Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Masyarakat Madani dan Kerukunan Umat Beragama”

DISUSUN OLEH:

Alfi Nastiti M. 185020300111090

Dita Eka Saputri 185020300111082

Indah 1850203

Oky Putra 1850203

Farrij Silasa 1850203

Rosya Putri Zahira 185020307111049

Dosen:

Drs. Syamsul Arifin, M. Ag

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

TAHUN AJARAN 2018/ 2019

1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A. Pengertian Masyarakat Madani .................................................................................................. 5
B. Karakteristik Masyarakat Madani ............................................................................................... 6
C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani ..................................................... 8
D. Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah. ................................................................ 8
E. Kebersamaan dalam Pluralitas Agama...................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12

2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta
salam selalu kita ucapkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri
tauladan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi tauladan bagi semua
orang, sehingga pada kesempatan ini penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah
Pendidikan Agama Islam ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan untuk melatih mahasiswa dalam mengerjakan serta menerapkan
ilmu ini sebagai acuan atau pegangan dalam dunia kerja, khusus dalam hal berkaitan dengan
Pendidikan Agama dan Akidah.
Penyusun menyadari bahwa mkalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan serta
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan.
Penyusun berharap laporan ini dapat berguna bagi tim penyusun lain dan orang lain
khususnya bagi mahasiswa pada umumnya
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Malang, 29 Oktober 2018

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera sebagaimana
yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan
masyarakat. Untuk mencapainya muncul berbagai sistem kenegaraan seperti demokrasi. Cita-
cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya
manusia. Namun masih banyak permasalahan bagi bangsa Indonesia.Permasalahan yang
timbul tersebut mengakibatkan banyak konflik ataupun kekacauan yang terjadi di
masyarakat. Permasalahan ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat
buruk bagi kelangsungan hidup bangsa dan bernegara. Masih adanya budaya KKN dan
budaya yang mungkin menjadi masalah yang utama di negeri ini.
Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani asalkan semua
potensi sumber daya manusia mendapatkan kesempatan berkembang dan dikembangkan.
Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu
adanya strategi peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat
manusia menuju masyarakat madani itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, ada beberapa masalah yang
dapat dirumuskan. Rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Apa pengertian masyarakat madani menurut istilah dan bahasa?
2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani?
3. Bagaimana peran umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani?
4. Bagimana konsep Islam tentang ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah?
5. Bagaimana konsep kebersamaan dalam pluralitas agama?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani


Madani merupakan istilah dari bahasa Arab “mudun”atau “madaniyah”, yang
mengandung arti peradaban. Dalam bahasa inggris istilah tersebut mempunyai padanan
makna dengan kata civilization. Secara terminologis masyarakat madani menurut An-Naquib
Al-Attas adalah “mujtama madani” atau masyarakat kota. Secara etimologi mempunyai dua
arti, pertama, “masyarakat kota” karena madani berasal dari kata arab madinah yang berarti
kota dan kedua, “masyarakat peradaban” karena madani berasal dari kata arab tamaddun atau
madinah yang berarti perdaban. Dengan demikian, masyarakat madani mengacu pada
masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society juga berdasarkan
pada konsep Madinah atau polis yang berarti kota yang dibangun Nabi Muhammad SAW
pada tahun 622M. Penyifatan Madani tersebut dikarenakan kondisi dan sistem kehidupan
yang ada di kota Madinah sangat baik. Kondisi dan sistem kehidupan itu menjadi populer dan
dianggap ideal untuk menggambarkan masyarakat yang Islami, sekalipun penduduknya
terdiri dari berbagai macam keyakinan. Mereka hidup dengan rukun, saling membantu, taat
hukum dan menunjukkan kepercayaan penuh terhadap pemimpinnya. Al-Quran menjadi
konstitusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup yang terjadi diantara penduduk
Madinah.
Istilah masyarakat madani sering diartikan sebagai terjemahan dari civil society, tetapi
jika dilacak secara empiris istilah civil society adalah terjemahan dari istilah lain, yaitucivilis
societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero (seorang orator dan pujangga dari Roma),
pengertiannya mengacu pada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Masyarakat sipil
disebutnya sebagai sebuah masyarakat politik (Politic Society) yang dimiliki kode hukum
sebgai dasar hidup.

5
B. Karakteristik Masyarakat Madani
‫ت َو ال ْ ُم ْؤ ِم ن ُ و َن‬ ُ ‫ف ي َ أ ْ ُم ُر و َن ۚ ب َ ع ْ ض أ َ ْو ل ِ ي َ ا ءُ ب َ ع ْ ضُ هُ مْ َو ال ْ مُ ْؤ ِم ن َا‬ ِ ‫ال ْ مُ ن ْ ك َِر عَ ِن َو ي َ ن ْ هَ ْو َن ب ِ ال ْ َم ع ْ ُر و‬
‫ط ي ع ُ و َن ال َّز ك َ ا ة َ َو ي ُ ْؤ ت ُو َن ال صَّ ََل ة َ َو ي ُ ق ِ ي ُم و َن‬ َ ِ ‫ح ُم هُ م ُ أ ُو لَٰ َ ئ‬
ِ ُ ‫ك ۚ َو َر س ُ و ل َ ه ُ ّللاَّ َ َو ي‬ َ ‫ع َ ِز يز ه َ ََالل إ ِ َّن ۗ ّللاَّ ُ س َ ي َ ْر‬
‫َح ِك يم‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)
Masyarakat modern mendambakan sebuah sistem kehidupan dimana elemen-elemen
dalam masyarakat mempunyai peranan yang dominan dalam menata kehidupan masyarakat
sipil (civil society), tapi beberapa cendikiawan Muslin di Asia Tenggara lebih suka
menggunakan istilah masyarakat madani sebagai gantinya. Ada beberapa karakteristik
mengenai masyarakat madani yaitu:
1. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut beragama yang mengakui adanya Tuhan
dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan social.
2. Masyarakat egaliter, yaitu masyarakat yang mengakui adanya kesejahteraan dalam
posisi di masyarakat dari sisi hak dan kewajiban tanpa memandang suku, keturunan,
ras, agama, dan sebagainya.
3. Penghargaan, bahwa dalam masyarakat madani adanya penghargaan kepada orang
berdasarkan prestise, bukan kesukuan, keturunan, ras, dan sebagainya.
4. Keterbukaan (partispasi seluruh anggota masyarakat aktif), sebagai ciri masyarakat
madani yaitu kerendahan hati untuk tidak merasa selalu benar, kemudian kesediaan
untuk mendengarkan pendapat orang lain untuk diambil dan diikuti mana yang
terbaik.
5. Penegakan hukum dan keadilan, hukum ditegakan pada siapapun dan kapanpun,
walaupun terhadap keluarga sendiri, karena manusia sama didepan hukum.
6. Toleransi dan pluralisme,masing-masing pribadi dan kelompok dalam lingkungan
yang lebih luas memandang yang lain dengan penghargaan, apapun perbedaan yang
ada tanpa saling memaksakan kehendak, pendapat atau pandangan sendiri.
7. Musyawarah dan demokrasi, merupakan unsur asasi pembentukan masyarakat
madani. NurCholis Madjid menyatakan, masyarakat madani merupakan masyarakat

6
demokratis yang terbangun dengan menegakkan musyawarah, karena musyawarah
merupakan interprestasi positif berbagai individu dalam masyarakat yang saling
memberikan hak untuk menyatakan pendapat dan mengakui adanya kewajiban
mendengar pendapat orang lain.
Dalam bidang politik, prinsip-prinsip demokratisasi adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas, berarti setiap pemegang jabatan harus dapat mempertanggung-
jawabkan kebijakan yang telah dipilih.
2. Rotasi kekuasaan, berarti terjadi pergantian pemerintahan dan penguasa secara teratur
dan damai.
3. Rekruitmen politik yang terbuka, berarti setiap orang yang memenuhi persyaratan
memiliki hak memilih dan dipilih untuk menduduki jabatan eksekutif dan legislatif.
4. Menikmati hak-hak dasar manusia, berarti setiap orang memiliki kesempatan untuk
menikmati hak-hak dasar yang meliputi hak berserikat, berkumpul, dan menyatakan
pendapat.
Dalam bidang ekonomi, prinsip demokrasi mempersyaratkan bahwa masyarakat
mendapat kesempatan untuk melakukan aktivitas ekonomi tanpa ada hambatan dari negara.
Negara hanya memberikan batas-batas yang ditujukan untuk menjamin agar hak warga
negara dapat terlindungi, misalnya melarang monopoli, berbuat curang, dan lain-lain.
Sedangkan dalam bidang sosial, masyarakat madani menghendaki agar hak-hak individu dan
kelompok dijamin dan terlindungi dari pengaruh intervensi agama. Tiap organisasi
masyarakat memiliki hak otonom untuk mengatur dirinya walaupun tidak memungkiri peran
negara dalam melindungi dan menjaga dari berbagai kepentingan-kepentingan besar yang
dapat mendominasi dalam tatanan masyarakat.
Dengan adanya keanekaragaman di Indonesia, mungkin saja akan terjadi benturan-
benturan kepentingan, baik karena perbedaan budaya, agama, dan suku. Disinilah peran
negara atau pemerintah untuk menjembatani agar tidak ada kelompok tertentu yang merasa
dirugikan. Islam telah memberikan garisan solusi bahwa umat Islam harus menyadari dan
menghargai adanya keanekaragaman tersebut. Hal-hal yang berkaitan dengan sosial
kemasyarakatan sebaiknya dibicarakan secara musyawarah sehingga akan muncul hubungan
sosial yang luhur dan dilandasi toleransi dalam keanekaragaman.

7
C. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Peranan umat Islam di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat madani sangat
diperlukan dikarenakan umat Islam merupakan masyarakat mayoritas. Untuk mewujudkan
hal tersebut harus ada upaya –upaya yang perlu dilakukan yaitu :
1. Keniscayaan Peranan Umat Islam
Umat islam adalah umat yang diberikahi oleh Allah di antara pemeluk agama yang
lainnya. Umat Islam memiiki aturan hidup yang sempurna dan sesuai dengan fitrah hidupnya.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana umat islam adalah mayoritas maka sudah
sangat pasti peranan umat islam sangat menentukan.
2. Keniscayaan Sistem Ekonomi dan Kesejahteraan Umat
Sistem ekonomi islam menggunakan prinsip ekonomi yang diasaskan dan dibatasi
oleh ajaran Islam dimana dalam Al-Qur’an dan Hadits dipelajari adanya motif laba (profit)
dalam kegiatan ekonomi.Namun, terbatasi oleh syarat-syarat moral kehidupan serta
kehidupan sosial dan pembatasan pada setiap diri masyakat. Islam mengharamkan riba, tipu
daya, pemaksaan, dan eksploitasi berlebihan dan muderat. Islam lebih mengedepankan
ekonomi pasar untuk mengembangkan harta. Sebab harta bukan saja untuk kesejahteraan
pribadi tetapi juga melihat kesejahteraan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Zakat dan Wakaf sebagai Instrumen Kesejahteraan Umat
Dalam ajaran islam ada dua dimensi hubungan yang harus dipelihara yaitu hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lain dalam kehidupan
bermasyarakat. Kedua hubungan ini harus berjalan seimbang dan penuh dengan aturan.
Dengan terlaksananya hubungan tersebut, maka manusia akan sejahtera baik dunia maupun
akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diadakan zakat, sedekah, infaq, hibah, dan
wakaf. Dengan adanya pengelolaan zakat dan wakaf yang baik maka akan terwujud
masyarakat madani yaitu masyarakat yang sejahtera sosial dan ekonomi.

D. Makna Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah.


Kata Ukhuwah berarti persaudaraan. Maksudnya yaitu perasaan simpati dan empati
antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki perasaan yang sama baik suka
maupun duka. Jalinan perasaan itu menimbulkan sikap timbal-balik untuk saling membantu
bila ada pihak lain yang mengalami kesulitan serta sikap untuk membagi kesenangan kepada
pihak lain. Ukhuwah dan persaudaraan yang berlaku bagi sesama muslim disebut Ukhuwah
Islamiyah. Sedangkan apabila persaudaraan tersebut berlaku bagi sesama umat manusia
disebut Ukhuwah Insaniyah.

8
Persaudaraan sesama muslim adalah persaudaraan yang tidak dilandasi oleh keluarga,
suku, bangsa, dan warna kulit, tetapi karena perasaan aqidah dan keyakinan yang sama.
Rasulullah SAW mengibaratkan antara satu muslim dengan muslim lainnya ibaratkan satu
tubuh. Apabila ada satu bagian yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.
Rasulullah SAW juga bersabda : ”Tidak sempurna iman salah seorang diantara kamu, hingga
ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri “.
Hadis di atas berarti seorang muslim harus dapat merasakan penderitaan dan kesusahan
saudara yang lainnya. Ia harus selalu menempatkan dirinya pada posisi saudaranya. Antara
sesama muslim tidak ada sikap permusuhan dan mengolok-olok saudaranya yang muslim.
Tidak boleh berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain (Q.S al-Hujurat: 11-12).
Sejarah telah membuktikan bagaimana keintiman persahabatan dan lezatnya
persaudaraan antara kaum muhajirin dankaum anshar. Kaum muhajirin rela meninggalkan
segala harta, kekayaann, dan keluarganya di kampung halaman. Demikian juga kaum anshar
dengan penuh keikhlasan menyambut dan menjadikan kaum Muhajirin sebagai saudara.
Peristiwa inilah awal bersatunya dua hati dalam bentuk yang teori sentrik dan universal
sebagai hasil dari sebuah persaudaraan yang dibangun Rasulullah SAW atas dasar kesamaan
aqidah.
Persaudaraan sesama manusia disebut ukhuwah insaniyah. Persaudaraan ini dilandasi
oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah makhluk Allah. Perbedaan keyakinan dan
agama juga merupakan kebebasan pilihan yang diberikan oleh Allah. Hal ini harus dihargai
dan dihormati.
Dalam praktiknya, banyak ketegangan yang sering timbul di internal umat beragama
dan antar umat beragama yang disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing-masing pemeluk agama yang mengandung tugas dakwah atau
misi yang berbeda.
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
lain. Arti keberagamannya lebih kepada sikap fanatisme dan kepicikan (sekedar
ikut-ikutan).
3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati
bahkan memandang rendah agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik internal umat beragama
maupun antar umat beragama.

9
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.
Dalam pergaulan antaragama, semakin hari kita makin merasakan intensnya pertemuan
agama-agama itu. Walaupun kita juga semakin menyadari bahwapertemuan itu kurang diisi
dengan segi-segi dialogis antar imannya.
Dalam pembinaan umat bergama, para pemimpin dan tokoh agama mempunyai peranan
yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai-nilai dan norma-norma agama ke dalam kehidupan
bermasyarakat.
2. Menerjemahkan gagasan-gagasan pembangunan ke dalam bahasa yang dimengerti
oleh masyarakat.
3. Memberikan pendapat, saran, dan kritik yang sehat terhadap ide-ide dan cara-cara
yang dilakukan untuk suksesnya pembangunan.
4. Mendorong dan membimbing masyarakat dan umat beragama untuk ikut serta
dalam usaha pembangunan.
5. Meredamkan api-api konflik yang ada dan berusaha mencari titk temu dan solusi.

E. Kebersamaan dalam Pluralitas Agama


Secara etimologis, pluralitas atau pluralisme agama berasal dari dua kata yaitu
“pluralisme” dan “agama”. Jika “pluralisme” dirangkai dengan “agama” sebagai
predikatnya, maka berdasarkan pemahaman tersebut bisa dikatakan bahwapluralisme agama
adalah kondisi hidup bersama antar agama (dalam arti yang luas) yang berbeda-beda dalam
satu komunitas dengan tetap mempertahankan ciri-ciri spesifik atau ajaran masing-masing
agama.
Pluralisme tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita
majemuk, beraneka ragam, dan terdiri dari berbagai suku dan agama, yang justru hanya
menggambarkan kesan fragmentasi (dibagi-bagi) bukan pluralisme. Tetapi, pluralisme harus
dipahami sebagai “pertalian sejati kebinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban”. Bahkan,
pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusiamelalui mekanisme
pengawasan dan pengimbangan yang dihasilkannya.
Makna pluralisme seperti itu, terungkap dalam Kitab Suci Alquran yang berisi suatu
penegasan, bahwa Allah menciptakan mekanisme pengawasan dan pengimbangan antara
sesama manusia guna memelihara keutuhan bumi dan merupakan salah satu wujud
kemurahan Tuhan yang melimpah kepada umat manusia.

10
Konsep kebersamaan dalam pluralitas agama adalah setiap manusia yang hidup
bersama di masyarakat akan menyadari lingkungan yang serba plural, berbeda, dan tidak
sama dengan dirinya. Bahkan, masyarakat yang homogenpun pasti memiliki perbedaan antar
individu karena perbedaan manusia adalah kehendak Tuhan.
Pluralisme agama hadir sebagai penyelamat karena perpecahan terhadap klaim-klaim
kebenaran absolut diantara beberapa agama yang ada, setiap agama mengklaim dirinya yang
paling benar dan agama yang lain sesat.
Dalam kompleksitas keragaman umat beragama sekiranya dapat dipahami bahwa
pluralisme agama sangatlah wajar, kalaupun tidak diterima akan menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan baru. Apa solusi yang dapat diberikan untukdapat menjaga citra baik antar umat
beragama yang berbeda-berbeda ini?. Caranya, dengan tidak mengatakan kebenaran absolut
bagi agama masing-masing. Lagipula kebenaran milik Tuhan, dan kebenaran Tuhan
ditafsirkan menurut zamannya dan para penafsirnya.
Adanya keberagaman pemeluk semua agama atau pemeluk agama beda paham untuk
dapat membangun kesadaran bersama akan tujuan mulia semua agama. Dengan cara
demikian, agar dapat terbuka peluang dan ruang dialog kemanusiaan bagi pemeluk semua
agama, sehingga dimungkinkan pengembanganpraktik keberagaman yang lebih santun dan
manusiawi.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat Madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata Madani berasal
dari sebuah kota di Arab yaitu Kota Madinah, yaitu kota paling efektif dan toleran sehingga
dijadikan kiblat dalam bermasyarakat.
Karakteristik Masyarakat Madani ada banyak sekali, diantaranya adalah Bertuhan,
merupakan masyarakat egaliter, penghargaan, keterbukaan, penegakan hokum dan keadilan,
toleransi dan pluralisme, serta musyawarah demokrasi. Selain itu, terdapat berbagai macam
prinsip demokrasi seperti dalam bidang ekonomi dan sosial. Keanekaragaman di Indonesia
diharapkan akan dapat meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa.
Ada banyak sekali peranan umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani. Untuk
mewujudkannya maka dapat dilakukan beberapa upaya, diantaranya dengan menggunakan
keniscayaan umat Islam, keniscayaan sistem ekonomi dan kesejahteraan umat, serta melalui
zakat dan wakaf.
Ukhuwah Islamiyah adalah ukhuwah dan persaudaraan sesama muslim. Sedangkan,
Ukhuwah Insaniyah adalah ukhuwah dan persaudaraan sesama umat manusia. Proses ini
harus melibatkan keikutsertaan banyak pihak baik dari masyarakat sendiri dan pemerintah
atau pemimpin. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama yang baik agar tercipta masyarakat
madani yang akan bermanfaat untuk banyak pihak.
Pluralisme agama adalah kondisi hidup antar agama yang berbeda-beda dalam satu
komunitas dan tetap mempertahankan ajaran dan ciri masing-masing agama. Konsepnya,
masyarakat tersebut menghargai dan memahami lingkungan yang serba plural dan beragam.
Selain itu, tiap masyarakat agama tidak mengatakan kebenaran absolut masing-masing
agama. Dengan demikian, masyarakat madani akan terwujud dan akan memberikan dampak
yang baik bagi masyarakatnya.

B. Saran
Diharapkan kepada komunikator khususnya mahasiswa untuk terus berlatih dan
memahami materi tentang Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat karena materi ini
akan berguna dalam kehidupan bermasyarakat baik sekarang maupun di waktu yang akan
datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2015. Makalah Agama. Online (https://dokumen.tips/documents/makalah-agama-


565c53e8659fc.html). Diakses pada 29 Oktober 2018
Ardiansyah, Ardi. 2015. Makalah Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat. Online
(https://www.academia.edu/24222171/MAKALAH_MASYARAKAT_MADANI_DAN_K
ESEJAHTERAAN_UMAT). Diakses pada 29 Oktober 2018
Editor. 2017. Karakter Ajaran Islam yang Perlu Kita Ketahui. Online
(http://milenialislami.id/2017/12/13/10-karakter-ajaran-islam-yang-perlu-kita-
ketahui/). Diakses pada 29 Oktober 2018
Tim Dosen PAI. 2012. Buku Daras Pendidikan Agama Islam. Malang: Pusat Pembinaan
Agama Universitas Brawijaya.

13

Anda mungkin juga menyukai