Anemia 2
Anemia 2
ANEMIA
Oleh:
Astra Yudha Tagamawan
18710143
Pembimbing :
dr. Angga Mardro Raharjo, Sp.P
Anemia ditandai oleh penurunan jumlah sel darah merah, sering disertai
dengan penurunan kadar hemoglobin. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar
hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.1
Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ kriteria National Cancer Institute,
anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria dan di bawah 12 g%
pada wanita. Masalah anemia ini telah terbukti menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang mempengaruhi negara-negara berpenghasilan rendah, menengah
dan tinggi dan memiliki konsekuensi kesehatan yang buruk. Anemia menjadi
masalah kesehatan utama di seluruh dunia dan defisiensi besi merupakan
penyebab tersering dari anemia. Gejala akibat dari anemia yaitu pengiriman
oksigen jaringan terganggu sehingga dapat menyebabkan kelemahan, kelelahan,
kesulitan berkonsentrasi, atau produktivitas kerja yang buruk.
Ada berbagai jenis anemia dengan berbagai penyebab. Sejumlah gejala
hampir muncul pada semua jenis anemia, semua jenis anemia memiliki efek akhir
yang sama yaitu tubuh tidak memiliki cukup oksigen dari sel darah merah untuk
memunhi kebutuhannya. Orang yang mengalami anemia ringan, dari kekurangan
zat besi ringan, misalnya, mungkin tidak memiliki gejala sama sekali, sementara
orang dengan anemia berat dapat memiliki gejala jauh lebih terlihat dan lebih
tahan lama.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit dari nilai normal dalam
darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman oksigen ke
jaringan menurun.
2. Kriteria Anemia
Kriteria anemia menurut WHO :
Laki-laki dewasa : Hb < 13 g/dl
Wanitas dewasa tidak hamil : Hb < 12 g/dl
Wanita hamil : Hb < 11 g/dl
Anak umur 6-14 tahun : Hb <12 g/dl
Anak umur 6 bulan- 6 tahun : Hb < 11 g/dl
3. Derajat Anemia
Derajat anemia ditentukan oleh kadar hemoglobin. Klasifikasi derajat anemia
yang umum dipakai yaitu :
a. Ringan sekali : Hb 10 g/dl
b. Ringan : Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl
c. Sedang : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl
d. Berat : Hb <6 g/dl
4. Klasifikasi
Anemia diklasifikasikan dengan berbagai cara. Beberapa klasifikasi dari
anemia :
1. Morfologik
Klasifikasi ini berdasarkan morfologi eritrosit pada pemeriksaan apusan darah
tepi.
a. Anemia normositik normokromik
7. Diagnosis
Anemia hanyalah suatu sindrom, bukan suatu kesatuan penyakit (disease
entity), yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dasar (underlying disease).
Hal ini penting diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tahap-tahap dalam
diagnosis anemia adalah
1. Anamnesis
Pada kasus anemia, anamnesis dapat dilakukan seperti anamnesisi pada
umumnya tetapi lebih ditekankan untuk menggali dari riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menyebabkan anemia (misalnya,
melena pada penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid, gagal ginjal). Waktu
terjadinya anemia apakah baru, subakut, atau lifelong. Anemia yang baru terjadi
pada umunya disebabkan penyakit yang didapat, sedangkan anemia yang
berlangsung lifelong terutama dengan adanya riwayat keluarga.
Riwayat gizi, serta anamnesis mengenai lingkungan, pemaparan bahan kimia,
riwayat keluarga. Riwayat obat-obatan tertentu seperti alkohol, asam
asetilsalisilat, dan anti inflamasi nonsteroid harus di evaluasi dengan cermat.
Etnis dan daerah asal penderita. Seperti penyakit talasemia dan hemoglobinopati
terutama didapatkan pada penderita dari mediterania, timur tengah, afrika dan
asia tenggara.
2. Pemeriksaan fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau
multisistem dan untuk menilai beratnya kondisi pasien. Pemeriksaan fisik harus
dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Pada kulit, apakah terdapat sianosis,
pucat pada telapak tangan, ikterus, purpura. Pada kuku berbentuk koilonychia
yaitu kuku sendok. Terdapat ikterus menunjukan kemungkinan adanya anemia
hemolitik, konjungtiva pucat. Penonjolang tulang frontoparietal, maksila (facies
rodent/chipmunk) pada talasemia. Pada mulut didapatkan ulserasi, hipertrofi gusi,
perdarahan gusi, atrofi lidah. Terdapat juga splenomegali, limfadenopati,
hepatomegali. Nyeri tulang terutama sternum, nyeri tulang dapat disebabkan oleh
adanya ekspansi karena penyakit infiltratif (seperti pada leukimia mielositik
kronik), lesi litik (pada mieloma multipel atau metastasis kanker). Ulkus rekuren
di kaki, (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia sideroblastik
familial). Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.
3. Pemeriksaan laboratorium hematologi
Dapat dilakukan secara bertahap. Pemeriksaan berikutnya dilakukan dengan
memperhatikan hasil pemeriksaan terdahulu sehingga dapat terarah dan efisien.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi :
a. Tes penyaring
Tes ini dikerjakan pada tahap awal kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini
dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksan ini meliputi :
Kadar hemoglobin
Menurut WHO, nilai batas hemoglobin (Hb) yang dikatakan anemia untuk
wanita remaja adalah < 12 gr/dl dengan nilai besi serum < 50 mg/ml dan nilai
feritin < 12 mg/ml. Nilai feritin merupakan refleksi dari cadangan besi tubuh
sehingga dapat memberikan gambaran status besi seseorang. Untuk menentukan
kadar Hb darah, salah satu cara yang digunakan adalah metoda
Cyanmethemoglobin. Cara ini cukup teliti dan dianjurkan oleh International
Committee for Standardization in Hemathology (ICSH).
Indeks eritrosit (MCV, MCH dan MCHC)
Pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit dan
hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium, pemeriksaaan trombosit,
hitung jenis retikulosit harus ditambahkan dalam permintaan pemeriksaan (tidak
rutin diperiksa). Pada automated blood counter didapatkan parameter RDW yang
menggambarkan variasi ukuran sel.
Morfologi apusan darah tepi
Apusan darah tepi harus di evaluasi dengan baik. beberapa kelainan darah
tidak dapat di deteksi dengan automated blood counter.
Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak ditemukan dalam sirkulasi.
Normoblas dapat ditemukan pada penderita dengan kelainan hematologis
(penyakit sickle cell, talasemia, anemia hemolitik) atau merupakan bagian
gambaran dari leukoeritroblastik pada penderita bone marroe repacce ment. Pada
penderita tanpa kelainan hematologis sebelumnya, adanya normoblas dapat
menunjukan adanya penyakit yang mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal
jantung berat.
Hipersegmentasi neutrofil
Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan
lebih dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih dari neutrofil berlobus
>6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik berhubungan
dengan gangguan sintesis DNA (defisiiensi vitamin B12 dan asam folat).
Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitung retikulosit dapat berupa
presentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit
absolut terkoreksi, atau reticulocyte prooduction index. Hitung retikulosit harus di
bandingkan dengan jumlah yang diprodukksi pada penderita tanpa anemia. Faktor
lain yang mempengaruhi hitung retikulosit terkoreksi adalah adanya pelepasan
retikulosit prematur di sirkulasi pada penderita anemia. Retikulosit biasanya
berada di dalam darah selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa RNA dan
menjadi sela darah merah. Apabila retikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum
tulang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi selama 2-3 hari. Hal ini
terutama terjadi pada penderita anemia berat yang menyebabkan peningkatan
eritropoiesis.
Jumlah leukosit dan hitung jenis
Adanya leukopenia pada penderita anemia dapat disebabkan supresi atau
infi ltrasi sumsum tulang, hipersplenisme atau defi siensi B12 atau asam folat.
Adanya leukositosis dapat menunjukkan adanya infeksi, infl amasi atau keganasan
hematologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung jenis dapat memberikan
petunjuk ke arah penyakit tertentu. Peningkatan hitung neutrofil absolut
padainfeks. Peningkatan hitung monosit absolut pada mielodisplasia. Peningkatan
eosinofil absolut pada infeksi tertentu Penurunan nilai neutrofil absolut setelah
kemoterapi. Penurunan nilai limfosit absolut pada infeksi HIV atau pemberian
kortikosteroid
Jumlah trombosit
Trombositopenia didapatkan pada beberapa kedaan yang berhubungan
dengan anemia, misalnya hipersplenisme, keganasan pada sumsum tulang
belakang, destruksi trombosit autoimun, sepsis, defisiensi folat atau B12.
Peingkatan jumlah trombosit dapat ditemukan pada mieloploriperatif, def fe,
inflamasi, infeksi atau keganasan. Perubahan morfologi trombosit (trombosit
raksasa, trombosit degranulasi) dapat ditemukan pada penyakit mieloproliperatif
atau mielodisplasia.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada penderita anemia:
Abnormalitas hitung sel darah dan/atau morfologi darah tepi
Sitopenia dengan penyebab tidak diketahui
Leukositosis dengan penyebab tidak diketahui atau disertai leukosit
abnormal
Sel teardrops atau leukoeritroblastosis
Gambar 2.9 Klasifikasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit
Tabel 2.1 Anemia normokrom normositik tanpa peningkatan respons retikulosit