Anda di halaman 1dari 26

DERMATITIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Yang Di Bina Oleh Ibu Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun oleh:

1. Tiara Adinda Cahyaning Slamet (P17220181007)

2. Aprilia Dwi Nisa Anjani (P17220181019)

3. Veren Aurelli Nasywa (P17220183034)

4. Titin Hidayatul Nuraini (P17220183036)

5. Hani Sisfitri Anjasari (P17220183041)

POLTEKKES KEMENKES MALANG

D-III KEPERAWATAN LAWANG 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan segala rahmat-Nya, penulisan makalah yang berjudul Dermatitis dapat
terselesaikan tepat pada waktunya dan berjalan dengan baik tanpa suatu halangan
yang berarti.
Sudah tentu dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dari dorongan
moral, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Nurul Hidayah,S.Kep,Ns,M.Kep yang telah mencurahkan segala
perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas dalam
penulisan makalah ini;
2. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yangtelah memberikan dorongan dan bantuan selama dan sampai
terseselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik maupun saran dan
sumbangan pemikiran dari semua pihak yang bersifat membangun. Semoga materi
dalam penulisan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi pembaca agar dapat memahami dan
mencari solusi yang tepat.

Lawang, 22 Januari 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul…........................................................................................
Kata Pengantar............................................................................................ 1
Daftar Isi..................................................................................................... 2

BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang.............................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 4
1.3. Tujuan Penulisan.......................................................................... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka


2.1. Pengertian..................................................................................... 5
2.2. Etiologi/ penyebab........................................................................ 11
2.3. Manifestasi.................................................................................... 12
2.4. Patofisiologi................................................................................... 13
2.5. Pemeriksaan Penunjang................................................................. 15
2.6. Komplikasi..................................................................................... 16
2.7. Penatalaksanaan............................................................................. 16
2.8. Lampiran Soal…………………………………………………….19

BAB 3 Simpulan Dan Saran......................................................................


3.1 Kesimpulan......................................................................................24
3.2 Saran................................................................................................24
Daftar Pustaka...............................................................................................25

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan
bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk
menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari
semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema
numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5%
dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana
saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim
yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala
eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur
diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan
bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur
hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan
dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien
adalah gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan
pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan
dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah
lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau
keropeng. Pada orang kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna
merah muda lalu berubah menjadi cokelat. Sementara itu pada orang dengan
kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit sehingga daerah
eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.

3
4

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dermatitis?
2. Bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
4. Bagaimana patofisiologi dermatitis?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari dermatitis?
6. Bagaimana penatalaksanaannya?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari dermatitis?
2. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dermatitis?
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang dari dermatitis?
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Dermatitis merupakan penyakit kulit yang bersifat akut, sub-akut,
atau kronis yang disebabkan adanya peradangan pada kulit. Penyakit ini
terjadi karena adanya faktor eksogen dan endogen. Tanda adanya kelainan
klinis berupa polimorfik dan keluhan gatal pada kulit. Terdapat dua macam
dermatitis, diantaranya adalah dermatitis kontak dan dermatitis atopik.
a. Dermatitis Kontak
1) Definisi
Dermatitis kontak terdiri dari dua kelompok yaitu Dermatitis Kontak Iritan
(DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA).
a) Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis Kontak Iritan merupakan reaksi imunologis kulit


terhadap gesekan atau paparan bahan asing penyebab iritasi kepada
kulit. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan reaksi yang timbul
apabila kulit terkena bahanbahan kimia yang sifatnya toksik dan
menyebabkan peradangan. Pajanan pertama antara lain terhadap iritan
yang mampu menyebabkan adanya respon iritasi pada kulit. Dermatitis
kontak iritan dibedakan menjadi 2 antara lain:
(1) Dermatitis iritan akut Reaksi yang timbul dapat berupa kulit
menjadi berubah warna kemerahan atau cokelat dan kemungkinan
akan terjadi edema dan panas, atau ada pula papula, vesikula, dan
pustula. Dermatitis iritan akut terjadi setelah satu atau beberapa kali

5
olesan dengan bahan - bahan iritan kuat,sehingga mengakibatkan
terjadi adanya kerusakan epidermis yang berdampak pada
peradangan kulit. Zat kimia asam dan basa yang bersifat keras pada
penggunaan peindustrian pabrik akan menyebabkan terjadinya iritasi
akut.

6
7

(2) Dermatitis iritan kronik Dermatitis iritan kronik terjadi apabila kulit berkontak
langsung dengan bahan – bahan iritan yang tidak terlalu kuat, seperti sabun,
deterjen dan larutan antiseptik. Gejala yang ditimbulkan dari dermatitis akut yakni
kulit kering, pecah-pecah, memerah, bengkak dan terasa panas.
b) Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan kelainan kulit yang


terjadi pada seseorang yang mengalami sensitifitas terhadap bahan –
bahan yang memiliki sifat alergen. Dermatitis kontak alergi lebih kurang
20% dari seluruh dermatitis kontak. Dermatitis kontak alergi merupakan
suatu yang timbul setelah melalukan kontakan eksternal melalui proses
toksik. Penyebab timbulnya dermatitis kontak alergi antara lain berupa
asam dan basa yang memiliki sifat kuat, serta pelarut organik. Rasa
panas, nyeri atau gatal yang dikeluhkan oleh penderita setelah beberapa
saat melakukan kontak dengan bahan yang merupakan gejalanya. Banyak
zat kimia yang dapat bereaksi dengan alergen, akan tetapi sangat jarang
yang menimbulkan masalah. Beberapa zat kimia merupakan alergen yang
cukup kuat, dengan sekali paparan dapat menyebabkan sensitisasi,
sedangkan sebagian bahan kima lain memerlukan paparan berulang –
ulang sebelum menimbulkan sensitisasi. Reaksi alergi, pemaparan
pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan reaksi, tetapi pemaparan
berikutnya bisa menyebabkan adanya keluhan gatal – gatal pada kulit
dalam waktu 4-24 jam.15 Fase dermatitis kontak alergi dibedakan
menjadi:
8

(1) Fase akut, pada fase ini dapat ditandai timbulnya gejala berupa
merah, edema, papula, vesikula, berair, krusta dan gatal.
(2) Fase kronis, tandanya berupa kulit tebal atau likenifikasi, kulit pecah
– pecah, skuama, kulit kering dan hiperpigmentasi.
9

2. Gejala Dermatitis Kontak

Gejala dermatitis kontak sangat bervariasi, mulai dari


kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai
kepada pembengkakan hebat dan kulit melepuh. Adanya ruam yang
terdiri dari lepukan kecil yang terasa gatal (vesikel). Awalnya ruam
hanya pada bagian kulit yang kontak langsung dengan alergen (zat
yang menyebabkan reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa
menyebar. Jika zat penyebab ruam tidak digunakan, biasanya dalam
beberapa hari kemerahan akan menghilang. Lepuhan akan pecah dan
mengelurkan cairan, membentuk keropeng lalu kemudian mengering.
Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat
sementara, bisa berlangsung beberapa hari atau minggu. Penyakit
dermatitis kontak ini dapat menyebabkan keluhan utama dan
keluhan tambahan. Biasanya kelainan kulit beberapa saat sesudah
kontak pertama dengan kontak eksternal. Penderita akan merasa
panas, nyeri atau gatal. Gejala utama dermatitis adalah rasa gatal.
Tanda-tanda klinis tergatung pada etiologi, lokasi dan durasinya yang
biasanya terdiri dari iritema, edema, papula, vesikel dan eksudasi.
Pada dermatitis akut semua gambaran tersebut ditemukan namun
pada dermatitis kronis, edema bukan merupakan gambaran menonjol
yang didapatkan adalah epidermis yang menebal dan garis-garis pada
permukaan kulit yang menebal.
10

b. Dermatitis Atopik

1. Definisi
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
kanak-kanak, sering berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum
dan riwayat atopik keluarga atau penderita (DA, rhinitis, alergi, dan atau
asmabronkial).
11

Dermatis Atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas


kulit yang menyebabkan rasa gatal, sering kali terjadi pada penderita
rhinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota
keluarganya ada yang menderita rhinitis alergika (asma).
Didapatkan dua tipe DA, bentuk alergika yang merupakan bentuk
utama 70-80% pasien terjadi akibat sensitisasi terhadap alergen
lingkungan disertai dengan peningkatan kadar IgE serum. Bentuk lain
adalah bentuk intrinsik atau alergik, terdapat pada 20-30% pasien, dengan
kadar IgE rendah dan tanpa sensitisasi terhadap alergen lingkungan.
Dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE bukan merupakan
prasyarat pada patogenesisi, dermatitis atopik. Terdapat pula konsep
bentuk murni tanpa berkaitan dengan penyakit saluran nafas dan bentuk
campuran yang terkait dengan sensitisasi terhadap alergen hidup atau
alergen makanan disertai dengan peningkatan kadar IgE (Soebaryo R.W
2009).

2.2 Etiologi/Penyebab
Berdasarkan penyebab nya penyakit ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok
1. Eritrodarma Eksfoliativa primer
Penyebab nya tidak diketahui termasuk dalam golongan ini eritrodarma
iksioformis konginetalis dan eritroderma Eksfoliativa neonatorum ( 5-
10%)
2. Eritrodarma Eksfoliativa sekunder
Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicilillin dan derivatnya,
sulfonamide, analgetik/antipiretik dan tetrasiklin.
Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh, dapat terjadi pada liken planus,
psosiaris, pitiriasis rubra Pilaris, pemflagus poliaseus, dermatitis seboroik
dan dermatitis atopik. Penyakit sistemik seperti limfoblastoma
12

2.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi
1. Eritroderma akibat alergi obat, biasanya secara sistematik. Biasanya
timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema
menyeluruh, sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan.
2. Akibat perluasan penyakit kulit yang tersering adalah psoriasis dan
dermatitis seboroik pada bayi ( penyakit leiner )
3. Eritroderma karena psoriasis
4. Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis
dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi
daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan
pitting nail.
5. Penyakit leiner (evitroderma deskuamativum)
6. Usia pasien antara 4-20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa
keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama
kasar.
7. Eritroderma akibat penyakit sistemik, termasuk keganasan. Dapat
ditemukan adanya penyakit pada alat dalam, infeksi dalam dan infeksi
fokal. (Arif Masjoor, 2000. : 121)
8. Menggigil, demam, dan kulit gatal bersisik
9. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap
10. Kemungkinan terjadi kerontokan rambut
11. Umumnya terjadi relaps
(Brunner dan Suddarth, 2002)
13

2.4 Patofisiologi Dermatitis


1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah
hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase
indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase
elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke
dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang
lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak
dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum
tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran
limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal
kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori.
Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke
kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan
sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama
atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin
yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.

2. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat
penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin
menghambat kemotaktis dan menekan produksi sel T. Sel mast meningkat
pada lesi dermatitis atopi kronis.
14

Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin


sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut
menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan akibat gatal
menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE
secara berlebihan diturunkan secara genetik.

Pathway Dermatitis
15

2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab
lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema
interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis
terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel
mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan
terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis
kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis
ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi
perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut
merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan
gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis
kontak iritan.
16

Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan


antigen, seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin
intrakutan, tampak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu
antigen terlihat di membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit
mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik.
Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak didermis
dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang.
Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat
meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran
histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal
pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil
menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
2.6 Komplikasi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
2.7 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans,
sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi
dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.
17

Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid


dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok
secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat
penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama
6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa
potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA
(PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis
dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan
jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui
mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi
tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan
sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
18

4. Antibiotika dan antimikotika


Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat
proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4
tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan
mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan
efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin
makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi
0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat
0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat
0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik
dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara
oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
19

2.9 Lampiran Soal

1. Pada dermatitis kontak, saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu merupakan penjelasan
dari fase?

A. Fase akut

B. Fase kronik

C. Fase sub-akut

D. Fase elesitasin

E. Fase induksi

2. Peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal, sering
kali terjadi pada penderita rhinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang
yang anggota keluarganya ada yang menderita rhinitis alergika (asma). Merupakab
pengertian dari?

A. Dermatitis kontak iritan

B. Dermatitis iritan akut

C. Dermatitis atopik

D. Dermatitis iritan kronik

E. Dermatitis kontak

3. Pada dermatitis atopik yang dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi
dan menyebabkan pruritus adalah?

A. Histamin

B. Gastrin

C. Adrenalin

D. Leukotrien
20

E. Lipoksin

4. Berapa macamkah dermatitis?

A. 3

B. 2

C. 4

D. 5

E. 6

5. Kelainan kulit yang terjadi pada seseorang yang mengalami sensitivitas terhadap
bahan-bahan yang memiliki sifat alergen disebut dermatitis....

A. kontak iritan

B. Dermatitis iritan akut

C. Dermatitis Kontak Alergi

D. Dermatitis iritan kronik

E. Dermatitis Atopik

6. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada nyeri dermatitis adalah...

A. Pemeriksaan Histopatologi

B. EKG

C. Pemeriksaan Endoskopi

D. Rontgen

E. CT Scan

7. Seorang anak umur 5 tahun datang dengan keluhan ruam kemerahan yang sangat
gatal pada kedua lipat siku selama 3 hari. Rasa gatal dirasakan sepanjang hari dan
menyebar ke bagian daerah belakang lutut. Pasien pernah mengalami keluhan serupa
selama 1 tahun yang lalu. Pasien juga alergi terhadap susu sapi. pada pemeriksaan
fisik didapatkan kulit tampak kering , papula eritematous, likenifikasi dan eksorisis.
Diagnosis apa yang benar?
21

A. Dermatitis kontak

B. Dermatitis intertriginosa

C. Dermatitis seboroik

D. Dermatitis atopik

E. Psoriasis

8. Ada berapa penyebab penyakit dermatitis?

A. 3

B. 2

C. 4

D. 1

E. 5

9. Ada berapa fase patogenesis dermatitis kontak?

A. 1

B.3

C. 2

D. 4

E.5

10. Reaksi yang timbul pada dermatitis iritan akut adalah...

A. Terjadi edema

B. Terasa panas

C. Berubah warna kemeraha

D. Mati rasa

E. a, b dan c benar
22

11. Dermatitis iritan kronik terjadi apabila kulit berkontak langsung dengan bahan-
bahan iritan yang tidak terlalu kuat seperti...

A. Air

B. Sabun

C. Deterjen

D. Lateks

E. b dan c benar

12. Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan waktu...

A. 1 minggu

B. 10 minggu

C. 6 minggu

D. 12 minggu

E. 2-3 minggu

13. Dermatitis iritan akut Reaksi yang timbul dapat berupa kulit menjadi berubah
warna kemerahan atau cokelat dan kemungkinan akan terjadi... (kecuali)

A. Edema

B. Dingin

C. Vesikula

D. Pustula

E. Panas

14. Dermatitis iritan akut terjadi setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan -
bahan iritan kuat,sehingga mengakibatkan terjadi adanya kerusakan epidermis yang
berdampak pada?

A. Kerusakan jaringan

B. Pembengkakan
23

C. Peradangan kulit

D. Iritasi

E. Gatal-gatal

15. Gejala dermatitis kontak sangat bervariasi, (kecuali)….

A. Kemerahan

B. Pembengkakan

C. Kulit melepuh

D. Tidak nyeri

E. Terjadinya ruam
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa penyakit dermatitis merupakan
peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh
faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis pada
kulit.

3.2 Saran
a. Diharapkan selalu menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari
penyakit dermatitis
b. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
kebersihan diri dan pola diet yang baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. 2005. SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit


kulit dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3.
Jakarta : EGC
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
Belsito, D. V., 2005. Occupational Contact Dermatitis : Etiology, Prevalance
and Resultant Impairment/Disability. Journal of the American Academy
Dermatology, PP.303-13
Partologi, D., 2008. Dermatitis Kontak Iritan. Departemen Kesehatan Kulit
dan Kelamin FK USU.

25

Anda mungkin juga menyukai