BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat dan langsung dapat diminum. Untuk
menjaga atau mencapai kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu
upaya pelestarian dan atau pengendalian. Pelestarian kualitas air merupakan
upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi
alamiahnya (Permenkes RI No. 492 tahun 2010).
Secara umum ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan sistem penyediaan air minum, yaitu (Al-Layla, 1978):
a. Aspek kuantitas dan kontinuitas
Sistem penyediaan air minum yang direncanakan tersedia dalam jumlah yang
cukup untuk periode waktu perencanaan dan dapat digunakan setiap saat.
b. Aspek kualitas
Air yang diolah harus memenuhi syarat kualitas yang telah ditetapkan, agar
masyarakat yang menggunakan air dapat mengonsumsinya dengan aman tanpa
kekhawatiran akan terinfeksi suatu penyakit. Air yang bersih harus memenuhi
syarat berikut:
1. Bebas dari unsur penyakit;
2. Bebas dari warna, kekeruhan, suhu, tidak berasa dan tidak berbau;
3. Bebas dari unsur-unsur yang akan mengganggu jaringan pipa, baik jaringan
transmisi maupun jaringan distribusi yang dapat menyebabkan terjadinya
korosi pada pipa dan juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dari
luar ke dalam pipa.
c. Aspek teknis
Sistem penyediaan air minum harus dapat melayani dan menjangkau seluruh
daerah pelayanan dengan tekanan yang cukup.
d. Aspek biaya
Sistem penyediaan air minum yang dibangun haruslah ekonomis baik dalam
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke n
To = tahun dasar
Ka = konstanta aritmatika
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun ke I yang diketahui
T2 = tahun ke II yang diketahui
2. Metode Geometri
Kriteria pemakaian metode proyeksi penduduk untuk metode geometri
adalah sebagai berikut:
a. Didasarkan atas ratio penduduk rata-rata tahun yang sama.
b. Kota sedang berkembang.
c. Jika digunakan untuk kota muda dengan pertumbuhan industry yang
cepat maka hasilnya akan over estimate.
Persamaan umumnya adalah:
Pn = Po (1 + r)𝑛 (2. 3)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah interval tahun
3. Metode Least Square
Metode ini menggunakan persamaan linear untuk menemukan garis paling
sesuai untuk kumpulan data lampau guna memproyeksikan data di masa
depan. Persamaan umumnya adalah:
̂ = a + bX
Y (2. 4)
Dimana:
𝑌̂ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
X = variabel independen
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear
Pemilihan metode proyeksi dapat dilakukan secara statistik yaitu dengan
menggunakan rumus standar deviasi (SD) dan rumus koefisien korelasi (r).
a. Nilai Korelasi ( r )
Pertimbangan untuk pemilihan proyeksi penduduk berdasarkan nilai
koefisien korelasi diambil dari pernyataan seberapa dekat hubungan antar variabel
X dan Y, dalam pengambilan pernyataan nilai korelasi ini digunakan pernyataan
yang menyatakan r=1 atau mendekati 1, karena angka-angka tersebut diperkirakan
mempunyai hubungan yang sempurna antara X dan Y. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dari tabel berikut ini :
Tabel 2.2 Kategori Penilaian Koefisien Korelasi
Nilai r Pernyataan
r = -1 Adanya hubungan linier yang tidak langsung
antar variabel X dan Y.
r=0 Tidak adanya hubungan antara X dan Y atau
hubungn X dan Y sangat lemah.
r=1 Adanya hubungan linier sempurna secara
langsung antara X dan Y.
Sumber : Metode Statistik, Yusuf R. 2005
Rumus Koefisien Korelasi
𝑛(𝑋𝑖.∑(Yi−Y′ ))− (𝑌𝑖−𝑌′)
𝑟= 2
(2.7)
√(𝑛𝑋𝑖.(𝑌𝑖2 ))−√𝑛(𝑦′ ).(𝑌)2
deviasi digunakan untuk menghomogenkan data, maka dari itu nilai standar
deviasi dipilih nilai yang paling kecil (Yusuf R, 2005).
Rumus standar deviasi :
n(𝑌′−𝑌𝑟)2
S=√ (n−1)
(2.8)
Dengan adanya nilai r dan SD dari ketiga metode di atas, maka harus
dipilih salah satu dari metode tersebut untuk digunakan pada perhitungan
selanjutnya yaitu untuk menghitung proyeksi penduduk daerah pelayanan sampai
tahun perencanaan.
didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase yang diberi air dan cara
pembagian air yaitu dengan sambungan rumah atau melalui kran umum. Jumlah
sambungan rumah dihitung dari jumlah pelanggan baru, yaitu 5 orang
per sambungan, sedangkan jumlah kran umumnya didasarkan atas 100 orang per
kran umum. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan standar yang
biasadigunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori kotanya. Di
dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari berbeda-beda.
Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun
perencanaan. Kebutuhan air untuk daerah domestik ini dilayani dengan
Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU). Kebutuhan air bersih untuk
daerah domestik ini dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b (2.9)
Dimana:
a = Jumlah pemakaian air (liter/ orang/ hari);
b = Jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
Tabel 2.3. Standar Kebutuhan Air Domestik
Tingkat Pelayanan
No Jumlah Penduduk (Jiwa)
(liter/orang/hari)
1. >1.000.000 120
2. 500.000 – 1.000.000 100
3. 100.000 – 500.000 90
4. 20.000 – 100.000 80
5. 10.000 – 20.000 60
6. <10.000 30
Sumber: Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum 2010
4 Kehilangan air
20-30 20-30 20-30 20-30 20-30
(%)
5 Faktor hari
1,1 1,1 1,1 1,1 1,1
maksimum
6 Faktor jam
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
puncak
7 Jumlah jiwa per
5 5 5 5 5
SR
8 Jumlah jiwa per
100 100 100 100 100
HU
9 Sistem
penyediaan 10 10 10 10 10
distribusi (mka)
10 Jam operasi 24 24 24 24 24
11 Volume
reservoir (%
20 20 20 20 20
max day
demand)
12 SR:HR 50:50 50:50
S/D S/D 80:20 70:30 70:30
80:20 80:20
13 Cakupan
*) 90 90 90 90 **) 70
pelayanan(%)
*) 60% perpipaan, 30% non perpipaan
**) 25% perpipaan, 45% non perpipaan
sumber: Ditjen Cipta Karya, tahun 2000
2. Kebutuhan non domestik
Menurut Dirjen Cipta Karya (2000). standar kebutuhan air non domestik
yaitu kebutuhan air bersih di luar keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non
domestik antara lain:
1. Penggunaan komersial dan industri, yaitu penggunaan air oleh badan-badan
komersial dan industri-industri
2. Penggunaan umum, yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan atau
fasilitas umum, misalnya rumah sakit, sekolah-sekolah, dan rumah ibadah.
Q 3860 P 1 0,01 P (2.11)
Dimana :
Q = Debit kebakaran (L/ menit)
P = jumlah penduduk dalam ribuan.
a. Intake sebaiknya terletak ditempat dimana tidak ada aliran yang deras
yang dapat membahayakan intake, sehingga mengakibatkan terputusnya
pengaliran air baku untuk air minum.
b. Tanah disekitar intake harus cukup stabil dan tidak gampang erosi.
c. Aliran air yang menuju intake harus bebas dari hambatan dan gangguan.
d. Intake sebaiknya dibawah permukaan sungai atau danau untuk terjaminnya
air yang cukup dingin dan mencegah masuknya benda terapung. Tetapi
harus dijaga agar inlet tidak terlalu berada di dasar karena bisa saja lumpur
di dasar sungai ikut terbawa ke inlet.
e. Untuk menghindari dari kontaminasi, intake seharusnya terletak cukup
jauh dari sumber kontaminasi
f. Intake sebaiknya terletak di hulu sungai.
g. Intake sebaiknya dilengkapi dengan saringan (screen). Ujung pipa
pengambilan yang berhubungan dengan pompa sebaiknya juga diberi
saringan (strainer).
h. Untuk muka air yang berfluktuasi, inlet yang ke sumur pengumpul
sebaiknya dibuat beberapa level.
i. Jika fluktuasi muka air musim kemarau dan musim penghujan terlalu besar
dan sungai menjadi hampir kering di musim kemarau. Air dapat
ditampung dengan membuat weir kecil memotong sungai.
j. Jika permukaan air sungai konstan dan tebing terendam, maka intake dapat
dibuat di dekat sungai. Dalam keadaan ini air dialirkan ke pipa yang
dilewatkan horizontal. Dalam hal ini inlet juga sebaiknya dilindungi
dengan saringan kasar (overscreen) atau strainer.
Jenis-jenis intake yang sering digunakan untuk menangkap air adalah :
1. River Intake
Biasanya berbentuk sumur pengumpul dengan pipa penyadap. Lebih ekonomis
untuk air sungai yang memiliki level permukaan air musim hujan dan musim
kemarau yang cukup tinggi. Seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1.
3. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
berasal terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan saringan kasar. Dari chamber
air dialirkan dengan pipa yang ujungnya terdiri dari bell mouth berbentuk
setengah bola dengan lubang. Karena konstruksi dari chamber di kanal, lebar
kanal berkurang yang menyebabkan bertambahnya kecepatan yang mungkin
menggerus tanah dan untuk mencegahnya maka pada up-stream dan down-stream
Broundcaptering
Broundcaptering digunakan bila sumber air yang digunakan berupa mata air.
Tujuannya adalah untuk mencegah pengotoran air dari luar, baik dari manusia dan
hewan maupun dari gangguan-gangguan lain. Yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan broundcaptering:
1. Pembendungan harus sesuai dengan lokasi
2. Saluran drainase harus dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
mengeringkan daerah bangunan penangkap
3. Lokasi harus diberi pengaman biasanya berupa pagar
Syarat-syarat broundcaptering:
1. Pembebasan tanah
2. Minimal tanah di sekitar broundcaptering dengan radius 50 m harus
dikuasai
3. Pemeliharaan sumber
4. Broundcaptering diberi pagar di sekelilingnya, misalnya dipagar dengan
kawat berduri setinggi 1,75 m. Sedangkan untuk pemeliharaan sumber air,
vegetasi-vegetasi di sekitar mata air harus dilindungi
5. Bangunan broundcaptering jangan diletakkan di atas tanah lembek atau di
atas batu-batuan yang mudah lepas
6. Pada saat pembangunan broundcaptering, mata air boleh ditutup atau
disumbat walau untuk sementara supaya air tetap mengalir.
c. Suction pipe dari Low Lift Pump (Suction pipe untuk pemompaan)
Kecepatan dari pipa sebaiknya 1–1,5 m/dt.
Perbedaan ketinggian antara muka air terendah dengan pusat pompa
sebaiknya tidak lebih dari 3,7 m.
Jika permukaan pompa lebih tinggi dari LWL, maka jarak suction
sebaiknya kurang dari 4 m.
Lokasi pompa yang terletak dibawah LWL dengan “floaded suction
line“ lebih disukai dan kadang-kadang cukup ekonomis.
2. Saluran Tertutup
Biasanya saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air dari intake ke
bangunan pengolahan dan bekerja pada tekanan atmosfir. Berdasarkan
letaknya, ada dua tipe saluran tertutup yaitu pada permukaan tanah dan di
atas permukaan tanah. Debit yang masuk ke saluran tertutup maupun
terbuka dapat dihitung dengan persamaan menurut Schaum (1986), dapat
dilihat sebagai berikut:
Q=A×v (2.14)
Dimana:
Q = Debit (m3/dtk)
A = Luas penampang saluran (m2)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
Kecepatan air dihitung dengan rumus Manning:
1
v = n r 2⁄3 s 1⁄2 (2.15)
Dimana:
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
n = Koefisien Manning
r = Jari-jari hidrolis
s = Kemiringan saluran
3. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan saluran tertutup yang bekerja di bawah
tekanan atmosfir dan kapasitasnya terbatas. Karakteristik dari sistem perpipaan ini
adalah:
a. Tidak dipengaruhi oleh tekanan udara, tapi dipengaruhi oleh tekanan
hodrolis.
b. Dimensi pipa dihitung berdasarkan debit maksimum. Bahan pipa yang
digunakan dapat berupa besi tuang, besi baja campur, besi baja, asbes,
PVC, polyethylen dan semen.
Adapun jenis pipa yang akan digunakan dalam perencanaan ini adalah pipa
HDPE (High Density Polyethylene). Alasan dipilihnya pipa jenis ini dikarenakan
merupakan sistem perpipaan yang terpercaya dengan karakteristik yang istimewa
dan sesuai untuk aplikasi air minum bertekanan karena terbuat dari Polyethylene
(PE). Pipa HDPE ini sepenuhnya tahan cuaca dan bersifat nonkorosif. Materialnya
memiliki tingkat keretakan yang rendah, daya tahan impact yang tinggi dan
elastisitas yang tinggi sehingga memiliki life time lebih dari 50 tahun.
Untuk menentukan dimensi pipa transmisi dan menghitung kehilangan
tekanan pada pipa digunakan rumus Hazen William:
Q = 0,2785 × CHW × d2,63 × S 0,54 (2.16)
Dimana:
Q = Debit air (m3/dtk)
CHW = Koefisien kekasaran pipa
d = Diameter pipa (m)
S = Slope = hf/L (m/m)
Selain itu dapat juga digunakan rumus Darcy Weisbach:
L.v2
hL = f D.2g (2.17)
Dimana:
hL = Kehilangan tekanan (m)
f = Faktor gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
tekanan atmosfir.
10. Pompa
Pompa ini dikelompokkan atas 3 jenis:
a. Jenis putar, seperti: pompa sentrifugal, mixed flow axial, dan regeneratif.
b. Jenis langkah positif, seperti: pompa torak, pompa sudut, dan pompa
tangan.
c. Jenis khusus, seperti: pompa vortex, gelembung uap, dan pompa jet.
Jenis pompa yang paling banyak digunakan adalah pompa jenis putar,
karena:
a. Ukurannya kecil dan ringan
b. Dapat memompa terus menerus
c. Bekerja tanpa gejolak
d. Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan
Jenis-jenis pompa putar:
a. Pompa Sentrifugal
Komponen utama: impeller dan rumah pompa.
Ht
Dimana:
Q = Debit maksimal satu hari (watt)
H = Total head
= Efisiensi pompa
Pemilihan pompa juga perlu dilakukan. Dalam pemilihan pompa, yang
harus dipertimbangkan dalam sistem instalasi adalah daya pompa, head total
pompa, dan kapasitas pompa. Sehingga jika sudah mengetahui hal tersebut jenis
pompa dapat ditentukan dengan diagram pemilihan pompa. Diagram ini berbeda-
beda untuk setiap merk dan jenis pompa, dan biasanya telah disediakan oleh
pabrik pembuatnya.
C. Distribusi
Perpipaan sangat diperlukan dalam sistem distribusi untuk mengalirkan air
menuju daerah distribusi. Dalam mendesain sistem distribusi yang baru, ukuran
sebuah pipa dapat diasumsikan dan disesuaikan dengan kondisi tekanan yang
dihasilkan dari berbagai jenis kebutuhan air. Jika tidak memenuhi maka ukuran
pipa dapat diganti sehingga sesuai dengan kondisi tekanan yang diinginkan.
Jaringan perpipaan distribusi terdiri dari (Al-Layla, 1978):
a. Pola Cabang (Branch Pattern)
Disebut juga open system.
Terdiri dari pipa induk (main feeder) yang disambungkan
langsung ke secondary feeder dan disambungkan lagi dengan pipa
cabang berikutnya.
Semakin ke ujung semakin kecil ukuran diameternya, sehingga
kecepatan, dan tekanan air semakin besar.
Luas daerah pelayanan relatif kecil.
Jalur jalan yang ada tidak berhubungan satu dengan lainnya.
Ket:
R = Reservoar
A = Daerah pelayanan
Keuntungan dari pola cabang:
Diameternya paling minimum sehingga lebih ekonomis (harganya
lebih murah).
Perhitungannya mudah dan dihitung percabang.
Kerugian dari pola cabang ini:
Dari segi operasi banyak ditemui daerah yang mati aliran.
Memerlukan pipa penguras (blow off) dan rutin dilakukan,
sehingga banyak terjadi kehilangan air.
Jika terjadi kebakaran secara bersamaan, aliran air tidak mencukupi
karena aliran air yang searah.
b. Pola Loop
Disebut juga closed system.
Terdiri dari pipa induk dan pipa cabang yang saling berhubungan
satu dengan yang lain sehingga membentuk loop (lingkaran) tanpa
memiliki ujung yang mati.
Biasanya digunakan pada daerah yang:
Bentuk dan penyebaran daerah yang merata ke segala arah
Jaringan jalan yang saling berhubungan
Elevasi tanah yang relatif datar
D. Reservoir
Reservoir merupakan bangunan penampung air minum sebelum dilakukan
pendistribusian ke pelanggan/masyarakat, yang dapat ditempatkan diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaaan tanah.
Menurut SNI 7509-2011, fungsi utama reservoir adalah menyeimbangkan
antara debit produksi dan debit pemakaian air yang telah berfluktuasi selama 24
jam. Pada saat jumlah produksi air minum lebih besar dari pada jumlah pemakaian
air maka untuk sementara kelebihan air disimpan dalam reservoir dan digunakan
kembali untuk memenuhi kekurangan air pada saat jumlah produksi air minum
lebih kecil daripada jumlah pemakaian air. Volume reservoar harus berdasar
pertimbangan pola pemakaian air suatu wilayah, jika data pemakaian tidak
tersedia volume dapat ditentukan minimum 15% dari kebutuhan air maksimum
perhari.
Kriteria desain reservoir (Al Layla, 1978):
a. Pipa inlet dan pipa outlet
Posisi dan jumlah inlet berdasarkan bentuk dan struktur tangki,
sehingga tidak ada daerah yang mati.
Pipa outlet diletakkan minimal 10 cm di atas lantai bak atau pada
permukaan air minimum.
Pipa outlet dilengkapi dengan strainer yang berfungsi sebagai
penyaring.
Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve.
b. Ambang bebas dan dasar bak
Ambang bebas minimal 30 cm dari permukaan air
Dasar bak minimal 15 cm dari permukaan air
Kemiringan dasar bak 1/500-1/100
c. Pipa peluap dan penguras
Pipa ini mempunyai diameter yang mampu mengalirkan detik
maksimum secara gravitasi.
Pipa penguras dilengkapi dengan gate valve.
d. Ventilasi dan manhole
Reservoir dilengkapi dengan reservoir, manhole dan alat ukur tinggi
muka air.
Ventilasi harus mampu memberikan sirkulasi udara sesuai dengan
volume.
Ukuran manhole harus cukup besar untuk mempermudah petugas
masuk.
Konstruksi harus kedap air.
e. Kapasitas standar
Ukuran tipe ground reservoir, kapasitasnya: (50, 100, 150, 300, 500,
750, 1000) m3
Untuk tipe elevated reservoir, kapasitasnya: (300, 500, 750) m3
Ketinggian elevated pada saat muka air minimum adalah (20, 25) m
dari pintu tanah.
Tipe reservoir:
a. Ground reservoir
Digunakan jika muka air lebih rendah dari daerah pelayanan, sehingga
dibutuhkan pompa untuk menaikan tekanan.
b. Elevated reservoir
Digunakan jika muka air lebih tinggi dari daerah pelayanan. Elevated
reservoir diletakkan pada posisi tanah yang tinggi atau sebagai menara
air.