Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering
muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau
asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan
autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan.
Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65%
yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda.
Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden
komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan
nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung
berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan
demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat
mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada
saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko
membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan
anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup
kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi
asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Anemia dalam kehamilan ?


2. Bagaimana Patofisiologi Anemia pada kehamilan ?
3. Bagaimana etiologi Anemia dalam kehamilan ?
4. Bagaimana klisifikasi penyakit anemia ?
5. Bagaimana tanda dan gejala anemia pada kehamilan ?
6. Apa saja faktor-faktor penyebab anemia dalam kehamilan ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit anemia pada kehamilan ?

1
8. Bagaimana cara penatalaksanaan medis dalam anemia dalam kehamilan ?
9. Komplikasi apa saja yang mungkin muncul pada penyakit anemia pada kehamilan ?
10. Bagaimana cara mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi anemia dalam kehamilan.


2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang patofisiologi anemia dalam kehamilan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi anemia dalam kehamilan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifiksi penyakit anemia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala pada penyakit anemia dalam
kehamilan.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Diagnosis Hipertensi Dalam Kehamilan
7. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan medis penyakit anemia dalam
kehamilan.
8. Mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Dengan demikian anemia bukan merupakan
suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan
melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan
dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh
karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi
harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo
Aru,dkk 2009)

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu
dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr%
pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Anemia adalah komplikasi antepartum yang sering terjadi diamerika Serikat. Yang
memengaruhi 20 hingga 50% ibu hamil. Anemia ditandai penurunan jumlah sel darah
merah dan konsentrasi Hb dibawah normal. Kondisi ini menyababkan penurunan kapisitas
darah untuk mengakut oksigen ke organ vital ibu dan janin. Selama kehamilan. Anemia
meningkatkan risiko kelahiran kurang bulan. Anemia dapat meningkatkan mortalitas ibu
dengan menurunkan toleransi ibu terhadap hemoragi. Penyakit ini juga meningkatkan
risiko komplikasi pueperal( mis. Menghambat penyembuhan episitomi atau insisi), serta
mengurangi persediaan zat bersi untuk cadangan janin.(Green. Carlo J, Maternal Dan Bayi
Baru Lahir. 2012)

Anemia gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhisekurang kurangnya 20% wanita hamil.wanita ini memiliki insiden
komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi dari pada waita hamil dengan nilai
hematologi normal.( Bobak. 2005)

3
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. jantung
berupaya mengopensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. upaya ini
meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventrikular . dengan demikian,
anemia yang menyertai komplikasi lain(minsalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan
gagal jantung kongestif.

indeks tidak langsung kapasitas pembawa oksigen adalah volume sel darah merah yang
dikemas(packed red cells) atau kadar hemotokrit. rentang hemotokrit normal pada wanita
tidak hamil ialah 37% sampai 47%. namun, nilai normal untuk wanita hamil dengan
cadangan besi yang adekuat rendah, yakni 33% . hal ini dijelaskan dengan adanya
hidremia (pengenceran darah) atau anemia fisiologis kehamilan.

Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)
dibawah rentang normal.

B. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah
yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor
diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini
bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen
ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.
Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri
dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer

4
yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki
(Sjaifoellah, 1998).
Untuk mendiagnosis tipe anemia, kita harus menentukan mekanisme dasar dari
penyakit tersebut. Hampir semua anemia dapat dibagi kedalam dua bentuk :

1. Yang disebabkan adanya kerusakan dalam pembentukan sel darah merah .


2. Disebabkan oleh kehilangan atau kerusakan sel darah merah yang berlebih.

Karakteristik morfologis SDM biasanya digunkanan dalam klasifikasi anemia. Istilah


yang digunakan termasuk :

a. Normokrom/normositik : ukuran dan warna SDM normal diberikan oleh


konsentrasi hemoglobin.
b. Mikrositik/hipokrom : penurunan ukuran dan warna SDM disebabkan tidakadekuat
konsentrasi hemoglobin.
c. Makrositik SDM ukuran besar.
d. AnisositosisL variasi ukuran SDM.
e. Poikilositisis : variasi bentuk SDM.

Perubahan dalam ukuran SDM atau kandungan hemoglobin umum terjadi pada
anemia yang berhubungan dengan defisiensi besi, asam folat, dan vitamin B12. ( dr. Tan
Tambayong, Patofisiologi Keperawatan. 2000)

C. ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
6. Gangguan hemoglobin
7. Kekurangan asam folat ( Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obsetri, Prof. Dr. Ida
Bagus Gde Manuaba, 2001 )

5
D. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu,
keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan
adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg
besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan
yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai
berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan
untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan
dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan
menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan
menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288
hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi
masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001).
2. Anemia Megaloblastik
6
Anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena
kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
a. Asam folik 15 – 30 mg per hari
b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah
tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
4. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-
organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah.
Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi
darah berulang dapat membantu penderita ini.
5. Anemia Sel Sabit
Hemoglobinopati sel bulan sabit merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
hemoglobin abnormal dalam darah. Sifat sel bulan sabit (pola hemoglobin) adalah SDM
berbentuk bulan sabit tapi dengan usia yang sama dengan SDFM normal. Sebagian besar
orang dengan sifat ini tidak mengalami gejala. Sekitar 1 diantara 12 orang afrika amerika as
memiliki sifat sel bulan sabit (samuels, 2007).
Wanita dengan sifat sel bulan sabit memerlukan konseling genetik dan pasangannya
yang harus diperiksa untuk menentukan resiko mereka memiliki anak dengan sifat atau
penyakit sel bulan sabit. Wanita dengan sifat sel bulan sabit biasanya kondisinya baikbaik
selama kehamilan. Meski demikian mereka mengalami peningkatan resiko eklamapsia,
kematian janin dalam rahim, bayi prematur atau BBLR dan endonetritis pospartum. Mereka
juga memiliki resiko yang meningkat untuk terjadinya ISK dan difisiensi besi. ( kilpartick,
2009; samuels, 2007).
7
Anemia sel bulan sabit adalah anemia hemolitik yang diturunkan, resesif, dan pamilial
yang dialami seseorang dengan keturunan afrika atau mediterania. Orang-orang ini biasanya
memiliki jenis hemoglobin abnormal ( ss atau SC). Masa hidup SDM penderita penyakit ini
hanya 5-10 hari. SDM normal 120 hari. Anemia sel bulan sabit terjadi pada 1 di antara 708
keturunan afrika-amerika di AS (samuels, 2007)
E. TANDA GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL
Gejala anemia pada kehamilan yaitu:
 Ibu mengeluh cepat lelah,
 Sering pusing,
 Mata berkunang-kunang,
 Malaise,
 Lidah luka,
 Nafsu makan turun (anoreksia),
 Konsentrasi hilang,
 Nafas pendek (pada anemia parah); dan
 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. (Kapita Selekta penatalaksanaan
rutin obsetri, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 2001 )
F. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia Pada Ibu Hamil
Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35
tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau
lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
2. Paritas ( Jumlah anak yang dilahirkan )
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454 kali
lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah. Adanya
kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)

8
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada ibu
hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan bio sosial
dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, konsums
pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko
Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat
digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang
Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran
LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi
juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu
hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
4. Infeksi dan penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak
mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl
memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang
dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis
(hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya
penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004).
Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di
antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak
berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di
derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah
bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan
kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan
dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan
janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin
tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi
sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus
dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat

9
menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar,
2006).
5. pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita
masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan dengan
malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah
(Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang
mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.
6. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan
prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari
2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu
hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM PADA KEHAMILAN
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular
rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan
eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan
sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada
tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

10
8. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan
defisiensi masukan/absorpsi
9. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
10. TBC serum : meningkat (DB)
11. Feritin serum : meningkat (DB)
12. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
13. LDH serum : menurun (DB)
14. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
15. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut / kronis (DB).
16. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
17. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI
(Doenges, 1999)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Therapy pengobatan
1. Therapy oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar
tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet
besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya
cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk
menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang
lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan
dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan
ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan
nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada
wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita
normal.Pengobatan yang lain:

11
 Asam folik 15 – 30 mg per hari
 Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
 Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
2. Therapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan
penyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy parenteral
ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi
(imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)
2) Transplantasi sum-sum tulang dan sistem selnya dapat dicoba, dan hanya dapat bertahan
selama 2 tahun.
a. Diikuti dengan pengobatan supresi immunologis selama beberapa bulan.
b. Transfusi untuk mempertahankan hematokrit sekitar 20%
(Pengantar Kuliah Obstetri, prof. Dr. I.B.G Manuaba, S.Pog. 2007)

I. Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu
diwaspadai.
 Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus,
missed abortus dan kelainan kongenital.
 Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur,
perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin
sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
 Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder,
janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena
ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio
placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan
involusio uteri. (Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obsetri, Prof. Dr. Ida Bagus Gde
Manuaba, 2001 )

12
J. Pencegahan Terjadinya Anemia Pada Ibu Hail
Pencegahan anemia pada ibu hamil antara lain :
a) Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau, kacang
– kacangan, protein hewani, terutama hati.
b) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga dan
lain–lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
Suplemen zat besi memang diperlukan untuk kondisi tertentu, wanita hamil dan anemia berat
misalnya. Manfaat zat besi selama kehamilan bukan untuk meningkatkan atau menjaga
konsentrasi hemoglobin ibu, atau untuk mencegah kekurangan zat besi pada ibu. Ibu yang
mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapatkan suplemen
memerlukan sekitar 2 tahun untuk mengisi kembali simpanan zat besi dari sumber-sumber
makanan sehingga suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (Depkes,
2008). Penderita anemia ringan sebaliknya tidak menggunakan suplemen zat besi. Lebih
cepat bila mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya dengan konsumsi makanan
yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan
(tahu, oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna hijau tua
(kangkung, bayam) dan buah-buahan (jeruk, jambu biji dan pisang).
Selain itu tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, air
jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti
teh dan kopi patut dihindari (Anonim, 2004).

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae, dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.

14
4. Eliminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,
dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

15
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).
10. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Impoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
2. kebutuhan oksigen
3. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi)
5. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pada pola makan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan/Kriteria hasil Intevensi Rasional


Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas Melaporkan peningkatan 2. Kaji kemampuan 1. Mempengaruhi
berhubungan dengan toleransi pasien untuk pilihan
ketidakseimbangan aktivitas(termasuk melakukan untuk intervensi/bantu
antara suplai dan aktivitas sehari-hari. melakukan an
kebutuhan oksigen. tugas/AKS normal. 2. Menunjukkan
3. Kaji kehilangan perubahan
/gangguan neurologi karena
keseimbangan defesiensi
gaya jalan, vitamin B12
kelemahan otot. mempengaruhi
4. Awasi tekanan keamanan
darah, nadi, pasien/resiko

16
pernapasan selama cedera.
dan sesudah 3. Manifestasi
aktivitas. kardiopulmonal
dari upaya
jantung dan paru
untuk membawa
jumlah oksigen
adekuat ke
jaringan.
2. Gangguan pola Menunjukkan 1. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi
nutisi berhubungan peningkatan berat badan nutrisi, termasuk defisiensi,
dengan atau berat badan stabil makanan yang menduga
ketidakmampuan dengan nilai laboratorium disukai. kemungkinan
untuk mencerna normal. 2. Observasi dan intervensi.
makanan. catat masukan 2. Mengawasi
makanan pasien. masukan kalori
3. Timbang berat atau kualitas
badan tiap hari. kekurangan
4. Berikan makan konsumsi
sedikit dan makanan.
frekuensi sering 3. Mengawasi
dan/atau makan penurunan berat
diantara waktu badan atau
makan. efektivitas
5. Observasi dan intervensi
catat kejadian nutrisi.
mual/muntah, 4. Makan sedikit
flatus dan gejala dapat
lain yang menurunkan
berhubungan. kelemahan dan
6. Berikan dan meningkatkan
bantu hygiene pemasukan juga
mulut yang baik mencegah

17
sebelum dan distensi gaster.
sesudah makan, 5. Gejala GI dapat
gunakan sikat menunjukkan
gigi halus untuk efek anemia
penyikatan yang (hipoksia) pada
lembut. Berikan organ.
pencuci mulut 6. Meningkatkan
yang diencerkan nafsu makan dan
bila mukosa oral pemasukan oral,
luka. menurunkan
7. Kolaborasi : pertumbuhan
berikan obat bakteri,
sesuai indikasi, meminimalkan
mis.Vitamin dan kemungkinan
suplemen infeksi. Teknik
mineral, seperti perawatan mulut
sianokobalamin khusus mungkin
(vitamin B12), diperlukan bila
asam folat jaringan
(Flovite); asam rapuh/luka/perda
askorbat (vitamin rahan dan nyeri
C), berat.
Besi dextran 7. Kolaborasi :
(IM/IV.) 1. Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia
dan/atau adanya
masukan oral
yang buruk dan
defisiensi yag
diidentifikasi.
2. Diberikan

18
sampai defisit
diperkirakan
teratasi dan
disimpan untuk
yang tak dapat
diabsorpsi atau
terapi besi oral,
atau bila
kehilangan
darah terlalu
cepat untuk
penggantian oral
menjadi efektif.
3. Resiko infeksi Mngidentifikasi perilaku 1. Tingkatkan cuci 1. Mencegah
berhubungan dengan untuk tangan yang baik kontaminasi
pertahanan tubuh mencegah/menurunkan oleh oemberi silang.
sekunder yang tidak resiko infeksi. perawatan dan 2. Menurunkan
adekuat (mis: pasien. resiko infeksi
penurunan 2. Pertahankan bakteri.
hemoglobin, teknik aseptic 3. Membantu
eukopenia, ketat pada dalam
supresi/penurunan prosedur/ pengenceran
respon inflamasi). perawatan luka. secret
3. Tingkatkan pernafasan
masukan cairan untuk
adekuat. mempermudah
4. Pantau suhu, catat pengeluaran dan
adanya menggigil mencegah statis
dan takikardia cairan tubuh.
dengan atau tanpa 4. Adnya proses
demam inflamasi/infeksi
5. Kolaborasi: membutuhkan
berikan antiseptic evaluasi/pengob

19
topical, antibiotic atan.
1sistemik. 5. Mungkin
digunakan
secara
propilaktik
untuk
menurunkan
kolonisasi atau
untuk
pengobatan
proses infeksi
local.
4. Konstipasi Membuat/kembali pola 1. Observasi warna 1. Membantu
berhubungan dengan normal dari fungsi usus. feses, konsistensi, mengidentifikasi
perubahan pada pola frekuensi, dan penyebab/ factor
makan. jumlah. pemberat dan
2. Auskultas bunyi intervensi yang
usus tepat.
3. Awasi masukan 2. Bunyi usus
dan haluaran secara umum
dengan perhatian meningkat pada
khusus pada diare dan
makanan/cairan. menurun pada
4. Kaji kondisi kulit konstipasi.
perianal dengan 3. Dapat
sering. mengidentifikasi
5. Kolaborasi: dehidrasi,
berikan obat anti kehilangan
diare, misalnya: berlebihan atau
difenoxsilat alat dalam
hidroklorida. mengidentifikasi
defisiensi diet.
4. Mencegah

20
ekskoriasi kulit
dan kerusakan
kulit.
5. Menurunkan
multilitas usus
bila diare terjadi.

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentraisi
hemoglobin menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

B. SARAN
Hendaknya mahasiswa selalu menggali ilmu pengetahuan yang baru tentang ilmu
keperawatan lainnya yang menunjang bidang keperawatan serta dapat memanfaatkan buku-
buku yang ada di perpustakaan untuk menambah ilmu dan wawasan akan dunia keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo Aru,dkk 2009

Saifuddin, 2002
Green. Carlo J, Maternal Dan Bayi Baru Lahir. 2012

dr. Tan Tambayong, Patofisiologi Keperawatan. 2000

Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obsetri, Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 2001
Pengantar Kuliah Obstetri, prof. Dr. I.B.G Manuaba, S.Pog. 2007

23

Anda mungkin juga menyukai