitas 60% < X ≤ 80%
4 Kemungkinan Besar Terjadi

Dapat terjadi pada banyak keadaan;


5 Hampir Pasti Terjadi
Probabilitas 80% < X < 100%)

Kriteria ukuran Dampak dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut

Tabel 4. Kriteria ukuran dampak risiko

Aspek
Level Dampak
Kinerja Keuangan

1 Tidak Signifikan Tidak berdampak pada pencapaian Kerugian keuangan


tujuan secara umum. Dapat kecil
ditangani dengan pengendalian
rutin
2 Kecil Mengganggu pencapaian tujuan Kerugian keuangan
meskipun tidak signifikan sedang
3 Sedang Mengganggu pencapaian tujuan Kerugian keuangan
secara signifikan cukup besar
4 Besar Tujuan tercapai sebagian Kerugian keuangan
besar
5 Sangat Tinggi/ Tujuan gagal dicapai Kerugian keuangan
Katastropik sangat besar

Sedangkan peta resiko dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Peta Resiko

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGENDALIAN

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi telah melaksanakan


kegiatan pendalian melalui reviu atas kinerja baik di kantor wilayah dan satuan kerja di
dalam lingkungan Kementerian Hukum dan Ham Jambi, yang merupakan bagian dari
suatu sistem manajemen berbasis kinerja, sehingga dalam melaksanakan tugas dan
fungsi dapat berjalan secara efektif.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam penerapan sub unsur reviu atas
kinerja instansi pemerintah terdiri dari :
1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang ditujukan untuk
memberikan pemahaman atau kesadaran yang lebih baik serta pemetaan
kebutuhanpenerapan.
2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas hasil pemetaan, yang
meliputi pembangunan infrastruktur dan internalisasi, serta upaya pengembangan
yangberkelanjutan.
3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap penyususnan pelaporankegiatan pada saat
kegiatan telah selesai. Pelaporan kegiatan dapat juga di gunakan sebagai bahan
evaluasi.
Berikut ini merupakan langkah-langkah nyata yang perlu dilaksanakan dalam
rangka penyelenggaraan reviu kinerja instansi pemerintah di setiap tahapan.

3.1. Tahap Persiapan

Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan pelaksanaan


penyelenggaraan SPIP di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi.
Berdasarkan peraturan penyelenggaraan SPIP, selanjutnya membuat rencana
penyelenggaraan yang antara lain memuat:
 Jadwal pelaksanaankegiatan;
Setiap akan melaksanakan kegiatan, pemimpin kegiatan selalu membuat
jadwal pelaksanaan kegiatan guna tertibnya pelaksanaan kegiatan tersebut.
 waktu yangdibutuhkan;
Setiap akan melaksanakan kegiatan, pemimpin kegiatan selalu menetapkan
waktu yang dibutuhkan dan di sesuaikan dengan agaran yang tersedia di DIPA.
 dana yang dibutuhkan;
Setiap akan melaksanakan kegiatan, pemimpin kegiatan selalu membuat
Rencana Anggaran kegiatan guna mengetahui kebutuhan anggaran yang di
sesuaikan dengan peruntukannya.
 pihak-pihak yangterlibat.
Setiap akan melaksanakan kegiatan, pemimpin kegiatan selalu membuat Surat
Keputusan tentang kepanitiaan, moderator, narasumber dan peserta guna
tertibnya pelaksanaan kegiatan tersebut. (surat terlampir)

Berdasarkan hal-hal tersebutdi atas, satuan tugas SPIP Kantor Wilayah


Kementerian Hukum dan HAM Jambi melakukan survei dalam rangka
menyiapkan penerapan manajemen berbasis kinerja pada instansi pemerintah.

3.2. Pemahaman (Knowing)


Tahap pemahaman sangat penting dalam menerapkan suatu reviu atas
kinerja instansi pemerintah sebagai bagian dari suatu program manajemen berbasis
kinerja. Dalam tahap pemahaman ini, terdapat dua hal yang perlu menjadi perhatian,
yaitu :

a. Komitmen
Semua orang yang terlibat dalam pelaksana kegiatan dan proses reviu atas
kinerja instansi pemerintah, khususnya yang berada pada tingkat pimpinan perlu
mempunyai komitmen terhadap manajemen berbasis kinerja. Tingkat komitmen
terhadap manajemen berbasis kinerja akan menentukan tingkat sukses dari
kegiatan reviu atas kinerja instansi pemerintah. Komitmen juga harus terus
dijaga, karena memudarnya komitmen akan menggagalkan kegiatan yang sudah
direncanakan.

b. Keterlibatan
Reviu atas kinerja instansi pemerintah, harus melibatkan seluruh
pemangku kepentingan dalam organisasi, meliputi pejabat, para pegawai, dan
pemakaihasil reviu lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui mengenai apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau diperlukan para pemangku kepentingan
(termasuk pemimpin kegiatan).
Satuan Tugas SPIP Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi
harus dapat merancang proses pemberian pemahaman yang efektif kepada
seluruh pemangku kepentingan dalam organisasi. Materi yang disampaikan
untuk meningkatkan pemahaman mereka dirancang sedemikian sehingga
meningkatkan pemahaman akan pentingnya reviu kinerja. Materi yang diberikan
terkait dengan manajemen berbasis kinerja, yakni suatu pendekatan secara
sistematik untuk meningkatkan kinerja melalui proses berkelanjutan, terdiri dari:
1) Mendefinisikan misi organisasi dan tujuanstrategis;
2) Menetapkan suatu sistem pengukuran kinerja yang terintegrasi;
3) Menetapkan akuntabilitaskinerja;
4) Menetapkan suatu proses/sistem untuk mengumpulkan datakinerja;
5) Menetapkan suatu proses/sistem untuk menganalisis, mereviu, dan
melaporkan data kinerja;dan
6) Menetapkan proses/sistem untuk menggunakan informasi kinerja dalam
rangka meningkatkan kinerjaorganisasi.
Pemberian pemahaman dapat dilakukan melalui berbagai media,
antaralain:
a. Sosialisasi, Kantor Wilayah telah melakukan sosialisasi menggunakan media
komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka, seperti ceramah, yang
dilaksanakan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi dengan
Perwakilan BPKP Provinsi Jambi (dikume terlampir).
b. Website, memiliki cakupan yang lebih luas dengan tujuan agar dapat dipahami
lebih luas baik, oleh pimpinan maupun setiappegawai. Pemilihan media
tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya tidak semua
wewenang dan tanggung jawab yang didelegasikan perlu diketahui oleh pihak
lain secara luas. Jika informasi tersebut hanya untuk diketahui oleh pihak
internal, tidak perlu menggunakan website, tetapi cukup menggunakan
jaringan internal instansi.

3.3. Pemetaan (Mapping)


Kantor Wilayah telah melakukan pemetaan yang diperlukan dalam rangka
mengetahui sejauhmana pemahaman pemangku kepentingan terhadap reviu atas
kinerja, dan menganalisis kesiapan sumber daya organisasi dalam menerapkan reviu
atas kinerja. Pemetaan dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Masukan (Input) dari organisasi dansumbernya;
b. Keluaran (Output)/produk dan jasa layananorganisasi;
c. Hasil (Outcome) untuk masing-masingkegiatan;
d. Fungsi pendukung yang penting dalam pelaksanaan reviu atas kinerja
instansipemerintah.
Selain itu, dilakukan pemetaan atas keberadaan dan implementasi dari
kebijakan dan prosedur terkait reviu kinerja. Hal-hal yang harus diketahui dari
pemetaan adalah sebagai berikut :
a. Reviu kinerja telah memiliki peraturan yangmelandasinya;
b. Peraturan/kebijakan yang ada tersebut telah sesuai dengan ketentuan di
atasnya, yang mengatur pelaksanaan reviu kinerja
c. Peraturan/kebijakan tersebut telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Standard
Operating Procedures (SOP) atau pedoman untuk dapat melaksanakan
peraturantersebut;
d. SOP atau pedoman dimaksud telah sesuai dengan peraturan yang ada dan atau
yang akandibangun;
e. SOP atau pedoman pelaksanaan kegiatan atau bagian dari kegiatan tersebut
telah dilaksanakan/diterapkan dan didokumentasikan denganbaik.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi telah melakukan
pemetaan masalah, Hasil pemetaan adalah berupa gap antara kondisi ideal
organisasi untuk dapat melakukan reviu atas kinerja dengan baik dan kondisi
organisasi sekarang. Dengan mengetahui gap, maka akan dapat dianalisis risiko
yang akan dihadapi oleh organisasi, sehingga dapat direncanakan langkah-langkah
untuk membangun kebijakan dan prosedur, serta infrastruktur lainnya dalam rangka
mengurangi risiko organisasi terhadap kegiatan reviu atas kinerja Kantor Wilayah.

Berdasarkan hasil pemetaan, pemahaman akan permasalahan diketahui, oleh


karena itu penanganannya ada skala prioritas, permasalahan mana yang akan
didahuli. Adapun dari hasil pemetaan permasalahan dan infrastruktur, akan diketahui
hal-hal yang perlu diperbaiki dan dibangun (area of improvement).
3.4. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu: membangun


infrastruktur (kebijakan dan prosedur serta pedoman) berdasarkan hasil pemetaan,
kemudian menginternalisasikan atau menerapkan kebijakan yang telah dibangun
ataupun disempurnakan tersebut. Setelah internalisasi atau penerapan ini berjalan
perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan terus menerus terhadap
pendokumentasian yang baik agar sesuai dengan tujuan pengendalian intern yang
diinginkan.

3.4.1. Membangun Infrastruktur (Norming)


Berdasarkan hasil dari evaluasi Satgas SPIP tentang pemahaman
masih kurang, oleh karena itu di butuhkan pendidikan dan pelatihan yang
untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih teknis untuk
pelaksanaan kegiatan.
Pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan berbeda sesuai dengan
tingkat keterlibatan pejabat/pegawai yang menerima latihan. Keahlian
pengukuran dan analisis merupakan kebutuhan utama bagi pejabat/pegawai
yang melakukan reviu. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan di bidang
teknik pengukuran dan analisis, yang materinya memuat mengenai instrumen
statistik, teknik manajemen dan etika..
Satuan Tugas SPIP Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Jambi, perlu membuat model pengembangan manajemen berbasis kinerja
karena reviu atas kinerja merupakan bagian dari manajemen berbasis kinerja.
Membangun proses untuk menganalisis, mereviu, dan melaporkan
data kinerja. Tujuan dari analisis dan reviu data adalah untuk mengubah data
mentah menjadi informasi dan pengetahuan mengenai kinerja. Data yang
telah dikumpulkan diproses dan diikhtisarkan sehingga organisasi
terinformasikan mengenai hal yang sedang terjadi, mengapa berbeda dengan
yang diharapkan, dan tindakan korektif yang diperlukan. Model dari analisis
data terdiri dari empat komponen:

a) Merumuskan secara jelas pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab;


b) Mengumpulkan serta mengorganisasikan data dan fakta terkait dengan
pertanyaantersebut;
c) Menganalisis data untuk menentukan jawaban berdasarkan fakta terhadap
pertanyaan-pertanyaan; dan
d) Menyajikan data dengan cara yang jelas dalam
mengkomunikasikanjawabanterhadap pertanyaan-pertanyaan diatas.

Untuk dapat membangun akuntabilitas kinerja dengan baik, diperlukan


suatu kerangka kerja terkait dengan individu atau organisasi yang memeroleh
kewenangan atau mendelegasikan tanggung jawabnya. Kerangka kerja ini
dibuat dalam bentuk siklus, mulai dari adanya suatu rencana, melaksanakan
rencana, mengukur, dan melaporkan hasil-hasil yang dicapai dibandingkan
dengan rencana yang dibuat. Penerima laporan memberikan umpan balik,
kemudian siklus mulai dari awal lagi.

Kepala Kantor Wilayah dan para Kepala Divisi telah melakukan kegiatan
pengendalian di dalam lingkungan Kantor Wilyah Kementerian Hukum dan
HAM Jambi, guna melihat sejaumana pelaksanaan tugas dan fungsi
dilaksanakan dan sekaligus melakukan pembinaan (dokumen terlampir).

3.4.2. Internalisasi (Forming)

Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk mewujudkan infrastruktur


menjadi bagian dari kegiatan operasional sehari-hari. Perwujudan dapat
tercermin dalam konteks seberapa jauh proses internalisasi memengaruhi
pimpinan instansi pemerintah mengambil keputusan dan memengaruhi
perilaku para pegawai dalam melaksanakan kegiatan.
Kegiatan internalisasi dalam sub unsur ini bertujuan membangun kesadaran:

a. Kepala Kantor Wilayah dan Pada Kepala Divisi ikut terlibat dan mereviu
penyusunan rencana strategis serta rencana kerja tahunan;
b. Kepala Kantor Wilayah dan Pada Kepala Divisi ikut terlibat dan mereviu
pengukuran serta pelaporan hasil yangdicapai;
c. Kepala Kantor Wilayah dan Pada Kepala Divisi secara berkala mereviu
kinerja dibandingkan denganrencana;
d. Kepala Kantor Wilayah dan Pada Kepala Divisi memantau pencapaian
target dan tindak lanjut dari adanya inisiatifsignifikan;
e. Kepala Kantor Wilayah dan Pada Kepala Divisi pada setiap tingkatan
kegiatan mereviu laporan kinerja, menganalisis kecenderungan, dan
mengukurhasil;
f. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional
mereviu, serta membandingkan dengan target, anggaran, prakiraan, dan
kinerja periode yanglalu;
g. Pejabat pengelola keuangan dan pejabat pelaksana tugas operasional
mereviu, serta membandingkan kinerja keuangan, anggaran, dan
operasional dengan hasil yang direncanakan ataudiharapkan;
h. Kegiatan pengendalian yang tepat telah dilaksanakan, antara lain seperti
rekonsiliasi dan pengecekan ketepatan informasi.

3.4.3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)


Pengembangan berkelanjutan dilakukan melalui evaluasi dan
pemantauandengan:
a. Memanfaatkan informasi kinerja untuk perbaikan kinerja organisasi;
b. Membandingkan dengan kinerja organisasi lain (Benchmarking);
c. Perbaikan proses reviu atas kinerja instansi pemerintah. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam evaluasi antara lain:
a. Setiap langkah-langkah persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi perlu
didokumentasikan agar mudah dilakukan dalam penelusuran kembali.
b.
c. Setiap langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan perlu dipantau atau
memiliki mekanisme yang memiliki pemantauan (built-inmonitoring).
d. Dilakukan evaluasi/assessment terhadap efektivitas penerapan SPI
secaraberkala.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi diperoleh area-areayang perlu


perbaikan sebagai umpan balik untuk mengembangkan dan meningkatkan
sistem secara lebih lanjut.

Kegiatan Pengendalian yang dilakukan oleh Kepala kantor Wilayah


Kementerian Hukum dan HAM Jambi ke Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi diantaranya :

NO KEGIATAN PELAKSANAAN
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Divisi Pada hari Selasa
KeimigrasianKementerian Hukum dan HAM Tanggal 02 April
Jambimelaksanakan kegiatan pengendalian di Lapas 2019
Kelas IIB Kuala Tungkal.
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Divisi Pada hari Selasa
Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM Jambi tanggal02 April
melaksanakan kegiatan pengendalian di Kantor 2019
Imigrasi Kelas I TPI Jambi.
Kepala Kantor Wilayah, Divisi Administrasi dan Pada tanggal 04
Kepala Divisi Pemasyarakatan Jambi melaksanakan April 2019
kegiatan pengendalian di Balai Pemasyarakata
Jambi
Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Divisi Pada hariKamis
Administrasi melaksanakankegiatan pengendalian tanggal 11 April
diLembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Kelas IIB 2019
Muara Bulian dan Lembaga Pemasyarakatan
Perempuan Kelas IIB Jambi.

Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Divisi Pada hariKamis


Administrasi melaksanakan kegiatan pengendalian di tanggal 11 April
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Muara Bulian. 2019

Kepala Kantor Wilayah Jambi melaksanakan Pada tanggal 06


kegiatan pengendalian di Lembaga Pemasyarakatan Mei 2019
Kelas IIB Kuala Tungkal
Kepala Kantor Wilayah, Kepala Divisi Pada tanggal15
Administrasi dan Kepala Divisi Pelayanan Mei 2019
Hukum dan HAM, melaksanakan kegiatan
pengendalian diLembaga Pembinaan Khusus Anak
Kelas IIB Muara Bulian.
Kepala Kantor Wilayah, Divisi Pada hari Kamis
Pemasyarakatan dan Kepala Divisi Pelayanan tanggal 16 juni
Hukum dan HAM melaksanakan kegiatan 2019
pengendalian diLembaga Pemasyarakata Khusus
Narkotika Muara Sabak.
Kepala Kantor Wilayah, Kepala Divisi Pelayanan Pada hariRabu
Hukum dan HAM melaksanakan kegiatan tanggal 12 Juni
pengendalian diKantor Imigrasi Kelas III Non TPI 2019
Kerinci.
Kepala Kantor Wilayah Dan Kepala Divisi Pelayanan Pada hari Kamis
Hukum dan HAM melaksanakan kegiatan tanggal 13 Juni
pengendalian diLembaga Pemasyarakatan Kelas IIB 2019
Bangko.

Kepala Kantor Wilayah Dan Kepala Divisi Pada hari Rabu


Pemasyarakatan Melaksanakan Kegiatan tanggal 12 Juni
Pengendalian diRumah Tahanan Negara Sungai 2019
Penuh.
Kepala Kantor Wilayah, Kepala Divisi Pelayanan Pada hari Kamis
Hukum, Kepala Bidang Pelayanan Hukum dan tanggal 13 Juni
Kepala Bidang Hukum Kementerian Hukum dan 2019
HAM Jambi melaksanakan kegiatan pengendaliandi
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Bangko.
Kepala Kantor Wilayah Dan Divisi Pelayanan Hukum Pada hari Kamis
dan HAM Kementerian Hukum dan HAM Jambi tanggal 13 Juni
melaksanakan kegiatan pengendalian di Lembaga 2019
Pemasyarakatan Kelas IIB Muara Tebo.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Pada hari Jumat
HAM Jambi melaksanakan kegiatan pengendalian di tanggal 14 Juni
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Muara Bungo. 2019

3.5. Hambatan dan Kendala


Hambatan dan Kendala Dalam Penyelenggaraan SPIP pada Satuan Kerja di
Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi antara lain:
1. Belum maksimalnya anggota Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dalam menjalankan tugasnya dikarenakan kesibukannya dalam
melaksanakan tusinya sehari-hari.
2. Anggota Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) belum
sepenuhnya memahami tugasnya sebagai Anggota Satuan Tugas Sistem
Penyelenggaraan Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
3. Belum adanya Pendidikan dan Pelatihan yang komprehensif terkait dengan
Penyelenggaraan SPIP.
4. Kurangnya sosialisasi dari Tingkat Pusat dalam hal pembuatan laporan SPIP;
5. Masih sulitnya mengimplementasikan SPIP dalam pelaksanaan Tugas dan Fungsi
atas pengendalian resiko dan kegagalan/adanya penyimpangan yang disebabkan
kurangnya pemahaman dalam proses pelaksanaan SPIP.
6. Belum maksimalnya peran dan pemahaman SATGAS SPIP di lingkungan Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi ManusiaJambi dan SATGAS SPIP di
UPT.

F. Rencana Tindak lanjut Tahun 2020


Atas capaian tersebut, rencana tindak lanjut Tahun 2019 adalah:
a. Menyelenggarakan rapat koordinasi dan implementasi tentang SPIP;
b. Melaksanakan pengendalian intern pemerintah pada Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tahun
2019;
c. Ditingkatkannya koordinasi dengan Perwakilan BPKP Provensi Jambi;
d. Melaksanakan dan menyempurnakan hal-hal terkait SPIP yang telah
direncanakan sehingga semua target terpenuhi 100 %.
e. Menyusun Laporan Penyelenggaraan SPIP Triwulan IV Tahun 2019 dan
Tahunan.

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Salah satu unsur Kegiatan pengendalian dalam SPIP adalah kegiatan


pengendalian, yaitu berupa kebijakan dan prosedur yang dapat membantu
memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan instansi pemerintah untuk
mengurangi risiko yang diidentifikasi dalam proses penilaianrisiko.
Salah satu sub unsur dalam kegiatan pengendalian tersebut adalah reviu
kinerja instansi pemerintah, yaitu reviu yang harus dilaksanakan oleh pimpinan
secara berkala terhadap kebijakan, prosedur, kegiatan, program, keuangan serta
pelaporan .
Hal-hal mendasar yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi
pemerintah, yang minimal harus dipenuhi dalam menerapkan reviu kinerja instansi
pemerintah, serta tidak mengatur secara spesifik bagi instansi tertentu. Instansi
pemerintah hendaknya dapat mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang
perlu diambil sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.2. Saran
1. Resiko yang ada, harus di tindaklanjuti guna kelancaran dalam melaksanakan
tugas dan fungsi serta semua kegiatan agar dapat berjalan dengan baik;
2. Untuk Peningkatan pemahaman SPIP, Aparatur Sipil Negara harus meningkatkan
pemahaman melaklui DIKLAT SPIP agar Aparatur Sipil Negara dapat
melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik;
3. Aparatur negara harus memiliki pembaharuan/perubahan mindset ke arah yang
lebih baik.
4. Satgas SPIP harus melakukan pengembangan berkelanjutan dengan dilakukan
melalui evaluasi dan pemantauan.
5. Untuk lebih optimalnya kegiatan pengendalian maka sebaiknya dilaksanakan
secara berkala.
6. Resiko yang ada, harus di tindaklanjuti guna kelancaran dalam melaksanakan
tugas dan fungsi serta semua kegiatan agar dapat berjalan dengan baik;
7. Untuk Peningkatan pemahaman SPIP, Aparatur Sipil Negara harus meningkatkan
pemahaman melaklui DIKLAT SPIP agar Aparatur Sipil Negara dapat
melaksanakan tugas sehari-hari dengan baik;
8. Aparatur negara harus memiliki pembaharuan/perubahan mindset ke arah yang
lebih baik.
9. Satgas SPIP harus melakukan pengembangan berkelanjutan dengan dilakukan
melalui evaluasi dan pemantauan.
10. Meningkatkan Kompetensi dari Satuan Tugas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi
diantaranya dengan melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan yang komprehensif
terkait dengan Penyelenggaraan SPIP;
11. Mengakomodir Kegiatan SPIP dalam Anggaran/DIPA Satuan Kerja di Lingkungan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi.

Demikian Laporan Tahunan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jambi Tahun Anggaran 2019. Semoga laporan ini
bermanfaat untuk peningkatan pengendalian resiko dalam rangka pemenuhan Kami
Profesional, Akuntable, Sinergi, Transparan dan Inovatif.

KEPALA KANTOR WILAYAH


AGUS NUGROHO YUSUF
NIP. 19600616 198102 1 001

PENGENDALIAN RUTIN SPIP KANTOR WILAYAH


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAMBI
TAHUN ANGGARAN 2019

No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan

A. Organisasi
1. Tujuan organisasi belum ditetapkan Tujuan organisasi sudah
secara spesifik, terukur, dapat ditetapkan secara spesifik, terukur,
dicapai, realistis dan ada batas waktu dapat dicapai, realistis dan ada
batas waktu,

Data dukung : Renstra, Renja, PK,


LKj
2. Pegawai tidak mengetahui dan Pegawai sudah mengetahui dan
memahami tujuan organisasi memahami tujuan organisasi,

Data dukung : uraian tugas/ SKP


3. Satuan kerja belum sepenuhnya Satuan kerja sudah sepenuhnya
memiliki Standar Operasional memiliki SOP yang formal. SOP
Prosedur (SOP) yang formal untuk yang formal yaitu SOP Pelayanan
keseluruhan prosedur dan Rekomenadasi Hiu dan Pari,
keseluruhan kegiatan Reward and Punishment,
Pengaduan Masyarakat, dan
Pengembangan Kompetensi
Pegawai

Data dukung : SOP


4. SOP yang ada tidak berjalan secara SOP yang ada sudah berjalan
optimal atau tidak ditaati secara optimal dan ditaati

Data dukung : SOP


5. SOP ada tetapi belum berbasis SOP sudah berbasis risiko,
risiko dengan adanya penetapan
norma waktu

Data dukung : SOP


6. Ada pemisahan tugas dan fungsi Ada pemisahan tugas dan fungsi
tetapi tidak berjalan secara optimal dan berjalan secara optimal
atau terjadi tumpang tindih
Data Dukung : uraian tugas
kepala satker s.d. uraian tugas
staff, SKP

B. Perencanaan
1. Perencanaan/penyusunan rencana Perencanaan/penyusunan
kerja dan anggaran (RKA) belum rencana kerja dan anggaran RKA)
melibatkan pihak yang berkompeten sudah melibatkan pihak yang
berkompeten (aspek teknis)
No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan
(aspek teknis pekerjaan/kinerja dan pekerjaan/kinerja dan aspek
aspek keuangan) keuangan)

Data dukung: CHR Itjen

2. Perencanaan barang/aset melebihi Perencanaan barang/aset sesuai


dari kebutuhan yang seharusnya dari kebutuhan yang seharusnya
dan belum didasarkan pada asas dan sudah didasarkan pada asas
kebutuhan kebutuhan

Data dukung : RAB, TOR, RKBMN


3. Perencanaan barang/aset belum Perencanaan barang/aset sudah
mempertimbangkan risiko pada mempertimbangkan risiko pada
tahap pemanfaatan tahap pemanfaatan tetapi belum
optimal

Data dukung : Manajemen Resiko


4. Perencanaan belum Perencanaan sudah
mempertimbangkan kapasitas mempertimbangkan kapasitas
satuan kerja (kuantitas dan satuan kerja (kuantitas dan
kompetensi SDM) kompetensi SDM)

Data dukung : TOR, RAB


5. Perencanaan belum Perencanaan sudah
mempertimbangkan risiko dan belum mempertimbangkan risiko dan
menetapkan rencana pengendalian menetapkan rencana
dalam pencapaian tujuan pengendalian dalam pencapaian
kebijakan dan tujuan kebijakan dan
aktivitas/kegiatan untuk kegiatan aktivitas/kegiatan untuk kegiatan
yang seharusnya memerlukan yang seharusnya memerlukan
pengendalian dengan pendekatan pengendalian dengan pendekatan
manajemen risiko manajemen risiko

Data dukung : Manajemen Resiko


6. Kurangnya keterpaduan, Sudah menerapkan keterpaduan
konsistensi, dan sinkronisasi antara dan sinkronisasi antara
perencanaan kinerja dan anggaran perencanaan kinerja dan
anggaran, namun tidak konsisten
sehingga ada revisi RKA-KL

data dukung : TOR, RAB, rencana


kerja tahunan, RKAKL, Revisi RKA-
KL
7. Terdapat usulan kegiatan yang sama Tidak/masih terdapat usulan
dengan tugas dan fungsi instansi kegiatan yang sama dengan tugas
lain, dan/atau tumpang tindih dan fungsi instansi lain, dan/atau
No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan
dengan tugas dan fungsi instansi tumpang tindih dengan tugas dan
lain fungsi instansi lain

Data dukung : CHR RKAKL Itjen


8. Terdapat kesalahan dalam Terdapat kesalahan dalam
perlakuan dan pengakuan perlakuan dan pengakuan
keuangan dalam penyusunan keuangan dalam penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) (RKA)

Data dukung : CHR LK, CHR


RKAKL, SBM

C. Pelaksanaan Anggaran
1. Pertanggungjawaban tidak Pertanggungjawaban sudah
akuntabel (bukti tidak akuntabel (bukti tidak
lengkap/tidak valid/tidak sesuai lengkap/tidak valid/tidak sesuai
ketentuan) ketentuan)

Data dukung : LPJ Bendahara


2. Pekerjaan dilaksanakan mendahului Pekerjaan dilaksanakan sesuai
kontrak atau penetapan anggaran kontrak atau penetapan anggaran

Data dukung : dokumen kontrak,


RUP (rencana umum pengadaan)
3. Proses pengadaan barang/jasa tidak Proses pengadaan barang/jasa
sesuai ketentuan (tidak sudah sesuai ketentuan (tidak
menimbulkan menimbulkan kerugian negara)
kerugian negara)
Data dukung : e-katalog
4. Pemecahan kontrak untuk Tidak ada
menghindari pelelangan
5. Pelaksanaan lelang secara proforma Tidak ada
6. Penyetoran penerimaan Penyetoran penerimaan
negara/daerah atau kas di negara/daerah atau kas di
bendaharawan ke Kas bendaharawan ke Kas
negara/daerah melebihi batas waktu negara/daerah tidak melebihi
yang ditentukan batas waktu yang ditentukan

Data dukung : Nota Pembayaran,


SSBP
No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan
7. Pertanggungjawaban/penyetoran Pertanggungjawaban/penyetoran
uang persediaan melebihi batas uang persediaan tidak melebihi
waktu yang ditentukan batas waktu yang ditentukan

Datadukung : SPM,
SP2D, UP/TUP
8. Sisa kas di bendahara pengeluaran Sisa kas di bendahara
akhir tahun anggaran belum/tidak pengeluaran akhir tahun
disetor ke kas negara/daerah anggaran sudah
disetor ke kas negara/daerah

Data dukung : SSPB


9. Kepemilikan aset tidak/belum Kepemilikan aset sudah didukung
didukung bukti yang sah bukti yang sah

Data dukung: SK
penanggungjawab BMN, sertifikat
PSP
10 Pengalihan/revisi anggaran tidak Pengalihan/revisi anggaran sudah
. sesuai ketentuan sesuai ketentuan

Data dukung : CHR revisi RKAKL


11 Kesalahan pembebanan anggaran Tidak terdapat kesalahan
. dan pelampauan terhadap pagu pembebanan anggaran dan
anggaran pelampauan terhadap pagu
anggaran

Data dukung : Laporan Realisasi


Anggaran
12 Pelaksanaan belanja di luar Pelaksanaan belanja sesuai
. mekanisme Anggaran Pendapatan mekanisme Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) dan Belanja Negara (APBN)

Data dukung : LHP itjen, LHP BPK,


SK penetapan pejabat pengelola
anggaran, Berita acara Stock
opname, calk di LK,
13 Tidak ada pemisahan tugas dan Sudah ada pemisahan tugas dan
. fungsi pelaksanaan pertanggung fungsi pelaksanaan pertanggung
jawaban anggaran jawaban anggaran

Data dukung: SK penetapan


pejabat pengelola anggaran
14 Pelaksanaan pemisahan tugas dan Pelaksanaan pemisahan tugas
. fungsi pelaksanaan pertanggung dan fungsi pelaksanaan
jawaban anggaran tidak/kurang pertanggungjawaban anggaran
memadai sudah memadai
No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan

Data dukung: SK penetapan


pejabat pengelola anggaran
15 Penggunaan anggaran tidak tepat Penggunaan anggaran sudah
. sasaran/tidak sesuai peruntukan tepat sasaran/sudah sesuai
peruntukan

Data dukung : LHA Itjen dan LHA


BPK

D. Penerimaan Negara Bukan Pajak


(PNBP)
1. Penerimaan negara atau denda Tidak ada
keterlambatan pekerjaan belum/
tidak ditetapkan dipungut/
diterima/disetor ke kas negara

2. Penggunaan langsung terhadap Tidak ada


penerimaan negara
3. Penerimaan negara diterima atau
digunakan oleh instansi yang tidak Tidak ada
berhak
4. Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih Tidak ada
rendah dari ketentuan
5 Mekanisme pemungutan, Tidak ada
penyetoran, dan pelaporan, serta
penggunaan
Penerimaan negara tidak sesuai
ketentuan

E. Akuntansi dan Pelaporan


1 Pencatatan tidak/belum dilakukan Pencatatan dilakukan dengan
atau tidak akurat cukup akurat

Data dukung : BAR internal dan


eksternal, CHR LK Itjen
2 Proses penyusunan laporan tidak Proses penyusunan laporan
sesuai ketentuan sudah sesuai ketentuan

Data dukung : LK sesuai


PMK 177 tahun 2015
3 Entitas terlambat menyampaikan Entitas terlambat menyampaikan
laporan laporan

Data dukung : BAR e-Rekon


No Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan
4 Pelaporan tidak/belum mengacu Pelaporan sudah mengacu
pada kaidah-kaidah yang berlaku pada kaidah-kaidah yang
berlaku

Data dukung : LK sesuai PMK


177 tahun 2015, CHR LK
5 Pelaporan belum didukung SDM Pelaporan sudah didukung SDM
yang memadai yang memadai

Data dukung : SK SAI


6 Perhitungan penyusutan tidak Perhitungan penyusutan sudah
sesuai ketentuan sesuai ketentuan

Data dukung : Aplikasi simak


BMN
7 Pengelolaan BMN termasuk Pengelolaan BMN termasuk
persediaan belum dilakukan secara persediaan sudah dilakukan
memadai secara memadai

Data dukung : laporan barang


persediaan di aplikasi persediaan

F. Kerugian Negara
1 Belanja atau pengadaan Tidak ada
barang/jasa fiktif
2 Rekanan pengadaan barang/jasa Tidak ada
tidak menyelesaikan pekerjaan
3 Kekurangan volume pekerjaan Tidak ada
dan/atau barang
4 Kelebihan pembayaran selain Tidak ada
kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang
5 Pemahalan harga (Mark up) Tidak ada
6 Penggunaan uang/barang untuk Tidak ada
kepentingan pribadi
7 Pembayaran honorarium dan/atau Tidak ada
biaya perjalanan dinas ganda
dan/atau
melebihi standar yang ditetapkan
8 Spesifikasi barang/jasa yang Tidak ada.
diterima tidak sesuai dengan kontrak

9 Belanja tidak sesuai atau melebihi Tidak ada


ketentuan
o Kelompok/UraianRisiko Komentar/Catatan
10 Penjualan/pertukaran/ Tidak ada
penghapusan aset Negara tidak
sesuai ketentuan dan merugikan
Negara
11 Penyetoran penerimaan negara Tidak ada
dengan bukti fiktif
12 Kelebihan pembayaran dalam Tidak ada
pengadaan barang/jasa tetapi
pekerjaan belum dilakukan sebagian
atau seluruhnya
13 Rekanan belum melaksanakan Tidak ada
kewajiban pemeliharaan barang hasil
pengadaan yang telah rusak
selama masa pemeliharaan
14 Aset dikuasai pihak lain Tidak ada
15 Pembelian aset yang berstatus Tidak ada
sengketa
16 Pihak ketiga belum melaksanakan Tidak ada
kewajiban untuk menyerahkan aset
kepada Negara
17 Pencairan anggaran pada akhir Tidak ada
tahun anggaran untuk pekerjaan
yang
belum selesai

G. Kepegawaian
1 Pegawai yang ada belum seluruhnya Pegawai yang ada belum
menaati jam kerja seluruhnya menaati jam kerja

Data dukung : Hasil finger print


2 Dalam menjalankan tugas dan Pegawai menjalankan tugas sesuai
fungsi, terdapat pegawai yang tidak dengan kompetensinya
sesuai dengan kompetensinya
Data dukung : SKP
3 Instansi belum mempunyai rencana Instansi sudah mempunyai
pengembangan pegawai rencana pengembangan pegawai

Data dukung : usulan


pengembangan SDM
4 Terdapat pegawai yang tidak Tidak terdapat pegawai yang tidak
memenuhi kewajiban dan melanggar memenuhi kewajiban dan
larangan tetapi belum dijatuhi melanggar larangan tetapi belum
hukuman disiplin dijatuhi hukuman disiplin

Data dukung : data presensi/hasil


finger print
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga Laporan Implementasi SPIP di Lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi Triwulan IV Tahun 2019 dapat
terselesaikan dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.

Maksud dan tujuan dari pelaksanaan penerapan SPIP ini adalah agar seluruh
pegawai Kantor Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Jambi mampu mengimplementasikanSPIP. Tujuan ini
memenuhi persyaratan jika dilakukan dengan benar, SPIP akan memberikan jaminan di
seluruh organisasi pemerintahan, mulai dari pejabat di pemerintahan, akan melakukan
tugasnya dengan jujur dan sesuai peraturan, tidak akan terjadi penyelewengan yang bisa
menimbulkan kerugian negara. Ini dapat dibuktikan melalui laporan keuangan
pemerintahan yang andal dan mendapat predikat WTP (Wajar Tanpa
Pengecualian).tujuan dari Implementasi Penyelengaraan SPIP di Lingkungan Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jambi adalah agar tercipta Good Governance
atau Tata Pemerintahan yang baik.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran pelaksanaan penerapan SPIP di lingkungan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi. Semoga laporan ini menjadi salah
satu bahan evaluasi dan perbaikan ke depannya dan sebagai bentuk akuntabilitas kami
sebagai pelaksana serta bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, 06 Januari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………. i


Daftar Isi …………………………………………………………………………… ii

BAB I Gambaran Umum Penyelnggaraan SPIP ……………………….. 1


1.1. Latar Belakang ………………………………………………. 1
1.2. Dasar Hukum ……………………………………………….. 3
1.3. Maksud dan Tujuan ………………………………………. 3
1.4. Ruang Lingkup …………………………………………….. 4
1.5. Sistematika Penyajian Laporan ………………………….. 4
BAB II Pelaksanaan Kegiatan …………………………………………….. 6
2.1. Prinsip Umum ……………………………………………… 6
2.2. Tahapan Penyelenggaraan SPIP ………………………... 7
2.3. Lingkup Penyelenggaraan ……………………………… 9
2.4. Pengendalian …………………………………………… 10
BAB III Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian …………………………… 22
3.1. TahapPersiapan ……………………………………………… 22
3.2. Pemahaman(Knowing) …………………………………….. 23
3.3. Pemetaan(Mapping) ………………………………………… 25
3.4. Tahap Pelaksanaan ………………………………………… 26
3.5. Hambatan Dan Kendala ………………………………….. 31
3.6. Rencana Tindak lanjut Tahun 2020 ………………………. 32
BAB IV Penutup ……………………………………………………………. 33
4.1. Kesimpulan …………………………………………………… 33
4.2. Saran …………………………………………………………. 34
Lampiran ……... …………………………………………………………………… iii
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH JAMBI
Jalan Kapten Sujono, Kotabaru, Jambi 36128 Telp. (0741) 40085 – 40127, Fax (0741) 444029
Website: http://jambi.kemenkumham.go.id Email: kanwil.jambi@kemenkumham.go.id

06 Pebruari 2020

Nomor : W.5-PW.02.03-1
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Laporan Tahunan SPIP Tahun 2019

Yth.
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I
2. Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I
di-
Jakarta

Dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor: M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: 33 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-
02.PW.02.03 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, bersama ini dengan hormat kami sampaikan Laporan Tahunan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jambi Tahun 2019.

Demikian atas perkenan Bapak kami ucapkan terima kasih.

KEPALA KANTOR WILAYAH

AGUS NUGROHO YUSUF


NIP. 19600616 198102 1 001
LAPORAN TAHUNAN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP)
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAMBI
TAHUN 2019
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH JAMBI
TAHUN 2020

Anda mungkin juga menyukai