MANAJERIAL PELAYANAN TB DENGAN STRATEGI DOTS Rev
MANAJERIAL PELAYANAN TB DENGAN STRATEGI DOTS Rev
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sekarang berada pada rangking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan
estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat
TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 1
Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Kriteria yang menyatakan bahwa di suatu negara tuberkulosis tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat adalah bila hanya terdapat satu kasus BTA (+) per satu
juta penduduk.
Sampai hari ini belum ada satu negarapun di dunia yang telah memenuhi kriteria
tersebut, artinya belum ada satu negarapun yang bebas tuberkulosis. Bahkan untuk
negara maju, yang pada mulanya angka tuberkulosis telah menurun, tetapi belakangan
ini naik lagi sehingga tuberkulosis disebut sebagai salah satu reemerging diseases.
B. Tujuan
Tujuan umum
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah sakit
disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tuberkulosis di rumah
sakit.
Tujuan khusus
Sebagai pedoman manajerial dalam program penanggulangan TB di Rumah Sakit
dengan strategi DOTS
Sebagai indiktor mutu penerapa standar pelayanan rumah sakit dalam program
penanggulangan TB melalui akreditasi
Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam penanggulangan TB
melalui indikator standar pelayanan minimal rumah sakit.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 2
BAB II
STRATEGI DOTS
A. Pengertian
DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan langsung
pengobatan jangka pendek.Kalau dijabarkan pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program tuberkulosis untuk direct attention dalam usaha
menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan pemeriksaan
mikroskop. Kemudian setiap penderita harus di observed dalam memakan obatnya,
setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang pengawas. Selain itu
penderita harus menerima treatment yang tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi
dengan penyediaan obat yang cukup. Kemudian, setiap penderita harus mendapat obat
yang baik, artinya pengobatan short course standar yang telah terbukti ampuh secara
klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang membuat program
penanggulangan tuberkulosis mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan
kesehatan.
Pengertian DOTS dapat diterapkan dalam kasus per kasus TB yaitu dimulai dari
memfokuskan perhatian (direct attention) dalam usaha menemukan/ mendiagnosis
penderita secara baik dan akurat, utamanya melalui pemeriksaan mikroskopik.
Selanjutnya setiap penderita harus diawasi (observed) dalam meminum obatnya yaitu
obat diminum didepan seorang pengawas, dan inilah yang dikenal sebagai Directly
Observed Therapy (DOTS). Oleh karena itu untuk menjamin keteraturan pengobatan
TB diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes RI, 2001).
Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus
(Case Detection Rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan (Cure Rate), dan angka
keberhasilan rujukan (Success Referal Rate).
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 3
B. Strategi DOTS
DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya dilakukan pada
mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6-8 bulan untuk semua kasus dengan pemeriksaan
sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara langsung, untuk sekurang-
kurangnya dua bulan pertama.
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap hasil
pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan
pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 4
kombinasi obat anti TB yang adekuat. Pemberian obat harus berdasarkan klasifikasi
dan tipe pasien.
Pengawasan pengobatan secara langsung adalah penting setidaknya selama tahap
pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk meyakinkan bahwa obat dimakan dengan
kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat. Dengan pengawasan pengobatan
secara langsung, pasien tidak memikul sendiri tanggung jawab akan kepatuhan
penggunaan obat. Para petugas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan masyarakat,
pemerintah dan masyarakat semua harus berbagi tanggung jawab dan memberi
banyak dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan
pengobatannya. Pengawas pengobatan bisa jadi siapa saja yang berkeinginan, terlatih,
bertanggung jawab, dapat diterima oleh pasien dan bertanggung jawab terhadap
pelayanan pengawasan pengobatan tuberkulosis.
Penyediaan obat
Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu, sangat
diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini adalah
perencanaan dan pemeliharaan stok obat. Untuk ini diperlukan pencatatan dan
pelaporan penggunaan obat yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap
kategori pengobatan, kasus yang ditangani pada waktu lalu (untuk memperkirakan
kebutuhan), data akurat stok gudang yang ada, dan lain-lain.
Di luar lima komponen penting ini, tentu juga ada beberapa kegiatan lain yang penting,
seperti pelatihan, supervisi, jaringan laboratorium, proses jaga mutu (quality control), dll.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 5
BAB III
PELAYANAN TUBERKULOSISI DENGAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT
Tujuan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di rumah sakit melalui penerapan strategi
DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui
prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi etika kedokteran.
Kriteria
Setiap pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi pasien TB harus berdasarkan standar
pelayanan yang telah ditetapkan oleh program penanggulangan tuberkulosis nasional.
Setiap pelayanan TB harus berdasarkan International Standard for Tuberculosis Care
(ISTC) atau Standar Diagnosis Pengobatan dan Tanggung Jawab Kesehatan Mayarakat.
Kriteria
Direktur/ Wakil Direktur berfungsi sebagai administrator.
Fungsi administrator antara lain :
Membuat kebijakan dan melaksanakannya.
Mengintegraskan, merencanakan, dan mengkoordinasikan pelayanan.
Melaksanakan pengembangan staf dan pendidikan/ pelatihan.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 6
Melakukan pengawasan terhadap penerapan standar pelayanan medis/ kedokteran
termasuk medikolegal.
Berkoordinasi dengan komite medik untuk memfasilitasi implementasi etika kedokteran
dan mutu profesi, penetapan standar pelayanan medis dan SPO.
Membentuk tim DOTS yang dipimpin oleh ketua/ wakil ketua yang berfungsi :
- Pengatur administrasi.
- Pengatur pengembangan staf.
- Pengawas kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar pelayanan medis.
- Pengawas bahwa penanganan pasien TB di rumah sakit menggunakan strategi
DOTS dan jejaring internal berjalan optimal serta aktif melaksanakan jejaring
eksternal.
- Pengawas bahwa pencatatan dan pelaporan baik ke direktur maupun ke Dinas
Kesehatan Kota semuanya terlaksana dengan tepat waktu.
Kriteria
Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS sebagai wadah khusus dalam pengelolaan
pasien TB di rumah sakit.
Pembentukan Tim DOTS di rumah sakit bersifat fungsional ditetapkan melalui surat
keputusan Direktur rumah sakit.
Tim DOTS di rumah sakit berada di bawah koordinasi Direktur/ Wakil Direktur
Pelayanan Medik.
Anggota
SMF Paru
SMF Penyakit Dalam
SMF Kesehatan Anak
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 7
SMF lain, bila ada (Bedah, Obsgin, Kulit dan Kelamin, Saraf)
Instalasi laboratorium (PA, PK, mikro)
Instalasi Farmasi
Perawat rawat inap dan rawat jalan terlatih
Petugas PKMRS
Apabila rumah sakit tidak dapat membentuk Tim DOTS karena keterbatasan tenaga
profesional, maka paling sedikit ada 3 orang staf rumah sakit yang menjalankan tugas untuk
mengkoordinasi pelaksanaan strategi DOTS di rumah sakit, yaitu :
- Seorang dokter
- Seorang perawat
- Seorang petugas laboratorium
Ketiga petugas tersebut di atas harus bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis dengan
strategi DOTS di Rumah Sakit
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 8
Kepatuhan melaksanakan SPO jejaring internal dan eksternal.
Rujukan pasien dan hasil umpan baliknya.
Ketersediaan logistik OAT dan non OAT, yang dibutuhkan dalam pelayanan
terhadap pasien TB di rumah sakit.
Kepatuhan terhadap pencatatan dan pelaporan (pengisisan formulir TB) serta
ketersediaannya tepat waktu.
Kepatuhan staf rumah sakit terhadap pelaksaaan semua kebijakan yang
ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
Setiap pasien TB dicatat dengan pencatatan dan pelaporan tersendiri termasuk
laboratorium dan menggunakan formulir TB dari 01, 02, 03 UPK, 04, 05, 06,
09, 10.
Pencatatan pasien TB terkait dengan kasus rujukan dan kasus mangkir.
Tim DOTS menyusun laporan hasil pertemuan dan hasil monitoring dan evaluasi, dan
disampaikan secara tertulis kepada Direktur/ Wakil Direktur rumah sakit setiap
triwulan untuk diketahui dan ditindaklanjuti.
Kriteria :
Tersedianya ruangan khusus pelayanan pasien TB (Pojok DOTS) yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan TB di RS meliputi kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan, dan
pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal/ eksternal DOTS.
Ruangan tersebut memenuhi persyaratan pencegahan pengendalian infeksi TB (PPI-TB)
di rumah sakit.
Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB
Tersedia ruangan/ sarana bagi pelayanan KIE terhadap pasien TB dan keluarga
Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 9
Ada kebijakan/ ketentuan/ pedoman tentang pelayanan pasien TB bagi orang miskin
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang OAT, ketersediaan obat, bila terjadi
kekosongan
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB rawat jalan.
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB rawat inap.
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB di Instalasi Gawat
Darurat.
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang pengelolaan pasien dengan MDR, HIV.
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang pasien yang mangkir.
Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang rujukan pasien ke UPK lain.
Ada kebijakan tentang cross check specimen.
Ada kebijakan tentang OAT termasuk dalam pengelolaan instalasi farmasi rumah sakit
Ada kebijakan tentang OAT masuk dalam formularium RS (baik obat program maupun
di luar program, jamkesmas, askes, dll)
Ada kebijakan bahwa staf medik membantu pimpinan rumah sakit dalam perencanaan,
peggunaan dan pemeliharaan persediaan fasilitas dan peralatan pelayanan medis.
Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk mengawasi, memonitor dan mengevalusi
penerapan standra pelayanan TB di rumah sakit.
Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk menentukan standar pelayanan minimal,
atau indikator keberhasilan pelayanan TB di rumah sakit (angka pemeriksaan
mikroskopis dahak, menurunnya angka drop out, angka kesalahan baca laboratorium,
angka konversi, angka keberhasilan rujukan dan sebagainya)
Ada kebijakan dan prosedur tentang pemenuhan standar pencegahan dan pengendalian
infeksi TB di rumah sakit (standar manajerial, adminitrasi, lingkungan, dan alat
pelindung diri)
Ada kebijakan dan prosedur bagi rumah sakit yang digunakan sebagai lahan pendidikan,
pelatihan dan penelitian terkait TB.
Kriteria :
Ada analisa kebutuhan pelatihan teknis dan pendidikan dalam rangka pengembangan
pelayanan medis TB di rumah sakit yang dibuat secara periodik
Ada program pendidikan, pelatihan spesialistik dan pendidikan pelatihan berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis TB rumah sakit. Setiap anggota dalam tim
DOTS wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan terkait dengan TB.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 10
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Pimpinan rumah sakit harus melaksanakan evaluasi pelayanan dan pengendalian mutu.
Kriteria
Ada program/ kegiatan peningkatan mutu pelayanan medis TB yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit, dengan melakukan kegiatan audit medik.
Ada pertemuan berkala secara formalantar pimpinan rumah sakit dan komite medik/ tim
DOTS untuk membahas, merencanakan, dan mengevaluasi pelayanan medis serta upaya
peningkatan mutu pelayananan medis TB.
Ada laporan data/ statistik serta hasil analisa pelayanan medis TB rumah sakit.
Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring internal.
Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring eksternal.
Ada rencana tindak lanjut hasil evaluasi.
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 11