TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Episkleritis
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat anugerah-Nya karya
Di dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menemui
kendala. Akan tetapi, kendala tersebut dapat penulis atasi karena mendapat masukan yang berarti
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Azhar Kiman,
Sp.Og. DFM. PIA selaku pembimbing yang telah memberikan saran-saran konstruktif bagi
kelancaran penulisan karya tulis ilmiah ini. Semoga segala bantuan (waktu, koreksi, pemikiran,
dan lain-lain) tersebut menjadi amal ibadah dan dibalasi oleh Allah SWT, dengan pahala yang
Penulis menyadari bahwaa karya tulis ilmiah ini belumlah sempurna. Oleh sebab itu,
keritikan dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhirnya, dengan
segala kerendahan hati penulis berharap karya tulis ilmiah ini ada manfaatnya. Amin.
Penulis
ABSTRAK
Episkleritis merupakan peradangan yang mengenai episklera, yakni lapisan tipis jaringan
ikat vaskuler yang menutupi sklera. Kelainan ini cenderung terjadi pada orang muda, khasnya
pada dekade ketiga atau keempat kehidupan, mengenai wanita tiga kali lebih sering dibanding
pria. Penyebab dari episkleritis dapat tidak diketahui, tetapi reaksi hipersensitivitas mungkin
Sjorgren, koksidioidomikosis, sifilis, herpes zoster, dan tuberkulosis pernah dilaporkan berkaitan
dengan episkleritis. Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout.
Dapat juga berupa suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat
Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun kekambuhan dapat
terjadi selama bertahun-tahun. Pada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan
connective tissue that covers the sclera . This disorder tends to occur in young people , typically
in the third or fourth decade of life , the women three times more often than men .
The cause of episcleritis may not be known , but a hypersensitivity reaction may be at play.
syphilis , herpes zoster , and tuberculosis have been reported associated with episcleritis . The
most significant relationship is with hyperuricemia and gout . Can also be a toxic reaction ,
allergic or are part of the infection . These abnormalities may occur spontaneously and
idiopathic.
This disorder generally recover on their own within 1-2 weeks . However, relapse can
occur for many years . In most cases the disease course was shortened with good treatment .
Keywords : Episcleritis,causes,prognosis
Daftar isi
Abstrak ……………………………………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata dibagian luar. Jaringan ini padat dan
berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di
belakang. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus,
episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sclera. Episkleritis adalah suatu
peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-serat jaringan ikat yang membentuk dinding putih
mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh episklera yang merupakan jaringan tipis yang banyak
mengandung pembuluh darah untuk memberi makan sklera. Di bagian depan mata, episklera terbungkus
oleh konjungtiva.
Episkleritis merupakan kondisi inflamasi yang dapat sembuh sendiri yang terjadi
di bagian episklera dan bersifat jinak. Penyakit ini jarang dialami oleh anak-anak maupun dewasa muda.
Episkleritis biasanya ringan, dapat sembuh sendiri, dan penyakit yang sering kambuh.
kasus ini disebabkan oleh penyakit sistemik yang mendasari. Beberapa kasus dapat diakibatkan oleh
episklera
1.3. Manfaat
Mahsiswa mampu menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan benar
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Defenisi
Episkleritis adalah peradangan lokal sklera yang relative sering dijumpai. Kelainan ini
bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus,dan insidens pada kedua jenis kelamin setara.
Episkleritis dapat kambuh di tempat yang sama atau di dekatnya di jaringan palpebra.
2.2. Anatomi/fisiologi
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau
gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Organ luar
Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju
ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah:
Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter.
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang
masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan
yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi
oleh iris di sekelilingnya. Iris berfungsi sebagai diafragma,iris inilah terlihat sebagai
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa
mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning
retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa
Retina
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina
Saraf optic
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
Palpebra
Permukaan suferficial ditutupi oleh kulit dan permukaan dalam diliputi oleh membran
mukosa conjunctiva.
Sudut medial dan bola mata dipisahkan oleh rongga sempit (saccus lacrimalis) dan
Tunika fibrosa :
Sclera
Cornea
Choroidea
Corpus Cilliary
Tunika Nervosa :
Retina
Retina (12)
Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia adalah saraf optikus (Nervus II). Bagian
mata yang mengandung saraf optikus adalah retina. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang
III), saraf ini bertanggung jawab terhadap pergerakan bola mata, membuka kelopak mata, dan
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang
dalam pembentukan air mata oleh kelenjar air mata. Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi
luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.
Sistem cairan mata – Intraokular
Mata diisi dengan cairan intraokuolar, yang mempertahankan tekanan yang cukup pada
bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi dua : Humor aqueous (anterior lensa),
Humor vitreus (posterior lensa & retina) Humor aqueous berperan sebagai pembawa zat
makanan dan oksigen untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan
kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil metabolisme pada
kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan mempertahankan bentuk mata dan
2.3 Etiologi
Etiologi dari episkleritis dapat tidak diketahui, tetapi reaksi hipersensitivitas mungkin
Sjorgren, koksidioidomikosis, sifilis, herpes zoster, dan tuberkulosis pernah dilaporkan berkaitan
dengan episkleritis. Hubungan yang paling signifikan adalah dengan hiperurisemia dan gout.
Dapat juga berupa suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat
khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna putih di
bawah konjungtiva. Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada
sekitar mata.
2.5 Patofisiologi
Episkleritis merupakan peradangan yang mengenai episklera, yakni lapisan tipis jaringan
ikat vaskuler yang menutupi sklera. Kelainan ini cenderung terjadi pada orang muda, khasnya
pada dekade ketiga atau keempat kehidupan, mengenai wanita tiga kali lebih sering dibanding
pria. Bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus. Kekambuhan sering terjadi dan penyebabnya
tidak diketahui. Kelainan lokal atau sitemik terkait misalnya rosasea okular, atopi, gout, infeksi
vascular dan infiltrasi perivascular. Penyebab tidak diketahui, paling banyak bersifat idiopatik
namun sepertiga kasus berhubungan dengan penyakit sistemik dan reaksi hipersensitivitas
mungkin berperan.
penyebab tidak diketahui, dan beberapa penyebab yang jarang. Collagen vascular disease :
Polyarteritis nodosa, seronegative spondyloarthropathies-Ankylosing spondylitis, inflamatory
Penyakit infeksi misalnya Bacteri tuberculosis, Lyme disease dan syphilis, viruses
termasuk herpes, fungi, parasites. Penyakit yang tidak diketahui : Gout, Atopy, Foreign bodies,
Insect bite granuloma, Malpositioned Jones tube, following transscleral fixation of posterior
Terdapat dua tipe klinik yaitu episkleritis sederhana dan nodular. Tipe yang paling sering
dijumpai adalah simple episcleritis (80%), merupakan penyakit inflamasi moderate hingga
severe yang sering berulang dengan interval 1-3 bulan, terdapat kemerahan yang bersifat sektoral
atau dapat bersifat diffuse (jarang), dan edema episklera. Tiap serangan berlangsung 7-10 hari
dan paling banyak sembuh spontan dalam 1-2 atau 2-3 minggu. Dapat lebih lama terjadi pada
pasien dengan penyakit sistemik. Pada anak kecil jarang kambuh dan jarang berhubungan
dengan penyakit sistemik. Beberapa pasien melaporkan serangan lebih sering terjadi saat musim
hujan atau semi. Faktor presipitasi jarang ditemukan namun serangan dapat dihubungkan dengan
stress dan perubahan hormonal. Pasien dengan nodular episcleritis mengalami serangan yang
lebih lama, berhubungan dengan penyakit sistemik (30% kasus, 5% berhubungan dengan artritis
rematoid, 7% berhubungan dengan herpes zoster ophthalmicus atau herpes simplex dan 3%
dengan gout atau atopy) dan lebih nyeri dibandingkan tipe simple. Nodular episcleritis (20%)
2.6 Penatalaksanaan
Kelainan ini bersifat jinak dan perjalanan penyakit biasanya sembuh sendiri dalam 1-2
minggu. Tanpa adanya penyakit sistemik, terapi yang diberikan berupa air mata buatan penyejuk
setiap 4-6 jam hingga kemerahan mereda. Namun, pada kasus-kasus yang didasari oleh kelainan
lokal atau sistemik, dibutuhkan terapi yang lebih spesifik, contohnya doxycycline, 100 mg dua
kali sehari untuk rosasea, terapi antimikroba untuk tuberkulosis, sifilis atau infeksi herpes virus,
obat antiinflamasi nonsteroid lokal atau sistemik atau kortikosteroid untuk penyakit kolagen
Steroid Topikal mungkin cukup berguna, akan tetapi penggunaannya dapat menyebabkan
rekurensi. Oleh karena itu dianjurkan untuk memberikannya dalam periode waktu yang pendek.
Terapi topikal dengan Deksametason 0,1 % meredakan peradangan dalam 3-4 hari.
Kortikosteroid lebih efektif untuk episkleritis sederhana daripada daripada episkleritis noduler.
Oral Non Steroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAID). Obat yang termasuk golongan ini
adalah Flurbiprofen 300 mg sehari, yang diturunkan menjadi 150 mg sehari setelah gejala
terkontrol, atau Indometasin 25 mg tiga kali sehari. Obat ini mungkin bermanfaat untuk kedua
bentuk episkleritis, terutama pada kasus rekuren. Pemberian aspirin 325 sampai 650 mg per oral
Follow up
Pasien yang diberi pengobatan dengan air mata artifisial tidak perlu diperiksa kembali
episkleritis nya dalam beberapa minggu, kecuali bila gejala tidak membaik atau malah
makin memburuk.
Pasien yang diberi steroid topikal harus diperiksa setiap mingggunya (termasuk
Kepada pasien harus dijelaskan bahwa episkleritis dapat berulang pada mata yang sama atau
2.7. Prognosis
Umumnya kelainan ini sembuh sendiri dalam 1-2 minggu. Namun kekambuhan dapat
terjadi selama bertahun-tahun. Pada kebanyakan kasus perjalanan penyakit dipersingkat dengan
3.1. Simpulan
Episklera mengandung banyak pembuluh darah yang menyediakan nutrisi untuk sklera
dan permeabel terhadap air, glukosa dan protein. Episkleritis merupakan peradangan yang
mengenai episklera, yakni lapisan tipis jaringan ikat vaskuler yang menutupi sklera. Terdapat
dua tipe klinik yaitu simple dan nodular. Tipe yang paling sering dijumpai adalah simple
episcleritis (80%).Kelainan ini bersifat jinak dan perjalanan penyakit biasanya sembuh sendiri
dalam 1-2 minggu. Diagnosa banding pada epiksleritis meliputi skleritis, iritis dan konjungtivitis.
Sering relaps dan pada kasus yang jarang dapat terjadi skleritis.
3.1 Saran
Episkleritis merupakan salah satu penyakit yang sering relaps, sehingga diperlukan
Afshari NA et al: Inflammatory condition of the eye associated with reumathic disease. Curr
Akpek EK et al: Evaluation of patients with scleritis for systemic disease. Ophthamology
2004;111:51. (PMID:15019326)
(PMID:16770158)
Beeker MD et al: Interferon as a treatment for uveitis associated with multiple sclerosis. Br J
FeinbergEdward,EpiscleritisinHttp://www.pennhealthj.com/ency/article/001019.htm.
Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 4th Edition pp. 151-2. Great
Kanski J. Jack, Disorders of the Cornea and Sclera in Clinical Ophthalmology 5th Edition pp. 151-2.
Lim L, Suhler EB, Smith JR: Biologic therapies for inflammatory eye disease. Clin Experiment
Pavan-Langston, Cornea and External Disease in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy 5th Edition
Pavesio CE et al: Systemic disorders associated with episcleritis and scleritis. Curr Opin Opthalmol
Rhee Douglas and Pyfer Mark, Episcleritis in The Wills Eye Manual 3rdEdition pp133-134. United States
Riordan Paul-Eva, Episkleritis dalam Oftalmologi Umum edisi 14 hal.170-171. Jakarta. 2000. Widya
Medika.