Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah
yang cukup (Maclean, 1998). ASI juga merupakan makanan terbaik dan sempurna
untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk
ASI diberikan segera setelah bayi lahir, biasanya 30 menit setelah bayi
lahir. Sampai bayi berumur enam bulan, bayi hanya diberi ASI saja tanpa
Pemberian ASI secara eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi
berusia enam bulan, kecuali obat dan vitamin sesuai dengan rekomendasi
WHO/UNICEF tahun 1997 yaitu pemberian ASI Eksklusif sejak lahir sampai
enam bulan. Pemberian ASI sebaiknya juga tetap dilanjutkan hingga bayi berusia
yaitu:
1. Mengandung semua zat gizi dalam susunan dan jumlah yang cukup untuk
6. Membina hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang antara ibu dan bayi.
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang
Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat (As’ad, 2002).
Indonesia setiap tahunnya dan 10 juta kematian balita diseluruh dunia setiap
Pola asuh juga berkaitan dengan status gizi anak. Pemberian kolostrum
pada bayi di hari-hari pertama kehidupan berdampak positif pada keadaan anak di
umur-umur selanjutnya. Anak-anak dengan keadaan gizi yang lebih baik berkaitan
erat dengan perilaku pemberian ASI. Mereka yang sudah tidak diberikan ASI lagi
tahun 2006 mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu formula (susu bayi)
kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui ibunya secara eksklusif (Anonim,
2006).
Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi bayi, namun tidak semua
ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Sulistijani (2001), pemberian
- Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru
Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu :
- Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan
bayi
- Ibu menderita sakit dan karena sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik
untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular
- Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi.
pengganti ASI (PASI) berupa susu formula. Pada umumnya susu formula untuk
bayi terbuat dari susu sapi yang susunan zat gizinya diubah sedemikian rupa
sehingga dapat diberikan kepada bayi tanpa menimbulkan efek samping. Oleh
karena ASI yang paling ideal untuk bayi maka perubahan yang dilakukan pada
komponen gizi susu sapi harus mendekati susunan zat gizi ASI.
susunan zat gizi susu sapi agar komposisinya mendekati susunan zat gizi ASI,
2004).
terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus
terutama dalam hal kebutuhan air, energi dan protein (RSCM dan Persagi, 1992).
Jadwal menyusu dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI
(Nadesul, 2005).
pada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi
rasa.
bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat,
karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat.
Disamping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang
usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan
benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap
mengkonsumsi makanan (setengah padat) (Arisman, 2004). Selain itu saat bayi
berumur enam bulan ke atas, sistem percernaannya juga sudah relatif sempurna
dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam
lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi
Ada dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-24 bulan (As’ad,
2002) :
2. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk
1. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur
3. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan
2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan
4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau
pertumbuhan jika energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak
berikut : nilai energi dan kandungan protein cukup, dapat diterima dengan baik,
tersedia secara lokal. Makanan tambahan pada bayi hendaknya juga bersifat padat
gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit
mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu
pencernaan (Muchtadi,1994).
Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif).
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit
pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan
Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada
hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan
frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari). Serta
sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, air
teh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi
lain bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang
dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI dan berikan
sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari.
Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis
c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI
d. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit
menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim
c. Untuk mempertinggi nilai gizi dalam makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit
demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak
d. Kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati
e. Berikan makanan selingan satu kali sehari, dipilih makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah dan lain-lain dan diusahakan
berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap
dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Disamping itu
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan
(Uripi,2004).
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Oleh karena itu, pangan harus tersedia
pada setiap saat dan tempat dengan jumlah dan mutu yang memadai (Soekirman,
2000).
Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita relatif besar jika
masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara anak perempuan
dan laki-laki dalam hal kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin
semakin rendah angka kebutuhan protein. Mutu protein bergantung pada susunan
(Sulistijani,2001).
Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus cukup dan seimbang karena
anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi (2004) bahwa jumlah zat gizi yang
dibutuhkan bayi berusia 7-12 bulan adalah sebesar 650 kalori energi dan16 gram
Air merupakan zat gizi yang penting bagi bayi dan anak karena (As,ad,
2002) :
b. Kehilangan air melalui kulit dan ginjal pada bayi dan anak lebih besar daripada
orang dewasa.
c. Bayi dan anak lebih mudah terserang penyakit yang menyebabkan kehilangan
air dalam jumlah banyak (dehidrasi seperti yang terjadi pada muntah-muntah
Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan
pada usia tua menjadi 50%. Kehilangan ini sebagian besar berupa kehilangan
Menurut Santoso (1999) yang dikutip dari Ellyana, status gizi adalah
keadaan kesehatan anak akibat interaksi antara makanan dalam tubuh dengan
lingkungan sekitarnya. Nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi,
merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai tumbuh kembang fisik
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Sehingga status gizi
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang
1. Penilaian status gizi secara langsung, dapat dibagi menjadi empat penilaian
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi tiga yaitu: survei
adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan
status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan, termasuk air, lemak,
tulang dan otot. Indeks TB/U adalah perubahan linier, sedangkan LLA (Lingkar
diukur. Hasil pengukuran tissue mass (dalam hal ini adalah BB dan LLA) dapat
berubah relatif cepat, naik atau turun tergantung makanan anak dan status
(BB/U) merupakan cara standar yang digunakan untuk pertumbuhan. Berat badan
makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil, oleh sebab itu indeks BB/U lebih
a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites
tahun
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu
gizi masa lalu. Menurut Bealon dan Bengoa (1973) yang dikutip dari Ellyana
b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang
baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah
a. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi
badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan
status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang akan
(Roesli, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Munawaroh (2006) di
Kabupaten Pekalongan yang menyatakan bahwa balita dengan pola makan yang
terhadap baiknya tumbuh kembang anak balita. Pola asuh (meliputi sikap dan
memberi kasih sayang, sikap dan tindakan ibu terhadap anak yang tidak mau
makan dan sebagainya) yang kurang memadai dapat menyebabkan anak tidak
mau makan sehingga konsumsi makan anak kurang. Sikap ketidak pedulian ibu
terhadap gizi dan kesehatan anak juga dapat mempengaruhi status gizi anak balita
sehingga anak tidak mendapat makanan yang jumlahnya cukup, beragam dan
seimbang.
praktik pemberian makan yang baik tidak menjamin status gizi anak akan baik
pula. Dapat saja terjadi, dengan praktik pemberian makan yang tidak baik status
gizi anak akan baik. Praktik pemberian makan yang tidak baik yang dimaksudkan
adalah tidak dipenuhinya salah satu syarat praktik pemberian makan yang baik.
Hal ini terjadi karena baik tidaknya status gizi anak dipengaruhi oleh konsumsi
Horisan Tahun 1998 diperoleh adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi
energi dan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan pendapat Sediaoetama (1991)
bahwa keadaan gizi tergantung pada tingkat konsumsi. Bila konsumsi energi
cukup, pemecahan jaringan tidak terjadi dan berat badan dapat dipertahankan
bahkan dapat bertambah sehingga status gizi menjadi lebih baik, sebaliknya
adanya hubungan antara penyapihan dengan status gizi anak, dimana gizi buruk
dan gizi kurang terdapat pada anak yang disapih dan mengganti ASInya dengan
memberi teh manis dan air tajin. Walaupun terdapat 72,4 % anak yang disapih
mendapat susu botol, ada kemungkinan ukuran dari susu tersebut tidak sesuai
tingkat gizi anak dan dalam Khumaidi 1994 disebutkan juga bahwa kurang gizi
Tahun 1991 menyatakan bahwa timbulnya masalah KKP dalam umur penyapihan
dapat diakibatkan dari usia penyapihan yang terlalu dini, atau usia penyapihan
yang teralu lama tanpa diimbangi dengan pemberian makanan tambahan yang
memadai.
anak, 80,0% ibu menggunakan jenis makanan dapur ibu dengan bentuk dan
frekuensi pemberian yang baik. Tetapi jika dilihat dari status gizi anak, gizi buruk
dan gizi kurang terdapat pada anak yang diberi makanan dapur ibu. Hal ini
disebabkan karena makanan dapur ibu yang diberikan kepada anak diolah menjadi
makanan lumat hanya terdiri dari tepung beras tanpa campuran lauk pauk dan
sayur.
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini, maka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan Gambar : Pola pemberian makanan pada anak usia 0-24 bulan yang
terdiri dari pola pemberian ASI/PASI dan pola pemberian MP-ASI akan
menggambarkan status gizi anak usia 0-24 bulan.