Anda di halaman 1dari 12

Psikologi adalah studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental

(psychology is the scientific study of behavior and mental process) (Papalia &
Olds, 1985; Weber, 1992). Kata ”psikologi” datang dari kata Latin psyche yang
artinya jiwa/soul dan logos yang artinya kata atau wacana (word or discourse).

Dalam definisi awal dikatakan bahwa psikologi adalah wacana mengenai


jiwa (belakangan menjadi wacana mengenai pikiran atau mind). Behavior atau
perilaku diartikan secara luas sebagai tindakan yang dapat diobservasi (diamati),
seperti aktivitas fisik dan berbicara.

Namun, psikologi juga memberi perhatian pada proses mental yang terjadi
walaupun tak dapat diamati secara langsung, seperti orang memersepsi, berpikir,
mengingat, dan merasa.

Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa psikologi memberi


gambaran tentang perilaku (sebagai jawaban apa) dan menerangkan atau memberi
penjelasan penyebab ataupun akibat dari perilaku (sebagai jawaban mengapa).

Misalnya, apa yang akan Anda lakukan jika acara TV yang Anda tonton
kurang menarik? Mengapa Anda setia mendengarkan acara radio A dan bukannya
B? Apa yang terjadi jika dosen kurang menarik dalam memberikan kuliah?

Psikologi mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu untuk


menentukan apa yang dilakukan orang. Untuk menjelaskan perilaku manusia
dalam menanggapi lingkungannya, manusia mempunyai 4 (empat) reaksi dasar,
yaitu sebagai berikut.

1. Reaksi instrumental, yaitu berupa tindakan atau yang menyangkut


gerakan, seperti berjalan, makan, berbicara.
2. Reaksi kognitif. Sistem reaksi ini terdiri dari berpikir, membuat rencana,
berimajinasi.
3. Reaksi afektif; termasuk dalam sistem ini adalah perilaku emosional, baik
yang positif (gembira), yang negatif (sedih), yang lembut maupun yang
keras (sangat marah).
4. Reaksi persepsi, reaksi yang melibatkan satu atau lebih alat indra kita,
seperti penglihatan, penciuman, pendengaran, kepekaan terhadap
rasa sakit.

Berikut adalah penjelasan untuk jawaban “Mengapa”. Mengapa orang


melakukannya atau apa akibat perilakunya. Menurut Papalia & Olds (1985),
kajian psikologi mempunyai empat tujuan, yakni berikut ini.

1. Deskripsi; artinya psikologi memberikan informasi tentang apa yang


sedang terjadi. Misalnya, melalui deskripsi kita mengetahui bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan dan usia seseorang; makin tinggi
pendidikan seseorang, makin panjang usia orang tersebut. Kita tidak
mengetahui mengapa hubungan itu terjadi, kita hanya mengetahui bahwa
hubungan itu ada.
2. Eksplanasi; tujuan ini merupakan tahap lanjutan dari tujuan pertama,
yakni untuk menjawab pertanyaan ”mengapa”. Psikologi memberikan
informasi tentang mengapa sesuatu terjadi.

Dalam contoh yang sudah disebutkan di atas, mungkin saja bahwa orang
yang berpendidikan tinggi memiliki usia yang lebih panjang karena
mereka hidup lebih baik dan karena mereka lebih tahu tentang apa yang
harus dikerjakan jika mereka sakit. Atau, mungkin saja hubungan itu
terjadi karena ada faktor ketiga, Misalnya, kekayaan; kekayaan inilah yang
digunakan untuk pendidikan dan perawatan kesehatan.

3. Prediksi; artinya psikologi bertujuan untuk meramalkan peristiwa yang


terjadi di masa depan berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
sebelumnya. Misalnya, tes IQ digunakan untuk memprediksikan
keberhasilan siswa di sekolah.
4. Modifikasi atau kontrol; tujuan ini adalah untuk mengubah atau
mengontrol perilaku. Hal yang dilakukan adalah memodifikasi (melakukan
sesuatu terhadap) lingkungan untuk memperoleh perilaku yang
diantisipasikan (telah diharapkan atau diperhitungkan sebelumnya).
Misalnya, apabila tes IQ menunjukkan siswa pemilih taraf kecerdasan
yang tinggi, tetapi prestasi belajarnya sangat rendah maka perlu dilakukan
terapi tertentu untuk mengoptimalkan fungsi kecerdasannya.

Keempat tujuan ini saling berkaitan satu sama lain. Sebelum kita
mengubah perilaku orang lain, kita membutuhkan deskripsi akurat tentang
perilaku tersebut, eksplanasi tentang perilaku tersebut serta berbagai
konsekuensinya, dan sejumlah dasar untuk memprediksi hasil dari perubahan
perilaku tersebut.

Selain itu, psikologi juga selalu berkaitan dengan ilmu pendidikan, dimana
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah
bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin


yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e,
berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap
seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Sebuah hak atas
pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak
setiap orang atas pendidikan.

Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia


tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan
sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning
atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan. Studi mengenai proses pembelajaran, baik dari sudut
pandang kognitif maupun perilaku, mengijinkan ilmuwan untuk memahami
perbedaan individu dalam hal intelegensi, perkembangan kognitif, afek, motivasi,
regulasi diri, konsep diri, serta peranannya dalam proses belajar. Bidang psikologi
pendidikan banyak mengandalkan pengujian dan pengukuran dengan metode
kuantitatif, untuk meningkatkan aktivitas pendidikan seperti desain pemberian
instruks, manajemen kelas, dan asesmen, yang bertujuan untuk memfasilitasi
proses pembelajaran dalam berbagai setting pendidikan sepanjang hidup.

Bidang dalam psikologi pendidikan meliputi studi tentang memori, proses


konseptual, dan perbedaan individu (melalui psikologi kognitif) dalam
mengonseptualisasikan strategi baru mengenai proses belajar pada manusia.
Psikologi pendidikan telah dibangun atas dasar teori operant conditioning,
functionalism, structuralism, constructivism, psikologi humanistik, psikologi
Gestalt, dan pemrosesan informasi.

Psikologi pendidikan juga adalah cabang dari ilmu psikologi yang


mempelajari tentang cara manusia belajar dalam psikologi pengajaran, intervensi
pendidikan, pendidikan pengaturan, dan psikologi sosial di dalam sekolah yang
mana sebagai organisasi. Ilmu psikologi pendidikan ini berkaitan mengenai cara
siswa dapat belajar serta berkembang dalam sebuah sub kelompok. Ada beberapa
pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli, salah satunya antara lain:

1. Menurut Arthur S.Reber, psikologi pendidikan adalah sub ilmu psikologi


yang berkaitan dengan teori dan masalah pendidikan yang ditujukan untuk hal-hal
di bawah ini:

 Penerapan prinsip belajar di dalam kelas


 Ujian serta evaluasi yang diperuntukkan bakat dan kemampuan
 Sosialisasi untuk proses-proses dan interaksi proses yang menggunakan
pendayagunaan yang berasal dari ranah kognitif
 Pengembangan dan pembaruan kurikulum
 Penggerak dalam bidang pendidikan khususnya keguruan

Objek kajian di dalam psikologi pendidikan tidak mengabaikan persoalan


tentang psikolgi guru namun terletak pada peserta didik. Pada hakikat
pendidikannya lebih menjelaskan mengenai pelayanan khusus yang diperuntukkan
pada peserta didik. Untuk itu, objek di dalam psikologi pendidikan selain dari
teori-teori di dalam psikologi pendidikan (sebagai sebuah ilmu) namun lebih
condong pada sisi psikologis peserta didik terutama bagi mereka yang terlibat
langsung di dalam proses pembelajaran.

Menurut penjelasan Glover dan Ronning, objek kajian dari psikologi


pendidikan mencakup pada topik-topik mengenai pertumbuhan dan
perkembangan dari peserta didik, perbedaan antara individual peserta didik,
hereditas dan lingkungan, pengukuran proses dan hasil pendidikan pembelajaran,
karakteristik tingkah laku dari peserta didik, motivasi dan minat, kesehatan
mental, dan disiplin lainnya yang relevan.

Sedangkan menurut Syaodih Sukmadinata yang dijelaskan dalam Syaiful


Sagala menjelaskan jika objek kajian psikologi pendidikan adalah pada interaksi
yang terjalin antara pendidik (guru) dan peserta didik yang diperuntukkan untuk
meningkatkan kemampuan dari peserta didik yang didukung sarana dan fasilitas
di dalam lingkungan tertentu.

Psikologi pendidikan memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan tindakan


psikologis mana yang tepat di dalam interaksi yang terjadi di setiap faktor-faktor
pendidikan. Pengetahuan psikologis mengenai peserta didik menjadi hal yang
cukup penting di dalam proses pendidikan. Untuk itu lah pengetahuan mengenai
psikologi pendidikan harus dimiliki dan menjadi kebutuhan untuk para guru
ataupun orang yang sadar jik dirinya berperan sebagai pendidik. Secara garis
besar, banyak ahli psikologi yang membatasi objek kajian dari psikologi
pendidikan menjadi 3 macam, antara lain adalah:

 Mengenai belajar, yang mana meliputi teori-teori, ciri khas perilaku belajar
untuk peserta didik, dan prinsip-prinsip di dalamnya.
 Mengenai proses belajar, yaitu tahapan peristiwa dan perbuatan yang terjadi
di dalam proses belajar mengajar peserta didik
 Mengenai situasi belajar, yaitu suasan dan kondisi lingkungan, baik itu yang
bersifat fisik ataupun non fisik yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar peserta didik.

Psikologi pendidikan memang sudah menjadi sebuah dasar dalam


pembentukan dan pengembangan di dalam sistem kurikulum, proses
pembelajaran, dan penilaian di dalam bidang pendidikan. Kontribusi di dalam
perkembangan dunia pendidikan memiliki beberapa manfaat, antara lain adalah:

1. Peran psikologi terhadap kurikulum pendidikan


Dari sisi psikologis, pengembangan diri siswa dapat didasarkan pada
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotor. Kemampuan tersebut dapat
terlihat dari perkembangan sikap, tingkah laku, motivasi, dan hal lainnya.
Komponen pembelajaran ini adalah proses input menuju output. Lalu untuk
penggunaan kurikulum yang digunakan sebagai kerangka alur input ke output
membutuhkan hakikat-hakikat psikologi.
Kurikulum pendidikan yang saat ini mulai dikembangkan adalah
kurikulum dengan basis kompetensi. Kompetensi disini bertujuan untuk dapat
mengembangkan kemampuan terlebih pada pengetahuan, ketrampilan, serta
releksi dalam bertindak dan berpikir. kebiasaan bertindak dan berpikir yang
memiliki refleksi diri yang konsisten akan memungkinkan individu tersebut
terbentuk menjadi invidu yang kompeten dan unggul.

2. Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran


Terkait teori-teori psikologi yang berkaitan dengan dampak seseorang
dalam bertingkah laku, ilmu psikologi juga memiliki pengaruh dalam sistem
pembelajaran di dunia pendidikan secara positif. Siswa dapat sungguh-
sungguh belajar saat respon psikologinya memang dibimbing dengan
pengajar yang baik.
Proses pemahaman di dalam pembelajaran sebuah topik akan lebih
mudah jika penyelesaian-penyelesaian masalah di dalam pembelajaran sudah
dialami. Keinginan dan hasrat untuk bisa menjadi yang lebih tinggi melalui
pendekatan psikologi dari guur melalui interaksi dan komunikasi yang sangat
menyenangkan. Tak hanya itu saja, kehadiran psikologi pendidikan juga
melahirkan beragam prinsip-prinsip pembelajaran yang dijelaskan Sudirwo
(2002):

 Seseorang yang belajar harus mempunyai sebuah tujuan


 Tujuan lahir didasarkan pada kebutuhan bukan sebuah paksaan
 Bersedia mengalami beberapa kesulitan
 Belajar dapat dibuktikan dengan adanya perubahan perilaku
 Belajar membutuhkan adanya insight mengenai apa yang harus dipahami dan
dipelajari
 Seseorang yang membutuhkan bimbingan
 Ujian dibutuhkan namun harus didahului dengan adanya pemahaman

3. Peran psikologi terhadap sistem penilaian


Ilmu psikologi juga memberikan peranan dan manfaat dalam sistem
penilaian. Misalnya, melalui tes psikologi dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat dari kecerdasan peserta didik, tes bakar digunakan untuk mengetahui
bakat dan potensi di dalam diri pserta didik sehingga nantinya lebih mudah
untuk dibimbing dan emmbantu mengembangkan potensi di dalam diri, tes
aspek kepribadian digunakan untuk membantu guru agar lebih bisa mengenal
baik pribadi siswa-siswanya sehingga nantinya dapat memberikan pendekatan
di dalam proses pembalajaran yang lebih baik lagi. Beragam tes psikologi
dapat membantu untuk memberikan penilaian kepada masing-masing siswa
yang digunakan untuk mempermudah dalam menjembatani potensi,
keinginan, ataupun impian siswa yang sesuai dengan bakat dan kemampuan.

Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan


mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan
berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia,
maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan
eksistensi manusia. Kita mengambil contoh sosiologi yang mempelajari
kehidupan manusia dalam berbagai satuan kelompok kecil seperti urutan
dalam satuan keluarga, unit-unit pekerjaan, organisasi, kelompok profesi,
kelompok-kelompok kemasyarakatan dan lain-lain. Antropologi mempelajari
kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan terikat
oleh suatu ikatan yang lebih bersifat permanen, turun-temurun seperti ras,
suku bangsa, kebudayaan dan lain-laian. Sejarah mempelajari kehidupan
manusia dalam urutan waktu dan peristiwa yang dialaminya. Fisiologi yang
lebih menekankan pada aspek fisik atau jasmani manusia, seperti struktur
tubuh, bagian-bagian dari tubuh serta fungsi dan cara kerja dari masing-
masing aspek tersebut. Terlepas dari semua keinginan manusia yang selalu
ingin tahu dunia luar diluar dirinya. Manusia juga memiliki kecenderungan
untuk mempelajari dirinya sendiri, sehingga muncul suatu ilmu yang
mempelajari diri sendiri manusia, atau dengan kata lain manusia ingin
mengetahui keadaan manusia sendiri, manusia menjadi objek studi dari
manusia. Hal ini yang memunculkan ilmu pengetahuan baru yang disebut
psikologi, yang lebih menekankan kepada aspek pemahaman dan pengkajian
sesuatu dari sudut karekateristik dan perilaku manusia, khususnya manusia
sebagai individu.

Individu yang dimaksud adalah individu manusia, namun bukan


manusia pada umumnya, melainkan manusia yang memiliki keunikan dan
karakteristik tertentu yang bersifat spesifik. Hal ini yang membedakan
psikologi dengan cabang-cabang ilmu lain yang sama-sama mengkaji tentang
manusia. Adapun pendidikan, merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang lebih menekankan kepada mendidik, membimbing dan mengarahkan
manusia menuju arah yang lebih baik, secara jasmani maupun rohani.
Sehingga antara pendidikan dan psikologi tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Karena keduanya saling mendukung dan saling melengkapi. Untuk
mewujudkan manusia yang bertingkah laku atau berperilaku lebih baik, maka
manusia itu harus dididik dalam suatu proses pendidikan. Pendidikan sendiri
tidak akan berjalan secara optimal, efektif dan efisien apabila
mengesampingkan faktor psikologis manusia. Dalam proses pendidikan
manusia memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda satu sama lain.

Hal ini membutuhkan pengelolaan yang berbeda. Bagitu pun apabila


ditinjau dari sudut perkembangan, pertumbuhan, jenis kelamin manusia
tersebut menunjukkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan tidak akan
sama. Oleh karena itu, penting bagi pendidik maupun calon pendidik untuk
menguasai ilmu pengetahuan psikologi, agar dalam proses pendidikannya
mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada peserta
didiknya.

Adapun dalam kajian ini berupaya untuk mengeksplorasi sumbangan


atau kontribusi psikologi dalam pendidikan. Apa sumbangan atau kontribusi
yang diberikan psikologi dalam pendidikan? Apakah tujuan pendidikan akan
tercapai apabila mengesampingkan aspek psikologis ini? Prolematika tersebut
muncul karena dalam pendidikan tidak bisa dilepaskan dari dukungan cabang
ilmu psikologi ini.

Arti Psikologi dan Psikologi Pendidikan Secara etimologis, psikologi


berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos”
atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan
ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada
salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah
tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan dengan obyek
psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah
manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya
dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi individu dengan
lingkungannya yang cukup kompleks akan memunculkan baragam jenis
pengalaman yang berbeda-beda, yang pada gilirannya akan mengubah
intensitas nilai terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Kenyataan ini
semakin terasa dalam struktur masyarakat dewasa ini. Misalnya, interaksi
orang tua dan anak di lingkungan keluarga, guru dan murid di sekolah,
manajer dan karyawan di perusahaan, dokter dan pasien di rumah sakit dan
lain sebagainya. Kenyataan ini, sudah tentu akan melahirkan problematika
baru dalam psikologi dan menghendaki pengkajian secara khusus. Sehingga
dari sini akan muncul beragam istilah psikologi, yaitu psikologi anak,
psikologi pendidikan, psikologi keluarga, psikologi perusahaan dan lain
sebagainya. Namun demikian, kajian kita saat ini lebih terfokus kepada
psikologi pendidikan. Jika mengetahui makna psikologi sebagaimana tersebut
di atas, maka psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungan
pendidikan atau boleh dikatakan sebagai proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam suatu situasi pendidikan.

Pemaknaan psikologi pendidikan tersebut, pada kenyataanya


mengalami perkembangan yang lebih mengerucut kepada psikologi yang
berhubungan dengan proses belajar, sebagaimana diungkap oleh beberapa
ahli. Crow and Crow, berpendapat bahwa: Educational psychologi describes
and explains the learning experiences of an individual from birth through old
age. Its subject matter and concerned with the conditions that affect learning.
“Psikologi pendidikan menjelaskan permasalahan-permasalahan yang dialami
individu dari sejak lahir sampai berusia lanjut, terutama yang menyangkut
kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar”

Sementara itu, Witherington, berpendapat bahwa: A systematic study of


the process and factors involved in the education of human being is called
educational psychology “Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia”
Adapun dari kedua pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
psikologi pendidikan merupakan studi yang secara sistematis berkaitan
dengan proses pendidikan yang dialami oleh individu manusia, khususnya
belajar mulai dari sejak lahir sampai berusia lanjut. Hal ini senada
diungkapkan oleh sebuah hadits Nabi yang berarti “carilah ilmu mulai dari
buaian sampai liang lahat”. Walaupun seandainya ditinjau keberadaan hadits
tersebut kurang pas apabila dikaitkan dengan psikologi, karena bersifat
anjuran. Namun demikian, isi proses dalam anjuran tersebut tersimpan
banyak hal terkait dengan psikologi pendidikan sebagaimana diungkap para
tokoh tersebut.

Ruang Lingkup Psikologi dalam Pendidikan pada pembahasan


sebagaimana tersebut di atas, bahwa mengkaji manusia dalam sudut padang
psikologi cukup beragam, yang akan memuncul ilmu psikologi baru seperti
psikologi keluarga, psikologi pendidikan, psikologi sosial, psikologi pria dan
wanita serta lain sebagainya. Psikologi pendidikan sebagai sebuah disiplin
ilmu psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh
tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu, meliputi
tingkah laku belajar (oleh peserta didik), tingkah laku mengajar (oleh
pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh pendidik dan peserta didik
yang saling berinteraksi).

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_pendidikan
https://dosenpsikologi.com/ruang-lingkup-psikologi-pendidikan
https://nomeng87.wordpress.com/sumbangan-psikologi-dalam-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai