Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH :
1
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya
disertai dengan luka di sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruftur
tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh (Brunner
& Sudart, 2002). Sedangkan menurut Doenges (2008) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
Fraktur adalah adanya interupsi dari kontinuitas tulang, biasanya
disertai cedera jaringan di seputarnya yaitu ligament, otot. tendon,
pembuluh darah dan persyarafan (Long, 1996).
2. Etiologi
Menurut Setiawan (2000)
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar dari
pada daya tahan tulang.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit (osteoporosis) ini dinamakan
fraktur patologi.
3. Manifestasi Klinis
a. Deformitas (perubahan struktur atau bentuk)
b. Bengkak (penumpukan cairan/darah karena kerusakan pembuluh
darah)
c. Ekimosis (pendarahan subkutan)
d. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur
e. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian
fraktur
f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf
dimana saraf ini dapat terjadi atau terputus oleh fragmen tulang
2
g. Hilangnya atau berkuramgmya fungsi normal karena ketidak stabilan
tulang, nyeri atau spasme otot
h. Pergerakan abnormal
i. Krepitasi, yang dapat dirasakan atau di dengar bila fraktur digerakkan
j. Hasil foto rontgen yang abnormal (Setiawan, 2000)
4. Klasifikasi Fraktur
Bayne (1999) mengklasifikasikan fraktur ke dalam beberapa bagian
sebagai berikut, yaitu :
a. Menurut terpisah atau tidaknya tulang
1) Fraktur in complit meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah
sisi tulang, sebagian lagi biasanya hanya retak
2) Fraktur complit, garis fraktur memotong seluruh tulang dan
fragmen tulang biasanya tergeser
b. Menurut garis fraktur
1) Greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi
lainnya bengkak
2) Fraktur spiral, yaitu fraktur yang berputar mengelilingi tungkai
tulang
3) Fraktur transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang
4) Fraktur obliq/miring, yaitu fraktur yang arahnya membentuk sudut
melintasi tulang
c. Menurut hubungan tulang dengan jaringan sekitarnya
1) Fraktur tertutup, yaitu fraktur yang tidak disertai dengan robekan
jaringan kulit sehingga ujung-ujung fragmen yang patah tidak
langsung berhubungan dengan dunia luar
2) Fraktur terbuka, yaitu fragmen tulang mendesak ke otot dan kulit
sehingga potensial menimbulkan infeksi
3) Anderson mengklasifikasikan patah tulang sbb:
3
Tipe I : Luka tembus dengan diameter 1 cm/kurang. Lukanya
relatif bersih, tidak disertai kontusio otot karena
penyebab energinya ringan
Tipe II : Terdapat luka laserasi lebih dari 1 cm tanpa disertai
kerusakan jaringan lunak yang luas, flak/luka avulse
Tipe III : Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan
lunak yang luas ternasuk otot, kulit dan system
neurovaskuler, penyebabnya energi yang besar dan patah
tulangnya mempunyai fragmen yang besar (fragmented)
di bagi lagi menjadi :
III A : Bagian tulang terbuka masih dapat ditutupi oleh
jaringan lunak
III B : Terdapat kehilangan jaringan lunak yang luas
dengan terkelupasnya periosteum dan bone
exsure, biasanya terdapat kontaminasi yang pasif
III C : Disertai dengan kerusakan arteri yang
memerlukan perbaikan
d. Berdasarkan posisinya
1) 1/3 proksimal. 2) 1/3 medial. 3) 1/3 distal
e. Jenis fraktur lainnya
1) Fraktur segmental, yaitu fraktur dimana tulang terpecah menjadi
beberapa bagian
2) Fraktur depresi, yaitu fraktur yang terjadi pada sebagian atau
beberapa bagian tulang yang tidak dapat digerakkan (tulang
tengkorak dan tulang muka)
3) Fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana permukaan tulang
terdorong kearah permukaan tulang yang lain
4) Fraktur ovulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligament
5) Fraktur dislokasi, yaitu fraktur dengan komplikasi keluarnya atau
terlepasnya tulang dari sendi
4
5. Patofisiologi
Benturan benda lebih dari kekuatan tahan tulang
Trauma tulang
Fraktur
Terputusnya kontinyuitas tulang Kerusakan rangka Pembuluh darah pecah Salah persepsi terhadap
neuromuskuler kondisi fraktur
Integritas kulit rusak Perdarahan
Hilangnya integritas Kurang pengetahuan
Fraktur terbuka tulang keterbatasan Volume darah menurun
gerak Stressor bagi klien
Pintu masuknya bakteri Syok hipovolemik
Mobilisasi terganggu Cemas
Resiko Infeksi Reaksi radang
Gg. ADL Klien bedrest
Merangsang pengeluaran bradikinin, histamine dan
prostaglandin Peristaltic menurun Penekanan pada jaringan
Thalamus Feses lama di usus Suplai darah ke jaringan
5
menurun
Cortex cerebri Reabsorpsi meningkat
Sel ke < an O2
Persepsi nyeri Feses keras
Mengaktifasi RAS Jaringan iskemik
Fecal impaksi
REM menurun Nekrosis
Gangguan istirahat
Klien terjaga tidur Resiko decubitus
6
6. Komplikasi Fraktur
a. Sindroma kompartemen
- Terjadi bila pembengkakan akibat fraktur atau tekanan dalam suatu
ruang yang dibatasi oleh kompartemen karena adanya kerusakan dan
membukanya jaringan dan memungkinkan pembuluh darah dan saraf
memasuki dan keluar dari kompartemen atau inflamasi yang
mengakibatkan peningkatan dari dalam
- Gejala pertamanya sakit yang bertambah parah terutama pada
peregangan pasif dan nyeri tersebut tidak hilang oleh narkotik
- Tanda lainnya adalah terjadinya paralisis, parastesia dan berkurangnya
denyut nadi
b. Iskemik
Dengan adanya oedema akibat fraktur akan menekan pada jaringan
sekitarmya termasuk vaskuler sehingga sirkulasi darah berkurang dan
terjadilah iskemik pada jaringan otot. Iskemik yang lama akan
mengakibatkan kematian jaringan otot sehingga lama kelamaan akan terjadi
kontraktur.
c. Kerusakan syaraf
Kerusakan syaraf terjadi karena cidera syaraf itu sendiri atau karena
adanya penekanan oleh gips atau peralatan lain Kerusakan syaraf ini akan
menyebabkan kerusakan fungsi sensorik.
d. Nekrosis vaskuler
Nekrosis ini terjadi ketika daerah tulang rusak karena kematian tulang
sehingga aliran darah terganggu dan tulang akan mengalami osteoporosis
dan nekrosis.
e. Embolisme lemak
- Penyebab belum diketahui secara jelas tetapi kemungkinan di hubungkan
dengan adanya lemak sum-sum yang masuk pada sirkulasi darah
- Tanda tandamya : nadi turun naik, sianosis bahkan displosed pernafasan
7
7. Proses-proses Penyembuhan Tulang
a. Pembentukan prokallus/haematoma
Haematoma terbentuk pada 48 sampai 72 jam pertama pada daerah
fraktur yang disebabkan karena adanya perdarahan yang terkumpul disekitar
fraktur yaitu darah dan eksudat, kemudian akan diserang oleh kafiler sel
darah putih terutama nertrofil dan di ikat oleh makrofag sehingga terbentuk
jaringan granulasi.
b. Pembentukan kallus
Selama empat sampai lima hari osteoblast menyusun trabekula di sekitar
ruangan-ruangan yang kelak menjadi saluran averst. Jaringan ini ialah
jaringan osteoid, disebut juga kallus yang berfungsi sebagai bidai (splint)
yang terbentuk pada akhir minggu ke dua.
c. Ossifikasi (Kalsifikasi)
Kallus yang pertama akhirnya terbentuk oleh garam kalsium. Ossifikasi
yang mula-mula terbentuk adalah Kallus luar (antara periosteum dan kortex)
kemudian kallus dalam dan akhirnya bagian tengah. Selama minggu ke-3
sampai minggu ke-10 penyembuhan kallus berubah menjadi tulang.
d. Penggabungan dan remodeling
Kallus tebal diabsorbsi oleh aktifitas dari osteoblast dan osteoblast
menjadi konteks baru yang sama dengan konteks sebelum fraktur
Remodelling berlangsung empat sampai delapan bulan (Long, 1996).
8
9. Manajemen Medik Secara Umum
Pada klien dengan fraktur dapat dilakukan empat prinsip perawatan dan
pengobatan antara lain :
a. Rekognisi (pengenalan)
Riwayat kecelakaan atau terjadinya fraktur harus diketahui dengan pasti,
hal ini menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi/Reposisi
Merupakan upaya mengembalikan fragmen-fragmen tulang agar dapat
kembali seperti semula seoptimal mungkin dan dapat dilakukan dengan cara:
1) Reposisi tertutup (tanpa pembedahan)
Yaitu dengan cara memanipulasi memakai tangan atau menggunakan
traksi. Traksi artinya menarik atau tarikan. Untuk tujuan mengurangi
dislokasi mempertahankan ligment, mengurangi nyeri dengan cara
relaksasi otot-otot melalui penarikan
2) Reposisi terbuka
Yaitu dilakukan melalui pembedahan sehingga bisa diketahui kedudukan
tulang yang patah.
c. Retensi-Reduksi/Fiksasi
Yaitu melakukan Immobilisasi supaya terjadi penyambungan fragmen
tulang yang patah. Immobilisasi ini sangat penting dalam proses
penyambungan tulang, terutama dalam proses pembentukan kallus
Cara fiksasi yaitu :
1) Fiksasi eksternal
Yaitu pemasangan alat bantu fiksasi yang dipasang di luar
tulang (gips, traksi).
Gips adalah fiksasi eksternal yang sering dipakai, terbuat dari
plasterovaris, fiber glass dan plastic (Long, 1996).
Gips adalah lmmobilisasi dengan tujuan memperbaiki dan menempatkan
plester atau fiber glass dan membungkus dengan bebat.
Traksi yaitu penarikan tulang pada titik fiksasi yang ditarik dengan
tarikan yang sesuai atau sama besar, menggunakan kerekan atau beban.
9
2) Fiksasi internal
Yaitu immobilisasi dengan proses pembedahan untuk memasukan suatu
alat fiksasi seperti paku, sekrup dan pen yang dipasang di dalam tulang.
Secara umum tujuannya adalah proteksi fiksasi sampai sembuh. Fiksasi
dilakukan setelah sebelumnya dilakukan tindakan reposisi. Akibat dari
pemasangan fiksasi internal ini mengakibatkan otot-otot kaku, sendi dan
kekuatan ekstremitas yang berkurang karena otot atau sendi yang jarang
digunakan secara maksimal. Setelah dalam jangka waktu yang
ditentukan dan di tunjang data-data bahwa fragmen tulang telah
tersambung atau adanya kelainan pemasangan pada alat (paku, sekrup,
pen) maka harus dikeluarkan lagi melalui operasi.
d. Rehabilitasi/resporsi
Yaitu perawatan atau tindakan yang di lakukan untuk mengembalikan
atau memulihkan fungsi ekstremitas yang terganggu ke fungsi semula
semaksimal mungkin, untuk menghindari atrofi dan kontraktur.
10
11. Kemungkinan Data Fokus
a. Wawancara
1) Keluhan utama : keluhan utama klien saat di kaji biasanya klien
mengeluh tidak dapat melakukan pergerakan, nyeri, lemah, dan tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-harinya.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Klien yang fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang patah
dan pada jaringan lunak yang mengalami luka sehingga klien tidak dapat
menggerakkan anggota badannya yang fraktur.
3) Riwayat kesehatan dahulu :
Apakah klien pernah mengalami/menderita penyakit yang berat yang
memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang
4) Riwayat kesehatan keluarga :
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit yang berat dan dapat
diturunkan sehingga mempengaruhi penyakit/pengobatan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital :
Pada klien fraktur biasanya, pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya
terdapat perubahan yaitu tekanan darah meningkat Hipertensi > 120/80
(Respon terhadap nyeri/ansietas) atau Hipotensi < 120/80 (kehilangan
darah), nadi dan suhu tubuh meningkat, pernafasan cepat dan dangkal.
2) Sistem neurosensori
Hilangnya gerak/sensasi, spasme otot, baal kesemutan, pemendekan,
rotasi, krepitasi, (bunyi berderit). Pada spasme otot terlihat kelemahan/
kehilangan fungsi.
3) Sistem muskuloskeletal
a) Tingkat aktivitas : rentang gerak.
b) Ekstremitas : ukuran, bentuk, kesimetrisan. temperatur, warna,
pigmentasi, hematoma, hilang rasa, pembengkakan dan fraktur.
c) Persendian : kesimetrisan, mobilitas aktif dan pasif, deformitas,
kekakuan, fiksasi, pembengkakan, krepitasi dan nyeri.
d) Otot: kesimetrisan, ukuran, bentuk, tonus, kelemahan, kram, spasme.
11
4) Sistem pernafasan
Hidung : Penciuman, kesimetrisan, cuping hidung, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus.
Dada : Ukuran, bentuk, kesimetrisan, ekspansi, krepitasi dan
taktil premitus.
Pola pernapasan : Frekuensi, keteraturan, kedalaman, bunyi pernapasan
kemungkinan ronchi.
5) Sistem cardiovaskuler
Pola jantung : ritme, intensitas, regularitas, mur-mur dan gallop.
Pergerakan prekordial, vena jugularis, batas jantung dan pacemaker.
6) Sistem integument
Warna kulit pucat kemerahan. sianosis, temperature hangat. tekstur,
turgor, lesi (warna, ukuran, bentuk dan distribusi) bersisik, perdarahan
jaringan, edema, kekeringan, echymosis, massa.
7) Sistem eliminasi
a) Pola BAB (frekuensi, volume, dan warna) penggunaan alat bantu
konstipasi dan diare.
b) Pola BAK ( frekuensi, volume, dan warna) urgency, rasa panas,
retensi inkontinensia, disuria, poliuria, penggunaan alat bantu.
c. Pemeriksaan diagnosa
1) Rontgen : Menentukan lokasi/luas fraktur/trauma
2) CT Scan : Memperlihatkan fraktur, untuk mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
4) Hitung darah lengkap : Haematokrit mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur)
5) Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
klien ginjal
12
B. Analisa Data
13
No Data Etiologi Masalah
5. DS : Fraktur Resiko tinggi
Klien mengeluh nyeri, mengeluh terhadap
demam Terputusnya kontinuitas jaringan infeksi
tulang, jaringan kulit
DO :
- Adanya luka jahitan Tempat masuknya bakteri
- Adanya tanda-tanda infeksi
(rubor, calor, dolor, tumor, Inflamasi
fungsiolaesa)
- Leukositosis Resiko infeksi
- Suhu tubuh > 37 0C
6. DS : Pembuluh darah pecah Syok
Klien mengatakan lukanya selalu hipovolemik
mengeluarkan darah Perdarahan
DO : Volume darah menurun
- Adanya luka jahitan
- Adanya darah dalam verban Syok hipovolemik
- Terpasang tranfusi
7. DS : Salah persepsi terhadap kondisi Cemas
Klien mengeluh tentang kondisi fraktur
penyakitnya
Kurang pengetahuan
DO :
- Klien tampak meringis Stressor bagi klien
- Klien tampak gelisah
- klien tampak berkeringat Cemas
8. DS : Fraktur Gangguan
Klien mengeluh nyeri di daerah ADL
fraktur Nyeri
DO : Mobilisasi terganggu
- Aktivitas klien dibantu
Penurunan kemampuan aktivitas
Gangguan ADL
14
C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
15
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan
16
DX Tujuan Intervensi Rasionalisasi
3. Tupan : - Kaji derajat immobilisasi yang dihasilkan - Klien mungkin dibatasi oleh persepsi diri tentang
Dalam waktu 2 hari klien dapat oleh cedera keterbatasan fisik aktual
mempertahankan mobilitas pada tingkat - Instruksikan klien untuk melakukan rentang - Meningkatkan aliran darah ke otak dan tulang untuk
paling tinggi gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak meningkatkan tonus otot mempertahankan gerak
sakit sendi mencegah kontraktor/atrofi
Tupen : - Kolaborasi - Adanya cedera muskuloskeletal, nutrisi yang
Dalam waktu 1 hari klien dapat Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan
menunjukkan kemampuan aktivitas dengan vitamin dan mineral cepat
kriteria :
- Kekuatan otot meningkat
- Klien dapat bergerak sesuai tujuan
- Rentang gerak normal
4. Tupan : - Berikan klien minuman hangat - Meningkatkan motilitas usus
Dalam waktu 3 hari kebutuhan eliminasi - Anjurkan klien untuk ambulasi dini - Ambulasi dini membantu merangsang fungsi
terpenuhi intestinal dan mengembalikan peristaltik
- Auskultasi bising usus perhatikan distensi - Mempengaruhi piiihan intervensi
Tupen : abdomen
Dalam waktu 1 x 24 jam klien kebutuhan - Berikan obat pelunak feses (laktsatipa) - Meningkatkan pembentukan/pasase pelunak feses
eliminasi terpenuhi dengan kriteria :
- BAB, BAK lancar
- Peristaltik 7-15 x/menit
- Feses lembek berbentuk
5. Tupan : - Observasi luka untuk perubahan warna kulit, - Tanda perkiraan infeksi
Dalam waktu 3 hari infeksi tidak terjadi bau
Tupen : - Kaji tonus dan kemampuan untuk bicara - Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia
Dalam waktu 2 hari tanda-tanda infeksi menunjukkan terjadinya tetanus
tidak ada dengan kriteria: - Lakukan penggantian verban 2 x sehari - Mencegah terjadinya infeksi silang
- Kekuatan otot meningkat - Kolaborasi - Kemungkinan terjadi tetanus pada luka terbuka
- Klien dapat bergerak sesuai tujuan Berikan obat antibiotik, seperti Cefotaxim
- Rentang gerak normal
17
DX Tujuan Intervensi Rasionalisasi
6. Tupan : - Analisa tanda-tanda vital - Sebagai bahan dasar untuk intervensi lebih lanjut
Dalam waktu 2 hari Hb klien kembali
normal - Cek Hb - untuk mengukur peningkatan Hb
Tupen : - Anjurkan klien untuk istirahat - Dengan istirahat yang cukup dapat memberikan
Klien tidak mengeluh lagi tentang ketenagan
penyakitnya dengan kriteria: - Lakukan support sistem - Semangat uang diberikan bisa menjadi pemicu klien
- Klien tampak meringis untk sembuh
- Klien tampak gelisah
- klien tampak berkeringat
8. Tupan : - Kaji derajat immobilisasi yang dihasilkan - Klien mungkin dibatasi oleh persepsi diri tentang
Dalam waktu 2 hari klien dapat melakukan oleh cedera keterbatasan fisik aktual
aktivitas sederhana - Instruksikan klien untuk melakukan rentang - Meningkatkan aliran darah ke otak dan tulang untuk
gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak meningkatkan tonus otot mempertahankan gerak
Tupen : sakit sendi mencegah kontraktor/atrofi
Dalam waktu 1 hari klien dapat - Kolaborasi - Adanya cedera muskuloskeletal, nutrisi yang
menunjukkan kemampuan aktivitas dengan Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, diperlukan untuk penyembuhan berkurang dengan
kriteria : vitamin dan mineral cepat
- Kekuatan otot meningkat
- Klien dapat bergerak sesuai tujuan
- Rentang gerak normal
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta : EGC
Doenges, M. E., et al. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
Perencanaan Keperawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Eggland, E., Th, (1994) Nursing Documentation; Charting, Recording, Reporting,
J.B. Lipppincot Company.
Engram, Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume
1. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
19