Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut
Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut
termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk Elips, lima Planet
kerdil, 173 Satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit
(Meteor, Asteroid, Komet) lainnya. Sebuah galaksi merupakan kumpulan bintang, planet, gas,
nebula, dan benda-benda langit yang membentuk “pulau-pulau” di dalam ruang hampa jagat
raya. Galaksi Bimasakti atau Milky Way adalah salah satu di antara ribuan galaksi di jagat
raya kita.

Layaknya di bumi¸ di galaksi juga dapat terjadi fenomena-fenomena alam yang


disebabkan oleh kontraksi antar anggotanya. Sehingga, tercipta pertanyaan mengenai
fenomena-fenomena tersebut baik tentang bentuk dan ciri-cirinya. Adapun akibat-akibat
nyata dari fenomena tersebut apakah akan berunjung kerugian ataupun keuntungan terhadap
bumi. Timbul juga keheranan masyarakat bumi terhadap cara melihat atau mengidentifikasi
fenomena-fenomena tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka timbul pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:

1 Apa saja fenomena alam yang terjadi di tata surya?


2 Adakah dampak akibat aktivitas tata surya bagi bumi?
3 Bagaimana cara mengamati atau mengidentifikasi fenomena-fenomena alam di
tata surya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Fenomena Alam di
Tata Surya” yakni sebagai berikut:

 Menguraikan pengertian dan ciri-ciri fenomena alam yang terjadi di tata surya
 Merincikan efek bagi bumi dari aktifitas alam yang terjadi di tata surya
 Memberikan informasi mengenai cara mengemati atau mengidentifikasi
fenomena alam di tata surya
 Memenuhi standar penilaian geografi pada sub bahasan Langkah-Langkah
Penelitian Geografi mengenai Fenomena Geosfer

D. Manfaat Penelitian

Karya tulis ilmiah ini diharapkan akan memberi informasi dan wawasan lebih kepada
para pembaca dan penulis mengenai fenomena-fenomena alam yang terjadi di tata surya
sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Serta karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan
kami, penulis, hasil yang baik pada pelajaran geografi.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teoritik

Tata surya merupakan satu bagian kecil dari alam semesta, jagat raya atau antariksa
yaitu ruangan yang meluas ke segala arah, tidak terhingga, tetapi ada batasan-batasannya
yang belum dapat diketahui. Jagat raya diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan
memuai. Jagat raya terdiri atas galaxi-galaxi atau sistem bintang yang jumlahnya ribuan.
Berdasarkan hasil pengamatan para astronom dengan menggunakan teropong
binokular atau teleskop yang mutakhir bahwa di alam semesta ini terdapat bintang-bintang
beredar mengikuti suatu pusat berupa kabut gas pijar yang sangat besar, dikelilingi oleh
kelompok-kelompok bintang yang sangat dekat satru dengan lain (Cluster) dan juga
dikelilingi oleh gumpalan-gumpalan kabut gas pijar yang lebih kecil dari pusatnya (nebula)
dan tebaran ribuan bintang. Keseluruhan itu termasuk matahari selanjutnya disebut Galaksi
atau Tata Surya, menurut para ahli ternyata galaksi itu jumlahnya banyak, dan galaksi dimana
bumi kita berinduk diberi nama galaksi Milky way atau Bhima Sakti, dan galaksi tetangga
bhima sakti yang berhasil dapat dilihat oleh para astronom adalah galaksi andromeda.
Galaksi atau Tata Surya merupakan kumpulan bintang-bintang yang jumlahnya tidak
kurang 100 Milyar termasuk diantaranya matahari. Matahari merupakan pusat tata surya kita
ini. Kumpulan bintang-bintang di dalam galaksi bentuknya menyerupai lensa cembung yang
pipih atau cakram dengan garis tengah sepanjang 100 tahun cahaya dan tebalnya 10 tahun
cahaya. Posisi matahari sebagai pusat tata surya berada pada jarak 30 tahun cahaya dari pusat
galaksi.
Menurut Fowler (1957) sekitar 12.500 juta tahun lalu galaksi bhima sakti masih
berbentuk kabut gas hydrogen yang sangat panas. Kemudian ia berotasi sehingga bentruknya
menjadi bulat dan bertambah berat. Akibatnya ia mengadakan konstraksi dan bagian masa
luarnya yang memiliki berat jenis yang besar banyak yang tertinggal dan kemudian
membentuk bintang-bintang yang secara lambat laun melakukan konstraksi sambil
memancarkan energi potensialnya berupa kalor sehingga lambat laun suhunya menjadi turun.
Setelah ribuan tahun bintang-bintang itu ada yang bentuknya hampir tetap seperti matahari
kita. Ada beberapa teori tantang terbetuknya tata surya. Beberapa diantaranya adalah:
1. Teori Nebular (kabut)
Teori terjadinya tata surya mula-mula dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755)
seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Pierre Simon Lapace (1796) seoramg ahli fisika
bangsa Perancis. Keduanya berpendapat bahwa tata surya berasal dari kabut, sehingga
disebut teori Kabut Kant-Laplace, dalam alqur’an menjelaskan bahwa penciptaan langit itu
berasal dari asap (kabut), Al-Qur’an surat Fussilat ayat 11.
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab Kami dating dengan suka
hati.”
Kant dan Laplace sekalipun memilikim kesamaan dalam menjelaskan asal tata surya
tetapi mereka berbeda dalam menjelaskan proses pembentukan tata surya, sebagaimana
dijelaskan di bawah ini :
a. Immanuel Kant :
Ia berpendapat bahwa tata surya itu berasal dari gumpalan kabut gas panas yang
berputar pada porosnya. Kemudian kabuit itu menjadi padat dan atas dasar prinsip tarik
menarik dan tolak menolak dari bagian-bagian kabut yang memadat itu dipusatnya
membentuk inti menjadi matahari sedangkan bagian-bagian lainnya bersatu lalu memisahkan
diri dari yang lainnya dan menjadilah planet-planet. Dengan demikian planet-planet itu
terbentuk bersamaan dengan matahari.
b. Laplace :
Ia berpendapat bahwa tata surya berasal dari nebula/kabut gas pijar bercampur dengan
debu yang berputar pada porosnya. Akibat percepatan rotasinya, kabut makin mengecil dan
bentuknya menjadi seperti cakram (pipih). Karena percepatannya makin besar, keadaan kabut
menjadi tidak stabil dan terlepas membentuk cincin gas, lalu memadat. Pemadatan itu
berlangsung terus menerus , kemudian membuat ketidakstabilan baru sehingga membentuk
cincin gas yang baru dan memadat lagi dan seterusnya. Cincin itu membentuk planet,
sedangkan yang masih panas menjadi matahari.
2. Teoti Tidal atau Pasang Surut
Teori ini dikemukakan oleh James H. Jeans dan Harold Jeffres pada tahun 1919.
Menurut teori ini ratusan juta tahun lalu sebuah bintang bergerak mendekati matahari dan
kemudian menghilang. Pada waktu itu sebagian matahari tertarik dan lepas. Dari bagian
matahari yang lepas inilah kemudian terbentuk planet-planet.
3. Teori Bintang Kembar
Menurut teori ini, kemungkinan dahulu matahari merupakan sepasang bintang kembar.
Oleh sesuatu sebab salah satu bintang meledak, dan oleh gaya tarik gravitasi bintang yang
satunya (matahari sekarang), pecahan tersebut tetap berada di sekitar dan beredar
mengelilinginya.
4. Teori G.P. Kuiper
Pada tahun 1950 G.P Kuiper mengajukan teori berdasarkan keadaan yang ditemui di
luar tata surya dan menyuarakan penyempurnaan atas teori-teori yang telah dikemukakan
yang mengandaikan matahari serta semua planet-planet berasal dari gas purba yang ada di
ruang angkasa. Pada saat ini terdapat banyak kabut gas dan diantara kabut terlihat dalam
proses melahirkan bintang.
Kabut gas yang tampak tipis-tipis di ruang angkasa itu, karena gaya tarik gravitasi
antar molekul dalam kabut itu lambat laun memampatkan diri menjadi massa yang semakin
lama semakin padat. Pemadatan ini dimungkinkan oleh sifat gas semacam itu selalu terjadi
gerakan. Selanjutnya gerakan itu semakin lama menjadi gerakan berputar yang memipihkan
dan memadatkan gas kabut itu. Satu atau dua gumpalan materi memadat di tengah. Sedang
gumpalan yang kecil akan melesat dilingkungan sekitarnya. Gumpalan yang memadat
ditengah menjadi matahari sebagai pusat, sedang gumpalan-guympalan yang kecil menjadi
bakal planet. Matahari yang dipusat begitu padat mulai menyala dengan api nuklir, yang
selanjutnya api itu mendorong gas yang masih membungkus planet menjadi sirna. Sehingga
planet sekarang terlihat telanjang tinggal terasnya. Tapi bakal planet yang jauh dari matahari
kurang terpengaruh sehingga tampak menjadi planet yang besar dengan diliputi kabut.
5. Konsep Alam Ganda
Para ahli astrofisika modern berpendapat bahwa ada planet-planet yang menyerupai
bumi. Mereka mengira ada kemungkinan terdapatnya planet seperti bumi di luar system
matahari karena alas an-alasan seperti berikut :
Orang memperkirakan bahwa dalam galaksi kita, seperdua dari 100 milyar bintang,
masing-masing mempunyai sistem planet seperti system matahari.
P. Guerin, seorang ahli astrofisika, menulis “system planeter sudah terang, tersebar
banyak dalam cosmos, sistem matahari dan bumi tidak satu-satunya yang ada. Kehidupan,
sebagaimana planet-planet yang memberinya tempat juga tersebar diseluruh cosmos, dimana
saja terdapat kondisi fisikokimia yang diperlukan untuk terbentuknya kehidupan tersebut dan
perkembangan selanjutnya.” Jika kita kaitkan Penjelasan Guerin dengan ayat Al-Qur’an yang
menyebutkan tentang kegandaan langit dengan symbol angka 7 lapis langit. Disisi lain
wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek, adalah suatu hal
yang dapat kita pahami, tetapi para ahli sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikan
keadaannya seperti apa. Para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat
mungkin.
Komponen tata surya:
 Matahari
 Planet : Merkurius, Venus, Bumi, Saturnus, Uranus, Neptunus
 Asteroid
 Komet
 Sabut Kuiper
 Meteor

Selama beberapa dekade, astronom telah mengamati kondisi lalu lalangnya anggota-
anggota tata surya kita. Tak jarang ditemukan beberapa kejadian aneh di tata surya kita,
setelah diteliti lebih lanjut diketahui bahwa hal tersebut adalah fenomena-fenomana alam
yang terjadi di tata surya, sama halnya dengan yang kerap kali terjadi di muka bumi ini. Lain
kasusnya pada fenomena tata surya ini disebabkan oleh adanya aktifitas luar bumi di tata
surya baik karena bertabrakan satu sama lain, reaksi kimia, ataupun gravitasi. Adapun
fenomena-fenomena alam tersebut yakni sebagai berikut:

1 .Iron rain (Hujan Besi)

Disebut “bintang gagal”, planet brown dwarf ini adalah planet yang baru
ditemukan di tata surya kita. Warna cokelat menandakan bahwa planet ini memiliki
unsur ferum (besi) yang tinggi.
Planet ini memiliki badai seperti yang ada di jupiter dan menghempaskan
besi-besi ke permukaan nya. Brown dwarf ini semakin dingin dari waktu ke waktu,
molekul gas mengembun menjadi cairan besi-besi awan dan hujan.
Dengan pendinginan lebih lanjut, badai besar menyapu menjauh awan,
membiarkan cahaya inframerah terang tersebar ke luar angkasa.
2 Dust Buster (Pelebur Debu)

Mars diketahui telah menghempaskan badai debu yang melanda seluruh


belahan mars. Debu berwarna karat ini dapat tertiup dengan kecepatan 60-100 mph
(97-161 kilometer) per jam, yang berlangsung selama berminggu-minggu.
Begitu dimulai, kabut tak tertembus ini dapat menyelimuti lebih dari separuh
planet, meningkatkan suhu 30 derajat Celcius di belahan mars.

3 Close Ecounter (Tabrakan Badai Terbesar)

Dua bintik bulatan di planet jupiter diatas adalah badai yang sedang
mengamuk di planet tersebut. Dari ukuran badainya saja dapat kita ketahui. Yang
besar dinamakan the great Red Spot, badai yang lebih dari dua kali lipat lebar Bumi
dengan 350-mph ((563 kph) angin dan yang kecil (badai) di namakan Red Jr.
Walaupun tidak sepenuhnya dipahami, para ilmuwan berpikir warna merah
berkorelasi dengan intensitas badai-angin lalu membangkitkan senyawa kimia dari
bawah awan dan mengangkat mereka ke tempat yang tinggi, ditambah sinar
ultraviolet sehingga menghasilkan rona bata.

4 Freeze Frame (Rangka Es)

Suhu di Uranus bisa mencapai di bawah minus 300 derajat Fahrenheit (89
Kelvin). Uranus memiliki rotasi 17 jam namun revolusi yang mencapai 84 tahun
menyebabkan musim (ekstrim) akan lama berganti. Kadang-kadang kondisinya bisa
begitu dingin sehingga gas metana di atmosfer mengembun menjadi metana kristal-
awan.

5 Windy World (Dunia Angin)

Di Neptunus ditemukan gemuruh angin yang bertiup lebih banyak dan kuat
daripada yang ada di Bumi, mencapai 1.500 mph (2.414 kph). Seiring dengan rotasi
planet yang cepat (sekitar 16 jam) sehingga menyebabkan konveksi panas-dingin
yang cepat juga, lalu dapat mempengaruhi kecepatan angin dan menciptakan
kecepatan yang melebihi kecepatan angin di bumi.

6 Planet Popsicle (Planet Es)

Pluto yang sekarang tidak di anggap planet ke 9 dalam tata surya ini memiliki
fakta bahwa sinar matahari yang di dapat pluto di bandingkan bumi adalah sekitar
1:1000 tahun dan menyebabkan planet ini terdiri dari es beku yang terdiri dari
nitrogen, metana dan karbon dioksida dengan suhu berkisar antara minus 387 hingga
minus 369 Fahrenheit (40-50 derajat Kelvin).

7 Methane Moon (Bulan Metana)

Pesawat ruang angkasa Cassini Huygens menemukan bukti kuat diantara hujan deras
metana cair yang terjadi di bulan nya saturnus “Titan”. Dan mungkin “air” yang ada
di bulan adalah metana juga karena pada suhu dingin Titan (94 derajat Kelvin) air pun
akan dikurung seperti es.

8 Hot Crush (Panas Penghancur)

Sesuai namanya,. venus merupakan tempat terpanas di tata surya kita. dengan
suhu sekitar 750 Kelvin dan memiliki tekanan 90 kali di bumi ini akan membuat
setiap pengunjung akan hancur (crush).
Ilmuwan menyebutkan bahwa hal ini terjadi karena adanya efek rumah kaca
yang berlebihan dari awan sulfat yang menutupi langit-langit venus. Maka jadilah
efek rumah kaca yang besar dan menyebabkan hal ini.

9 Black Hole (Lubang Hitam)


Pada awalnya orang menggangap Black hole adalah fiksi ilmiah saja. Akan
tetapi seiring perkembangan jaman dengan diluncurkan teleskop antariksa "Hubble
space telescope" kini orang meyakini bahwa monster itu memang benar benar ada di
luar sana. Lubang hitam sendiri diartikan sebagai sebuah pemusatan massa yang
cukup besar sehingga menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar. Gaya gravitasi
yang sangat besar ini mencegah apa pun lolos darinya kecuali melalui perilaku
terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan di dekatnya
mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang
dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat
keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam". Istilah "lubang hitam" telah
tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa, tetapi
merupakan sebuah wilayah di angkasa di mana semua tidak dapat kembali. Secara
teoritis, lubang hitam dapat memliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke
ukuran alam semesta yang dapat diamati.

10 Serious Lightning (Petir Terparah)

Pesawat ruang angkasa NASA Cassini telah melihat sebuah badai listrik di
Saturnus yang lebih besar daripada badai listrik daratan Amerika Serikat , dengan
kilatan petir yang 1.000 kali lebih kuat daripada di Bumi.
Badai petir yang membentang 2.175 mil (3.500 kilometer) dari utara ke
selatan dan memancarkan suara radio yang sama dengan yang dihasilkan di bumi.

11 Supermassive Black Hole


Super massive black hole adalah blackhole dengan densitas berkali kali lipat
dari blackhlole biasa. Dengan densitas atau kepadatan yang amat sangat luar biasa
maka akan menimbulkan gaya gravitasi yang juga jauh lebih besar. Apakah
supermasif black hole ini ada? jawabannya jelas sekali, mereka ada dan tidak "jauh"
dari kita. supermasive blackhole diperkirakan berdiameter lebih dari 1000 kali
matahari kita dan mempunyai gravitasi lebih dari sejuta kali gravitasi matahari kita.
Super masif black hole merupakan inti dari setiap galaksi yang ada di jagat raya. Ini
menjawab pertanyaan kita selama ini. jika bulan mengelilingi bumi dan bersama bumi
mengelilingi matahari, lantas matahari mengelilingi siapa? super masive black hole.
Diperkirakan jagat raya ini di huni oleh lebih dari milyaran galaxy dan masih akan
terus bertambah. jadi betapa banyak black hole di jagad ini.

12 White Hole

White hole secara nyata belum ada pembuktiannya, white hole masih sebatas
dalam teori dalam kertas. Beberapa ilmuan seperti Profesor Michio Kaku menyatakan
bahwa white hole merupakan sisi lain dari blackhole. Kita pasti penasaran kemanakah
semua materi yang diserap blackhole berujung, apakah black hole itu sebuat pintu
yang menuju sisi lain dari jagat raya? dari pertanyaan imajinasi ini maka muncul teori
white hole. White hole erat kaitannya dengan time travel. Jika memang ujung dari
black hole adalah white hole yang mengubungkan dua tempat terpisah sperti tunel
yang mempersingkat perjalanan waktu maka time travel mungkin dilakukan. Dan
mungkin kita bisa mengunjungi kemarin, 2 hari yang lalu dan seterusnya. Prof
Michiku juga menyatakan secara teoritis time travel melalui white hole itu dapat
diterapkan namun praktekannya hampir mustahil. sesuai hukum kekekalan energi dan
kesetimbangan masa E masuk= E hilang + E yang keluar dan itu bearti masa yang
masuk harus sama dengan masa yang hilang dan keluar. black hole menghisap masa
dan energi teorinya white hole yang mengeluarkan. Kemungkinan lain dari sisi lain
dari black hole adalah big bang. Bayangkan saja jika sebuah pusaran air menyedot
begitu banyak air dan sampah plastik maka dia juga akan mengeluarkan air dan
sampah plastik dalam jumlah dan kecepatan yang hampir sama juga. Kecepatan
gravitasi di sekitar black hole dikatakan hampir absolute jadi dengan demikian
kecepatan hembusan di sekita white hole juga mendekati absolute, dan itu artinya
adalah big bang. Dapat disimpulkan white hole adalah sebuah monster kosmis yang
berfungsi untuk mengeluarkan seluruh materi yang sudah dihisap oleh black hole.

13 Parallel Universe

Jika ujung dari blackhole adalah white hole dengan big bangnya maka tentu saja ini
akan membentuk jagad raya baru. jika di jagat ini ada milyaran galaxy dan milyaran
blackholenya maka begitu juga dengan parallel universe. Mungkin saja saat ini kita
berada dalam black hole dan kita tidak menyadarinya.

Dari sekian banyak fenomena alam yang terjadi di tata surya kita, beberapa dari mereka
tentu memberikan suatu dampak bagi bumi baik yang menguntungkan maupun yang tidak
menguntungkan. Dampak-dampak tersebut yakni sebagai berikut:

 Scarlet Rain (Hujan Merah)


Pada musim panas 2001, setidaknya 50 ton partikel merah jatuh di Kerala,
India dan terus berlangsung selama hampir dua bulan bersama hujan. Ternyata benda
merah berkarat ini termasuk partikel dari badai debu dan sel-sel biologis yang berasal
dari luar angkasa (bakteri sejenis itu mksdnya).
Dalam edisi bulan April jurnal Astrophysics and Space Science, ilmuwan dari
Mahatma Gandhi University melaporkan bahwa partikel memiliki penampilan sel-sel
biologis, dapat bereproduksi di suhu mendesis, dan tidak memiliki kesamaan dengan
partikel debu.

 Badai Matahari

Badai matahari adalah siklus rutin yang dijalani pusat tata surya Galaksi Bimasakti.
Badai terjadi ketika matahari mengeluarkan gelombang elektromagnetiknya ke luar
orbit yang dicirikan dalam aktivitas ledakan-ledakan.
Menurut dosen astronomi Institut Teknologi Bandung Dhani Herdiwijaya, ledakan
matahari bisa terlihat dari Bumi melalui petunjuk adanya bintik matahari di
permukaan sang surya. Bintik tersebut melambangkan dalam permukaan matahari
yang membara akibat sedang terjadi letupan-letupan. Seperti hubungan pendek
arus listrik atau korsleting.
Korsleting di pusat tata surya tentu berbeda dengan sekadar korsleting lampu.
Energi yang dipancarkan besar sekali. Energi dalam bentuk gelombang inilah yang
mengalir menembus aneka planet. Mulai dari yang terdekat dengan matahari, yaitu
Merkurius, lalu ke Venus, dan Bumi hingga habis energinya.
Sepanjang perjalanan, gelombang ini diikuti oleh Ejeksi Massa Korona, yaitu
lontaran massa dari korona matahari, terutama proton, dengan kecepatan tinggi.
Karena mengandung proton berkecepatan tinggi, gelombang tersebut bisa merusak
apa yang dilewatinya, termasuk satelit komunikasi hingga satelit Global
Positioning System (GPS).
 Badai Listrik

Badai listrik di atmosfer variasi diurnal rutin jaringan elektromagnetik bumi atmosfer atau,
lebih luas, sistem listrik setiap planet dalam lapisan gasnya. Gerakan normal muatan listrik
antara permukaan bumi, berbagai lapisan atmosfer, dan terutama ionosfer, diambil bersama-
sama, yang dikenal sebagai sirkuit listrik atmosfer global. Sebuah bagian dari Ilmu Bumi,
banyak alasan yang diperlukan untuk menjelaskan arus ini dapat dilakukan dalam bidang
elektrostatik. Pemahaman penuh membutuhkan pengetahuan tentang beberapa disiplin, bukan
hanya listrik.

Di luar angkasa , magnetopause mengalir di sepanjang batas antara wilayah sekitar obyek
astronomi ( disebut " magnetosfer " ) dan sekitarnya plasma , di mana fenomena listrik
didominasi atau diselenggarakan oleh medan magnet ini . Bumi dikelilingi oleh magnetosfer ,
sebagaimana planet termagnetisasi Jupiter , Saturnus , Uranus dan Neptunus . Merkuri
magnet , tapi terlalu lemah untuk menjebak plasma . Mars memiliki tambal sulam
magnetisasi permukaan . Magnetosfer adalah lokasi di mana tekanan magnet luar dari medan
magnet bumi diimbangi oleh angin matahari , plasma . Sebagian besar partikel matahari yang
dibelokkan ke kedua sisi magnetopause tersebut . Namun, beberapa partikel terjebak dalam
medan magnet bumi dan membentuk sabuk radiasi . The Van Allen sabuk radiasi adalah
torus partikel bermuatan energik ( yaitu plasma ) sekitar Bumi , terperangkap oleh medan
magnet bumi .

Pada ketinggian di atas awan , listrik atmosfer membentuk elemen kontinyu dan berbeda
( disebut electrosphere tersebut ) di mana bumi dikelilingi . Lapisan electrosphere ( dari
puluhan kilometer di atas permukaan bumi ke ionosfer ) memiliki konduktivitas listrik tinggi
dan pada dasarnya pada potensial listrik konstan . Ionosfer adalah bagian dalam dari
magnetosfer dan merupakan bagian dari atmosfer yang terionisasi oleh radiasi matahari .
( Photoionisation adalah proses fisik di mana foton insiden pada atom , ion atau molekul ,
sehingga pengusiran dari satu atau lebih elektron).
Badai petir terjadi di seluruh dunia, bahkan di wilayah kutub sekalipun, dengan frekuensi
terkuat di daerah Hutan Hujan Tropis, dimana mereka terjadi setiap
hari. Kampal dan Tororo di Uganda telah dianggap sebagai tempat paling banyak petir di
Bumi, gelar ini juga diberikan pada Bogor di Jawa (pulau), Indonesia atau Singapura.
Beberapa badai petir terkuat dan berbahaya terjadi di Amerika Serikat terutama di Midwest
dan Amerika Serikat Selatan. Badai tersebut dapat membuat sebuah tornado. Setiap musim
semi, Pemburu badai pergi ke Graet Plains Amerika Serikat dan Canadian Prairies untuk
menjelajah aspek visual dan ilmiah badai dan tornado. Dalam kasus ini, kita yang hidup di
bumi menerima kerugian secara tak langsung yang berupa radiasi.

 Efek Rumah Kaca

Salah satu dampak aktifitas tata surya terhadap kehidupan bumi adalah efek rumah kaca atau
global warming. Efek rumah kaca pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun
1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda
langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca,
tapi karya tulis ilmiah ini hanya membahas pengaruh di bumi.
Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida ( CO2) dan gas-gas lainnya
di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan
bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi yang masuk ke bumi, 25 %
dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25 % diserap awan, 45 % diserap
permukaan bumi, 5 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energy yang diserap
dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh
awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Selain gas
CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida
(NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organic seperti gas metana dan
klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan
efek rumah kaca. Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul
gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas
inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di
troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya Efek
Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca.
Dampak Akibat Efek Rumah Kaca
a. Makin tingginya suhu permukaan bumi yang berdampak pada terjadinya cuaca yang cukup
ektrem pada saat ini. Dimana pada siang hari terasa sangat menyengat dan pada malam hari,
udara terasa dingin.
b. Mulai mencairnya beberapa gunung es yang terdapat di wilayah kutub. Hal ini karena suhu
di kutub meningkat dan mengurangi kemampuan pembekuan es yang ada di kawasan tersebut.
c. Makin bertambahnya ketinggian air laut yang di akibatkan suhu air laut meningkat.
Akibatnya pada saat ini semakin banyak ancaman tenggelamnya beberapa kawasan daratan di
dunia.
d. Terganggunya fungsi hutan dalam menyerap partikel bebas seperti CO2 yang ada di udara.
Akibatnya, senyawa tersebut tidak tersaring dan mencemari lingkungan serta merusak
atmosfer bumi.

Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi
observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari
pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-
prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model
komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena
alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha
untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi
observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh
astronomi teoretis. Astronom-astronom amatir telah dan terus berperan penting dalam banyak
penemuan-penemuan astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu
pengetahuan di mana tenaga amatir masih memegang peran aktif, terutama pada penemuan
dan pengamatan fenomena-fenomena sementara.

Astronomi observasional
Seperti diketahui, astronomi memerlukan informasi tentang benda-benda langit, dan sumber
informasi yang paling utama sejauh ini adalah radiasi elektromagnetik, atau lebih spesifiknya, cahaya
tampak. Astronomi observasional bisa dibagi lagi menurut daerah-daerah spektrum
elektromagnetik yang diamati: sebagian dari spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan Bumi,
sementara bagian lain hanya bisa dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang
angkasa. Keterangan lebih lengkap tentang pembagian-pembagian ini bisa dilihat di bawah:

Astronomi radio

Astronomi observasional jenis ini mengamati radiasi dengan panjang gelombang yang lebih dari satu
milimeter (perkiraan). Berbeda dengan jenis-jenis lainnya, astronomi observasional tipe radio
mengamati gelombang-gelombang yang bisa diperlakukan selayaknya Gelombang, bukan Foton
yang diskrit. Dengan demikian pengukuran fase dan amplitudo relatif lebih gampang apabila
dibandingkan dengan gelombang yang lebih pendek.
Gelombang radio bisa dihasilkan oleh benda-benda astronomis melalui benda hitam, namun
sebagian besar pancaran radio yang diamati dari Bumi adalah berupa radiasi sinkronton, yang
diproduksi ketika elektron berkisar di sekeliling medan manet. Sejumlah garis spektrum yang
dihasilkan dari gas antarbintang (misalnya garis spektrum Hidrogen pada 21 cm) juga dapat diamati
pada panjang gelombang radio.

Beberapa contoh benda-benda yang bisa diamati oleh astronomi radio: supernova, gas
antarbintang, pulsar, dan inti galaksi aktif (AGN - active galactive nucleus).

Astronomi inframerah
Astronomi inframerah melibatkan pendeteksian beserta analisis atas radiasi inframerah (radiasi di
mana panjang gelombangnya melebihi cahaya merah). Sebagian besar radiasi jenis ini diserap oleh
atmosfer Bumi, kecuali yang panjang gelombangnya tidak berbeda terlampau jauh dengan cahaya
merah yang tampak. Oleh sebab itu, observatorium yang hendak mengamati radiasi inframerah harus
dibangun di tempat-tempat yang tinggi dan tidak lembap, atau malah di ruang angkasa.

Spektrum ini bermanfaat untuk mengamati benda-benda yang terlalu dingin untuk memancarkan
cahaya tampak, misalnya planet-planet atau cakram pengitar bintang. Apabila radiasinya memiliki
gelombang yang cenderung lebih panjang, ia dapat pula membantu para astronom mengamati
bintang-bintang muda pada awan molekul dan inti-inti galaksi — sebab radiasi seperti itu mampu
menembus debu-debu yang menutupi dan mengaburkan pengamatan astronomis. Astronomi
inframerah juga bisa dimanfaatkan untuk mempelajari struktur kimia benda-benda angkasa, karena
beberapa molekul memiliki pancaran yang kuat pada panjang gelombang ini. Salah satu
kegunaannya yaitu mendeteksi keberadaan air pada komet-komet.

Astronomi optikal

Dikenal juga sebagai astronomi cahaya tampak, astronomi optikal mengamati radiasi elektromagnetik
yang tampak oleh mata telanjang manusia. Oleh sebab itu, ini merupakan cabang yang paling tua,
karena tidak memerlukan peralatan. Mulai dari penghujung abad ke-19 sampai kira-kira seabad
setelahnya, citra-citra astronomi optikal memakai teknik fotografis, namun sebelum itu mereka harus
digambar menggunakan tangan. Dewasa ini detektor-detektor digitallah yang dipergunakan, terutama
yang memakai peranti terandeng muatan (charge-coupled devices, peranti tergandeng-muatan).
Cahaya tampak sebagaimana diketahui memiliki panjang dari 4.000 Angstrom sampai 7.000 Å (400-
700 Nanometer). Namun demikian, alat-alat pengamatan yang dipakai untuk mengamati panjang
gelombang demikian dipakai pula untuk mengamati gelombang hampir ultraungu dan hampir
inframerah.

Astronomi ultraungu
Ultraungu yaitu radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih kurang 100 sampai 3.200 Å
(10-320 nm). Cahaya dengan panjang seperti ini diserap oleh atmosfer Bumi, sehingga untuk
mengamatinya harus dilakukan dari lapisan atmosfer bagian atas, atau dari luar atmosfer (ruang
angkasa). Astronomi jenis ini cocok untuk mempelajari radiasi termal dan garis-garis spektrum
pancaran dari bintang-bintang biru yang bersuhu sangat tinggi (klasifikasi bintang), sebab bintang-
bintang seperti itu sangat cemerlang radiasi ultraungunya — penelitian seperti ini sering dilakukan
dan mencakup bintang-bintang yang berada di galaksi-galaksi lain. Selain bintang-bintang OB,
benda-benda langit yang kerap diamati melalui astronomi cabang ini antara lain nebula planet, sisa
supernova, atau inti-inti galaksi aktif. Diperlukan penyetelan yang berbeda untuk keperluan seperti
demikian sebab cahayanya mudah tertelan oleh debu antarbintang.

Astronomi sinar-X
Benda-benda bisa memancarkan cahaya berpanjang gelombang sinar-X melalui radiasi
sinkontron (berasal dari elektron-elektron yang berkisar di sekeliling medan magnet) atau melalui
pancaran termal Bremsstrahlung dan benda hitam pada 107 K. Sinar-X juga diserap oleh atmosfer,
sehingga pengamatan harus dilakukan dari atas balon, roket, atau satelit penelitian. Sumber-sumber
sinar-X antara lain bintang biner sinar-X (X-ray binary), pulsar, sisa-sisa supernova, galaksi
elips, gugusan galaksi, serta inti galaksi aktif.

Astronomi sinar-gamma
Astronomi sinar-gamma mempelajari benda-benda astronomi pada panjang gelombang paling
pendek (sinar gamma). Sinar-gamma bisa diamati secara langsung melalui satelit-satelit seperti
Observatorium Sinar-Gamma Compton (CGRO), atau dengan jenis teleskop khusus yang
disebut IACT. Teleskop jenis itu sebetulnya tidak mendeteksi sinar-gamma, tapi mampu mendeteksi
percikan cahaya tampak yang dihasilkan dari proses penyerapan sinar-gamma oleh atmosfer.

Kebanyakan sumber sinar-gamma hanyalah berupa ledakan sinar-gamma, yang hanya menghasilkan
sinar tersebut dalam hitungan milisekon sampai beberapa puluh detik saja. Sumber yang permanen
dan tidak sementara hanya sekitar 10% dari total jumlah sumber, misalnya sinar-gamma dari
pulsar, bintang neutron, atau inti galaksi aktif dan kandidat-kandidat lubang hitam.

Cabang-cabang yang tidak berdasarkan panjang gelombang]


Sejumlah fenomena jarak jauh lain yang berbentuk selain radiasi elektromagnetik dapat diamati dari
Bumi. Ada cabang bernama Astronomi Neutrino, di mana para astronom menggunakandetektor
neutrino (misalnya SAGR, GALLEX, atau Observatorium Kamioka) untuk mendeteksi neutrino,
sebentuk partikel dasar yang jamaknya berasal dari matahari atau ledakan-
ledakansupernova. Ketika sinar kosmik memasuki atmosfer Bumi, partikel-partikel berenergi tinggi
yang menyusunnya akan meluruh atau terserap, dan partikel-partikel hasil peluruhan ini bisa
dideteksi di observatorium. Di masa yang akan datang, diharapkan akan ada detektor neutrino yang
peka terhadap partikel-partikel yang lahir dari benturan sinar-sinar kosmik dan atmosfer.

Terdapat pula cabang baru yang menggunakan detektor-detektor gelombang gravitasional untuk
mengumpulkan data tentang benda-benda rapat: astronomi gelombang gravitasional. Observatorium-
observatorium untuk bidang ini sudah mulai dibangun, contohnya
observatorium LIGO di Lousiana, Amerika Serikat. Tetapi astronomi seperti ini sulit,
sebab gelombang gravitasional amat sukar untuk dideteksi.

Ahli-ahli astronomi planet juga banyak yang mengamati fenomena-fenomena angkasa secara
langsung, yaitu melalui wahana-wahana antariksa serta misi-misi pengumpulan sampel. Beberapa
hanya bekerja dengan sensor jarak jauh untuk mengumpulkan data, tapi beberapa lainnya melibatkan
pendaratan —dengan kendaraan antariksa yang mampu bereksperimen di atas permukaan. Metode-
metode lain misalnya detektor material terbenam atau melakukan eksperimen langsung terhadap
sampel yang dibawa ke Bumi sebelumnya.
Astrometri dan mekanika benda langit
Pengukuran letak benda-benda langit, seperti disebutkan, adalah salah satu cabang astronomi (dan
bahkan sains) yang paling tua. Kegiatan-kegiatan seperti pelayaran atau penyusunan kalender
memang sangat membutuhkan pengetahuan yang akurat mengenai letak Matahari, Bulan, planet-
planet, serta bintang-bintang di langit.

Dari proses pengukuran seperti ini dihasilkan pemahaman yang baik sekali tentang usikan gravitasi
dan pada akhirnya astronom-astronom dapat menentukan letak benda-benda langit dengan tepat
pada masa lalu dan masa depan — cabang astronomi yang mendalami bidang ini dikenal
sebagai mekanika benda langit. Dewasa ini penjejakan atas proyek NEO juga memungkinkan
prediksi-prediksi akan pertemuan dekat, atau bahkan benturan.

Kemudian terdapat pengukuran paralaks bintang. Pengukuran ini sangat penting karena memberi
nilai basis dalam metode tangga jarak kosmik; melalui metode ini ukuran dan skala alam semesta
bisa diketahui. Pengukuran paralaks bintang yang relatif lebih dekat juga bisa dipakai sebagai basis
absolut untuk ciri-ciri bintang yang lebih jauh, sebab ciri-ciri di antara mereka dapat
dibandingkan. kinematika mereka lalu bisa kita susun lewat pengukuran kecepatan radial serta gerak
diri masing-masing. Hasil-hasil astrometri dapat pula dimanfaatkan untuk pengukuran materi gelap di
dalam galaksi.

Selama dekade 1990-an, teknik pengukuran goyangan bintang dalam astrometri digunakan
untuk Metode deteksi planet-planet luar surya keberadaan planet luar surya yang mengelilingi
bintang-bintang di dekat Matahari kita.

Astronomi teoretis
Terdapat banyak jenis-jenis metode dan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh seorang astronom
teoretis, antara lain model (misalnya politrop untuk memperkirakan perilaku sebuah bintang)
dan analisis numerik komputasi; masing-masing dengan keunggulannya sendiri. Model-model analitik
umumnya lebih baik apabila peneliti hendak mengetahui pokok-pokok persoalan dan mengamati apa
yang terjadi secara garis besar; model-model numerik bisa mengungkap keberadaan fenomena-
fenomena serta efek-efek yang tidak mudah terlihat.

Para teoris berupaya untuk membuat model-model teoretis dan menyimpulkan akibat-akibat yang
dapat diamati dari model-model tersebut. Ini akan membantu para pengamat untuk mengetahui data
apa yang harus dicari untuk membantah suatu model, atau memutuskan mana yang benar dari
model-model alternatif yang bertentangan. Para teoris juga akan mencoba menyusun model baru
atau memperbaiki model yang sudah ada apabila ada data-data baru yang masuk. Apabila terjadi
pertentangan/inkonsistensi, kecenderungannya adalah untuk membuat modifikasi minimal pada
model yang bersangkutan untuk mengakomodir data yang sudah didapat. Kalau pertentangannya
terlalu banyak, modelnya bisa dibuang dan tidak digunakan lagi.

Topik-topik yang dipelajari oleh astronom-astronom teoretis antara lain: dinamika


bintang dan evolusi bintang-bintang; pembentukan dan perkembangan galaksi; alam semesta
teramati materi di alam semesta; asal usul sinar kosmik;rekativitas umum; dan kosmologi
fisik (termasuk teori dawai dan fisika astropartikel). Relativitas astrofisika dipakai untuk mengukur ciri-
ciri struktur skala besar, di mana ada peran yang besar dari gaya gravitasi; juga sebagai dasar dari
fisika lubang hitam dan penelitian gelombang gravitasional.

Beberapa model/teori yang sudah diterima dan dipelajari luas yaitu teori big bang, inflasi
kosmik, materi gelap, dan teori-teori fisika fundamental. Kelompok model dan teori ini sudah
diintegrasikan dalam model lambada-CDM.
Beberapa contoh proses:

Proses fisik Alat eksperimen Model teoretis Yang dijelaskan/diprediksi

Efek Nordtvedt (sistem


Gravitasi Telespkop Radio Lahirnya sebuah tata bintang
gravitasi yang mandiri)

Bagaimana bintang berpijar;


Fusi Nuklir Spektroskopi Evolusi Bintang bagaimana logam terbentuk
(neuklosintesis).

Teleskop luar
Dentuman Alam semesta yang
angkasa Usia alam semesta
Besar (Big Bang) mengembang
Hubble,COBE

Masalah kerataan alam


Fluktasi kuantum Inflasi kosmik
semesta (flatness problem)

Keruntuhan Sekumpulan Lubang Hitam di


Astronomi Sinar-X Relativitas umum
Gravitasu pusat Galaksi Andromeda

Siklus CNO pada


bintang-bintang

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang mengacu kepada


pengertian dan anggota tata surya, diketahui bahwa ditengah-tengahnya terdapat
fenomena atau aktivitas tata surya yang kerap terjadi. Jika diulik lebih dalam, diantara
fenomena tersebut akan ada sesuatu hal yang menyebabkan dampak bagi bumi ini.
Juga bagaimana cara mengetahui atau mengamati fenomena-fenomena tersebut
mengikuti, sebagai sebuah jalan untuk membuktikan ataupun meneliti apa yang
sebenarnya terjadi.

C. Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Fenomena atau kejadian alam yang terjadi di tata surya.

B. Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian

Kumpulan data yang ada di internet dan buku-buku yang berhubungan dengan
tata surya

C. Metode Pengumpulan Data

 Dengan melakukan research di perpustakaan setempat mengenai buka yang


mengandung uraian mengenai tata surya dan fenomena alamnya
 Dengan melakukan pencarian mengenai tema yang bersangkutan di mesin
pencari internet

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Latar Belakang Objek Penelitian

:Bab 3 MENGENAL DINAMIKA PLANET


BUMI DAN TATA SURYA
Kedua buku diatas menguraikan informasi yang cukup demi penilitian kami, tidak
lupa dengan internet yang menyediakan berbagai mascam data yang kami butuhkan.

B. Analisis Data

Fenomena alam di tata surya disebabkan oleh adanya aktivitas gravitasi


maupun reaksi kimia oleh anggota-anggota yang ada di tata surya. Fenomena-
fenomena tersebut menyebabkan suatu yang luar biasa terjadi, bahkan terkadang di
luar akal sehat.

Beberapa data menunjukkan adanya efek yang diakibatkan oleh fenomena


atau aktifitas tata surya bagi bumi. Efek tersebut dirasakan oleh masyarakat bumi
secara langsung maupun tidak langsung. Efek yang terasa secara nyata seperti, efek
rumah kaca dan scarlet rain. Adapun, efek yang tidak terasa langsung seperti ketika
terjadi badai matahari mengakibatkan radiasi dan elektron-elektron yang meningkat
dan badai listrik yang menyebabkan gangguan sinyal pada bidang telekomunikasi

Dapat dilakukan pengamatan atas berbagai fenomena tersebut melalui


astronomi observasional dan astronomi teoritis. Astronomi observasional bisa dibagi
lagi menurut daerah-daerah spektrum elektromagnetik yang diamati: sebagian dari
spektrum tersebut bisa diteliti melalui permukaan Bumi, sementara bagian lain hanya
bisa dijangkau dari ketinggian tertentu atau bahkan hanya dari ruang angkasa.
Sedangkan astronomi teoretis berhubungan dengan: dinamika
bintang dan evolusi bintang-bintang; pembentukan dan perkembangan galaksi; alam
semesta teramati materi di alam semesta; asal usul sinar kosmik;rekativitas umum;
dan kosmologi fisik (termasuk teori dawai dan fisika astropartikel).

Anda mungkin juga menyukai