1
korioamnionitis dapat ditegakkan dan dapat diperkuat dengan adanya pus dan bau pada
sekret.
E. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan
konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan
PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada
infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu
sitokrin, interleukin 1 , factor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor
yang diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan
amnion , secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang
masuk kedalam cairan amnion juga akan merangsang sel-sel disidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya
persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan
patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang
menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara
spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin , potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah
dini.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,bau dan PH
nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret
vagina,Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna
,tetap kuning .1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi
2
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes
pakis ),dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis
KPD cukup banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa
terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)
G. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Rawat di Rumah Sakit
a. Jika terdapat perdarahan pervagina dengan nyeri perut, dapat dicurigai
kemungkinan soluioplasenta. Dan jika ada tanda-tanda infeksi (demam,
sekret/cairan vagina bau) berikan antibiotik.
b. Jika tidak ada tnda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu:
c. Berikan antibiotik untuk mengurangi mordiditus ibu dan janin
d. Ampisilin 4x500 mg selama 7 hari, ditambah eritromsin 3x250 mg selama 7 hari
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartus tidak ada tanda-tanda infeksi
berikan dezametason 5mg setiap 6 jam (4x), observasi tanda-tanda infeksi. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu dan sudah inpartus sera tidak ada tanda-tanda
infeksi dapat diberikan terapi fokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 minggu induksi dengan oksitosin bila gagal sectio caesaria
dapat pula diberikan misoprospol setiap 6 jam (max 4 x) intravaginal dengan dosis
25 mg-50 mg.
H. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion).Seklain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
2. Tali pusat menumbung
3
3. Prematuritas
4. Distosia
5
d. Lokhea sangulanta (putih bercampur merah, muncul 3-9 hari, sisa darah
bercampur lendir)
e. Proses laktasi (produksi dan pengeluaran ASI)
a. Ada beberapa reflek yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi:
f. Reflek prolaktin
g. Reflek aliran (let down reflek)
h. Reflek menangkap (rooting reflek)
i. Reflek menghisap (sucking reflek)
j. Reflek menelan (swallowing reflek)
D. Perubahan psikologis pada masa nifas
1. Perubahan peran
Terjadi perubahan peran yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.
Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran sejak masa
kehamilan, perubahan peran ini semakin menjadi orang tua setelah melahirkan.
2. Perubahan peran menjadi orang tua setelah melahirkan
Selam periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan
lam perlu dirubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus
mengenali hubungan mereka dengan bayinya, bayi perlu perlindungan perawatan
dan sosialisasi, periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif, lama
periode bervariasi tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira 4 minggu.
3. Tugas dan tanggung jawab orang tua
Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayi:
a. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak
terusterbawa khayalan dan impian yang dimiliki tentang figur anak idealnya,
b. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang lahir adalah seorang pribadi yang
terpisah dai diri mereka artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan
memerlukan perawatan.
c. Orang tua harus bisa menguasi cara merawat bayi. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang diberikan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan dan memberi respon yang cepat.
d. Orang tua harus menetapkan kriteria evaluasi yang baik dan dapat untuk menilai
kesuksesan dan kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
e. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam
keluarga, baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua
anggota keluarga harus menerima kedatangan bayi.
6
Berfokus pada riwayat medis, keluarga, riwayat genetik dan riwayat reproduksi
(stright, 2004:106)
b. Mengkaji adaptasi psikososial
c. Riwayat pasca partum
Mencakup informasi mengenai profil keluarga, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan dan melahirkan, data bayi serta data bayi latihan pasca partum.
d. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan (polyuria, konstipasi)
2. Data obyektif
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan fisik: TD, S, N , RR (TTV), Payudara, Abdomen, Lokhea,
Ekstremitas
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (trauma jalan lahir, bekas operasi,
episiotomy)
Intervensi:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R: untuk mengetahui tingkat pengalaman nyeri dan tindakan yang akan
dilakukan
b. Ajarkan teknik mengontrol nyeri non-farmakologi
R: untuk mengontrol rasa nyeri
c. Observasi treaksi non-verbal dari ketidaknyamanan
R: untuk mengetahui reaksi dari ketidaknyamanan
d. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
R: untuk mengetahui keefektifan cara yang digunakan
e. Motivasi untuk mobilisasi (mika/miki)
R: untuk mengurangi ketegangan oada luka post op
f. Kolaborasi pemberian analgetik
R: untuk mengurangi rasa nyeri
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan: konstipasi b/d penurunan peristaltik,
nyeri episiotomy, penurunan aktivitas
Intervensi:
a. Kaji pola BAB
R: mengidentifikasi pola eliminasi BAB
b. Kaji bising usus
R: mengevaluasi fungsi usus
c. Anjurkan diit makanan tinggi serat, tingkatkan intake cairan
R: makanan tinggi serat dapat mencegah gangguan eliminasi fekal
d. Anjurkan peningkatam aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi
R: membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal
e. Kolaborasi pemberian laksantif, supositona
R: untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal dan untuk mencegah
mengejan
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan ADL
7
R: untuk mengetahui kemampuan dalam memenuhi ADL
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas
R: stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk enunjukkan tingkat aktivitas
individu
c. Bantu pemenuhan ADL
R: untuk memenuhi kebutuhan ADL sehari-hari
d. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan pemenuhan ADL
R: untuk memberikan dukungan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomy, luka postop, laserasi jalan lahir
Intervensi:
a. Kaji TTV, kaji tanda-tanda infeksi
R: untuk mengetahui keadaan umum
b. Kaji pengeluaran lokhea (warna, jumlah, bau)
R: untuk mengidentifikasi jenis lokhea
c. Anjurkan ibu untuk mengganti pembalut setiap 4 jam
R: untuk mencegah perkembangan kuman
d. Anjurkan ibu untuk membersihkan perineal dari depak ke belakang
R: untuk menghindari resiko infeksi
8
Klien mengaku sudah merencanakan Kesiapan Meningkatkan Proses
KALA 1 PERSALINAN
kehamilan sejak lama Kehamilan-Persalinan
peningkatan kontraksi dan Kanalis servikalis Kelainan letak janin Infeksi genitalia Serviks inkompeten Gemeli, hidramnion
pembukaan seviks uteri selalu terbuka akibat (sungsang)
kelainan serviks Ketegangan uterus
Mengiritasi nervus Proses biomekanik Dilatasi berlebih
uteri (abosrtus dan berlebih
pudendalis Tidak ada bagian bakteri serviks
riwayat kuretase)
terendah yang mengeluarkan
menutupi pintu enzim proteolitik Selaput ketuban Serviks tidak bisa
Stimulus nyeri
atas panggul yang menonjol dan menahan tekanan
Mudahnya menghalangi mudah pecah
Selaput ketuban intrauterus
pengeluaran air tekanan terhadap
Nyeri akut mudah pecah
ketuban membrane bagian
bawah
Risiko Asfiksia
10
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Balai penerbit UI. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Bobak, 2004. Buku Ajar Kepeawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta. EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika.
Ambarwati, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta. Mitra Medika.
11