Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENISASI
1. PENGERTIAN
Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses
dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh
sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini di peroleh dengan menghirup 𝑜2
setiap kali bernafas. Masuknya oksigen kejaringan tubuh ditentukan oleh
system respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi (wartonah, Tartowo
2003).
(Fisiologi Organ Tubuh Manusia, 2009)

Oksigenasi adalah peristiwa mengirup udara dari luar mengandung


oksigen (𝑜2 )kedalam tubuh serta menghembuskan karbon dioksida (𝑐𝑜2 )
sebagai hasil oksidasi.
(www.oksigenasi.com)

Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam proses
metabolism untuk mempertahankan seluruh sel hidup.
(www.oksigenasi.com)
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI

Keadekuatan sirkulasi. Ventilasi, perkusi, dan transport gas-gas pernafasan


kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe faktor:

1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas pembawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi pembawa oksigen yang diinspirasi
c. Hipovolemia
d. Peningkatan laju metabolism
e. Kondisi yang mempengaruhi gerak dinding dada
2. Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenisasi jaringan,:
a. Bayi prematrur

1
Bayi premature beresiko terkena membrane hialin, yang di duga
disebabkan oleh defesiensi surfaktan. Kemampuan paru untuk
mensintesis surfaktan berkembang lambat pada masa kehamilan,
yakni pada sekitar bulan ketujuh, dan demikian bayi premature
tidak memiliki surfaktan.
b. Bayi dan todler
Beresiko mengalami infeksi saluran nafas atas sebagai hasil
pernafasan yang sering pada anak-anak lain dan pernafasan dari
asap rokok yang dihisap orang lain (hubner, 1994; whatling, 1994
dalam fundamental keperawatan, 2006 vol 2 hal 1561).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernafasan dan
faktor-faktor resiko pernafasan. Misalnya menghisap rokok dan
merokok. Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan
akibat infeksi pernafasan. Namun, individu yang mulai merokok
pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa
pertengahan mengalami peningkatan resiko penyakit
kardiopulmonar dan kangker paru.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Terpapar dalam resiko penyakit kardiopulmonar seperti: diet yang
tidak sehat, kurang latihan fisik, obat-obatan dan merokok.
e. Lansia
System pernafasan dan system jantung mengalami perubahan
sepanjang proses penuaan. Pada system arteria, terjadi plak
aterosklerosis sehingga tekanan darah meningkat.
3. Faktor Perilaku
Perilaku atau gaya hidup, baik secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi
kebutuhan oksigenisasi. Faktor-faktor gaya hidup yang mempengaruhi
pernafasan hidup meliputi: nutrisi, latihan fisik, merokok, penyalah
gunaan substansi dan stress.
4. Faktor Lingkungan

2
Lingkungan juga mepengaruhi oksigenisasi. Insiden penyakit paru
terjadi didaerah yang berkabut dan didaerah perkotaan dari pada di
daerah pedesaan.
5. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
6. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan
hipoksia.
(Fundamental Perawatan, 2006 Vol 2)

3. KLASIFIKASI
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin
tinggi tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin
tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat
menyebabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian
kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat
menyebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya refleks batuk dan muntah.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses

3
ventilasi selanjutnya adalah complience recoil. Complience yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat
pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla
oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan
CO2, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka
dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi
sebagaimana O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena
tekanan O2, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am
darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan
paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat
Hb.
3. Transportasi Gas

4
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2
kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam
plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya:
a. Kardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter
per menit. Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac
output ( misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan
mengurangi jumlah oksigen yang dikirm ke jaringan. Umumnya,
jantung mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata
pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.


Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen.
Bertambahnya latihan menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x
kondisi normal ), meningkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2
oleh sel.

(Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, 2006 ed.3)

4. PATOFISIOLOGI DAN PATWAYS


Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi
lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui
pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya.
Namun fungsi tersebut dapat terganggu disebabkan oleh penyakit dan kondisi
yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan kontraksi, aliran darah melalui
kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan sirkulasi perifer. Iskemia
miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner tidak cukup
dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi.

5
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang
dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang
diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka
PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Pathway

Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap

pada permukaan sel mast atau basofil

Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil

Kontraksi otot polos

Spasme otot polos, sekresi kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus kecil

pada tahap inspirasi dan ekspirasi

Edema mukosa bronkus

Keluarnya sekrit ke dalam lumen bronkus

Sesak napas

Tekanan partial oksigen di alveoli menurun

Oksigen pada peredaran darah menurun

Hipoksemia CO2 mengalami retensi pada


alveoli

6
Kadar CO2 dalam darah meningkat yang

memberi rangsangan pada pusat pernapasan

Hiperventilasi

(Fundamental Keperawatan, 2006)

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. EKG
Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi implus dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stress latihan
Di gunakan mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik.
Pemeriksaan fisik ini memberikan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan darah koroner.
c. Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF)
Pengukuran invasive aktivitas listrik.
d. Pemeriksaan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah.
Ekokardigraf dan angiograf digunakan untuk menentukan kontraksi
miokard dan aliran darah.
(Fundamental Keperawatan, 2009)
6. MASALAH KEPERAWATAN
a. Hiperventilasi

Suatu kondisi entilasi yang berlebihan, yang di butuhkan untuk


mengeliminasi karbon diogsida normal di vena, yang disebabkan ansietas,
infeksi, obat-obatan, ketidak seimbangan asam basa.

b. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh untuk mengeleminasi karbondioksida secara adekuat.
c. Hipoksia
Oksigen jaringan tidak adekuat pada tingkat jaringan.
(Fundamental Keperawatan, 2009)

7
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh diagnosa keperawatan nanda disfungsi kardiopulmonar:
1. Ketidak bersihan jalan napas berhubungan dengan:
a. Gangguan batuk
b. Nyeri insisi
c. Penurunan tingkat kesadaran
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan:
a. Penurunan ekspansi paru
b. Adanya ekskresi paru
c. Pemasukan oksigen yang tidak adekuat
3. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan:
a. Imobilisasi
b. Depresi ventilasi akibat penggunaan narkotik
c. Kerusakan neuro muskuler
d. Obstruksi jalan nafas
4. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan:
a. Irama jantung yang tidak teratur
b. Denyut jantung yang cepat
5. Infeksi jantung yang berhubungan dengan:
a. Sekresi paru yang statis
6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan:
a. Kelemahan
b. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
c. Keletihan
(Fundamental Keperawatan, 2009)

8
8. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan (NOC ) Intervensi Rasional


Keperawatan
yang mungkin
muncul
1 Bersihan  Menujukan  Sediakan alat Peralatan dalam
jalan napas pembersihan jalan suction dalam keadaan siap.
tidak nafas efektif kondisi baik. Indikasi dasar
efektif. dibuktikan  Monitor jumlah, kepatenan /
ventilasi dan bunyi napas, gangguan saluran
pertukaran nafas AGD, efek pernapasan.
tidak bermasalah pengobatan Mengeluarkan
 Pasien menujukan: bronchodilator. secret.
 Jalan nafas  Terapi inhalasi Memberikan rasa
paten dan latihan nyaman
 Sekresi pernapasan dalam Mempertahankan
efektif dan batuk efektif. sirkulasi
 Irama dan  Bantu oral Mencegah
frekuensi hygiene setiap 4 komplikasi paru-
normal jam. paru
 Mobilisasi pasien
2 jam
 Berikan
pendidikan
kesehatan (efek
merokok,
alcohol,
menghindari
alergen, latihan
bernapas).
2 Pola napas  Pola nafas normal  Berikan oksigen Mempertahankan
tidak efektif ditunjukan sesuai program oksigen arteri

9
ventilasi dan  Monitor jumlah Mengetahui status
tanda vital pernapasan, pernapasan.
normal penggunaan otot Meningkatkan
 Status ventilasi bantu pernapasan, pernapasan.
noramal ditandai: batuk, bunyi Meningkatkan
 Kedalaman paru, tanda vital, pengembangan
inspirasi dan warna kulit, paru.
kmudahan AGD. Membantu
nafas  Melaksanakan mengeluarkan
 Tidak program secret.
mengunakan pengobatan Kemungkinan
otot bantu  Posisi pasien terjadi kesulitan
 Bunyi nafas fowler bernapas yang
tidak ada  Bantu dalam akut.
 Nafas terapi inhalasi. Perlu adaptasi
pendek tidak  Alat-alat baru dengan
ada emergensi kondisi sekarang.
disiapkan dalam
kondisi baik.
 Pendidikan
kesehatan :
· Perubahan gaya
hidup.
· Menghindari
allergen
· Teknik
bernapas
· Teknik
relaksasi
3 Gangguan  Ventilasi tidak 1. Monitor/kaji Data dasar untuk
pertukaran bermasalah kembali adanya, pengkajian lebih.
gas.  Mempunyai nyeri, kesulitan Persiapan

10
fungsi paru bernapas, hasil emergensi
normal laboratorium, terjadinya
 PaO2, PaCO2, retraksi sternal, masalah akut
PH arteri dan penggunaan otot pernapasan.
saturasi O2 dalm bantu pernapasan Meningkatkan
batas noramal penggunaan pertukaran gas.
oksigen, X-ray, Menjaga
2. catat tanda vital. keseimbangan
3. Jaga alat cairan.
emergensi dan Melonggarkan
pengobatan tetap sluran
tersedia seperti pernapasan.
ambu bag, ET Mengurangi
tube, suction, tingkat
oksigen. kecemasan.
4. Suction jika ada Menurunkan
indikasi. kebutuhan energy
5. Monitor intake pencernaan.
dan output cairan. Membantu
6. Berikan terapi mencegah hemat
inhalasi. energy.
7. Berikan posisi Dapat
fowler/semi mengerjakan
fowler. sendiri di rumah
8. Batasi jika
pengunjung. memungkinkan.
9. Berikan nutrisi
tinggi protein,
rendah lemak.
10. Pendidikan
kesehatan
tentang.

11
· napas dalam
· latihan
bernapas
· mobilisasi
· kebutuhan
istirahat
· efek merokok
Jelaskan tentang
teknik suction
pada keluarga.

9. Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu ditetapkan dan

situasi kondisi klien, maka diharapkan klien :

1. Bersihan jalan napas klien dapat efektif dengan kriteria hasil sebagai

berikut :

· Saluran napas klien menjadi bersih.

· Klien dapat mengeluarkan secret.

· Suara napas klien dan keadaan kulit klien menjadi normal

2. Pola napas klien dapat efektif dengan kriteria hasil sebagai berikut :

· Irama pernapasan dan jumlah pernapasan klien normal.

· Pasien tidak mengeluh sesak napas.

· Klien tidak terlihat menggunakan otot tambahan

3. Pertukaran gas klien dapat adekuat dengan kriteria hasil :

· Klien tidak mengeluh sesak napas.

12
· Klien tidak mengalami penurunan kesadaran

· Nilai AGD klien normal

· Tidak terdapat perubahan tanda-tanda vital pada klien

· Klien tidak mengalami sianosis

(Fundamental keperawatan, 2009)

13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Tanpa Angka Tahun. “www.oksigenasi.com.” Di Unduh
Selasa 19 Juli 201. Pukul 21.00 WIB
Potter dan perry. 2005. “Fundamental Keperawatan.” Edisi 4 vol. 2. Terj.
Renata Komalasari. Jakarta: EGC.
Saifudin. 2009. “Fisiologi Organ Tubuh Manusia.” Jakarta: Salemba Medika.
Tarwanto, wartonah. 2006. “Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan ed.3. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai