Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang konsumsi masyarakatnya tinggi
terhadap media sosial. Media sosial yang dipakai masyarakat sangat beraneka
ragam, diataranya yaitu facebook, twitter, path, line dan sebagainya. Pada
tahun 2016 angka pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta jiwa.
Data lain yang diungkap oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) dalam hasil surveinya adalah tiga (3) media sosial yang paling
banyak dikunjungi. Menurut survei tersebut, Facebook berada di urutan
pertama denga pengguna sebanyak 71,6 juta (54 persen), kemudian Instagram
dengan 19,9 juta pengguna (15 persen), dan yang ketiga adalah Youtube
dengan 14,5 juta pengguna (11 persen.
Menurut salah satu artikel yang dipublish oleh Iran Indonesia Radio,
“media sosial dewasa ini telah merambah ke berbagai dimensi yang diakses
oleh hampir seluruh lapisan masyarakat”. Namun, lanjutnya lagi, hal ini tidak
menutup kemungkinan bahwa media sosial dapat menjadi suatu ancaman.
Ancaman ini, oleh beberapa ahli, ditemukan pada ancaman penggunaan
bahasa media sosial, atau yang dikenal dengan ‘bahasa gaul’ terhadap
keorisinilan bahasa ibu.
Banyaknya kemudahan yang ditawarkan dalam dunia sosial, terutama
kemudahan bahasa tersedianya berbagai bahasa di dunia, bagi penikmatnya
berakibat pada semakin banyaknya penngunjung sosial media setiap harinya.
Tidak adanya batasan sosial dan bahasa semakin memperkuat maraknya
perkembangan bahasa gaul di kalangan masyarakat. Sebagai contoh,
fenomena bahasa alay. Bahasa alay merupakan suatu fenomena yang muncul
dikalangan remaja. Fenomena ini, menurut beberapa pustakawan, terjadi
karena adanya pemberontakan pada diri remaja terhadap tata bahasa. Menurut
Owen (dalam Papilia, 2004) remaja memiliki kepekaan terhadap kata-kata
bermakna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi, dan bermain
kata-kata untuk mengungkapkan pendapat dan ekspresi mereka. Selain itu,
remaja juga sangat kreatif dalam bermain kata-kata.

1
Umumnya, penggunaan bahasa alay ini banyak ditemukan pada
postingan remaja diberbagai sosial media. Namun, penggunaan bahasa alay
ini memiliki efek domino terhadap remaja lainnya. Rata-rata dari mereka
akan menyerap dan meniru apa yang telah teman mereka post. Karena,
menurut mereka hal tersebut merupakan sesuatu yang ngetren. Seperti contoh
penggunaan metafora ‘bingung tingkat dewa’, ‘kesel setengah mampus’,
yang mengekspresikan kebingungan dan kekesalan luar biasa yang sedang
mereka alami. Adapula penggunaan kata-kata yang mereka reduksi sendiri
menjadi sebuah kata baru, seperti ‘warbiyazah’, yang sekilas terlihat seperti
serapan dari bahasa arab. Padahal kata tersebut merupakan reduksi dari frase
‘luar biasa’ yang direduksi agar memiliki makna berlipat. Kebiasaan
menggunakan bahasa gaul dalam media sosial berakibat pada sulitnya
masyarakat Indonesia berkomunikasi dalam lingkungan formal. Misalnya,
ketika mereka harus mempresentasikan sesuatu atau membuat makalah
berbahasa Indonesia. Beberapa penelitian menemukan bahwa gaya bahasa
yang digunakan oleh remaja di Indonesia kebanyakan sudah tercampur
dengan bahasa gaul. Dalam suatu situasi pembelajaran, ketika akan
mempresentasikan sesuatu di depan kelas, remaja Indonesia pada umumnya
menggunakan kata‘mempresentasiin’ ketimbang ‘mempresentasikan’.
Kekhawatiran akan semakin maraknya penggunaan bahasa
gaul/bahasa alay pada media sosial tentulah beralasan. Bahasa gaul/alay
dianggap sebagai ancaman yang serius terhadap kaidah tata bahasa Indonesia,
karena meskipun dalam dunia linguistik dikenal dengan bahasa baku dan
tidak baku, bahasa alay adalah bahasa tidak baku yang tidak mengindah.
Selain itu, sifat dari media sosial yang membuat penikmatnya asik dengan
dunia maya mereka masing-masing membuat mereka malas berkomunikasi di
dunia nyata.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengetahui lebih dalam tentang
media sosial, perkembangan kemampuan menulis santri di Ponpes Daarul
Uluum, dan juga pengaruh penggunaan media sosial terhadap kemampuan
menulis santri Daarul Uluum
1.2 Perumusan dan Pembahasan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang uraian singkat tersebut di atas maka
terdapat beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian
ini yaitu :
1. Apa itu media sosial ?
2. Bagaimana media sosial memengaruhi perkembangan menulis santri ?
3. Apa pengaruh pengunaan media sosial terhadap kemampuan menulis
santri Pondok Pesantren Modern Daarul Uluum?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelititan
Maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari media sosial
2. Untuk mengetahui perkembangan menulis santri yang dipengaruhi
oleh media sosial
3. Untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap kemampuan
menulis santri di Ponpes Daarul Uluum.
1.4 Metode Penyusunan
Metode penyusunan yang digunakan oleh penyusun dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah dengan menggunakan metode
deskrptif, yaitu dengan cara mengumpulkan data dari beberapa buku dan
juga pengambilan data perkembangan menulis santri dari media sosial, dan
melakukan angket pada santri untuk hal hal yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penyusunan karya tulis ilmiah ini terbagi
menjadi 4 bab
Pada Bab I (Pendahuluan) penyusun menguraikan beberapa alas an
penting tentang latar belakang, rumusan dan identifikasi masalah, maksud
dan tujuan penelitian, metode penelititan, dan sistematika penulisan.
Kemudian pada Bab II (Tinjauan Pustaka) penyusun menguraikan
tentang pengertian dari Media sosial, manfaat media sosial, pengertian dari
menulis, manfaat menulis, undang undang tentang IT, pengaruh media
sosial terhadap santri dan bahasan lain yang menyangkup ataupun yang
terkait dengan media sosial dan menulis.

3
Pada Bab III (Pembahasan) penyusun menguraikan tentang data
yang telah penyusun teliti, yaitu : Perkembangan menulis santri Pondok
Pesantren Modern Daarul Uluum di media sosial dengan mengambil
beberapa sampel santri untuk dijadikan bahan acuan dan Pemaparan
tentang pengaruh media sosial sebagai media bagi santri untuk menulis.
Dan yang terakhir, Bab IV (Kesimpulan dan Saran) penyusun
menguraikan kesimpulan dari penyususnan karya tulis ilmiah yang telah
penyusun buat. Dan juga penyusun membuat saran tentang penyusunan
karya tulis ilmiah ini.

Anda mungkin juga menyukai