Anda di halaman 1dari 9

NAMA : ANNISA SYABATINI

NIM : J1B107026

HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 16 MARET 2009

HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN / 23 MARET 2009

HARI / TANGGAL ACC :

KELOMPOK : 5

ASISTEN : FITRI MAGFIRAH

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2009

PERCOBAAN V

HUKUM ROULT

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah memperlihatkan pengaruh komposisi terhadap titik
didih campuran dan memperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap
campuran.

II. PRINSIP PERCOBAAN

Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul komponennya
sama dengan gaya tarik menarik antara molekul dari masing-masing komponennya. Jadi,
bila larutan zat A dan B bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan B, sama
dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Dalam larutan ideal, semua
komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum Raoult pada seluruh selang
konsentrasi. Larutan benzena dan toluena adalah larutan ideal. Dalam semua larutan encer
yang tak mempunyai interaksi kimia di antara komponen-komponennya, hukum Raoult
berlaku bagi pelarut, baik ideal maupun tak ideal. Tetapi hukum Raoult tak berlaku pada
zat terlarut pada larutan tak ideal encer. Perbedaan ini bersumber pada kenyataan: molekul-
molekul pelarut yang luar biasa banyaknya. Hal ini menyebabkan lingkungan molekul
terlarut sangat berbeda dalam lingkungan pelarut murni. Zat terlarut dalam larutan tak ideal
encer mengikuti hukum Henry, bukan hukum Raoult.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Suatu larutan dikatakan ideal, jika larutan tersebut mengikuti hukum Raoult pada
seluruh kisaran komposisi dari sistem tersebut. Hukum Raoult secara umum didefinisikan
sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam larutan yang sama dengan hasil kali
fugasitasnya dalam keadaan murni pada temperatur dan tekanan yang sama serta fraksi
molnya dalam larutan tersebut, yakni:

fi = xi fi* (Dogra, 1990).

Bila dua cairan bercampur maka ruang di atasnya berisi uap kedua cairan tersebut.
Tekanan uap jenuh masing-masing komponen (poi) di ruangan itu lebih kecil daripada
tekanan uap jenuh cairan murni (poi), karena permukaan larutan diisi oleh dua jenis zat
sehingga peluang tiap komponen untuk menguap berkurang. Peluang itu setara dengan
fraksi molnya masing-masing (xi) (Syukri, 1999).
Jika dua macam cairan dicampur dan tekanan uap parsialnya masing-masing diukur,
maka menurut hukum Raoult untuk tekanan uap parsial A berlaku :

PA = X A PoA

Sedangkan untuk tekanan uap parsial B berlaku :

PB = XB PoB

PoA = tekanan uap A ( yaitu cairan murni )

PoB = tekanan uap B

XA =

XB =

XA dan XB disebut fraksi mol.

Jumlah tekanan uap (P) menurut hukum Dalton adalah:

P = PA + PB (Dogra, 1990).

Penyimpangan hukum Raoult terjadi karena perbedaan interaksi antara partikel


sejenis dengan yang tak sejenis. Misalnya campuran A dan B, jika daya tarik A-B lebih
besar dari A-A atau B-B, maka kecenderungan bercampur lebih besar, akibatnya jumlah
tekanan uap kedua zat lebih kecil daripada larutan ideal disebut penyimpangan negatif.
Penyimpangan positif terjadi bila daya tarik A-B lebih kecil daripada daya tarik A-A dan
B-B, akibatnya tekanan uapnya menjadi lebih besar dari larutan ideal. Sifat suatu larutan
mendekati sifat pelarutnya jika jumlahnya lebih besar. Akan tetapi larutan dua macam
cairan dapat berkomposisi tanpa batas, karena saling melarutkan. Kedua cairan dapat
sebagai pelarut atau sebagai zat terlarut tergantung pada komposisinya (Syukri,1999).

Larutan non ideal dapat menunjukkan penyimpangan positif (dengan tekanan uap
lebih tinggi daripada yang diprediksikan oleh hukum Raoult) atau penyimpangan negatif
(dengan tekanan uap lebih rendah). Pada tingkat molekul penyimpangan negatif muncul
bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan sangat kuat, sehingga mengurangi
kecenderungannya untuk lari ke fase uap. Penyimpangan positif muncul pada kasus
kebalikkannya yaitu bila molekul pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain
(Oxtoby, 2001).

IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Alat dan Bahan

4.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah alat reflux (labu
bundar leher tiga, kondensor spiral), termometer (0-100°C, skala 2ºC), pembakar gas
(atau listrik), pecahan porselinstandar besi/statif, dua gelas ukur (10 ml), corong.

4.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah adalah aseton,


kloroform, dan akuades.
4.2 Prosedur Percobaan

4.2.1 Memasang alat sesuai dengan yang diperintahkan, kemudian menjauhkan alat dari
api dan menuangkan 10 ml kloroform ke dalam labu reflux dengan corong melalui
lubang pemasukan cairan.

4.2.2 Memanaskan sampai mendidih dan mencatat suhunya.

4.2.3 Menjauhkan alat dari api dan menambahkan 2 ml aseton ke dalam labu,
memanaskan perlahan-lahan sampai mendidih dan mencatat suhunya.

4.2.4 Mengulang setiap kali dengan penambahan 2 ml aseton sampai jumlah aseton
yang ditambahkan mencapai 10 mL, setiap kali sesudah menambahkan aseton,
campuran dipanaskan serta mencatat titik didihnya.

4.2.5 Menuangkan campuran ini ke dalam wadah kosong yang tertutup rapat dan aman.

4.2.6 Mengeringkan labu reflux dengan jalan diangin-anginkan.


4.2.7 Mengulangi prosedur diatas untuk aseton yang dimasukkan ke dalam labu reflux,
dan dilakukan penambahan kloroform.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN

5.1 Hasil

5.1.1 Data Hasil Pengamatan

Pengamatan komposisi kloroform terhadap titik didih

Campuran
Titik Didih (°C)
Kloroform Aseton
10 0 60
10 2 62
10 4 62,5
10 6 63
10 8 63
10 10 62

Pengamatan komposisi aseton terhadap titik didih

Campuran
Titik Didih (°C)
Kloroform Aseton
0 10 58

2 10 59

4 10 60

6 10 60

8 10 60,5

10 10 61

5.2 Perhitungan

Contoh perhitungan campuran (CH3)2CO : CHCl3 = 10 : 2

Diketahui : V CHCl3 = 10 ml
V (CH3)2CO = 2 ml

ρ CHCl3 = 1,49 g cm-3

ρ (CH3)2CO = 0,79 g cm-3

BM CHCl3 = 119,4 g mol-1

BM (CH3)2CO = 58 g mol-1

Ditanya : fraksi mol CHCl3 = …

Jawab :

X Aseton = 1 – X CHCl3

= 1 – 0,8454 = 0,1546

Tabel Hasil Perhitungan

Campuran Titik Mol Fraksi Mol


Didih
CHCl3 : (CH3)2CO CHCl3 (CH3)2CO CHCl3 (CH3)2CO
(ºC)
10 0 60 0,1247 0 1 0
10 2 62 0,1247 0,0272 0,821 0,179
10 4 62,5 0,1247 0,0544 0,6963 0,3037
10 6 63 0,1247 0,0817 0,6042 0,3958
10 8 63 0,0998 0,1362 0,4229 0,5771
10 10 62 0,1247 0,1362 0,478 0,522
10 10 61 0,1247 0,1362 0,478 0,522
8 10 60,5 0,0998 0,1362 0,4229 0,5771
6 10 60 0,0748 0,1362 0,3546 0,6454
4 10 60 0,0499 0,1362 0,2682 0,7318
2 10 59 0,0249 0,1362 0,1546 0,8454
0 10 58 0 0,1362 0 1

VI. PEMBAHASAN

Percobaan ini didasarkan atas hukum Raoult, dimana campuran yang mengikuti hukum
ini merupakan suatu larutan ideal. Dalam percobaan ini dilakukan pencampuran larutan
kloroform dengan aseton dengan perbandingan volume yang berbeda-beda dan mengukur titik
didih dari tiap perbandingan volume tersebut untuk mengetahui pengaruh komposisi terhadap
titik didih. Dan dapat diperlihatkan pengaruh gaya antar molekul terhadap tekanan uap
campuran. Apabila larutan zat B dalam A bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A dan
B sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Dalam percobaan ini
digunakan sebuah alat reflux yang biasa digunakan dalam penerapan hukum Raoult. Kloroform
dan aseton merupakan suatu senyawa organik yang bersifat non polar, yang mudah menguap
dan memiliki titik didih yang rendah, oleh karena itu dalam percobaan ini digunakan larutan
kloroform dan aseton. Komposisi suatu zat terlarut dalam suatu larutan akan mempengaruhi
titik didih dari larutan tersebut. Semakin besar komposisi zat terlarut dalam larutan maka
semakin besar pula titik didih larutan tersebut. Namun dari hasil pengamatan didapatkan
kecenderungan titik didih tersebut untuk semakin besar dengan bertambahnya komposisi zat
terlarut, karena ada beberapa titik yang menunjukkam penurunan titik didih dengan
penambahan zat terlarut. Hal ini dikarenakan pembacaan suhu yang kurang teliti dan juga
karena proses pemanasan yang kurang baik dan di dalam percobaan ini sangat sulit untuk
menentukan titik didih setiap penambahan volume yang ditentukan untuk sampel aseton,
sedangkan untuk sampel kloroform penentuan titik didihnya jelas terlihat hasilnya. Menurut
literatur titik didih yang paling tinggi akan dicapai pada saat volume larutan memiliki
perbandingan yang sama, namun pada saat volume aseton 6 ml dan kloroform 8 ml terlihat titik
didih yang paling tinggi, yaitu 63°C. Hal ini dapat disebabkan karena gaya tarik antara molekul-
molekul kloroform dan aseton yang semakin kuat ketika hampir mendekati titik kesetimbangan
volume antara aseton dan kloroform. Reaksi yang terjadi:

VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1. Komposisi suatu larutan akan mempengaruhi titik didih zat di di dalamnya, semakin
besar komposisi zat terlarut dalam larutan maka semakin besar pula titik didih larutan
tersebut.

2. Semakin besar gaya tarik antar molekul menyebabkan semakin kecil tekanan uap
campuran.

3. Kloroform dan aseton merpakan campuran yang mengikuti hukum Raoult.

4. Titik didih teori kloroform adalah 62,5 oC dan pada percobaan titik didih kloroform
mencapai 63oC, sedangkan Titik didih teori aseton adalah 57,5oC dan pada percobaan
titik didih aseton mencapai 60,5 oC. Hal ini menunjukkan terjadinya penyimpangan
dari hukum Raoult.

5. Penyimpangan dari hukum Raoult terjadi karena kecenderungan bercampurnya


kloroform dan aseton yang lebih besar sehingga jumlah tekanan uap kedua zat lebih
kecil daripada larutan ideal.

DAFTAR PUSTAKA

Dogra, S.K dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisika dan Soal-soal. UI-Press. Jakarta.

Oxtoby. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB press. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai