Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS

POST SECTIO CAESARIA INDIKADI KETUBAN PECAH DINI

I. TINJAUAN TENTANG ETIOLOGI KPD


A. Pengertian
Ketuban pecah dini dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung, disebabkan oleh karena berkurangnya membran atau meningkatnya intra
uteri atau oleh kedua faktor tersebut.
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum
usia kehamilan mencapai 33 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
Ketuban pecah dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002).
B. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, akan tetapi ada beberapa keadaan yang
berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya:
1. Trauma: amniosiotesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual
2. Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar atau polihidra amnion
3. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis, streptococus serta bakteri vagina
4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah
5. Keadaan abnormal dari fetus, seperti malpresentasi
6. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang pendek (<25
cm)
7. Multipara dan peningkatan usia ibu
8. Defisiensi nutrisi
C. Manifestasi Klinis
1. Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak ada air dan
ketuban sudah kering.
6. Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(Buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini, 2009, hal:14)
D. Tanda dan gejala KPD
Tanda dan gejala terjadinya KPD adalah keluarnya cairan krtuban melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak berbau seperti amoniak, cairan ini tidak akan
berhenti karena diproduksi terus sampai persalinan. Jika ibu demam dan terdapat
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin takikardi maka diagnosis

1
korioamnionitis dapat ditegakkan dan dapat diperkuat dengan adanya pus dan bau pada
sekret.
E. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu
sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor
yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan
amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang
masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah
dini.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,bau dan PH
nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna
,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi
2
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes
pakis ),dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis
KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Rawat di Rumah Sakit
a. Jika terdapat perdarahan pervagina dengan nyeri perut, dapat dicurigai
kemungkinan soluioplasenta. Dan jika ada tanda-tanda infeksi (demam,
sekret/cairan vagina bau) berikan antibiotik.
b. Jika tidak ada tnda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu:
c. Berikan antibiotik untuk mengurangi mordiditus ibu dan janin
d. Ampisilin 4x500 mg selama 7 hari, ditambah eritromsin 3x250 mg selama 7 hari
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartus tidak ada tanda-tanda infeksi
berikan dezametason 5mg setiap 6 jam (4x), observasi tanda-tanda infeksi. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu dan sudah inpartus sera tidak ada tanda-tanda
infeksi dapat diberikan terapi fokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin bila gagal sectio caesaria
dapat pula diberikan misoprospol setiap 6 jam (max 4 x) intravaginal dengan dosis
25 mg-50 mg.
H. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3
3. Prematuritas
4. Distosia

II. TINJAUAN TENTANG TINDAKAN (SC)


A. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatau persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu induksi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gr (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gr melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi dan Wiknio Sastro,
2006)
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)
1. Indikasi Sectio Caesaria
a. Plasenta pevia
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abdomen yaitu pada segmen
bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
b. Panggul sempit
Panggul disebut sempit apabila ukuran 1-2 cm kurang dari ukuran normal (11cm).
c. Disporsisi sepalo pelvis
Janin tidak dapat dilahirkan secara normal pervagina, ketidaksesuaian antara
ukuran kepala janin dengan ukuran panggul ibu.
d. Ruptur uteri mengancam
e. Partus lama
Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam
pada multi.
f. Partus tidak maju
Suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan
pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar selam 2 jam terakhir.
g. Distorsi servik
h. Preeklamsi dan eklamsi
Kumpulam gejala yang timbul pada saat hamil, bersalin dan dalam masa nifas
yang terdiri dari hipertensi, proteinuria, dan edema yang kadang-kadang disertai
onvulsi sampai koma.
i. Malposisi janin
Letak lintang, bokong, dahi dan muka, presentasi rangkap.
2. Kontraindikasi Sectio Caesaria
a. Bila janin sudah mati atau keadaan dalam uterus sehingga kemungkinan hidup
kecil, dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
b. Bila ibu dalam keadaan syok, anemia berat yang belum teratasi
c. Bila jalan lahir ibu mengalami infeksi luas
d. Adanya kelainan konginetal berat (Mochtar, 1998).

III. TINJAUAN TENTANG MASA NIFAS


4
A. Pengertian
Masa nifas (puerperineum) adalah masa yang dimulai setelah bayi dan placenta
lahir, mencakup 6 minggu sampai 8 minggu berikutnya, yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan seperti kondisi sebelum hamil (mochtar, 1998).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan secra spontan kelahiran yang
meliputi minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan yang
normal (marmi, 2011).
Masa nifas adalah waktu penyembuhan dan perubahan waktu kembali pada
keadaan sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru
( mitayani, 2009).
B. Klasifikasi
Masa nifas terbagi menjadi 3 tahap yaitu:
1. Puerperineum dini
Suatu masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan
2. Puerperinium intermedial
Suatu masa pemulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang
lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerpeineum
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama ibu, apabila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa minggu, bulanan atau tahunan.
(Mochtar, 1998)
C. Perubahan fisiologis masa nifas
Pada masa nifas terjadi perubahan fisiologis maupun psikologi. Pada perubahan
fisiologis dikenal trias nifas yaitu tiga komponen penting yang biasanya diamati
selama masa nifas, yaitu:
1. Proses involusi uterus (proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum hamil)
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
a. Iskemia miometrium
b. Aatrofi jaringan
c. Autolysis
d. Efek oksitosin
2. Proses lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari kondisi asam yang
ada pada vagina normal.
Macam-macam lokhea:
a. Lokhea rubra (merah, muncul 1-4 hari post partum)
b. Lokhea serosa (kekuningan/kecoklatan, muncul 7-14 hari, sedikit darah, banyak
serum)
c. Lokhea alba (putih, muncul >14 hari, mengandung lekosit, selaput lendir servik
dan selaput jaringan mati)

5
d. Lokhea sangulanta (putih bercampur merah, muncul 3-9 hari, sisa darah
bercampur lendir)
e. Proses laktasi (produksi dan pengeluaran ASI)
a. Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi:
f. Reflek prolaktin
g. Reflek aliran (let down reflek)
h. Reflek menangkap (rooting reflek)
i. Reflek menghisap (sucking reflek)
j. Reflek menelan (swallowing reflek)
D. Perubahan psikologis pada masa nifas
1. Perubahan peran
Terjadi perubahan peran yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.
Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran sejak masa
kehamilan, perubahan peran ini semakin menjadi orang tua setelah melahirkan.
2. Perubahan peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selam periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan
lam perlu dirubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus
mengenali hubungan mereka dengan bayinya, bayi perlu perlindungan perawatan
dan sosialisasi, periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif, lama
periode bervariasi tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira 4 minggu.
3. Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayi:
a. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak
terusterbawa khayalan dan impian yang dimiliki tentang figur anak idealnya,
b. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang lahir adalah seorang pribadi yang
terpisah dai diri mereka artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan
memerlukan perawatan.
c. Orang tua harus bisa menguasi cara merawat bayi. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang diberikan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan dan memberi respon yang cepat.
d. Orang tua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat untuk menilai
kesuksesan dan kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
e. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga, baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua
anggota keluarga harus menerima kedatangan bayi.

IV. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data subyektif ( data yang didapat dari hasil wawancarra atau anamnesa secara
langsung pada pasien, keluarga)
a. Riwayat kesehatan

6
Berfokus pada riwayat medis, keluarga, riwayat genetik dan riwayat reproduksi
(stright, 2004:106)
b. Mengkaji adaptasi psikososial
c. Riwayat pasca partum
Mencakup informasi mengenai profil keluarga, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan dan melahirkan, data bayi serta data bayi latihan pasca partum.
d. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan (polyuria, konstipasi)
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan fisik: TD, S, N , RR (TTV), Payudara, Abdomen, Lokhea,
Ekstremitas
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (trauma jalan lahir, bekas operasi,
episiotomy)
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R: untuk mengetahui tingkat pengalaman nyeri dan tindakan yang akan
dilakukan
b. Ajarkan teknik mengontrol nyeri non-farmakologi
R: untuk mengontrol rasa nyeri
c. Observasi treaksi non-verbal dari ketidaknyamanan
R: untuk mengetahui reaksi dari ketidaknyamanan
d. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
R: untuk mengetahui keefektifan cara yang digunakan
e. Motivasi untuk mobilisasi (mika/miki)
R: untuk mengurangi ketegangan oada luka post op
f. Kolaborasi pemberian analgetik
R: untuk mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan: konstipasi b/d penurunan peristaltik,
nyeri episiotomy, penurunan aktivitas
Intervensi:
a. Kaji pola BAB
R: mengidentifikasi pola eliminasi BAB
b. Kaji bising usus
R: mengevaluasi fungsi usus
c. Anjurkan diit makanan tinggi serat, tingkatkan intake cairan
R: makanan tinggi serat dapat mencegah gangguan eliminasi fekal
d. Anjurkan peningkatam aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi
R: membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal
e. Kolaborasi pemberian laksantif, supositona
R: untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal dan untuk mencegah
mengejan
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan ADL
7
R: untuk mengetahui kemampuan dalam memenuhi ADL
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
R: stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk enunjukkan tingkat aktivitas
individu
c. Bantu pemenuhan ADL
R: untuk memenuhi kebutuhan ADL sehari-hari
d. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan pemenuhan ADL
R: untuk memberikan dukungan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomy, luka postop, laserasi jalan lahir
Intervensi:
a. Kaji TTV, kaji tanda-tanda infeksi
R: untuk mengetahui keadaan umum
b. Kaji pengeluaran lokhea (warna, jumlah, bau)
R: untuk mengidentifikasi jenis lokhea
c. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut setiap 4 jam
R: untuk mencegah perkembangan kuman
d. Anjurkan ibu untuk membersihkan perineal dari depak ke belakang
R: untuk menghindari resiko infeksi

8
Klien mengaku sudah merencanakan Kesiapan Meningkatkan Proses
KALA 1 PERSALINAN
kehamilan sejak lama Kehamilan-Persalinan

Gangguan pada kala 1 persalinan


His yang berulang

peningkatan kontraksi dan Kanalis servikalis Kelainan letak janin Infeksi genitalia Serviks inkompeten Gemeli, hidramnion
pembukaan seviks uteri selalu terbuka akibat (sungsang)
kelainan serviks Ketegangan uterus
Mengiritasi nervus Proses biomekanik Dilatasi berlebih
uteri (abosrtus dan berlebih
pudendalis Tidak ada bagian bakteri serviks
riwayat kuretase)
terendah yang mengeluarkan
menutupi pintu enzim proteolitik Selaput ketuban Serviks tidak bisa
Stimulus nyeri
atas panggul yang menonjol dan menahan tekanan
Mudahnya menghalangi mudah pecah
Selaput ketuban intrauterus
pengeluaran air tekanan terhadap
Nyeri akut mudah pecah
ketuban membrane bagian
bawah

Rasa mulas dan


ingin mengejan KETUBAN PECAH DINI

Klien melaporkan tidak KETUBAN PECAH DINI


Air ketuban terlalu banyak keluar Klien tidak mengetahui Tidak adanya pelindung dunia luar
nyaman
penyebab dan akibat KPD dengan daerah rahim
Kondisi paru-paru Penurunan transport O2
Distoksia (partus kering)
fetus belum matur
Gangguan Rasa Kegawatan pada janinMudahnya mikroorganisme masuk
Defisit Pengetahuan
Nyaman Laserasi pada jalan lahir
Terjadi rangsangan secara asendens
Risiko kematian janin
pernapasan
Kecemasan ibu
Resiko Infeksi
Aspirasi
Ansietasair dan lender
terhadap keselamatan 9 Risiko Gangguan
ketuban oleh janin janin dan dirinya Hubungan Ibu/Janin

Risiko Asfiksia
10
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Balai penerbit UI. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Bobak, 2004. Buku Ajar Kepeawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika.
Ambarwati, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Mitra Medika.

11

Anda mungkin juga menyukai