Seminar Anak
Seminar Anak
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan bayi berat
lahir rendah serta asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR( bayi
berat lahir rendah ).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
c. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BBLR
e. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
f. Untuk mengetahui pohon masalah atau phatway BBLR
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
h. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR
i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir . (Amru sofian,2012). BBLR
(Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. (Wong,2009).
BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung
satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk, 2011). BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Herdman,
T. Heather. 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk, 2010).
B. KLASIFIKASI BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari
saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari
1500 gram.
3. Bayi serta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
D. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
a. Factor genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Faktor nutrisi
g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada
masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan
sebagainya.
F. PATOFISIOLOGI
Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Maryanti, et al (2012:169)
faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri dari faktor ibu yang
meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain
berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan
faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami
penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi
kejanin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan
kehamilan sebelumnya (Mahayana et al, 2015).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014) mek
anisme pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta
dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin,
CO danpolysiklik hydrocarbon, diketahui dapat menembus plasenta.
Carbon monoksida mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin
membentuk karbok sihemoglobin,yang menurunkan kapasitas darah
mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin menyebabkan
vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta.
Kombinasihypoxiaintrauterine dan plasenta yang tidak sempurna
mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit
pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan
suplai oksigen kejaringan, selain itu juga dapat merubah struktur
vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin
sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan premature dan
kelahiran bayi dengan berat badan rendah terutama untuk kadar
hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan
(Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal
seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh,
sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini
lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut
sering terjadi, sehingga meningkatkan resiko untuk terjadi perdarahan
antepartum (Praeirohardjo,2008). Apabila perdarahan banyak dan
kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasikehamilan harus
dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya
kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi
kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah
baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang berakibat kepada
rendahnya selain gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011). Selain status itu,
gangguan psikologi selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya
peningkatan indeks resistensi arteri uterine. Hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga
aliran darah keuterus menurun dan uterus sangat sensitive terhadap
noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme
inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al,
2010).
Menurut Maryanti et al. (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi
dari faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan
ganda, dan kelainan koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan
dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih
dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga
dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkat kankejadian
BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan
tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian
darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi
dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014).
kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel
telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat
badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering
pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan
(Mitayani, 2013). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013). Sehingga bayi
dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia (Maryanti, 2012). Selain itu tipisnya lemak subkutan
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit
yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama
pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati,
2010). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena
daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan
belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang
kuat. Hal tersebut menyebakan ketidak efektifan polanafas (Pantiawati,
2010).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, selain itu jaringan lemak subkutan
yang tipis menyebabkan cadangan energy berkurang yang menyebabkan
malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik
terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum
vital yang menyebabkan reflekmenelan belum sempurna dan reflek
menghisap lemah. Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI
(Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Pathways
Faktor Pencetus
BBLR
Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna
Penurunan BB/kematian
Gangguan pertukaran
gas
2. Direk (terkonjugasi)
0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi
glukosa plasma < 50 mg/dl.
Serum
a) Tali pusat 45-96 mg/dl
b) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
c) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
2) Kalium
a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3) Klorida
a) Serum/plasma
1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L
f. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang
membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan
jumlah cukup.
2). (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Masjoer A,
2006).
I. PENATALAKSANAAN BBLR
Berdasarkan gambaran klinik pada bayi berat lahir rendah maka
perawatan dan pengawasan meliputi: pengaturan panas badan, pemberian
nutrisi bayi, pencegahan infeksi, penimbangan berat badan, pemberian oksigen
dan pengawasan jalan nafas.
Bayi prematur akan lebih cepat mengalami kehilangan panas badan dan
menjdai hypotermia karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati suhu dalam rahim. Bayi dirawat dalam inkubator yang
lebih modern yang dilengkapi dengan alt pengatur suhu dan kelembaban agar
bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang
dapat diatur, serta kelengkapan lainnya untuk mengurangi kontaminasi bila
inkubator dibersihkan. (Proverawati, A.,dkk.2010:31)
1. Pengatura suhu menggunakan inkubator
Bayi prematur mudah dan cepat sekali mengalami hipotermia bila berada
dilingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan dan kurangnya
lemak dibawah kulit (subcutan). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakn
lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga tubuh bayi menjadi normal. Bila
bayi dirawat inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang
dari 2000 gram adalah 350C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram adalah 340C, agar dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 270C.
(Winkjosastro,H.2008:778)
Tabel pengaturan sushu inkubator
M. Intervensi Keperawatan
No Tujuan Intervensi