Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Trigger 3: Perubahan Cuaca/ Musim Penghujan Yang Beresiko Penyakit


Pratiwi anak perempuan, umur 7 tahun dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan
seluruh badanya dingin. Tiga hari sebelum dingin, anak mengeluh panas mendadak tinggi
tanpa diketahui penyebabnya, tidak ada batuk maupun pilek dan tidak ada sakit tenggerokan.
Tidak ada keluhan perdarahan mapun sakit perut. Tidak ada keluarga maupun tetangga dekat
rumah yang sedang menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Anak telah dibawa ke bidan
dekat rumah, dapat obat ppanas dan obat sirup yang tidak diketahui isinya. Dokter memeriksa
Pratiwi dan mengatakan menderita syok yang memerlukan perawatan segera di Rumah Sakit
untuk mendapatkan pemberian cairan intravena. Dari semua penjelasan ibu dan pemeriksaan
dokter dapatkah anda menjelaskan apa yang diderita Pratiwi?

1
BAB II
ISI

Step I : Clarify Unfamiliar Terms

1. Otopsi : pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang meliputi pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam.
2. Ekshumasi : penggalian kubur atas permintaan penyidik

Step II : Define The Problems

1. Apa yang dilakukan oleh dokter jika mendapati kasus kejahatan seksual ?
2. Bagaimana cara pembuktian persetubuhan ?
3. Apa dasar hukum dari kejahatan seksual ?
4. Apa saja jenis-jenis lukan dan kekerasan ? penyebabnya?
5. Bagaimana perubahan tubuh pasca mati ?
6. Apa dasar hukum ekshumasi ?
7. Bagaimana tatacara ekshumasi ?
8. Apa hukum yang mengatur tentang peraturan internal dan standar prosedur pelayanan
di RS?

Step III : Brainstorm Possible Hypothesis or Explanation

1. - Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda persetubuhan.


- Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kekerasan
- Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda kehilangan kesadaran.
2. - robekam selaput dara
- Luka di anus
- Luka di mulut
- Adanya air mania tau sel sperma
3. Pasal 284-293 KUHP
4. - Kekerasan benda tumpul
Luka memar, luka lebam, luka lecet, cedera kepala, dll.
- Kekerasan setengah tajam
- Kekerasan tajam
Luka tusuk

2
- Kekerasan senjata api
Luka tembak
5. - Suhu tubuh dingin
- Kaku mayat
- Lebam mayat
- Lilin mayat
6. Pasal 134-136 kuhap
7. Persiapan penggalian
Pelaksanaan penggalian kuburan
Penyerahan penyidik
8. UU no 44 tahun 2009

Step I V: Arrange Explanation Into A Tentative Solution

penemuan mayat
perempuan umur
8th

tanda tanda perubahan pasca tanda tanda


pemeriksaan luar
kematian mati kekerasan

kekerasan
seksual

tanda kekerasan
tumpul tanda kekerasan
persetubuhan

pembuktian
sebab kematian

belum dikubur -> sudah dikubur >


otopsi ekshumasi

3
Step V : Learning Objective

Mahasiswa mampu mengetahui,memahami, dan menjelaskan :

1. Dasar hukum kejahatan seksual


2. Peran dokter umum dalam menangani korban kejahat seksual
3. Pemeriksaan luar
4. Pemeriksaan dalam
5. Ekshumasi
Definisi
Dasar hukum
Prosedur
6. UU yang mengatur prosedur pelayanan RS

Step VII: Share The Results of Information Gathering and Private Study

1.

umur si pr . 15 th (
ps284)
dalam perkawinan dengan persetujuan
(ps. 288) si perempuan
umur si pr blm
persetubuhan
cukup 15th ( ps 287)
diluar perkawinan
dengan
kekerasan/ancaman
kekerasan
tanpa persetujuan
siperempuan
pr dalam keadaaan
pingsan/ tidak
berdaya

4
2. Pemeriksaan secara medis pada korban kejahatan seksual, baik pada anak-anak maupun
dewasa pada dasarnya sama dengan pada pasien lain, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang :
1. Ambil data-data Polisi, korban dokter dan perawat terkait.
2. Anamnesis :
 Umur.
 Status perkawinan.
 Haid : siklus, terakhir.
 Penyakit kelamin dan kandungan.
 Penyakit lain seperti ayan dll.
 Pernah bersetubuh? Waktu persetubuhan terakhir? Menggunakan kondom ?
 Waktu kejadian.
 Tempat kejadian.
 Apakah korban melawan ?
 Apakah korban pingsan ?
 Apakah terjadi penetrasi
 Apakah terjadi ejakulasi ?

3. Periksa pakaian :

- Robekan lama / baru / memanjang / melintang ?


- Kancing putus.
- Bercak darah, sperma, lumpur dll.
- Pakaian dalam rapih atau tidak ?
- Benda-benda yang menempel sebagai trace evidence.

4. Pemeriksaan badan :

Umum :

- Rambut / wajah rapi atau kusut.


- Emosi tenang atau gelisah.
- Tanda bekas pingsan, alkohol, narkotik. Ambil contoh darah.
- Tanda kekerasan : Mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha
- Trace evidence yang menempel pada tubuh.
- Perkembangan seks sekunder.
- Tinggi dan berat badan.
- Pemeriksaan rutin lainnya.
3. Pemeriksaan luar
a. Tanda kematian dan perubahan psca mati
- Lebam mayat / hipostatis / lividitas paska mati / Livor mortis adalah salah
satu tanda kematian, yaitu mengendapnya darah ke bagian bawah tubuh,
menyebabkan warna merah-ungu di kulit
- Rigor mortis atau kaku mayat terjadi akibat hilangnya ATP. ATP
digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi

5
relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian terjadi penurunan
cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan menetap
(menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah.
- Penurunan suhu tubuh
- Pembusukan –> Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi
jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam
postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar
ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti
HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan.
Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak,
bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur.
Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang
hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah
penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat
- Mummifikasi –> Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering
sehingga tubuh akan terdehidrasi dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada
12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat
gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
- Adiposera –> Adiposera adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna
keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak
tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas
karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri. Faktor yang mempermudah
terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas. Pembentukan
adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan.
Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

b. tanda kekerasan
- Benda tumpul
Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka lecet, memar
dan luka robek atau luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut
sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.
a. Luka lecet (abrasion):
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas
hanya pada lapisan kulit yang paling luar/kulit ari.

6
b. Luka memar (contusion)
Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan
darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup,
dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan
benda tumpul. Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan
luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan longgar, seperti di
daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka
memar yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan,
dalam arti seringkali lebih luas; dan adanya jaringan longgar
tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang
lebih rendah, berdasarkan gravitasi.
c. Luka robek, retak, koyak (laceration)
Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian
kuatnya hingga melampaui elastisitas kulit atau otot, dan lebih
dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul tersebut membentuk
sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul
- Luka benda tajam
a. Luka iris / luka sayat (incised wound)
Adalah luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka
oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relatif ringan
kemudian digeserkan sepanjang kulit.
b. Luka tusuk (stab wound)
Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong
pada permukaan tubuh. Contoh: belati, bayonet, keris, clurit, kikir,
tanduk kerbau
Selain itu, pada luka tusuk , sudut luka dapat menunjukkan
perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu
atau bermata dua.
c. Luka bacok (chop wound)
Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam
atau agak tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga

7
yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling
kapal.
d. Luka akibat benda yang mudah pecah (kaca)
Kekerasan oleh benda yang mudah pecah (misalnya kaca), dapat
mengakibatkan luka-luka campuran; yang terdiri atas luka iris, luka
tusuk, luka lecet.
Pada daerah luka atau sekitarnya biasanya tertinggal fragmen-
fragmen dari benda yang mudah pecah itu.
- Senjata api
Luka tembak masuk (LTM) jarak jauh hanya dibentuk oleh komponen
anak peluru, sedangkan LTM jarak dekat dibentuk oleh komponen anak peluru
dan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar. LTM jarak sangat dekat
dibentuk oleh komponen anak peluru, butir mesiu, jelaga dan panas/api. LTM
tempel/kontak dibentuk oleh seluruh komponen tersebut di atas (yang akan
masuk ke saluran luka) dan jejas laras. Saluran luka akan berwarna hitam dan
jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk sebagai luka lecet
jenis tekan, yang terjadi sebagai akibat tekanan berbalik dari udara hasil
ledakan mesiu.
- Kekerasan seksual
- Tanda persetubuhan secara garis besar dapat dibagi dalam tanda penetrasi
dan tanda ejakulasi.

- Tanda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih
kecil atau belum pernah melahirkan atau nullipara. Pada korban-korban ini
penetrasi dapat menyebabkan terjadinya robekan selaput dara sampai ke
dasar pada lokasi pukul 5 sampai 7, luka lecet, memar sampai luka robek
baik di daerah liang vagina, bibir kemaluan maupun daerah perineum.
Adanya penyakit keputihan akibat jamur Candida misalnya dapat
menunjukkan adanya erosi yang dapat disalah artikan sebagai luka lecet
oleh pemeriksa yang kurang berpengalaman. Tidak ditemukannya luka-
luka tersebut pada korban yang bukan nulipara tidak menyingkirkan
kemungkinan adanya penetrasi.

- Tanda ejakulasi bukanlah tanda yang harus ditemukan pada persetubuhan,


meskipun adanya ejakulasi memudahkan kita secara pasti menyatakan

8
bahwa telah terjadi persetubuhan. Ejakulasi dibuktikan dengan
pemeriksaan ada tidaknya sperma dan komponen cairan mani. Untuk uji
penyaring cairan mani dilakukan pemeriksaan fosfatase asam. Jika uji ini
negatif, kemungkinan adanya ejakulasi dapat disingkirkan. Sebaliknya jika
uji ini positif, maka perlu dilakukan uji pemastian ada tidak sel sperma dan
cairan mani.

- Usapan lidi kapas diambil dari daerah labia minora, liang vagina dan kulit
yang menunjukkan adanya kerak. Adanya rambut kemaluan yang
menggumpal harus diambil dengan cara digunting, karena umumnya
merupakan akibat ejakulasi di daerah luar vagina.

- Untuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan swab dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopik secara langsung terhadap ekstrak atau dengan
Pembuatan preparat tipis yang diwarnai dengan pewarnaan malachite
green atau christmas tree.

- Jika yang akan diperiksa sampel berupa bercak peda pakaian dapat
dilakukan pemeriksaan Baechi, dimana adanya sperma akan tampak
berupa sel sperma yang terjebak diantara serat pakaian. Sel sperma positip
merupakan tanda pasti adanya ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan
ini adalah jika sel sperma telah hancur bagian ekor dan lehernya sehingga
hanya tampak kepalanya saja. Untuk mendeteksi kepala sperma semacam
ini harus diyakini bahwa memang kepala tersebut masih memiliki topi
(akrosom).

- Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaan terhadap beberapa


komponen sekret kelenjar kelamin pria (khususnya kelenjar prostat) yaitu
spermin (dengan uji Florence), cholin (dengan uji Berberio) dan zink
(dengan uji PAN) . Suatu temuan berupa sel sperma negatif tapi komponen
cairan mani positip menunjukkan kemungkinan ejakulasi oleh pria yang
tak memiliki sel sperma (azoospermi) atau telah menjalani sterilisasi atau
vasektomi.

4. Pemeriksaan dalam
Autopsy

9
Autopsi berasal kata dari Auto = sendiri dan Opsis = melihat. Yang dimaksudkan
dengan Autopsi , otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan
dengan penyebab kematian.

Berdasarkan tujuannya, dikenal dua jenis Otopsi, yaitu Autopsi klinik dan Autopsi
Forensik/Autopsi Medikolegal. Autopsi klinik dilakukan terhadap mayat seseorang yang
menderita penyakit, dirawat di Rumah Sakit tetapi kemudian meninggal. Tujuan
dilakukannya Otopsi klinik adalah untuk: menentukan sebab kematian yang pasti.
menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosis
postmortem, mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis
dan gejala-gejala klinik. menentukan efektifitas pengobatan. mempelaiari perjalanan lazim
suatu proses penyakit. pendidikan para mahasiswa kedokteran dan para dokter.

Autopsi forensik atau Autopsi medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang


berdasarkan peraturan undang-undang, dengan tujuan membantu dalam hal penentuan
identitas mayat. menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta
memperkirakan saat kematian. mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk
penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan. Membuat laporan
tertulis yang obyektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum melindungi
orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan
terhadap orang yang bersalah.

Untuk melakukan Autopsi forensik ini, diperlukan suatu Surat Permintaan


Pemeriksaan/Pembuatan visum et repertum dan yang berwenang, dalam hal ini pihak
penyidik. Dan keluarga tidak diperlukan, bahkan apabila ada seseorang yang menghalang-
halangi dilakukannya autopsi forensik, yang bersangkutan dapat dituntut berdasarkan
undang-undang yang berlaku. Dalam melakukan Autopsi forensik, mutlak diperlukan
pemeriksaan yang lengkap, meliputi pemeriksaan tubuh bagian luar, pembukaan rongga
tengkorak, rongga dada dan rongga perut/panggul. Seringkali perlu pula dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya, antara lain pemeriksaan toksikologi forensik, histopatologi
forensik, serologi forensik dan sebagainya.

10
5. Ekshumasi
DEFINISI EKSHUMASI

Kata Ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu “ex” yang artinya keluar dan “humus”
yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah keluar dari tanah, yang artinya
menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab
kematiannya dan mencari identitas seseorang.

Ekshumasi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan atas dasar undang –
undangdalam rangka pembuktian suatu tindakanpidana dengan menggali kembali jenazah
yang sudah dikuburkan dan berdasarkan permintaan penyidik.

Definisi ekshumasi tersebut berlaku secara universal tetapi penekanan tujuannya yang
berbeda.Di luar negeri ekshumasi diperkenankan untuk kepentingan asuransi sedangkan di
Indonesia hal tersebut belum pernah dilaporkan karena penekanan tujuan ekshumasi di
Indonesia adalah untuk kepentingan peradilan khususnya tindak pidana

PROSEDUR EKSHUMASI

Bila mayat baru beberapa hari dikuburkan maka penggalian kuburan harus segera
dilakukan, tidak boleh ditunda tunda.Tetapi bila telah beberapa bulan dikuburkan maka
penundaan beberapa hari tidak menjadi masalah yang penting.Segalapersiapan harus rapi dan
lengkap.Penggalian kubur atau Ekshumasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau siang
hari, jadi hakim dan petugas yang meminta penggalian kubur harus hadir pada tempat
penggalian kuburan.Untuk pelaksanaan pembongkaran kuburan perlu persiapan –
persiapandan syarat kelengkapan serta sarana sarana tertentu serta pengadaan sarana untuk
pelaksanaan penggalian.

Secara teknis, prosedur ekshumasi dibagi menjadi :


1. Persiapan Penggalian Kuburan :
a. Surat persetujuan dari keluarga yang meninggal yang menyatakan tidak
berkeberatan bahwa makam atau kuburan tersebut dibongkar.
b. Surat pernyataan dari keluarga, juru kubur, petugas pemerintah setempat atau
saksi – saksilain yang menyatakan bahwa kuburan tersebut memang kuburan dari
orang – orangyang meninggal yang dimaksudkan.

11
c. Surat penyitaan dari kuburan yang akan digali sebagai barang bukti yang
dikuasai oleh penyidik ( Kepolisian ) untuk sementara.
d. Surat permintaan Visum et Repertum kepada Dokter pemerintah, Dokter Polri
atau Dokter setempat untuk pemeriksaan mayat Cq. penggalian kuburan.
e. Berita acara pembongkaran kuburan harus dibuat secara kronologis serta
sesuai metode kriminalistik yang membuat semua kejadian kejadian sejak pertama
kali kuburan itu dibongkar.
f. Peralatan dan sarana lain yang diperlukan.

Dasar Hukum
Sebab kematian tidak dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan luar saja. Sehingga
perlu dilakukan autopsi atau bedah mayat untuk mengetahui penyebab kematian seseorang
dimana sebelumnya pihak penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban
bahwa prosedur itu harus dilakukan untuk kepentingan peradilan.
Mengenai hal ini diatur dalam :
KUHAP pasal 134 ayat ( 1 )
“Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga
korban.“
KUHAP pasal 134 ayat ( 2 )
“Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas – jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.“

Jika setelah penyidik menerangkan kepada keluarga korban tentang maksud dan tujuan
pembedahan mayat dengan sejelas – jelasnya tetapi keluarga korban tetap keberatan maka
keluarga dianggap dengan sengaja menghalang – halangi, merintangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan maka perbuatan itu diancam dengan pidana seperti
dalam pasal 222 KUHP:
“Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda
sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah“.

6. UU No. 44 tahun 2009

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis danpemeriksaanyang telah dilakukan, maka Ny. Gustiana, 32
tahun, didiagnosis menderita gangguan waham organik (F.06.2) dengan kepribadian
paranoid. Oleh karena itu, Ny. Gustiana dirawat inap dan diberi terapi obat karbamazepin dan
haloperidol.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
2. Puri, Basant K., dkk. 2002. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Terjemahan: W. M. Roan,
Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai