FILSAFAT PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
NISMAWATI I. LATOMPAI
NUR AZIMAH
RINA BUSTAMIN
WINDAYANI
FIRMAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kelompok ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula kita haturkan shalawat
dan salam kepada baginda kita nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang
hingga saat ini.
Adapun isi dari makalah ini mengenai “Objek Material dan Objek Formal
Filsafat”. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat dibutuhkan agar dalam pembuatan makalah kedepannya dapat
disempurnakan.
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN PENULISAN
PEMBAHASAN
B. Objek materiil
Objek materiil ini adalah suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian
keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu,
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Objek
materiil filsafat ini mencakup segala hal, baik yang konkret atau abstrak. Menurut
Poedjawijatna (1980: 80), objek materiil filsafat meliputi segala sesuatu dari
keseluruhan ilmu yang menyelidiki sesuatu. Senada dengan pendapatnya
Poedjawijatna, Mohammad Noor (1981: 12) bahwa objek filsafat itu dibedakan
atas objek materiil dan nonmateriil. Objek materiil mencakup segala sesuatu yang
ada dan mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil
meliputi hal-hal yang abstrak, dan psikis, termasuk juga abstrak logis,
konsepsional, spiritual, nilai-nilai dan lain-lain. Jadi, dengan melihat dari beberapa
pendapat mengenai objek filsafat ini dapat dipahami bahwa objek filsafat meliputi
berbagai hal, dengan kata lain, objek filsafat materiil ini tak terbatas, Objek filsafat
ini tak terbatas, yang dalam pandangan Louis O. Katsoo dalam Burhanudin salam
(1988;39 ) bahwa lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi
segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu apa saja yang ingin diketahui
manusia. Baik hal-hal yang fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak
tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang ada baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Sedangkan hal-hal
yang psikis atau nonfisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-norma, nilai,
keyakinan,dan lainnya.
Suatu objek materiil, baik yang materiil dan lebih-lebih yang nonmateriil
sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk diketahui.
Karena didalamnya terkandung segi-segi kuantitatif berganda, berjenis-jenis dan
kualitatif bertingkat-tingkat dari yang konkret ke tingkat abstrak. Sebagai contoh
objek materiilnya adalah ‘manusia’, dari segi kuantitatif meliputi banyak jenis
menurut ras, suku, ciri khas, dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi
kompleks dalam setiap perilaku hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa
objek materiil memiliki segi yang jumlahnya tak terhitung. Sedangkan kemampuan
akal fikir manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu, dalam rangka memperoleh
pengetahuan yang benar, dan pasti mengenai suatu objek maka perlu dilakukan
pembatasan-pembatasan jenis objek, dan selanjutnya titik pandang artinya dari segi
mana objek materiil itu diselidiki.
C. Objek formal
Objek formal yaitu sifat penelitian, penyelidikan yang mendalam. Kata
mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Menurut Lasiyo dan
Yuwono (1985:6), objek formal adalah sudut pandang yang menyeluruh, umum,
sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya. Jadi objek formal filsafat
ini membahas objek materiilnya sampai ke hakikat atau esensi dari yang
dibahasnya. Objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang
terhadap objek materiil, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan, dalam artian
objek formal filsafat bersifat mengasaskan atau berprinsip maka filsafat itu
mengonstatir prinsip-prinsip kebenaran dan ketidak-benaran.
Melihat objek ilmu tersebut, maka keberadaan filsafat sesungguhnya sudah
dekat dengan kita, bahkan setiap saat kita terlibat dalam tindakan berfilsafat iu
sendiri, hanya saja selama ini keberadaannya belum kita sadari. Peran objek formal
hanya menjelaskan pentingnya arti, posisi dan fungsi objek di dalam imu
penegetahuan. Selanjutnya, ia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong
studi ilmu apa, dan tergolong sifat ilmu yang kualitatif ataukah kuantitatif. Hal ini
berarti bahwa dengan objek formal ruang lingkup ilmu pengetahuan bisa
ditentukan.
Penjelasan diatas, dapat dianalisa dan dijelaskan tentang perbedaan antara
objek material dan objek formal filsafat ilmu. Pertama, Objek material filsafat
merupakan suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkret ataupun yang
abstrak. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang
mampu diindrawi saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun
yang abstrak. Kedua, Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal, yaitu
segala sesuatu yang ada dan realistis, sedangkan objek formal filsafat ilmu
(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek material mempelajari
secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal
ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya. Sedangkan
Obyek formal filsafat ilmu menyelidiki segala sesuatu itu guna mengerti sedalam
dalamnya, atau mengerti obyek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala
sesuatu itu secara mendalam. Obyek formal inilah sudut pandangan yang
membedakan watak filsafat dengan pengetahuan, karena filsafat berusaha
memahami sesuatu se-dalam dalamnya. Selanjutnya mempunyai kedudukan dan
peran yang mutlak dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan, kemudian, ia menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong
bidang studi apa, dan sifat ilmu pengetahuan yang tergolong kualitatif dan
kuantitatif.
Jadi, objek formal filsafat ilmu adalah esensi ilmu pengetahuan, artinya
filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu
pengetahuan seperti: apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah? Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia?
Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu
pengetahuan, yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Selanjutnya
pendalaman analisa, terkait persoalan mendasar mengenai objek formal yang
menjadi esensi daripada ilmu pengetahuan, sekaligus memiliki peran yang mutlak
dalam menentukan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, akan tetapi tanpa
tanpa adanya objek material tidak akan pula ada sumber pengetahuan. Hal ini
memberikan pernyataan, dan pemahaman bahwa objek material dan objek formal
merupakan satu-kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan dalam bingkai aspek
kefilsafatan.
D. Perbedaan Objek Material Dan Formal Filsafat Ilmu
Objek material filsafat ilmu itu bersifat universal, yaitu segala sesuatu yang
ada sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus
dan empiris. Objek material mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan
mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal itu dan mengujinya dengan realisasi
praktis yang sebenarnya. Sedangkan objek formal filsafat ilmu itu menyelidiki
segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti objek material
itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu secara mendalam. Objek
formal inilah sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan
pengetahuan. Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam-dalamnya.
Objek material filsafat ilmu yaitu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang material abstrak-psikis. Termasuk
pola pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai-nilai. Dengan demikian
objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. Segala yang ada mencakup
ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat
dikaji oleh banyak ilmu lain. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan
ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek
material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada
dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun objek formal filsafat
adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang
ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu
ilmu, atau objek yang dipelajari oleh suatu ilmu itu. Objek material filsafat ilmu
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara
sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya secara umum.
Objek formal adalah sudut pandang dari mana subjek itu menelaah objek
materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal
filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan. artinya filsafatnya ilmu
lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa
hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah?
Apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia? Problem inilah yang banyak
diperbincangkan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan.