Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Indonesia sekarang berada pada rangking kelima negara dengan beban TB tertinggi di
dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan
estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat
TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.

 Indonesia merupakan negara dengan percepatan peningkatan epidemi HIV yang


tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik
terkonsentrasi (a concentrated epidemic), dengan perkecualian di provinsi Papua yang
prevalensi HIVnya sudah mencapai 2,5% (generalized epidemic). Secara nasional,
angka estimasi prevalensi HIV pada populasi dewasa adalah 0,2%. Sejumlah 12
provinsi telah dinyatakan sebagai daerah prioritas untuk intervensi HIV dan estimasi
jumlah orang dengan HIV/AIDS di Indonesia sekitar 190.000- 400.000. Estimasi
nasional prevalensi HIV pada pasien TB baru adalah 2.8%.
 Angka MDR-TB diperkirakan sebesar 2% dari seluruh kasus TB baru (lebih rendah
dari estimasi di tingkat regional sebesar 4%) dan 20% dari kasus TB dengan
pengobatan ulang. Diperkirakan terdapat sekitar 6.300 kasus MDR TB setiap
tahunnya.

 Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan Negara


pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian
yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan
pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus TB
telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya
terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA (+) adalah
73 per 100.000 (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan
pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008
mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian
program pengendalian TB nasional yang utama.

 Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Penyakit ini dulunya bernama Consumption atau Pthisis dan semula
dianggap sebagai penyakit turunan. Barulah Leannec (1819) yang pertama-tama
menyatakan bahwa penyakit ini suatu infeksi kronik, dan Koch (1882) dapat
mengidentifikasikan kuman penyebabnya. Penyakit ini dinamakan tuberkulosis karena
terbentuknya nodul yang khas yakni tubercle. Hampir seluruh organ tubuh dapat
terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru-paru.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 1
 Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Kriteria yang menyatakan bahwa di suatu negara tuberkulosis tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat adalah bila hanya terdapat satu kasus BTA (+) per satu
juta penduduk.
 Sampai hari ini belum ada satu negarapun di dunia yang telah memenuhi kriteria
tersebut, artinya belum ada satu negarapun yang bebas tuberkulosis. Bahkan untuk
negara maju, yang pada mulanya angka tuberkulosis telah menurun, tetapi belakangan
ini naik lagi sehingga tuberkulosis disebut sebagai salah satu reemerging diseases.

 Untuk Indonesia tuberkulosis bukanlah “reemerging diseases”, penyakit ini belum


pernah menurun jumlahnya, dan bukan tidak mungkin meningkat. WHO telah
menyarankan untuk diterapkannya program DOTS di negara kita. WHO menyatakan
bahwa kunci keberhasilan penanggulangan tuberkulosis adalah menerapkan strategi
DOTS, yang telah teruji ampuh di berbagai negara. Karena itu, pemahaman tentang
DOTS merupakan hal yang amat penting agar tuberkulosis dapat ditanggulangi
dengan baik.

B. Tujuan
Tujuan umum
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di Rumah sakit
disusun dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan tuberkulosis di rumah
sakit.

Tujuan khusus
 Sebagai pedoman manajerial dalam program penanggulangan TB di Rumah Sakit
dengan strategi DOTS
 Sebagai indiktor mutu penerapa standar pelayanan rumah sakit dalam program
penanggulangan TB melalui akreditasi
 Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam penanggulangan TB
melalui indikator standar pelayanan minimal rumah sakit.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 2
BAB II
STRATEGI DOTS

A. Pengertian
 DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) adalah pengawasan langsung
pengobatan jangka pendek.Kalau dijabarkan pengertian DOTS dapat dimulai dengan
keharusan setiap pengelola program tuberkulosis untuk direct attention dalam usaha
menemukan penderita dengan kata lain mendeteksi kasus dengan pemeriksaan
mikroskop. Kemudian setiap penderita harus di observed dalam memakan obatnya,
setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang pengawas. Selain itu
penderita harus menerima treatment yang tertata dalam sistem pengelolaan, distribusi
dengan penyediaan obat yang cukup. Kemudian, setiap penderita harus mendapat obat
yang baik, artinya pengobatan short course standar yang telah terbukti ampuh secara
klinis. Akhirnya, harus ada dukungan dari pemerintah yang membuat program
penanggulangan tuberkulosis mendapat prioritas yang tinggi dalam pelayanan
kesehatan.

 Pengertian DOTS dapat diterapkan dalam kasus per kasus TB yaitu dimulai dari
memfokuskan perhatian (direct attention) dalam usaha menemukan/ mendiagnosis
penderita secara baik dan akurat, utamanya melalui pemeriksaan mikroskopik.
Selanjutnya setiap penderita harus diawasi (observed) dalam meminum obatnya yaitu
obat diminum didepan seorang pengawas, dan inilah yang dikenal sebagai Directly
Observed Therapy (DOTS). Oleh karena itu untuk menjamin keteraturan pengobatan
TB diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes RI, 2001).

 Strategi DOTS adalah strategi penanggulaan TB paru nasional yang telah


direkomendasikan oleh WHO, yang dimulai pelaksanaannya di Indonesia pada
tahun1995/1996. Sebelum pelaksanaan strategi DOTS (1969-1994) angka
kesembuhan TB paru yang dapat dicapai oleh program hanya 40-60% saja. Dengan
strategi DOTS diharapkan angka kesembuhan dapat dicapai minimal 85% dari
penderita TB paru BTA positif yang ditemukan.
 Prinsip DOTS adalah mendekatkan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar
secara langsung dapat mengawasi keteraturan menelan obat dan melakukan pelacakan
bila penderita tidak datang mengambil obat sesuai dengan yang ditetapkan.

 Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus
(Case Detection Rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan (Cure Rate), dan angka
keberhasilan rujukan (Success Referal Rate).

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 3
B. Strategi DOTS
DOTS mengandung lima komponen, yaitu:
1. Komitmen pemerintah untuk mendukung pengawasan tuberkulosis.
2. Penemuan kasus dengan pemeriksaan mikroskopik sputum, utamanya dilakukan pada
mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan.
3. Cara pengobatan standard selama 6-8 bulan untuk semua kasus dengan pemeriksaan
sputum positif, dengan pengawasan pengobatan secara langsung, untuk sekurang-
kurangnya dua bulan pertama.
4. Penyediaan semua obat anti tuberkulosis secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baik sehingga memungkinkan penilaian terhadap hasil
pengobatan untuk tiap pasien dan penilaian terhadap program pelaksanaan
pengawasan tuberkulosis secara keseluruhan

Komitmen Politik Pemerintah


 Komitmen politik pemerintah dalam mendukung pengawasan tuberkulosis adalah
penting terhadap keempat unsur lainnya untuk dijalankan dengan baik. Komitmen ini
seyogyanya dimulai dengan keputusan pemerintah untuk menjadikan tuberkulosis
sebagai prioritas penting/utama dalam program kesehatan.
 Untuk mendapatkan dampak yang memadai maka harus dibuat program nasional yang
menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk (guideline) yang
menjelaskan bagaimana DOTS dapat diimplementasikan dalam program/sistem
kesehatan umum yang ada.
 Begitu dasar-dasar ini telah diletakkan maka diperlukan dukungan pendanaan serta
tenaga pelaksana yang terlatih untuk dapat mewujudkan program menjadi kegiatan
nyata di masyarakat.

Penemuan Kasus dan Diagnosa


 Pemeriksaan mikroskopis sputum adalah metode yang paling efektif untuk
penyaringan terhadap tersangka tuberkulosis paru. WHO merekomendasikan strategi
pengawasan tuberkulosis, dilengkapi dengan laboratorium yang berfungsi baik untuk
mendeteksi dari mulai awal, tindak lanjutan dan menetapkan pengobatannya.
 Secara umum pemeriksaan mikroskop merupakan cara yang paling cost effective
dalam menemukan kasus tuberkulosis. Dalam hal ini, pada keadaan tertentu dapat
dilakukan pemeriksaan foto toraks, dengan kriteria-kriteria yang jelas yang dapat
diterapkan di masyarakat.

Pengawasan Pengobatan Standar


 Pemberian obat yang diawasi secara langsung, atau dikenal dengan istilah DOT
(Directly Observed Treatment), pasien diawasi secara langsung ketika menelan
obatnya, dimana obat yang diberikan harus sesuai standar. Dalam aturan pengobatan
tuberkulosis jangka pendek yang berlangsung selama 6-8 bulan dengan menggunakan

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 4
kombinasi obat anti TB yang adekuat. Pemberian obat harus berdasarkan klasifikasi
dan tipe pasien.
 Pengawasan pengobatan secara langsung adalah penting setidaknya selama tahap
pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk meyakinkan bahwa obat dimakan dengan
kombinasi yang benar dan jangka waktu yang tepat. Dengan pengawasan pengobatan
secara langsung, pasien tidak memikul sendiri tanggung jawab akan kepatuhan
penggunaan obat. Para petugas pelayanan kesehatan, petugas kesehatan masyarakat,
pemerintah dan masyarakat semua harus berbagi tanggung jawab dan memberi
banyak dukungan kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan
pengobatannya. Pengawas pengobatan bisa jadi siapa saja yang berkeinginan, terlatih,
bertanggung jawab, dapat diterima oleh pasien dan bertanggung jawab terhadap
pelayanan pengawasan pengobatan tuberkulosis.

Penyediaan obat
 Jaminan tersedianya obat secara teratur, menyeluruh dan tepat waktu, sangat
diperlukan guna keteraturan pengobatan. Masalah utama dalam hal ini adalah
perencanaan dan pemeliharaan stok obat. Untuk ini diperlukan pencatatan dan
pelaporan penggunaan obat yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap
kategori pengobatan, kasus yang ditangani pada waktu lalu (untuk memperkirakan
kebutuhan), data akurat stok gudang yang ada, dan lain-lain.

Pencatatan dan Pelaporan


 Sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika evaluasi kemajuan
pasien dan hasil pengobatan. Pencatatan pada formulir-formulir TB yang ada, seperti
pencatatan suspek, laboratorium, pengobatan serta follow up pengobatan. Selain itu
tersedia pula formulir rujukan.
 Setiap pasien tuberkulosis yang diobati harus mempunyai kartu identitas penderita
yang telah tercatat di formulir TB yang tersedia. Kemanapun pasien ini pergi, dia
harus menggunakan kartu yang sama sehingga dapat melanjutkan pemgobatannya dan
tidak sampai tercatat dua kali.
 Pelaporan pada Dinas Kesehatan Kota Purbalingga dilaksanakan tiap bulan serta
pelaporan kepada direktur rumah sakit dilaksanakan tiap triwulan.

Di luar lima komponen penting ini, tentu juga ada beberapa kegiatan lain yang penting,
seperti pelatihan, supervisi, jaringan laboratorium, proses jaga mutu (quality control), dll.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 5
BAB III
PELAYANAN TUBERKULOSISI DENGAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT

Standar 1. Falsafah dan Tujuan


Falsafah
Pelayanan TB menggunakan strategi DOTS disediakan dan diberikan kepada pasien sesuai
dengan ilmu pengetahuan kedokteran mutakhir dan standar yang telah disepakati oleh seluruh
organisasi profesi di dunia, serta memanfaatkan kemampuan dan fasilitas rumah sakit secara
optimal.

Tujuan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis TB di rumah sakit melalui penerapan strategi
DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien melalui
prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan serta memenuhi etika kedokteran.

Kriteria
 Setiap pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi pasien TB harus berdasarkan standar
pelayanan yang telah ditetapkan oleh program penanggulangan tuberkulosis nasional.
 Setiap pelayanan TB harus berdasarkan International Standard for Tuberculosis Care
(ISTC) atau Standar Diagnosis Pengobatan dan Tanggung Jawab Kesehatan Mayarakat.

Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan


Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis mengamanatkan bahwa penanggulangan terhadap TB
merupakan program nasional yang wajib dilakukan oleh setiap institusi pelayanan kesehatan
dan menjadi dasar bagi semua pelaksanaan penanganan TB.

Mengingat pelaksanaan pelayanan TB di Rumah sakit sangat rumit dengan keterlibatan


pelbagai bidang disiplin ilmu kedokteran penunjang medik, baik di poliklinik, maupun
bangsal bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap serta rujukan pasien dan spesimen, maka
dalam pengelolaan TB di rumah sakit dibutuhkan manajemen tersendiri dengan dibentuknya
Tim DOTS di rumah sakit.

Kriteria
Direktur/ Wakil Direktur berfungsi sebagai administrator.
Fungsi administrator antara lain :
 Membuat kebijakan dan melaksanakannya.
 Mengintegraskan, merencanakan, dan mengkoordinasikan pelayanan.
 Melaksanakan pengembangan staf dan pendidikan/ pelatihan.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 6
 Melakukan pengawasan terhadap penerapan standar pelayanan medis/ kedokteran
termasuk medikolegal.
 Berkoordinasi dengan komite medik untuk memfasilitasi implementasi etika kedokteran
dan mutu profesi, penetapan standar pelayanan medis dan SPO.
 Membentuk tim DOTS yang dipimpin oleh ketua/ wakil ketua yang berfungsi :
- Pengatur administrasi.
- Pengatur pengembangan staf.
- Pengawas kualitas pelayanan agar sesuai dengan standar pelayanan medis.
- Pengawas bahwa penanganan pasien TB di rumah sakit menggunakan strategi
DOTS dan jejaring internal berjalan optimal serta aktif melaksanakan jejaring
eksternal.
- Pengawas bahwa pencatatan dan pelaporan baik ke direktur maupun ke Dinas
Kesehatan Kota semuanya terlaksana dengan tepat waktu.

Standar 3. Staf dan Pimpinan


Penempatan, penetapan, hak dan kewajiban staf medis untuk pelayanan TB dengan strategi
DOTS oleh pimpinan rumah sakit.
 Ada pengorganisasian kelompok SMF dari unit terkait dengan pasien TB dalam wadah
fungsional yaitu tim DOTS.
 Tim DOTS mempunyai uraian tugas, fungsi, dan kewajiban yang jelas.
 Staf medik dalam tim DOTS berperan aktif dalam membuat standar prosedur opersaional
(SPO) bagi pelayanan pasien TB.

Kriteria
 Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS sebagai wadah khusus dalam pengelolaan
pasien TB di rumah sakit.
 Pembentukan Tim DOTS di rumah sakit bersifat fungsional ditetapkan melalui surat
keputusan Direktur rumah sakit.
 Tim DOTS di rumah sakit berada di bawah koordinasi Direktur/ Wakil Direktur
Pelayanan Medik.

Ketua Tim DOTS Rumah Sakit


 Ketua Tim DOTS adalah seorang dokter spesialis paru atau penyakit dalam atau dokter
spesialis atau dokter umum yang bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis dengan
Strategi DOTS di Rumah Sakit (PPTS DOTS).
 Ketua tim DOTS merangkap sebagai anggota.

Anggota
 SMF Paru
 SMF Penyakit Dalam
 SMF Kesehatan Anak

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 7
 SMF lain, bila ada (Bedah, Obsgin, Kulit dan Kelamin, Saraf)
 Instalasi laboratorium (PA, PK, mikro)
 Instalasi Farmasi
 Perawat rawat inap dan rawat jalan terlatih
 Petugas PKMRS

Apabila rumah sakit tidak dapat membentuk Tim DOTS karena keterbatasan tenaga
profesional, maka paling sedikit ada 3 orang staf rumah sakit yang menjalankan tugas untuk
mengkoordinasi pelaksanaan strategi DOTS di rumah sakit, yaitu :
- Seorang dokter
- Seorang perawat
- Seorang petugas laboratorium
Ketiga petugas tersebut di atas harus bersertifikat Pelatihan Pelayanan Tuberkulosis dengan
strategi DOTS di Rumah Sakit

Tugas Tim DOTS di Rumah sakit adalah :


Menjamin terselenggaranya pelayanan TB dengan membentuk unit DOTS di rumah sakit
sesuai dengan strategi DOTS termasuk, sistem jejaring internal dan eksternal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Tim DOTS di rumah sakit melakukan :
1. Perencanaan terhadap semua kebutuhan bagi terselenggaranya pelayanan TB di
rumah sakit meliputi :
 Tenaga terlatih
 Anggaran
 Obat obatan
 Reagensia
 Peralatan
 Pencatatan dan pelaporan
2. Pelaksanaan
Tim DOTS mengadakan rapat rutin untuk membicarakan semua hal temuan yang
terkait dengan pelaksanaan pelayanan terhadap pasien TB rumah sakit.
3. Monitoring dan Evaluasi
Tim DOTS menyelenggarakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pelayanan DOTS rumah sakit.
Dalam pelaksanaannya Tim DOTS berkoordinasi dengan setiap SMF dan Unit DOTS.

Hal-hal penting yang penting diperhatikan dalam monitoring dan evaluasi :


 Kepatuhan terhadap tatalaksana penegakan diagnosis dengan menggunakan
pemeriksaan mikroskopis.
 Kepatuhan dokter menerapkan ISTC dan SPO dalam pengobatan TB (standar
diagnosis, terapi, dan tanggung jawab kesehatan masyarakat).
 Monitoring terhadap keteraturan pasien TB untuk menyelesaikan pengobatan.
 Monitorting terhadap pelaksanaan SPO bagi pengawas Menelan Obat (PMO).

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 8
 Kepatuhan melaksanakan SPO jejaring internal dan eksternal.
 Rujukan pasien dan hasil umpan baliknya.
 Ketersediaan logistik OAT dan non OAT, yang dibutuhkan dalam pelayanan
terhadap pasien TB di rumah sakit.
 Kepatuhan terhadap pencatatan dan pelaporan (pengisisan formulir TB) serta
ketersediaannya tepat waktu.
 Kepatuhan staf rumah sakit terhadap pelaksaaan semua kebijakan yang
ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
 Setiap pasien TB dicatat dengan pencatatan dan pelaporan tersendiri termasuk
laboratorium dan menggunakan formulir TB dari 01, 02, 03 UPK, 04, 05, 06,
09, 10.
 Pencatatan pasien TB terkait dengan kasus rujukan dan kasus mangkir.

Tim DOTS menyusun laporan hasil pertemuan dan hasil monitoring dan evaluasi, dan
disampaikan secara tertulis kepada Direktur/ Wakil Direktur rumah sakit setiap
triwulan untuk diketahui dan ditindaklanjuti.

Standar 4. Fasilitas dan Peralatan


Fasilitas yang cukup harus tersedia bagi staf medis sehingga dapat tercapai tujuan dan fungsi
pelayanan DOTS yang optimal bagi pasien TB.

Kriteria :
 Tersedianya ruangan khusus pelayanan pasien TB (Pojok DOTS) yang berfungsi sebagai
pusat pelayanan TB di RS meliputi kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan, dan
pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal/ eksternal DOTS.
 Ruangan tersebut memenuhi persyaratan pencegahan pengendalian infeksi TB (PPI-TB)
di rumah sakit.
 Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB
 Tersedia ruangan/ sarana bagi pelayanan KIE terhadap pasien TB dan keluarga
 Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak.

Standar 5. Kebijakan dan Prosedur


Dalam menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh staf medis ikut berperan serta dalam
pengembangan kebijakan, langkag-langkah dasar, keputusan dan peraturan, serta pelayanan
TB sesuai dengan strategi DOTS dan ISTC.
Syarat :
 Ada kebijakan/ ketentuan/ pedoman dan prosedur tertulis yang harus menjadi acuan
pokok bagi semua staf medik dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ pedoman tentang jejaring internal dan eksternal dalam
pelayanan pasien.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 9
 Ada kebijakan/ ketentuan/ pedoman tentang pelayanan pasien TB bagi orang miskin
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang OAT, ketersediaan obat, bila terjadi
kekosongan
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB rawat jalan.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB rawat inap.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang Pelayanan pasien TB di Instalasi Gawat
Darurat.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang pengelolaan pasien dengan MDR, HIV.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang pasien yang mangkir.
 Ada kebijakan/ ketentuan/ prosedur tentang rujukan pasien ke UPK lain.
 Ada kebijakan tentang cross check specimen.
 Ada kebijakan tentang OAT termasuk dalam pengelolaan instalasi farmasi rumah sakit
 Ada kebijakan tentang OAT masuk dalam formularium RS (baik obat program maupun
di luar program, jamkesmas, askes, dll)
 Ada kebijakan bahwa staf medik membantu pimpinan rumah sakit dalam perencanaan,
peggunaan dan pemeliharaan persediaan fasilitas dan peralatan pelayanan medis.
 Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk mengawasi, memonitor dan mengevalusi
penerapan standra pelayanan TB di rumah sakit.
 Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk menentukan standar pelayanan minimal,
atau indikator keberhasilan pelayanan TB di rumah sakit (angka pemeriksaan
mikroskopis dahak, menurunnya angka drop out, angka kesalahan baca laboratorium,
angka konversi, angka keberhasilan rujukan dan sebagainya)
 Ada kebijakan dan prosedur tentang pemenuhan standar pencegahan dan pengendalian
infeksi TB di rumah sakit (standar manajerial, adminitrasi, lingkungan, dan alat
pelindung diri)
 Ada kebijakan dan prosedur bagi rumah sakit yang digunakan sebagai lahan pendidikan,
pelatihan dan penelitian terkait TB.

Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan


Pimpinan rumah sakit selalu menunjukkan komitmen dalam mendukung pendidikan
berkelanjutan (continuing professional development) khusus bagi petugas yang melayani
pasien TB.

Kriteria :
 Ada analisa kebutuhan pelatihan teknis dan pendidikan dalam rangka pengembangan
pelayanan medis TB di rumah sakit yang dibuat secara periodik
 Ada program pendidikan, pelatihan spesialistik dan pendidikan pelatihan berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis TB rumah sakit. Setiap anggota dalam tim
DOTS wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan terkait dengan TB.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 10
Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Pimpinan rumah sakit harus melaksanakan evaluasi pelayanan dan pengendalian mutu.

Kriteria
 Ada program/ kegiatan peningkatan mutu pelayanan medis TB yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit, dengan melakukan kegiatan audit medik.
 Ada pertemuan berkala secara formalantar pimpinan rumah sakit dan komite medik/ tim
DOTS untuk membahas, merencanakan, dan mengevaluasi pelayanan medis serta upaya
peningkatan mutu pelayananan medis TB.
 Ada laporan data/ statistik serta hasil analisa pelayanan medis TB rumah sakit.
 Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring internal.
 Ada laporan dan hasil evaluasi pelaksanaan jejaring eksternal.
 Ada rencana tindak lanjut hasil evaluasi.

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di RSU Harapan Ibu Purbalingga
Hal 11

Anda mungkin juga menyukai