Anda di halaman 1dari 38

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kinerja Keuangan

2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan

perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan

yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Sucipto (2003)

pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat

mengukur keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan dalam menghasilkan

laba. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja

keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat

mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat

melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baikperusahaan dengan

mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil

apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan.

Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian keberhasilan

perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atas berbagai aktivitas

yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan adalah suatu

analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara

baik dan benar (Fahmi, 2012:2).

Menurut Mulyadi (2007:2) menguraikan pengertian kinerja keuangan ialah

penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan

11
12

karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan

sebelumnya”.

Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Sawir (2005:1) yang menyatakan

bahwa kinerja keuangan merupakan kondisi yang mencerminkan keadaan

keuangan suatu perusahaan berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang

ditetapkan.

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “Performing Measurement“,

yaitu kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam

pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Bagi investor, informasi mengenai

kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan

mempertahankan investasi mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternatif

lain, jika kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Nilai usaha yang

tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan

modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham, atau dapat dikatakan

bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai perusahaan.

Munawir (2002:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja

keuangan perusahaan adalah :

a. Mengetahui tingkat likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

b. Mengetahui tingkat solvabilitas


13

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.

c. Mengetahui tingkat rentabilitas

Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

d. Mengetahui tingkat stabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan

stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk

membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya

tepat pada waktunya.

2.1.2 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan

diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.

Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap

review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi

terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja Keuangan

dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis

keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan

(2006:242):

a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis dengan

cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan


14

menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam

persentase (relatif).

b. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui

tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.

c. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis

untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap

keseluruhan atau total aktiva maupun utang.

d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua

periode waktu yang dibandingkan.

e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu

periode waktu tertentu.

f. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk

mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan

laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

g. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui

posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

h. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat

penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Dalam menentukan nilai suatu perusahaan para investor masih

menggunakan indikator rasio keuangan untuk melihat tingkat pengembalian yang

dapat diberikan oleh perusahaan kepada investor. Para Investor menggunakan


15

rasio profitabilitas untuk dapat mengukur tingkat pengembalian yang ada. Salah

satu alat ukur finansial yang umum digunakan untuk mengukur tingkat

pengembalian yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat

pengembalian investasi adalah Return on Assets (ROA).

Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 372) menyatakan bahwa Return on

Assets menggambarkan sejauh mana kemampuan aset – asset yang dimiliki

perusahaaan bisa menghasilkan laba. ROA yang positif menunjukkan bahwa dari

total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan

laba bagi perusahaan. Return on Assets (ROA) yang negatif menunjukkan bahwa

dari total aktiva yang dipergunakan perusahaan mendapatkan kerugian.

Perusahaan mempunyai Return on Assets (ROA) yang tinggi maka perusahaan

tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri tetapi,

jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka

perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan modal

sendiri. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, Return on Assets

(ROA) adalah suatu alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aktiva

perusahaan. Secara sistematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih
ROA = x100%
Total Aktiva

Menurut Munawir (2001: 91-92) keunggulan Return on Assets adalah

sebagai berikut:
16

1. Dapat diperbandingkan dengan rasio industri sehingga dapat diketahui posisi

perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam

perencanaan strategi.

2. Selain berguna untuk kepentingan kontrol, analisis Return on Assets (ROA)

juga berguna untuk kepentingan perencanaan.

3. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik makadengan

analisis Return On Assets (ROA) dapat diukur efisiensi penggunaan modal

menyeluruh yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan

keuangan perusahaan.

2.2 Good Corporate Governance

Menurut Tunggal (2012:24) “Corporate Governance Adalah Sistem Yang

Mengatur, Mengelola Dan Mengawasi Proses Pengendalian Usaha Untuk

Menaikan Nilai Saham, Sekaligus Sebagai Bentuk Perhatian Kepada

Stakeholders, Karyawan Dan Masyarakat Sekitar.

Menurut Hery (2010:11) Good Corporate Governance adalah seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengrurus

perusahaan, pihak kreditur,pemerintah, karyawan serta para pemegang

kepentingan intern dan ekstern lainya yang berkaitan dengan hak hak dan

kewabijan mereka.

Menurut Ardeno Kurniawan(2012:27) Good Corporate Governance

adalah seperangkat hubungan yang terjadi antara manajemen, direksi, pemegang

saham, dan stakeholders- stakeholders lain seperti pegawai, kreditor dan

karyawan
17

Claessens Stijn (2006) menyatakan bahwa, pengertian tentang Corporate

Governance dapat diasumsikan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih

condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,

pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham,

dan stakeholders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normative,

yaitu segalaketentuan hukum baik yang berasal dari system hukum, sistem

peradilan,pasar uang, dan sebagainya yang memengaruhi perilaku perusahaan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance

merupakan:

a. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan

komisaris,direksi, pemegang saham, dan para stakeholder lainnya.

b. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian

perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang

salah dan penyalahgunaan asset perusahaan.

c. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian,

dan juga pengukuran kinerjanya.

Dari definisi tentang Corporate Governance diatas, maka dapat diketahui

adanya aspek-aspek penting dari Corporate Governance yang perlu dipahami oleh

perusahaan agar dapat bersaing dalam dunia bisnis adalah:

a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan diantaranya

yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Komisaris, dan Direksi.

b. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis dalam

masyarakat kepada seluruh stakeholder.


18

c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat dan

benar pada waktu yang diperlukan mengenai perusahaan.

d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama

pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing melalui keterbukaan

informasi yang materiil dan relevan.

2.2.1 Prinsip-prinsip Corporate Governance

Secara umum, penerapan Corporate Governance secara

konkret,memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut: memudahkan akses

terhadap investasi domestik maupun asing, mendapatkan Cost of Capital yang

lebih murah, memberikan kepuasan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja

ekonomi perusahaan, meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder

terhadap perusahaan dan melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Prinsip-prinsip dari Corporate Governance yang menjadi indikator, sebagaimana

dijelaskan oleh Organization for Economic Cooperation and Development

(OECD), adalah:

1. Fairness (Keadilan)

Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi

seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan sebagai perlakuan yang

sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang

sahamminoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan

perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.


19

2. Transparancy (Transparansi)

Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi yang terbuka,

tepat waktu, serta jelas dan dapat dibandingkan dengan keadaan yang

menyangkut tentang keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan

perusahaan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang materiil dan

relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai

kepentingan untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis.

3. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem pengawasan

yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan

pemegang saham yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian

terhadap manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai

dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak berkepentingan

lainnya.

4. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Responsibility adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam manajemen,

pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban kepada perusahaan dan

para pemegang saham. Prinsip ini mewujudkan dengan kesadaran bahwa

tanggungjawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang,

menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan

wewenang kekuasaan, menjadi profesioanal dan menjunjung etika dan

memelihara bisnis yang kuat.

5. Independensi (independen)
20

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lainuntuk melancarkan asas Corporate Governance. Independen diperlukan

untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul

oleh para pemegang saham mayoritas.Mekanisme ini menuntut adanya

rentang kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar

seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus obyektif

tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.

Prinsip-prinsip transparansi, keadilan, akuntabilitas, responsibilitas dan

independen Corporate Governance dalam mengurus perusahaan, sebaiknya

diimbangi dengan Good Faith (bertindak atas iktikad baik) dank ode etik

perusahaan serta pedoman Corporate Governance, agar visi dan misi perusahaan

dapat terwujud. Pedoman Corporate Governance yang telah dibuat oleh komite

nasional Corporate Governance hendaknya dijadikan kode etik perusahaan yang

dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan Corporate

Governance secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting karena mengingat

kecenderungan aktivitas usaha yang semakin mengglobal dan dapat dijadikan

sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang

lebih baik.

Melalui pemenuhan kepentingan yang seimbang, benturan kepentingan

yang terjadi di dalam perusahaan dapat diarahkan dan dikontrol sedemikian rupa,

sehingga tidak menyebabkan timbulnya kerugian bagi suatu perusahaan. Berbagai

macam korelasi antara implementasi prinsip-prinsip Corporate Governance


21

didalam suatu perusahaan dengan kepentingan para pemegang saham, kreditor,

manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, dan tentunya para anggota

masyarakat, merupakan indikator tercapainya keseimbangan kepentingan.

2.2.2 Manfaat dan Tujuan Corporate Governance

Menurut Monks dalam Kaihatu (2006), Good Corporate Governance

(GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua pihak. Ada

dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama pentingnya hak pemegang

saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan

kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara

akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan dan

kepemilikan.

Esensi Corporate Governance adalah peningkatan kinerja perusahaan

melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas

manajemen terhadap shareholder dan pemakai kepentingan lainnya, berdasarkan

kerangka aturan dan peraturan yang berlaku (Tri Gunarsih, 2003). Corporate

Governance juga mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

dengan lebih baik, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga

dapat lebih meningkatkan Corparate Value.

3. Mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
22

sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.

4. Meningkatkan nilai saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan citra

perusahaan kepada public lebih luas dalam jangka panjang.

5. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

Sedangkan tujuan Corporate Governance adalah sebagai berikut :

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholder non pemegang

saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

4. Meningkatkan effisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau Board

ofDirectors dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior

perusahaan.

2.2.2.1 Corporate Governance dan kinerja perusahaan

Hubungan antara Corporate Governance dan kinerja perusahaan bukan

sesuatu yang secara universal dapat diterima, walaupun saat ini ada banyak

pengakuan yang luas bahwa pembentukan Corporate Governance secara

substansial dapat mempengaruhi pemegang saham. McKinsey dan Co (2002)

melakukan survey yang hasilnya menunjukan bahwa para investor cenderung

menghindari perusahaan-perusahaan dengan predikat buruk dalam Corporate

Governance. Perhatian yang diberikan investor terhadap Corporate Governance

sama besarnya dengan perhatian terhadap kinerja keuangan perusahaan .para


23

investor yakin bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Governance telah

berupaya untuk meminimalkan risiko keputusan yang salah akan menguntungkan

bagi diri sendiri, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya

memaksimalkan nilai perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat ditentukan dari sejauh mana keseriusannya

dalam menerapkan Corporate Governance. Perusahaan yang terdaftar dalam skor

pemeringkatan Corporate Governance yang dilakukan oleh IICG terbukti telah

menerapkan Corporate Governance dengan baik dan secara langsung menaikkan

nilai sahamnya, semakin tinggi penerapan Corporate Governance yang diukur

oleh Corporate Governance Perception Indeks (CGPI) maka semakin tinggi

pulatingkat ketaatan perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik

(Wardani, 2008).

2.2.3 Mekanisme Good Corporate Governance

2.2.3.1 Jumlah Dewan Direksi

Menurut UU No. 40 Tahun2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 1

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh

atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik didalam maupun diluar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Salah satu prinsip yang perlu

dipenuhi agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif adalah

komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan

keputusan secara efektif, tepat, cepat serta dapat bertindak independen (Komite

Nasional Kebijakan Governance,2006). Dalam penelitian ini jumlah dewan


24

direksi dihitung dengan cara menjumlah seluruh jumlah dewan direksi yang ada

pada bank yang menjadi objek penelitian. Direksi dalam menjalankan perseroan

memiliki, tugas-tugas, yaitu :

1. Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan

tugas pengurusan Perseroan dengan tetap memperhatikan keseimbangan

kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan dengan aktivitas Perseroan.

2. Direksi wajib tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan memastikan seluruh

aktivitas Perseroan telah sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan

perundang-undangan yang berlaku, Anggaran Dasar, keputusan RUPS serta

peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Perseroan.

3. Direksi dalam memimpin dan mengurus Perseroan semata-mata hanya untuk

kepentingan dan tujuan Perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan

efisiensi dan efektivitas Perseroan.

4. Direksi senantiasa memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan secara

amanah dan transparan, untuk itu Direksi mengembangkan system

pengendalian internal dan system manajemen resiko secara terstruktural dan

komprehensif.

5. Direksi akan menghindari kondisi dimana tugas dan kepentingan Perseroan

berbenturan dengan kepentingan pribadi.

Berakhirnya Masa Tugas Direksi, yaitu:

1. Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan

RUPS dengan menyebutkan alasannya.


25

2. Jangka waktu masa tugas direksi diatur dalam Anggaran Dasar atau Akte

Pendirian.

3. Jika diberhentikan sementara waktu sebelum masa tugasnya oleh

RUPS/Komisaris maka dalam jangka waktu 30 hari diadakan RUPS untuk

memberi kesempatan Direksi tersebut membela diri. Apabila dalam jangka

waktu 30 hari tidak ada RUPS maka pemberhentian sementara batal demi

hukum.

4. Pemberhentian anggota Direksi berlaku sejak:

a. ditutupnya RUPS apabila anggota Direksi diberhentikan sewaktu-

waktu

b. tanggal keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi

c. tanggal lain yang ditetapkan dalam RUPS.

Kewajiban Direksi didalam perseroan, yaitu :

1. Direksi wajib bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk

kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di dalam

maupun di luar pengadilan. Sebagai organ yang wajib bertanggungjawab,

Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusan itu kepada RUPS.

2. Direksi wajib membuat dan memelihara Daftar Pemegang Saham,

menyelenggarakan pembukuan Perseroan, melaporkan kepemilikan

sahamnya dan keluarga yang dimiliki pada Perseroan atau Perseroan lain.

3. Direksi wajib menyiapkan laporan tahunan (termasuk pertanggung jawaban

tahunan) untuk RUPS.


26

4. Direksi wajib memberikan keterangan kepada RUPS mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan perseroan.

5. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan atau RUPS lain yang dianggap

perlu (termasuk melakukan pemanggilan dan lain-lain).

6. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan atau

menjadikan jaminan sebagian besar atau seluruh kekayaan Perseroan.

7. Direksi wajib menyiapkan rencana penggabungan, peleburan atau

pengambilalihan untuk diajukan kepada RUPS.

2.2.3.2 Dewan Komisaris

Menurut Pasal 1 angka 6 UUPT, Dewan komisaris adalah organ perseroan

yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai

dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi. Tugas dewan

komisaris adalah melakukan:

a. Pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,

baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan.

b. Memberi nasihat kepadadireksi.

Dewan komisaris dapat terdiri dari satu orang atau lebih. Dewan

komisaris merupakan majelis, sehingga setiap anggota dewan komisaris tidak

dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan keputusan dewan

komisaris. Pengaturan mengenai besarnya jumlah anggota komisaris dapat

diatur dalam anggaran dasar perseroan, disamping itu anggaran dasar

perseroan juga dapat mengatur mengenai adanya 1 (satu) orang atau lebih

komisaris independen dan 1 (satu) orang komisaris utusan. Penjelasan Pasal


27

120 ayat (2) UUPT menyebutkan bahwa Komisaris Independen yang ada di

dalam pedoman tatakelola perseroanyang baik (code of good corporate

governance) adalah Komisaris dari pihak luar. Istilah independen pada

komisaris independen maupun direksi independen bukan menunjukkan bahwa

komisaris atau direksi lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen

ataupun direksi independen menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil

dari pemegang saham independen (minoritas) dan juga mewakili kepentingan

investor.

Pengertian dari Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris

yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen

atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Berdasarkan definisi

yang telah diuraikan diatas, komisaris independen merupakan komisaris yang tidak

ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun pemegang

saham.Karena tidak ada hubungan seperti itu, maka komisaris independen ini

diharapkan dapat bertindak objektif dan dapat melihat persoalan perseroan

mensyaratkan adanya komisaris independen ini, misalnya untuk perseroan

terbatas terbuka.

Kriteria Komisaris Independen diambil oleh FGI dan kriteria otoritas bursa

efek Australia tentang Outside Directors. Kriteria untuk Outside Directors dalam

One Tier System tersebut telah diterjemahkan menjadi kriteria untuk Komisaris

Independen dalam position paper FCGI kepada NCCG. Kriteria tentang Komisaris
28

Independen tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komisaris Independen bukan merupakan anggota manajemen.

2. Komisaris Independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau

seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau

tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan.

3. Komisaris Independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak

dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan lainnya

dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam

kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menepati posisi seperti

itu.

4. Komisaris Independen bukan merupakan penasehat profesional perusahaan

atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut.

5. Komisaris Independen bukan merupakan seorang pemasok atau pelanggan

yang signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya

yang satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung

atau tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut.

6. Komisaris Independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau

perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris

perusahaan tersebut.

7. Komisaris Independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis

apapun atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dianggap

sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai

seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan


29

perusahaan.

Komisaris Independen memegang peranan yang sangat penting dalam

perusahaan, terutama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance. Menurut

Egon Zehnder, Dewan Komisaris merupakan inti dari Corporate Governance

yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme

mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada

pengelola perusahaan. Anggota Dewan Komisaris yang memiliki integritas,

kemampuan, tidak cacat hukum dan independen serta tidak memiliki hubungan

bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham mayoritas dan Dewan

Direksi baik secara langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan untuk

menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah umum GCG, peran

Komisaris Independen berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan

memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek transparansi,

kemandirian, akuntabilitas, dan kewajaran. Fungsi dan peran Komisaris

Independen dalam meningkatkan prinsip- prinsip GCG tergambar dalam misi

Komisaris Independen. Misi Komisaris Independen adalah mendorong dan

menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan termasuk

kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama

dalam pengambilankeputusan oleh Dewan Komisaris.

Komisaris independen dapat dihitung dengan menggunakan skala rasio


30

yaitu melalui presentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar badan

usaha dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris badan usaha. Rumus ini

diukur berdasarkan:

Komisaris Jumlah anggota dewan komisaris dari luar badan usaha


Independen = Seluruh anggota dewan komisaris badan usaha

2.2.3.3 Harga Saham

Menurut Fahmi (2012:81) Saham merupakan kertas tanda bukti

penyertaan kepemilikan modal/ dana pada suatu perusahaan yang tercantum

dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan

kewajiban yang jelas kepada setiap pemegangnya.

Sedangkan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5) Saham (stock)

merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang

menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang

menerbitkan surat berharga tersebut. Jadi saham adalah surat berharga yang di

miliki oleh seseorang atau badan dalam satu entitas sebagai tanda kepemilikan

perusahaan.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6), Jenis saham dilihat dari segi

kemampuan dalam hak tagih atau klaim dibedakan menjadi: Saham biasa: saham

yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, hak

atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.

a. Saham preferen: saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi

dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga
31

obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki

investor. Saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan

tetap.

Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:

a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak tertulis

nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke

investor lain.

b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis dengan

jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus melalui prosedur

tertentu.

Jadi, Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam

pengelolaan perusahaan. Sehingga semakin tinggi harga saham yang ada di pasar

atas suatu perusahaan tertentu, maka dapat diartikan perusahaan tersebut dapat

mengelola aktiva dengan baik. Menurut Hartono (2010:76) harga saham adalah

terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar

modal.

Menurut Hartono (2010:78) sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham

biasa mempunyai bebrapa hak control antara lain:

1. Hak Kontrol, yaitu pemegang saham biasa untuk memilih pemimpin

perusahaan
32

2. Hak menerima pembagian keuntungan, yaitu hak pemegang saham biasa

untuk mendapat bagian dari keuntungan perusahaan

3. Hak preemptive, yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan

persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan

lembar saham untuk tujuan melindungi hak control dari pemegang saham

lama dan melindungi harga saham lama dari penurunan nilai.

Darmadji dan Fakhrudin (2012:13) mengelompokan harga saham di pasar

modal menjadi 7 (tujuh) macam. Macam-macam harga saham tersebut yaitu:

1. Previous price adalah harga suatu saham pada penutupan hari sebelumnya

di pasar saham.

2. Opening price adalah harga saham pertama kali di saat pembukaan sesi I

perdagangan.

3. Highest price adalah harga tertinggi suatu saham yang pernah terjadi

dalam periode perdagangan hari tersebut.

4. Lowest price adalah harga terendah suatu saham yang pernah terjadi

sepanjang periode perdagangan hari tersebut.

5. Last price adalah harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. Change

price adalah harga yang menunjukan selisih antara opening price dan last

price.

2.2.3.4 Ukuran Perusahaan


33

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar

kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai

pasar saham, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005). Pada dasarnya, ukuran

perusahaan hanya terbagi atas tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm).Ukuran

perusahaan dicerminkan dengan total asset yang menggambarkan seberapa besar

dana yang dikelola dan kompleksitasnya. Total asset juga menggambarkan hak &

kewajiban serta permodalan bank. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh

mayarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan

keuangannya, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya

lebih akurat.

Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat meningkatkan skala

ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemrosesan informasi.

Sudarmadji dan Sularto (2007) menyatakan bahwa perusahaan besar yang

mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengungkapan lebih

luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal.

Informasi tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan

informasi kepada pihak eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak

memerlukan tambahan biaya yang besar untuk melakukan pengungkapan lebih

luas.Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi

informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil. Suatu perusahaan besar

dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Kemudahan berhubungan

dengan pasar modal berarti fleksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan inves-
34

tor juga lebih besar karena mempunyai kinerja operasional yang lebih besar.

Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar daripada

perusahaan kecil karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih

baik.

Menurut Calisir et al. (2010) menemukan pengaruh positif ukuran

perusahaan terhadap perusahaan kinerja perusahaan sektor teknologi informasi

dan komunikasi di Turki. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang besar

lebih menjanjikan kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan yang ukuran

lebih kecil.Ukuran perusahaan juga menunjukkan jumlah pengalaman dan

kemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi yang diberikan oleh para

pemegang saham untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Ukuran perusahaan

yang lebih besar menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibandingkan

dengan pesaing utamanya dan nilai perusahaan akan meningkat karena adanya

respon positif dari investor.

Dalam penelitian ini ukuran perusahaan yang dimaksud disini adalah

seberapa besar asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Karena ukuran

perusahaan juga dianggap penting dalam proses pelaporan keuangan, dan yang

nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan. Ukuran

perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah total asset

dalam perusahaan sampel tersebut.


35

2.3 Penilitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan hubungan dari kajian empiris antar

variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian sebelumnya.

Penelitian tersebut dijadikan pedoman untuk melihat hubungan variabel dalam

penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan kinerja keuangan

antara lain:

Hasil penelitian yang diperoleh Melia Agustina Tertius dan Yulius Jogi

Christiawan (2015) adalah variabel independen antara lain dewan komisaris,

komisaris independen, dan kepemilikan manajerial dengan variabel kontrol

ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen yaitu ROA. Secara individual, dewan komisaris dan

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Semakin

besar dewan komisaris dan kepemilikan manajerial maka tidak mempengaruhi

jumlah ROA yang dihasilkan. Sedangkan, komisaris independen dan ukuran

perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Semakin besar

komisaris independen dan ukuran perusahaan, maka ROA yang dihasilkan

semakin kecil atau menurun.

Hasdina (2013), melakukan penelitian dengan judul pengaruh struktur

good corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja keuangan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

2009-2011. Variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan publik,

ukuran dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, dan struktur

kepemilikan. Variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan.


36

Penelitian ini menggunakan purposive sampling, metode analisis yang digunakan

adalah kuantitatif dengan pengujian asumsi klasik serta analisis statistik yang

digunakan analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini adalah secara parsial

terdapat dua variabel independen yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan yaitu ukuran dewan komisaris dan ukuran dewan direksi sendangkan

ketiga variabel lainnya yaitu kepemilikan publik, komite audit, dan struktur

kepemilikan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variable Penilitian Hasil penelitian

1 Melia Variabel Independen : 1. Dewan komisaris,


Agustina 1. Dewan komisaris independen, dan
Tertius dan Komisaris kepemilikan manajerial
Yulius Jogi 2. Komisaris secara bersama-sama
Christiawa Independen berpengaruh secara
n , SE., 3. Kepemilikan signifikan terhadap Kinerja
M.Si, Ak. Manajerial Perusahaan.
(2015) 4. Ukuran 2. Komisaris independen dan
Perusahaan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
Variabel Dependen: signifikan terhadap Kinerja
1. Kinerja Perusahaan.
Perusahaan 3. Dewan komisaris dan
kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kinerja
Perusahaan
37

2 Hardikasari Variabel Independen: 1. Ukuran dewan direksi


(2011) 1. Ukuran Dewan berpengaruh negatif secara
Direksi signifikan terhadap kinerja
2. Ukuran Dewan keuangan
Komisaris 2. Ukuran dewan komisaris
3. Harga saham berpengaruh positif secara
signifikan terhadap kinerja
Variabel Dependen: perusahaan
1. Kinerja 3. Harga saham berpengaruh
Keuangan positif tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan.

3 Hasdina Variabel Independen: 1. Ukuran dewan komisaris


(2013) 1. Kepemilikan dan Ukuran dewan direksi
Publik berpengaruh Signifikan
2. Ukuran dewan terhadap kinerja keuangan
komisaris 2. kepemilikan publik, komite
3. Ukuran dewan audit, dan struktur
direksi kepemilikan tidak
4. Ukuran dewan berpengaruh terhadap
komite Audit kinerja keuangan
5. Struktur perusahaan.
kepemilikan
Variabel Dependen:
1. Kinerja
Keuangan
38

4 Fransisca Variabel Independen: 1. Proporsi dewan komisaris


Pangestu 1. Dewan komisaris independen, ukuran komite
Wardani independe audit, ukuran dewan direksi
dan 2. Ukuran Komite dan ukuran dewan
Zulkifli Audit komisaris secara
(2017) 3. Ukuran Dewan bersamasama berpengaruh
Direksi signifikan terhadap ROA.
4. Ukuran dewan 2. Proporsi dewan komisaris
komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap ROA
Variabel Dependen: 3. Ukuran komite audit tidak
berpengaruh terhadap ROA
1. Kinerja
4. Ukuran dewan direksi
Keuangan
berpengaruh terhadap ROA
5. Ukuran dewan komisaris
tidak berpengaruh terhadap
ROA

5 Ramadani Variabel Independen: 1. penerapan GCG tidak


(2009) 1. Good Corporate mempengaruhi harga
Governance saham
2. growth 2. sedangkan untuk variabel
opportunity growth opportunity dengan
harga saham memiliki
Variabel Dependen: pengaruh signifikan
3. Uji korelasi menunjukkan
1. Harga Saham
bahwa tidak terdapat
hubungan antara penerapan
GCG dengan harga saham,
sedangkan untuk growth
opportunity memiliki
hubungan dengan harga
39

saham.

6 Alyda Variabel Independen: 1. Good Coporate


Noor 1. Kepemilika Governance yg diukur
Prantama, Institusional dengan memakai
Suhadak 2. Komisaris kepemilikan institusional
dan Independen memperlihatkan status
Topowijon positif dn berpengaruh
o. (2015) Variabel Dependen signifikan terhadap kinerja
keuangan yang melalui
1. Return on Asset
ROA. Penelitian ini
2. Return on Equity
memperlihatkan bahwa
kepemilikan institusional
berstatus positif tapi
enggak berpengaruh
signifikan kepada ROA
2. Good Corporate
Governance yang diukur
dengan proporsi dewan
komisaris independen
enggak mempunyai
pengaruh signifikan kepada
kinerja keuangan melalui
ROA pada perusahaan yg
ada di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian
ini memperlihatkan status
positif tapi enggak
berpengaruh signifikan
3. Good Corporate
Governance yang diukur
dengan kepemilikan
institusional enggak
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja
keuangan melalui ROE
pada perusahaan Real
Estate & Property yg
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Penelitian ini
memperlihatkan bahwa
kepemilikan institusional
berstatus positif tapi
enggak berpengaruh
signifikan terhadap ROE,
disebabkan perusahaan
40

sampel penelitian rendah


dalam mengatur seluruh
asset yang telah dipunyai
dan lemah dalam
mengawasi manajemen-
manajemen yang ada
4. Good Corporate
Governance yang diukur
dengan proporsi dewan
komisaris independen
memiliki pengaruh
signifikan kepada kinerja
keuangan melalui ROE
pada perusahaan yg ada di
Bursa Efek Indonesia

7 Amira Variabel Independen: 1. Pada hasil uji statistik t,


Aulia 1. Komposisi nilai signifikan 0,854 pada
(2018) Dewan variabel Komposisi Dewan
Komisaris Komisaris Independen
Indepedenm lebih besar dari α = 0,05.
2. Kepemilikan Artinya tidak ada pengaruh
Saham yang signifikan variabel
Institusional Komposisi Dewan
3. Komite Audit Komisaris Independen
terhadap Return On Asset.
Dari hasil uji statistik t
tersebut dapat disimpulkan
bahwa setiap peningkatan
atau penurunan Komposisi
Dewan Komisaris
Independen sebesar satu-
satuan, maka tidak akan
berdampak terhadap Return
On Asset
2. Pada hasil uji statistik t,
nilai signifikan 0,073 pada
variabel Kepemilikan
Institusional lebih besar
dari α = 0,05. Artinya tidak
ada pengaruh yang
signifikan variabel
Kepemilikan Institusional
terhadap Return on
41

Asset.yang berarti
kepemilikan institusional
tidak memiliki pengaruh
signifikan dengan arah
positif terhadap Return on
Asset secara parsial. Hal ini
menunjukan bahwa ketika
Kepemilikan Institusional
memiliki presentase saham
yang tinggi maka tidak
akan berdampak pada
Return on Asset.
3. Hasil hasil uji statistik t,
nilai signifikan 0,003 pada
variabel Komite Audit
lebih kecil dari α = 0,05.
Dengan begitu, keputusan
yang diambil adalah H03
ditolak dan Ha3 diterima,
artinya terdapat pengaruh
yang signifikan variabel
Komite Audit terhadap
return on asset. Hal ini
menunjukan bahwa
meningkatnya jumlah
anggota komite audit maka
return on asset juga akan
meningkat.

8 Ming- Board Size, Board 1. Board Independence


Cheng Wu, Independence, CEO dan Insider Ownership
HsinChian Duality, Insider berpengaruh positif
g Lin, Ownership Stock Pledge terhadap Kinerja
ICheng Ratio, Deviation Keuangan
Lin, Chun- between Voting Right
Feng Lai and Cash Flow Right
(2011)
9 Joel Tham Board Size, Audit 1. Board Size dan
Kah Marn Committee, Board Ownership Structure
dan Dondjio Composition, CEO Status, berpengaruh positif
Fomedjou Ownership Stucture terhadap kinerja
Romuald perusahaan
(2012)
10 Siallagan Kepemilikan 1. Menguji adanya
dan manajerial,komisaris,ko pengaruh
Machfoedz mite audit mekanisme
corporate
42

, 2006. Kinerja perusahaan governance yaitu


kepemilikan
manajerial, komite
audit, dan komisaris
independen
terhadap nilai
perusahaan
(Tobin’s Q).
Hasilnya adalah
terdapat pengaruh
antara mekanisme
corporate
governance dengan
kinerja perusahaa
11 Klapper, Determinants of 1. Menemukan adanya
L.F. And Governance, pengaruh positif
Love, I. Governance and antara corporate
2002 Performan governance
terhadap kinerja
dan nilai
perusahaan dan
perusahaan yang
akan menerapkan
corporate
governance secara
konsisten akan
memperoleh
manfaat yang lebih
besar pada negara
yang lingkungan
hukumnya buruk
12 Ibrahim Dewan direksi, ukuran 1. Mengunakan
Jimoh(201 bank,dan proposi pengujian panel
8) pemegang saham data ekonometrik
mengungkapkan
Return on asset GCG dapat
mempengaruhi
ROA
43

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah

diuraikan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah jumlah dewan

direksi, jumlah dewan komisaris independen, harga saham dan ukuran perusahaan

mempunyai pengaruh terhadap baik atau tidaknya kinerja keuangan yang ada

dalam Perusahaan sektor agrikultur. Kinerja Keuangan akan diukur menggunakan

Return on Assets (ROA). ROA merupakan rasio yang untuk mengukur efektivitas

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan asset yang dimiliki.

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:


44

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen

Jumlah Dewan direksi (X1) H1 Variabel Dependen

Jumlah Dewan

Komisaris Independen (X2)

Kinerja Keuangan
H2
ROA (Y)

Harga Saham (X3) H3

Ukuran Perusahaan (X4) H4

H5
45

2.5 Perumusan Hipotesis

2.5.1 Pengaruh Jumlah Dewan Direksi Terhadap kinerja keuangan

Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu perusahaan yang melakukan

tugas melaksanakan operasi dan kepengurusan perusahaan. Direksi

mengendalikan keputusan kompensasi manajerial, pengawasan dan alokasi modal

pada perusahaan. Dewan direksi dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja

perusahaan melalui evaluasi dan keputusan secara strategi serta pengurangan

inefisiensi dan kinerja yang rendah (Hartono & Nugrahanti, 2014)

Hasil penelitian mendapatkan bahwa ukuran dewan direksi mempunyai

pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa jumlah anggota dewan direksi yang lebih banyak akan

sangat mungkin terjadi peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

Peran dewan direksi adalah menyusun kebijakan terhadap operasional

perusahaan. Dengan jumlah yang relatif lebih besar, maka keputusan yang

diambil oleh direksi tidaklah terfokus pada satu pihak saja. Jumlah direksi yang

banyak umumnya direalisasikan pada penempatan setiap direksi pada bidang-

bidang tertentu yang dikuasasi oleh setiap manajer sehingga setiap direksi

memiliki tugas dan wewenang yang lebih terfokus sehingga kinerja perusahaan

akan dapat meningkat.

H1: Jumlah Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan

pada Perusahaan Sektor Agrikultur.


46

2.5.2 Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris Terhadap kinerja keuangan

Dewan komisaris yang lebih besar meningkatkan akses dalam berbagai

sumber daya terhadap lingkungan eksternal perusahaan dan berdampak positif

pada kinerja perusahaan. dengan jumlah dewan komisaris yang 7 semakin besar

maka mekanisme monitoring manajemen perusahaan akan semakin membaik.

Dengan besarnya jumlah dewan komisaris dalam perusahaan meningkatkan akses

ke berbagai sumber daya terhadap lingkungan eksternal dan berdampak positif

pada kinerja perusahaan. begitu pula dengan dewan komisaris besar yang lebih

beragam, dapat memberikan perpaduan keahlian, pengetahuan dan keterampilan.

Jumlah dewan yang lebih besar menguntungkan perusahaan dari sudut pandang

ketergantungan sumber daya (Agustina et al., 2015)

Hasil penelitian mendapatkan bahwa ukuran komisaris tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa

jumlah anggota dewan komisaris yang lebih banyak kurang dapat memungkinkan

perusahaan mendapatkan kinerja yang lebih tinggi. Melalui peran dewan

komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan

oleh pihak manajemen, maka jumlah keanggotaan dewan komisaris seharusnya

dapat memberikan pengawasan terhadap hasil dari proses operasional perusahaan

H2: Jumlah Dewan Komisaris Independen Tidak berpengaruh signifikan

berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Sektor Agrikultur.

2.5.3 Pengaruh Harga Saham Terhadap kinerja keuangan


Hasil penelitian mendapatkan bahwa Harga saham mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut menunjukkan


47

bahwa penerapan tata kelola usaha yang baik dapat meningkat kan kinerja

keuangan dan berpengaruh dengan Harga saham Dicky Hidayat Topowijono

(2018).

H3: Harga saham berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan

Sektor Agrikultur.

2.5.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap kinerja keuangan

Selain variabel diatas, maka perlu juga melakukan pengujian terhadap ukuran

perusahaan dan pengaruhnya terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan dicerminkan

dengan total aset yang menggambarkan seberapa besar dana yang dikelola dan

kompleksitasnya. Total aset juga menggambarkan hak & kewajiban serta permodalan

bank. Dengan demikian total aset digunakan sebagai variabel control. Perusahaan yang

besar lebih diperhatikan oleh mayarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam

melakukan pelaporan keuangannya, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan

kondisinya lebih akurat.

easnell, Pope, & Young (1998) menunjukan adanya hubungan negatif antara 41

ukuran perusahaan dan manajemen laba di Inggris. Dengan ini disimpulkan bahwa

manajer yang memimpin perusahaan yang lebih besar memiliki kesempatan yang lebih

kecil dalam memanipulasi laba dibandingkan dengan manajer di perusahaan kecil.

Penelitian Chtourou, Bedard, & Couteau (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan di

Amerika Serikat berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Dari telaah pustaka yang telah

dijelaskan pada bagian atas

H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan

Sektor Agrikultur.
48

Anda mungkin juga menyukai