File
File
SKRIPSI
HABSAH
0806323063
DEPOK
JUNI 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
DEPOK
JUNI 2012
Selama penulisan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah membantu
penulis. Baik itu bantuan moril, materi, dorongan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. drh. Yvonne Magdalena Indrawani S.U. selaku Dosen Pembimbing
penulis yang telah banyak membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis.
2. Ibu Dr. Ratu Ayu Dewi Sartika. Apt. M.Sc selaku penguji dalam sidang
skripsi penulis yang telah bersedia menjadi penguji dan banyak memberikan
arahan serta bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Nurfi Afriansyah, SKM. M.Sc, PH selaku penguji luar dalam siding
skripsi penulis yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang
mendukung kesempurnaan skripsi penulis.
4. Seluruh Dosen serta staf dan karyawan Departemen Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia yang selama ini telah banyak membantu
dan membagi ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
5. Buat kedua Orangtua saya tercinta, Mamak dan Bapak serta Abang, kakak,
dan adik-adik penulis yang selalu ada untuk memberikan kasih sayang,
mendo’akan, mendukung dan memberikan motivasi kepada Penulis.
vi
Akhir kata penulis sampaikan, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi banyak
pihak yang membutuhkan.
(Habsah)
vii
viii
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................ 68
6.1 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 68
6.2 Pengetahuan Pedagang Mi Basah .............................................................. 68
6.2.1 Pengetahuan mengenai Bahan Tambahan Pangan .......................... 68
6.2.2 Pengetahuan mengenai Boraks ........................................................ 70
6.2.3 Pengetahuan mengenai Formalin .................................................... 72
6.2.4 Pengetahuan pedagang mi basah secara keseluruhan ....................... 74
6.3 Hasil Uji Kualitatif Boraks pada Mi Basah ................................................ 74
6.4 Hasil Uji Kualitatif Formalin pada Mi Basah ............................................. 75
6.5 Pengetahuan dan Perilaku Penambahan Boraks ......................................... 76
6.6 Pengetahuan dan Perilaku Penambahan Formalin ...................................... 77
6.7 Perilaku Pedagang terhadap Mi Basah........................................................ 77
6.7.1 Penambahan Bahan Tambahan lain dalam Pembuatan Mi Basah
selain Bahan Utama ........................................................................... 77
6.7.2 Daya Tahan Mi Basah ......................................................................... 78
6.7.3 Tindakan bila Mi Basah Bersisa .......................................................... 78
6.7.4 Pernah Tidaknya Mengikuti Pelatihan Keamanan Pangan ................ 79
6.8 Ciri-ciri Fisik Mi Basah yang Positif Mengandung Boraks ........................ 80
6.8.1 Tampak Mengkilat ............................................................................. 80
6.8.2 Tidak Mudah Putus ............................................................................ 80
6.8.3 Tidak Lengket .................................................................................... 80
6.9 Ciri-ciri Fisik Mi Basah yang Positif Mengandung Formalin .................... 80
6.9.1 Bau Formalin Menyengat................................................................... 81
6.9.2 Masa Simpan ...................................................................................... 81
6.9.3 Tampak Mengkilat ............................................................................. 81
6.9.4 Tidak Mudah Putus ............................................................................ 81
6.9.5 Tidak Lengket .................................................................................... 82
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
xv
Universitas Indonesia
xvi
Universitas Indonesia
PENDAHULUAN
Salah satu makanan yang populer di masyarakat Indonesia adalah mi. Mi yang
tersedia pun beraneka macam jenisnya, ada yang berbahan dasar mi basah dan ada
pula yang berbahan dasar mi kering. Mi basah (mi basah mentah atau mi basah
matang) merupakan salah satu jenis mi yang sudah dikenal luas dan menjadi
makanan yang disukai masyarakat di Indonesia (JIP, 2006). Bahkan saat ini
Indonesia menempati urutan kedua pengonsumsi mi terbesar di dunia setelah
Korea (http://beritasurabaya.net). Industri mi basah tersebar luas di banyak
wilayah di Indonesia dan kebanyakan diproduksi oleh industri rumah tangga, dan
industri kecil/ menengah (http//warintek.ristek.go.id).
1
Universitas Indonesia
Sedangkan mi basah mentah mempunyai umur simpan yang relatif lebih lama dari
mi basah matang yaitu 50 – 60 jam pada suhu ruang.
Umur simpan yang relatif pendek pada kedua mi basah ini disebabkan
banyaknya kadar air yang dimiliki. Mi basah matang memiliki kadar air (± 52%)
dan mi basah mentah memiliki kadar air 35% serta aktivitas air (Aw) yang cukup
tinggi sehingga mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme (Haryanto & Munarso,
2008). Dengan demikian, kerusakan mi basah terutama disebabkan oleh kadar air
relatif banyak sehingga memudahkan pertumbuhan mikroba. Istilah masyarakat
umum yang sering digunakan produsen atau konsumen tentang kerusakan mi
basah adalah mi menjadi basi.
Pendeknya umur simpan mi basah ini disebabkan oleh kondisi iklim tropis
seperti di Indonesia, kecenderungan terjadinya pencemaran pangan oleh
mikroorganisme menjadi sangat tinggi, karena memang udara yang hangat dan
lembab yang terus menerus terjadi sepanjang tahun merupakan kondisi yang
sangat mendukung pertumbuhan mikroba (JIP, 2006). Produksi yang higienis dan
penyimpanan pada suhu rendah (5oC) akan memperpanjang masa simpan mi
basah. Namun praktik-praktik tersebut kerap tidak diaplikasikan, sehingga sering
dijumpai penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti penambahan boraks dan
formalin untuk memperpanjang masa simpan. Hal ini terjadi karena kurangya
pengetahuan produsen mengenai keamanan pangan terutama dalam proses
pembuatannya.
Boraks adalah zat pengawet yang banyak digunakan sebagai antiseptik (zat
yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme). Sedangkan
Universitas Indonesia
formalin adalah bahan pengawet yang biasa digunakan sebagai desinfektan, cairan
pembalsem, pengawet jaringan, pembasmi serangga, dan untuk mengawetkan
mayat (Yuliarti, 2007). Namun karena banyak bahan makanan yang mudah rusak
dan mengingat keuntungan produsen semakin menipis, maka dewasa ini orang
cenderung menggunakannya dalam industri rumah tangga sebagai bahan
pengawet makanan seperti pada pembuatan mi dan bakso. Pemakaian bahan
pengawet formalin pada makanan dari satu sisi dapat menguntungkan produsen
karena dengan adanya tambahan dari bahan pengawet ini makanan dapat terhindar
dari mikroba sehingga mempunyai daya simpan lebih lama. Namun di sisi lain,
bahan pengawet tersebut apabila masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan
berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kesehatan (Cahyadi, 2008). Boraks
apabila terdapat dalam makanan, maka dalam waktu lama walau hanya sedikit
akan terjadi akumulasi (penumpukan) pada otak, hati, lemak dan ginjal.
Sedangkan bahaya formalin jika telah masuk ke dalam tubuh akan mengakibatkan
rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit
kepala, dan kanker paru-paru (Anonim, 2007).
Pada tahun 2002, masyarakat dikejutkan oleh adanya penelitian dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan yang menemukan adanya kandungan zat
pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin dalam bahan makanan jajanan
seperti bakso, mi basah dan ikan asin yang beredar di pasaran. Boraks dan
formalin merupakan penyumbang bahan tambahan pangan berbahaya yang paling
banyak ditemukan pada makanan dan ternyata pemakaian bahan pengawet boraks
dan formalin ini masih terus dilakukan pada bahan pangan sepanjang tahun. Hal
ini dibuktikan pada tahun 2003 BPOM melakukan pengujian pada sampel
berbagai jenis makanan seperti tahu, mi basah, bakso, ikan asin, dan ikan basah
yang beredar di Indonesia. Dari seluruh sampel yang diambil, kandungan boraks
dan formalin paling banyak ditemukan pada mi basah (BPOM, 2004).
Penggunaan boraks dan formalin pada makanan seperti pada mi basah, bakso,
ikan asin, dan tahu seakan sudah menjadi rahasia umum. Pemerintah kota Depok
juga melakukan inspeksi mendadak pada tahun 2005 pada makanan berat seperti
mi basah, bakso, tahu, dan ikan asin. Dari hasil inspeksi ternyata sebagian besar
Universitas Indonesia
disediakan pun beraneka macam jenisnya mulai dari masakan tradisional hingga
masakan modern semuanya ada di setiap kantin Universitas. Salah satu makanan
favorit kegemaran mahasiwa adalah mi, baik mi yang menjadi bahan dasar
makanan maupun mi yang hanya digunakan sebagai pelengkap makanan.
Universitas Indonesia
pengawet kimia berbahaya boraks dan formalin, yang baik tidak sengaja maupun
sengaja ditambahkan demi memperpanjang masa simpan mi basah. Peneliti
tertarik untuk menganalisis ada tidaknya kandungan boraks dan formalin dalam
bahan mi basah yang dijual di kantin-kantin Universitas X Depok menggunakan
kuesioner perilaku dan pengetahuan pedagang mi basah, tes kit boraks, dan tes kit
formalin. Mi basah yang diambil untuk diperiksa kandungan boraks dan
formalinnya adalah jenis mi basah mentah dan mi basah matang. Makanan dengan
bahan dasar mi basah mentah adalah mi ayam, sedangkan makanan yang
menggunakan bahan mi basah matang adalah soto mi dan mi pempek.
Universitas Indonesia
tambahan pangan adalah untuk memperbaiki warna, cita rasa, bentuk, tekstur,
serta memperpanjang masa simpan, dan bukan merupakan bahan utama.
Sedangkan menurut Codex bahan tambahan pangan merupakan bahan yang tidak
lazim dikonsumsi sebagai makanan, yang dicampurkan secara sengaja pada proses
pengolahan makanan. Jenis bahan tambahan pangan ini ada yang memiliki nilai
gizi dan ada yang tidak (Hidayati dan Saparinto, 2006).
Universitas Indonesia
Menurut Cahyadi (2008), Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat
dibenarkan apabila:
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam
pengolahan;
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau
yang tidak memenuhi persyaratan;
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
dengan cara produksi yang baik untuk pangan;
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
Universitas Indonesia
6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)
7. Nitrofuranzon (Nitrofuranzone)
8. P-Phenetilkarbamida (p-Phenethycarbamide, Dulcin, 4-ethoxyphenyl urea)
9. Asam Salisilat dan garamnya (Salilicylic Acid and its salt)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988,
selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang
seperti rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin
(pemanis sintesis), dan kalsium bromat (pengeras).
Universitas Indonesia
2.5 Boraks
2.5.1 Pengertian Boraks
Boraks adalah senyawa bor dengan nama kimia natrium tetraborat
(NaB4O7). Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah dan
Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Bahan ini digunakan atau ditambahkan
ke dalam bahan pangan agar bahan pangan menjadi lebih kenyal dan awet pula
(Cahyadi, 2008). Boraks mempunyai bentuk padat, jika terlarut dalam air akan
menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya
boraks identik dengan bahaya asam borat (Khamid, 1993). Senyawa-senyawa
asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur sekitar
171oC, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol
85%, dan tidak larut dalam eter.
Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam
sitrat atau asam tartrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu
molekul airnya pada suhu 1000C yang secara perlahan berubah menjadi asam
Universitas Indonesia
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya
bersifat basa, mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal
transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta agak manis
(Cahyadi, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sebaliknya, jika tidak mengandung boraks, warna kertas uji tidak berubah
(EasyTest, 2011).
Menurut Vogel (1979), reaksi yang terjadi antara boraks dengan reagen cair
yang berisi HCl pada uji boraks ini adalah:
Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O → 4H3BO3↑ + 2Na+ + 2Cl-
Pada uji boraks sampel mi basah yang akan diperiksa dihaluskan terlebih
dahulu dengan menggunakan mortar. Setelah diambil sesuai ukuran uji, kemudian
ditambah air panas. Jika air yang digunakan itu air dingin, maka tidak akan terjadi
proses kerja meskipun asam ortoborat dilepaskan. Namun ketika air dipanaskan,
jika sampel bahan mengandung boraks, maka asap putih asam borat dilepaskan
sehingga senyawa boraks terlepas ikatannya dengan senyawa yang ada dalam mi
basah. Hal inilah kemudian yang memudahkan kertas uji mengidentifikasi ada
tidaknya kandungan boraks pada mi basah dengan menyelupkan sebagian kertas
kemudian dikeringkan (Vogel, 1979).
Universitas Indonesia
2.6 Formalin
2.6.1. Pengertian Formalin
Senyawa ini di pasaran dikenal dengan nama formalin. Di pasaran,
formalin dapat diperoleh dalam bentuk yang sudah diencerkan , yaitu dengan
kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 persen serta dalam bentuk tablet yang
beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37%
formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan methanol hingga 15% sebagai
pengawet (Handayani, 2006).
Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita dengar di
masyarakat, diantaranya formol, methylene aldehyde, paraforin, morbicid,
oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanol, formoform, superlysoform,
formic aldehyde, formalith, tetraoxymethylene, methyl oxide, karsan, trioxane,
oxymethylene dan methylene glycol. Formalin yang biasa ditambahkan pada
makanan adalah larutan 30-50% gas formaldehid, untuk stabilitas dalam larutan
formalin biasanya mengandung methanol 10-15% (Cahyadi, 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
amati perubahan warna yang terjadi pada campuran. Bila warna campuran
berubah dari putih menjadi ungu violet, maka dapat dipastikan makanan
tersebut positif mengandung formalin. Begitu pula sebaliknya, bila warna
campuran tidak berubah, makanan tersebut negatif mengandung formalin
(EasyTest, 2012).
Uji formalin ini menggunakan reagen A yang berisi larutan HCl dan
reagen B yang berisi larutan pararosanilin. Pararosanilin dalam uji formalin ini
akan menghasilkan membran sol-gel yang sensitif terhadap formalin. Didalam
membran sol-gel, pararosanilin akan bereaksi dengan formalin dalam larutan
yang masuk ke dalam pori-pori membran. Reaksi keduanya akan membentuk
sebuah kompleks formalin-pararosanilin berwarna ungu. Warna ungu inilah
membuktikan adanya kandungan formalin pada sampel bahan yang diperiksa.
Intensitas warna ungu secara kualitatif dapat digunakan untuk memperkirakan
kadar formalin yang ada di dalam sampel (Azmi, 2010).
Universitas Indonesia
2.8 Pengertian Mi
Mi merupakan salah satu makanan populer di asia, khususnya Asia Timur dan
Asia Tenggara. Menurut catatan sejarah, mi pertama kali dibuat di daratan cina
sekitar 2000 tahun yang lalu. Dari cina mi menyebar ke jepang, korea, Taiwan,
dan negara-negara asia tenggara termasuk Indonesia. Di benua Eropa mi mulai
berkembang sejak marcopolo berkunjung ke cina dan membawa oleh-oleh mi.
Selanjutnya mi dikenal sebagai pasta di eropa seperti yang kita kenal saat ini
(http//wikipedia.org).
Sejak mulai diperkenalkan di berbagai negara di asia, mi berkembang menjadi
berbagai bentuk dan tipe. Di Indonesia mi digunakan sebagai bahan baku dalam
berbagai masakan daerah, antara lain soto mi dan toge goreng (Bogor), Pempek
(Palembang), Mi kocok (Jawa Barat), mi juhi, mi jawa, dan masakan-masakan
Universitas Indonesia
2.7.1 Jenis-jenis Mi
Berdasarkan segi tahap pengolahan dan kadar airnya, menurut Koswara,
2005, mi dapat dibagi menjadi 5 golongan:
1. Mi basah mentah/ segar adalah mi produk langsung dari proses
pemotongan lembaran adonan dengan kadar air 35 persen.
2. Mi basah matang, adalah mi mentah yang sebelum dipasarkan mengalami
perebusan dalam air mendidih lebih dahulu, jenis mi ini memiliki kadar air
sekitar 52 persen.
3. Mi kering, adalah mi mentah yang langsung dikeringkan, jenis mi ini
memiliki kadar air sekitar 10 persen.
4. Mi goreng, adalah mi mentah sebelum dipasarkan lebih dahulu digoreng.
5. Mi instan (mi siap hidang), adalah mi mentah, yang telah mengalami
pengukusan dan dikeringkan sehingga menjadi mi instan kering atau
digoreng sehingga menjadi mi instan goreng ( instant freid noodles).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6. Pendinginan
Mi hasil perebusan kemudian ditiriskan, selanjutnya didinginkan secara cepat
dengan disiram air. Agar mi tidak lengket diberi minyak kacang atau minyak
goring sambil diaduk-aduk agar merata.
2.9 Pengetahuan
2.8.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Pengetahuan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan yang terjadi
pada manusia bisa berupa penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan
perasa. Namun indera penglihatan dan pendengaran merupakan indera yang
paling dominan dalam mendapatkan pengetahuan (Kusrini, 2006).
Menurut Martin dan Oxman, Pengetahuan merupakan kemampuan untuk
membentuk model mental yang menggambarkan objek dengan tepat dan
merepresentasikan dalam tindakan yang dilakukan terhadap suatu objek (Kusrini,
2006).
Universitas Indonesia
rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetehuan yang paling
rendah. Predikat yang menjadi ukuran bahwa seseorang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasiakan materi
tersebut secara benar. Orang yang sudah paham objek yang diketahui, maka orang
itu dapat menginterpretasikan materi yang telah dipelajari dengan dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (application)
Defenisi aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi lebih bersifat kepada penerapan
atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kata kerja yang lebih
menggambarkan kepada kemampuan analisis ini seperti dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthetic)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Artinya sintesis merupakan kemampuan menyusun formula baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan,
menyesuaikan, dan sebagainya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian evaluasi dapat didasarkan
pada kriteria yang ditentukan diri sendiri atau menggunakan kriteria yang telah
ada sebelumnya.
Universitas Indonesia
2.10 Perilaku
2.9.1 Defenisi Perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interkasi individu dengan
lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah makhluk hidup
(Notoatmodjo, 2003).
Universitas Indonesia
Presdisposing Factor
Pengetahuan
Kepercayaan
Nilai
Persepsi
Enabling Factor
Ketersediaan fasilitas
Keterjangkauan fasilitas Perilaku
Keterampilan petugas
Komitmen pemerintah
Reinforcing Factor
Sikap dan perilaku
pedagang, keluarga, guru,
petugas, tokoh masyarakat
dan sebaginya
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Universitas Indonesia
Karakteristik:
- Usia
- Jenis Kelamin Perilaku Penambahan Boraks
- Pendidikan dan Formalin pada Mi Basah
Terakhir Mentah dan Matang
- Pengetahuan
- Pelatihan
Uji Laboratorium dengan
tes kit Boraks dan Formalin
30
Universitas Indonesia
5 Perilaku Ada tidaknya Sampel mi dihaluskan Tes kit Warna Kertas Ordinal
Penambahan kandungan ½ sdt kemudian boraks yang uji:
Boraks pada boraks sebagai dicampur dengan 10ml terdiri dari:
Mi bahan air mendidih. - Merah bata
pengawet Dinginkan dan - Mortar (+) boraks
kimia di tambahkan 5ml HCl - Gelas - Tidak berubah
dalam bahan dan 4 tetes reagent kaca/tabun warna (-)
makanan mi. cair. Celupkan kertas g reaksi boraks
uji setengahnya ke - Kertas uji
dalam campuran dan
angin-anginkan.
Universitas Indonesia
3.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah:
Ho :Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pedagang
mi basah dengan perilaku penambahan boraks dan formalin pada
mi basah di kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012.
Ha :Ada hubungan antara pengetahuan yang bermakna pedagang mi
basah dengan perilaku penambahan boraks dan formalin pada mi
basah di kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012.
Universitas Indonesia
4.3.2 Sampel
Berdasarkan tujuan penelitian, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah pedagang mi basah yang kemudian akan diperiksa mi basahnya. Jumlah
pedagang mi basah berdasarkan survey awal yang telah dilakukan yaitu sebesar
24 pedagang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang
mi basah, baik mi basah matang maupun mi basah mentah yang berjualan di
kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012. Peneliti menerapkan kriteria
inklusi dan eksklusi untuk memastikan apakah pedagang mi basah dapat
memenuhi kriteria penelitian.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Seluruh pedagang mi basah yang aktif berjualan di kantin
Sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini adalah:
1. Pedagang mi basah yang tidak berjualan selama beberapa hari/minggu
2. Pedagang mi basah yang mengganti bahan mi basah dengan mi kering
Dari hasil kriteria inklusi dan eksklusi, jumlah pedagang mi basah yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu 20 dari 24 pedagang. Pedagang yang tidak masuk
dalam penelitian ini adalah pedagang mi basah yang tidak berjualan selama
beberapa hari/minggu yaitu sebanyak 3 pedagang dan pedagang yang mengganti
bahan mi basahnya dengan mi kering sebanyak 1 pedagang. Maka total sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pedagang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Gambaran distribusi mi menurut sifat, jenis makanan dasar mi menurut
lokasi
Jenis makanan
Sifat Mi Lokasi Jumlah
Mi ayam Soto mi Mi goreng Mi bakso Mi pempek
A + - - - - 1
B - - - - - 0
C + - - - - 1
D + - - - - 1
E + - - - - 1
F + - - - - 1
Mi G ++ - - - - 2
Mentah H + - - - - 1
I + - - - - 1
J + - - - - 1
K + - - - - 1
L + - - - - 1
M + - - - - 1
N + - - - - 1
Jumlah Total Mi Basah Mentah 14
A - + - - - 1
B - + - - - 1
C - + - + - 2
D - + - - - 1
E - - - - - 0
F - - - - + 1
Mi G - - + - + 2
basah H - + - - - 1
I - + - - - 1
J - - - - - 0
K - + - - - 1
L - - - - - 0
M - - - - - 0
N - - - - - 0
Jumlah Total Mi Basah Matang 11
Mi A + - - - - 1
kering Jumlah Mi Kering 1
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Skema kerja uji kualitatif kandungan boraks pada sampel
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Skema kerja uji kualitatif kandungan formalin pada sampel
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Editing
Tahapan ini merupakan tahap untuk melakukan pengecekan isian semua
kuesioner yang terkumpul apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap,
jelas, relevan, dan konsisten.
2. Coding
Tahapan ini merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan dilakukan
koding 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMU dan 4 = PT. Jenis kelamin: 1 = laki-laki dan 2
= perempuan, dsb. Peran dari tahap coding adalah untuk mempermudah pada saat
analisis data dan juga mempercepat pada saat entri data.
3. Processing
Setelah semua kuesioner sudah lengkap diperiksa dan diberi kode, maka
langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang di-entry dapat analisis.
Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket
program komputer. Paket program SPSS for Window yang akan digunakan untuk
melakukan tahap entry data.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan tahap pengecekan kembali data
yang sudah di-entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak pada hasil
entry data.
Universitas Indonesia
4.11.2 Bivariat
Keterangan :
X2 = Nilai Chi Square
O = Nilai yang diamati
E = Nilai yang diharapkan
Hasil penelitian dinyatakan dalam p value dengan tingkat kemaknaan (α)
5% dan CI 95%. Bila nilai p value ≤ 0,05, maka diputuskan bahwa terdapat
hubungan antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen.
Namun bila nilai p value > 0,05, maka diputuskan tidak ada hubungan antara
variabel independen yang dimaksud dengan variabel dependen (Sabri dan
Hastono, 2006).
Universitas Indonesia
18-24 th
40% 25-40 th
55%
41-65 th
48
Universitas Indonesia
45% laki-laki
55% perempuan
5.1.3 Pendidikan
Pendidikan terakhir responden pada penelitian ini dapat ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
SD
30% SMP
SMA
55%
PT
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berikut ini adalah gambar 5.4 yaitu mi basah matang dan mi basah mentah
yang menjadi bahan uji penelitian, serta mi kering yang digunakan sebagai
kontrol penelitian:
antara bagian kertas yang dicelup dan bagian kertas yang tidak dicelup. Perubahan
sedikit warna juga terjadi pada bagian ujung-ujung kertas uji. Perubahan warna
pada kertas uji ini tidak dapat dilihat dari gambar melalui poto kamera karena
perubahan warna yang terjadi sangat sedikit sehingga hanya dapat dilihat oleh
mata telanjang saja.
Kandungan boraks dengan kadar sedikit diduga dimiliki oleh 4 mi basah yang
seluruhnya berasal dari mi basah matang. Perubahan warna pada kertas uji lebih
banyak karena warna kertas yang berubah manjadi merah bata terjadi pada bagian
perbatasan kertas yang dicelup hingga ke bagian tengah. Perubahan warna kertas
ini dapat dilihat melalui gambar kamera yang telah difoto peneliti. Namun
perubahan warna yang terjadi masih tergolong sedikit mengingat tidak seluruh
kertas yang dicelupkan mengalami perubahan warna.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis Bivariat
5.6 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Perilaku Penambahan
Boraks pada Mi Basah
Tabel 5.9 Tabulasi silang antara pengetahuan dengan perilaku penambahan
boraks pada mi basah
Hasil uji Boraks Total
Kategori
n P value
Pengetahuan % n (-) % n %
(+)
Sedang 10 53 9 47 19 100
1,00
Baik 1 100 0 0 1 100
Total 11 55 9 45 20 100
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penambahan
boraks pada mi basah diperlihatkan pada tabel 5.9 dan diperoleh bahwa ada
sebanyak 10 (53%) pengetahuan sedang dimiliki oleh responden yang mi
basahnya positif mengandung boraks. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
value=1,00 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi tingkat
pengetahuan antara responden yang mi basahnya mengandung boraks dengan
yang tidak (tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku perilaku penambahan boraks pada mi basah).
Universitas Indonesia
formalin dengan yang tidak (tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku perilaku penambahan formalin pada mi basah).
25%
Tidak
Ya
75%
Universitas Indonesia
5
0
mie basah matang mie basah mentah
Rp10000-14000 0 13
Rp 6000-8000 7 0
20 pedagang
100%
Dari gambar 5.6 hasil wawancara mengenai BTP, tidak ada satupun
responden yang menyatakan menambah bahan tambahan lain selain bahan
utama, baik responden yang memproduksi sendiri maupun yang tidak
memproduksi sendiri mi basah yang dijajakan. Responden yang tidak
Universitas Indonesia
6
4
2
0
daya tahan mie daya tahan mie
basah mentah basah matang
1 - 2 hari 13 7
Lebih dari 2 hari 0 0
Universitas Indonesia
Jumlah
6
4
2
0
Diolah Tidak pernah
Dibuang
kembali bersisa
mie basah mentah 0 10 3
mie basah matang 1 0 6
pernah
tidak pernah
95%
Universitas Indonesia
terlihat pada gambar 5.9. Dari seluruh responden yang berjumlah 20 orang, 19
orang responden menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan seperti pelatihan
atau seminar mengenai bahan tambahan pangan dan hanya 1 orang yang
menjawab sudah pernah. Artinya hampir seluruh responden yang diwawancarai
tidak pernah mengikuti pelatihan seputar bahan tambahan pangan.
matang saja yang sudah mulai mengalami pembusukan. Hal ini ditandai dengan
tumbuhnya jamur pada salah satu bagian mi basah. Sedangkan 6 mi basah yang
lain masih terlihat baik dan tidak ditumbuhi jamur satupun.
Untuk mi basah mentah, peneliti dapat membedakan ciri-ciri fisik mi basah
mentah yang mengandung boraks dan mi basah mentah yang tidak mengandung
boraks. Hal ini karena tidak semua sampel mi basah mentah yang diuji
mengandung boraks. Dari 13 sampel mi basah mentah yang diuji, hanya 4 sampel
mi basah mentah yang positif mengandung boraks. Perbedaan ciri fisik mi basah
mentah yang positif boraks dan mi basah mentah yang negating boraks dapat
dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 5.10 Ciri-ciri Fisik mi basah mentah yang Positif Mengandung Boraks
Ciri-ciri Fisik Mi Lokasi Kantin Mi Basah Mentah
N
Basah positif N
o A L C M D E F G H I J K M
Boraks
1 Warna mengkilap 13 - - - - - - - - - - - - -
Tidak mudah
2 13 - + + - - - - - - - + - +
Putus
3 Tidak lengket 13 + + + + + + + + + + + + +
4 Liat (kenyal) 13 - + + - - - + + + + + - +
Keterangan : (-) : Tidak
(+) : Ya
Dari tabel 5.8 dapat ditunjukkan bahwa seluruh mi basah mentah tidak
mempunyai warna mengkilap melainkan bewarna putih agak gelap dan tidak
lengket. Dari 13 sampel mi mentah yang diteliti, hanya 4 sampel yang mempunyai
karakteristik tidak mudah putus dan 4 sampel yang mempunyai sifat liat (kenyal).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
68
Universitas Indonesia
contoh bahan tambahan pangan, dan ciri-ciri makanan yang mengandung bahan
pengawet.
Berdasarkan tabel 5.1 pada bab sebelumnya, diketahui bahwa sebagian
besar responden mi basah mentah dan responden mi basah matang mempunyai
penetahuan yang baik mengenai Bahan Tambahan Pangan. Hal ini terlihat dari
tabel 5.1 yang menunjukkan lebih banyak responden yang menjawab benar pada
pertanyaan manfaat bahan tambahan pangan dan contoh bahan tambahan pangan
daripada responden yang menjawab salah.
Walaupun sebagian besar pedagang menjawab dengan benar dari
pertanyaan-pertanyaan mengenai Bahan Tambahan Pangan, masih ada ditemukan
responden belum paham mengenai pengertian bahan tambahan pangan dan ciri-
ciri makanan yang mengandung bahan pengawet. Hal ini terlihat dari jawaban
responden yang hanya 38,5% dari responden mi basah mentah yang menjawab
benar. Sementara itu, dari pertanyaan mengenai ciri bahan makanan yang
mengandung pengawet hanya sebanyak 28,6% responden mi basah matang yang
menjawab benar.
Persentase jawaban responden mi basah mentah untuk jawaban pertanyaan
manfaat dan contoh bahan tambahan pangan serta ciri makanan yang mengandung
bahan pengawet mempunyai nilai sama yaitu sebesar 53,8%. Sedangkan
pengetahuan responden mi basah matang mengenai contoh bahan tambahan
pangan sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 57,1%, namun masih tergolong rendah.
Dari hasil wawancara diketahui bahwa responden yang mempunyai tingkat
pengetahuan rendah mengenai pengertian bahan tambahan pangan dan ciri
makanan yang mengandung bahan pengawet adalah responden yang tidak
memproduksi sendiri mi basah yang mereka jual. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa responden yang tidak memproduksi mi basahnya sendiri
cenderung memiliki pengetahuan rendah mengenai pengertian bahan tambahan
pangan dan ciri makanan yang mengandung pengawet, walaupun kondisi ini tidak
berlaku secara umum pada seluruh pedagang.
Selain tidak memproduksi sendiri mi basah yang dijual, responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan rendah terkait pengertian BTP dan ciri makanan
berpengawet juga mungkin merupakan responden yang kurang terpapar informasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Oleh karena itu rata-rata mereka memilih pilihan jawaban yang kurang benar
karena pilihan jawaban tersebut terdapat jawaban benar dan jawaban yang salah.
Universitas Indonesia
bermutu tinggi dan memenuhi persyaratan. Hal ini disebabkan karena tingkat
ekonomi masyarakat yang rendah dan juga pengetahuan yang kurang sehingga
kondisi inilah yang menyebabkan pedagang makanan memproduksi makanan
dengan harga yang murah dengan menggunakan bahan-bahan yang berbahaya.
Selain itu juga karena boraks lebih mudah didapatkan di pasaran dengan harga
yang relatif lebih murah disbanding dengan bahan pengawet lain yang aman.
Kurangnya kepedulian pedagang terhadap keselamatan masyarakat menyebabkan
banyaknya penyakit yang timbul akibat mengonsumsi makanan yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut.
Universitas Indonesia
Keadaan ini tidak berlaku secara umum, namun sebagian besar berlaku di
masyarakat.
Dari hasil wawancara pedagang mengenai harga mi basah, seluruh
pedagang mi basah matang mengaku membeli mi basah dengan range harga
Rp6000 – Rp8.000/kg. Sedangkan dari 13 pedagang mi basah mentah, seluruh
pedagang mengaku membeli atau menjual mi basahnya dengan kisaran harga
Rp10.000 – Rp14.000/kg. Setelah peneliti menguji kandungan formalin pada mi
basah, ternyata dapat diinterprtasikan bahwa mi yang mengandung bahan
pengawet berbahaya (dalam hal ini adalah formalin) umumnya memiliki harga
jual yang relatif lebih murah dibanding dengan mi basah yang tidak mengandung
formalin.
Dengan harga yang relatif lebih murah dari harga pada umumnya ini akan
membantu konsumen dalam membeli bahan makanan agar lebih berhati-hati
memilih makanan yang akan dibeli. Harga mi yang berbeda-beda ini diduga
karena bahan yang digunakan dalam membuat mi berbeda harga dan kualitas.
Kesalahan fatal yang dilakukan oleh para produsen makanan adalah
menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan (Saparinto, 2006).
Adanya pengawet berbahaya dalam makanan ini sebenarnya sudah lama menjadi
rahasia umum. Fakta ini lebih menyadarkan masyarakat bahwa selama ini terdapat
bahaya formalin yang mengancam kesehatan yang berasal dari konsumsi makanan
sehari-hari.
Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak
sulit sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak
bertanggung jawab.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
putus, seluruh sampel mi basah yang positif mengandung formalin tidak mudah
putus.
Universitas Indonesia
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan dan pemeriksaan
boraks dan formalin pada mi basah matang dan mi basah mentah yang
dijajakan di kantin-kantin Universitas X Depok, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada umumnya pengetahuan pedagang mi basah cenderung baik.
Namun masih tergolong rendah pada beberapa pertanyaan mengenai
Bahan Tambahan Pangan (pengertian BTP dan ciri makanan yang
mengandung bahan pengawet), Boraks (fungsi boraks sebenarnya, ciri
makanan mengandung boraks dan bahan alami pengganti boraks) dan
Formalin (fungsi formalin sebenarnya dan bahan alami pengganti
formalin).
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan pedagang mi
basah dengan perilaku penambahan boraks maupun formalin pada mi
basah di kantin-kantin Universitas X Depok tahun 2012.
3. Hasil penelitian perilaku menunjukkan sebesar 25% pedagang mi
basah memproduksi sendiri mi basahnya, range harga mi basah
Rp10000-14000, 100% responden mengaku tidak menambahkan
bahan tambahan pangan lain selain bahan utama, 100% pedagang
mengaku mi basah yang dijual hanya bertahan 1-2 hari dan hanya 5%
pedagang yang mengaku pernah mengikuti pelatihan seputar bahan
tambahan pangan.
4. Berdasarkan pemeriksaan boraks yang dilakukan pada 13 mi basah
mentah, 4 diantaranya 30% nya mengandung boraks dan tidak ada
yang mengandung formalin.
5. Dari 7 mi basah matang yang diperiksa kandungan boraksnya,
seluruhnya mengandung boraks dan formalin (100%). Padahal
pemerintah sudah menyatakan bahwa boraks dan formalin adalah salah
83
Universitas Indonesia
7.2 Saran
Saran yang bisa diberikan pada akhir penelitian ini adalah sebagai berikut:
7.2.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Depok
1. Perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya penggunaan pengawet
boraks dan formalin dalam pembuatan mi basah sebagai bahan
tambahan dalam makanan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok kepada
para produsen sekaligus pedagang mi basah sebagai makanan yang
selalu dijajakan kepada masyarakat, khususnya mahasiswa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
A.Karakteristik Responden
No.Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pengetahuan
1. Apakah bapak/ibu tahu yang dimaksud dengan bahan tambahan
makanan?
a. Bahan tambahan yang ditambahkan dalam makanan dengan tujuan
untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan
b. Bahan tambahan makanan yang sengaja ditambahkan kedalam
makanan
c. Tidak tahu
2. Apakah manfaat dari penggunaan bahan tambahan makanan?
a. Untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik,
serta rasa dan teksturnya lebih sempurna
b. Untuk mengawetkan makanan tanpa mengubah tekstur dan kualitas
c. Tidak tahu
3. Apakah contoh-contoh bahan tambahan makanan?
a. Pengawet,pewarna,pemanis dan penyedap rasa
b. Pengawet,pewarna,penyedap rasa, dan penyegar
c. Tidak tahu
4. Bagaimanan ciri-ciri makanan yang mengandung pengawet?
a. Makanan tidak mudah membusuk, tahan lama, dapat memperbaiki
cita rasa, warna dan teksturnya
b. Makanan awet dan tahan lama, cita rasa, warna dan tekstur tidak
berubah
c. Tidak tahu
FORMALIN
1. Apakah fungsi sebenarnya formalin?
a. Pembunuh serangga, Pengawet mayat
b. Pengawet mayat, pembunuh kuman
c. Tidak tahu
2. Apakah contoh-contoh makanan yang mengandung formalin yang
bapak ketahui?
a. Bakso, mi, tahu, ikan asin
b. Bakso, mi, tahu, buah-buahan
c. Tidak tahu
3. Apakah bapak tahu ciri-ciri mi basah yang berformalin?
a. Teksturnya lebih kenyal, tidak rusak lebih dari 2 hari, bau
menyengat
Universitas Indonesia
BORAKS
1. Apakah fungsi sebenarnya boraks menurut Bapak/Ibu?
a. Bahan Pembersih dan pembunuh jamur (fungisida)
b. Pestisida (pembunuh hama tanaman) dan Pembunuh bakteri
c. Tidak tahu
2. Apakah contoh-contoh makanan yang mengandung boraks yang
Bapak/Ibu ketahui?
a. Bakso, mi, tahu, ikan asin
b. Bakso, mi, tahu, buah-buahan
c. Tidak tahu
3. Apakah Bapak/Ibu tahu ciri-ciri mi basah yang mengandung boraks?
a. Teksturnya lebih kenyal, tidak lengket, tidak mudah putus
b. Lembut dan bewarna putih, bau menyengat, lebih lengket
c. Tidak tahu
4. Menurut bapak bolehkan menambahkan boraks dalam makanan seperti
mi basah?
a. Tidak boleh
b. Boleh
c. Tidak tahu
5. Sebutkan bahan alami pengganti boraks yang bapak ketahui!
a. Air ki
b. Lainnya____
c. Tidak tahu
Universitas Indonesia
Perilaku
1. Apakah mie basah ini ibu produksi sendiri?
a. Ya b. Tidak
2. Berapa rupiah harga mie/kg nya?
3. Adakah bahan tambahan yang ibu tambahkan dalam pembuatan mie basah?
(selain bahan utama: tepung-tepungan, mentega, telur, air)
a. Tidak ada
b. Ada,
sebutkan__________________________________________________
4. Biasanya mie basah yang ibu gunakan tahan berapa lama?
a. 1 – 2 hari b. Lebih dari 2 hari
5. Jika mie yang dijual tidak habis (bersisa), tindakan apa yang Ibu lakukan
terhadap mie tersebut?
a. Dibuang b. Diolah kembali c. Tidak pernah bersisa
6. Apakah ibu pernah mengikuti pelatihan seputar bahan tambahan pangan?
a. Pernah b. Tidak pernah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil Pemeriksaan Kualitatif Boraks dan Formalin Pada Mi Basah di Seluruh Kantin
Universitas X Depok Tahun 2012
Lokasi Kode Uji Tes Kit Hasil Uji
Jenis Mi
Kantin Sampel (Sampel+Reagen cair+kertas Uji) Boraks
Kantin A Mm A Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin L Mm L (sangat sedikit)
Warna kertas berubah sedikit merah bata
Boraks (+)
Kantin C Mm C (sangat sedikit)
Warna kertas berubah sedikit merah bata
Boraks (+)
Kantin M Mm M (sangat sedikit)
Kantin D Mm D Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin E Mm E Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Mi Mentah Kantin F Mm F Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin G Mm G Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin H Mm H Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin I Mm I Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin J Mm J Warna kertas berubah merah bata Boraks (+)
Kantin K Mm K Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin M Mm M Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Kantin D Mm2 D - -
Kantin I Mm2 I - -
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin B Mb B (sedikit)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin I Mb I (sangat sedikit)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin F Mb F (sedikit)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin K Mb K (sangat sedikit)
Mi Basah Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin G Mb G (sangat sedikit)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin C Mb C (sedikit)
Warna kertas berubah merah bata
Boraks (+)
Kantin H Mb H (sedikit)
Kantin D Mb D - -
Kantin A Mb A - -
Mi Kering (kontrol) Mk Warna kertas tidak berubah Boraks (-)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia