Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam
kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga
kesehatannya. Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmu–ilmu yang
mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan ilmu tentang
penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang
kemungkinan dapat diderita. (Notoatmodjo,2007).
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah
kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu
dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi maknan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka
dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan
paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan
anternatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
Prevalensi BBLR menurut WHO (2010) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
badan lahir lebih dari 2500 gram. Hal ini dapat terjadidan dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti ibu mempunyai penyakityang langsung
berhubungan dengan kehamilan, dan usia ibu (WHO,2011).
Prevelensi kematian neonatus di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak
66.000 kelahiran atau 15 orang per 1000 kelahiran hidup. Jumlah
neonatusyang meninggal yang disebabkan oleh berat lahir rendah sebanyak
32.342 kelahiran atau sebanyak 29% dari jumlah seluruh kematian
neonatus.Insidensi BBLR di rumah sakit di Indonesia berkisar 20%. Distribusi
penyebab kematian bayi karena BBLR di Indonesia meningkat dari 24% pada
tahun 2009 menjadi 25% pada tahun 2010.
BBLR tidak di tangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua system organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan
(aspirasi, meconium, asfiksia neonatorun). Gangguan pada system pencernaan
(lambung kecil), gangguan sitem perkemihan (ginjal belum sempurna),
gangguan system persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi
berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh
kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan belita,
juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada
penurunan kecerdasan.
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan
yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang
telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian bagian dari peberian
pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang di
rawat di RS ini sangat terganggu pada ketempatan tindakan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari BBLR
2. Apa saja klasifikasi dari BBLR
3. Apa penyebab etiologi dari BBLR
4. Bagaimana tanda dan gejala dari BBLR
5. Bagaimana patofisiologi BBLR
6. Bagaimana pohoan masalah atau phatway BBLR
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
8. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep penyakit yang berhubungan dengan bayi berat
lahir rendah serta asuhan keperawatan pada klien dengan BBLR( bayi
berat lahir rendah ).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari BBLR
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
c. Untuk mengetahui etiologi dari BBLR
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari BBLR
e. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
f. Untuk mengetahui pohon masalah atau phatway BBLR
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BBLR
h. Untuk mengetahui terapi/ penatalaksanaan dari BBLR
i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir . (Amru sofian,2012). BBLR
(Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. (Wong,2009).
BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung
satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk, 2011). BBLR (Bayi Berat Lahir
Rendah ) merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Herdman,
T. Heather. 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk, 2010).

B. KLASIFIKASI BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari
saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari
1500 gram.
3. Bayi serta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.

Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga


kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :


1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
hal ini disebabkan pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami
gangguan. (Bobak, Irene M. 2005).
Menurut Deslidel et al. (2011). Klasifikasi BBLR, yaitu :
a. BBLR prematur atau kurang bulan.
1. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membrane
hialin).
2. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk
belum sempurna, bayi belum dapat menyusui.
3. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler
(P/IVH) otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan
gangguan pernafasan).
4. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak
subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum
terbentuk.

Beberapa ciri jika seorang bayi terkena hipotermi antara lain :


a. Bayi menggigil
b. Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-
bercak.
c. Anak terlihat apatis atau diam saja.
d. Gerakan bayi kurang dari normal.
e. Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada
bibir dan ujung-ujung jarinya. (Walyani,2015).
5. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang.
b. BBLR tidak sesuai usi kehamilan atau dimatur.
1. Sindrom aspirasi meconium.
2. Hiperbilirubinemia.
3. Hipoglikemia.
4. Hipotermia D.

C. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BAYI


LAHIR RENDAH
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor Orang Tua
1) Penyakita
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahanan
tepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/ AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplex virus), dan penyakit
jantung.
c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia
< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomia.
a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b. Aktivitas fisik yang berlebihan.
c. Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusisitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solution
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik, ketuban
pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi,terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
a. Factor genetik atau kromosom
b. Infeksi
c. Bahan toksik
d. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
e. Radiasi
f. Faktor nutrisi
g. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada
masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan
sebagainya.

Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan


lahir rendah yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
 Paritas
 Abortus spontan sebelumnya
 Infertilitas
 Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok
2. Faktor kehamilan
 Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
 Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah
dini
3. Faktor janin
 Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
 Infeksi congenital (missal : rubella). (Huda dan Hardhi ,2013).

E. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari bayi berat lahir rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya. (Tim Adaptasi Indonesia, 2009).

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit. (Huda dan Hardhi, 2013).

F. PATOFISIOLOGI
Berat Bayi Lahir Rendah Menurut Maryanti, et al (2012:169)
faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR terdiri dari faktor ibu yang
meliputi penyakit ibu, usia ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain
berupa kebiasaan ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan
faktor risiko paritas terjadi karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami
penipisan akibat sering melahirkan Hal ini disebabkan oleh semakin
tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
Kehamilan yang berulang-ulang akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi
kejanin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan dengan
kehamilan sebelumnya (Mahayana et al, 2015).
Menurut Samuel S Gidding dalam Amirudin & Hasmi (2014) mek
anisme pajanan asap rokok terhadap kejadian BBLR dan berat plasenta
dengan beberapa mekanisme yaitu kandungan tembakau seperti nikotin,
CO danpolysiklik hydrocarbon, diketahui dapat menembus plasenta.
Carbon monoksida mempunyai afinitas berikatan dengan hemoglobin
membentuk karbok sihemoglobin,yang menurunkan kapasitas darah
mengangkut oksigen ke janin. Sedangkan nikotin menyebabkan
vasokontriksi arteri umbilikal dan menekan aliran darah plasenta.
Perubahan ini mempengaruhi aliran darah di plasenta.
Kombinasihypoxiaintrauterine dan plasenta yang tidak sempurna
mengalirkan darah diyakini menjadi penghambat pertumbuhan janin.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah penyakit
pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan penurunan
suplai oksigen kejaringan, selain itu juga dapat merubah struktur
vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan janin
sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan premature dan
kelahiran bayi dengan berat badan rendah terutama untuk kadar
hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan
(Cunningham, et al., 2010). Selain anemia, implantasi plasenta abnormal
seperti plasenta previa berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh,
sehingga akan mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini
lepasnya tepi plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut
sering terjadi, sehingga meningkatkan resiko untuk terjadi perdarahan
antepartum (Praeirohardjo,2008). Apabila perdarahan banyak dan
kehamilan tidak dapat dipertahankan, maka terminasikehamilan harus
dilakukan pada usia gestasi berapapun. Hal ini menyebabkan tingginya
kejadian prematuritas yang memiliki berat badan lahir rendah disertai
mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi
kejadian BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah akan mempunyai intake makan yang lebih rendah
baik secara kualitas maupun secara kuantitas, yang berakibat kepada
rendahnya selain gizi pada ibu hamil (Amalia, 2011). Selain status itu,
gangguan psikologi selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya
peningkatan indeks resistensi arteri uterine. Hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma, sehingga
aliran darah keuterus menurun dan uterus sangat sensitive terhadap
noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi. Mekanisme
inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi BBLR (Hapisah, et al,
2010).
Menurut Maryanti et al. (2012) penyebab BBLR dapat dipengaruhi
dari faktor janin berupa hidramnion atau polihidramnion, kehamilan
ganda, dan kelainan koromosom. Hidramnion merupakan kehamilan
dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Produksi air ketuban berlebih
dapat merangsang persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga
dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkat kankejadian
BBLR. Pada kehamilan ganda berat badan kedua janin pada kehamilan
tidak sama, dapat berbeda 50-1000 gram, hal ini terjadi karena pembagian
darah pada plasenta untuk kedua janin tidak sama. Pada kehamilan kembar
distensi (peregangan) uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi
dan sering terjadi persalinan prematur (Amirudin & Hasmi, 2014).
kelainan kongenital atau cacat bawaan merupakan kelaianan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel
telur. Bayi yang lahir dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai BBLR atau bayi kecil.
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi berat
badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit kering
pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan subkutan
(Mitayani, 2013). Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area
permukaan kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan (Sondakh, 2013). Sehingga bayi
dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia (Maryanti, 2012). Selain itu tipisnya lemak subkutan
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit
yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama
pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama (Pantiawati,
2010). Pada bayi prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena
daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang
dan pembentukan antibodi belum sempurna (Maryanti, 2012).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan
belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan
negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang
kuat. Hal tersebut menyebakan ketidak efektifan polanafas (Pantiawati,
2010).
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, selain itu jaringan lemak subkutan
yang tipis menyebabkan cadangan energy berkurang yang menyebabkan
malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat fungsi organ-organ belum baik
terutama pada otak dapat menyebabkan imaturitas pada sentrum-sentrum
vital yang menyebabkan reflekmenelan belum sempurna dan reflek
menghisap lemah. Hal ini menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI
(Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Pathways

Faktor Pencetus

Faktor Ibu Faktor Janin Faktor Lingkungan

1. Faktor penyakit 1. Hydroamnion 1. Tempat tinggal di


(toksemia 2. Kehamilan dataran tinggi
gravidarum, multiple/ganda 2. Radiasi
trauma fisik, dll) 3. Kelainan 3. Zat-zat beracun
2. Faktor usia kromosom

BBLR

Kulit tipis dan lemak Imaturitas system pernafasan Reflek menelan dan menghisap blm
subcutan kurang sempurna

Tidak dapat menyimpan Pernafasan belum


panas sempurna Intake nutrisi tidak adekuat

Asupan gizi kurang


Mudah kehilangan panas O2 dalam darah CO2

kedinginan O2 dalam sel darah rendah Co2 Sel-sel kekurangan nutrisi


tinggi

hipotermi Kerusakan sel


Asidosis respiratoris

Penurunan BB/kematian

Gangguan pertukaran
gas

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin
karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular
pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white lung .
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus
atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan
struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang
terbuka. (Mansjoer A, 2006).
2. Laboratorium
a. Darah rutin
1. Hematokrit (HCT)
a) Bayi usia 1 hari 48-69%
b) Bayi usia 2 hari 48-75%
c) Bayi usia 3 hari 44-72%.
2. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3. Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4. Hb F
a. Bayi usia 1 hari 63-92%
b. Bayi usia 5 hari 65-88%
c. Bayi usia 3 minggu 55-85%
d. Usia 6-9 minggu 31-75%.
5. Jumlah leukosit
a. Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103 sel/mm3 ( mL)
b. Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103 sel/mm3 ( mL)
c. Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103 sel/mm3 ( mL).
b. Bilirubin
1. Total (serum)
a) Tali pusat < 2,0 mg/dl
b) 0-1 hari 8,0 mg/dl
c) 1-2 hari 12,0 mg/dl
d) 2-5 hari 16,0 mg/dl
e) Kemudian 2,0 mg/dl.

2. Direk (terkonjugasi)
 0,0-0,2 mg/dl
c. Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi
glukosa plasma < 50 mg/dl.
 Serum
a) Tali pusat 45-96 mg/dl
b) Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
c) Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.

d. Analisa gas darah


1) Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2) Tekanan parsial O2 (PO2)
a) Lahir 8-24 mmHg
b) 5-10 menit 33-75 mmHg
c) 30 menit 31-85 mmHg
d) > 1 jam 55-80 mmHg
e) 1 hari 54-95 mmHg
f) Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
3) Saturasi oksigen (SaO2)
a) Bayi baru lahir 85-90%
b) Kemudian 95-99%.
4) pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.

e. Elektrolit darah (k/p)


1) Natrium
a) Serum atau plasma
1.1) Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
1.2) Bayi 139-146 mEq/L.
b) Urine 24 jam 40-220 mEq/L.

2) Kalium
a) Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b) Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c) Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3) Klorida
a) Serum/plasma
1.1) Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2) Bayi baru lahir 97-110 mEq/L
f. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c,
kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung
kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1). (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang
membentuk cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan
jumlah cukup.
2). (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3). Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Masjoer A,
2006).
I. PENATALAKSANAAN BBLR
Berdasarkan gambaran klinik pada bayi berat lahir rendah maka
perawatan dan pengawasan meliputi: pengaturan panas badan, pemberian
nutrisi bayi, pencegahan infeksi, penimbangan berat badan, pemberian oksigen
dan pengawasan jalan nafas.
Bayi prematur akan lebih cepat mengalami kehilangan panas badan dan
menjdai hypotermia karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematur harus dirawat dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati suhu dalam rahim. Bayi dirawat dalam inkubator yang
lebih modern yang dilengkapi dengan alt pengatur suhu dan kelembaban agar
bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya yang normal, alat oksigen yang
dapat diatur, serta kelengkapan lainnya untuk mengurangi kontaminasi bila
inkubator dibersihkan. (Proverawati, A.,dkk.2010:31)
1. Pengatura suhu menggunakan inkubator
Bayi prematur mudah dan cepat sekali mengalami hipotermia bila berada
dilingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan dan kurangnya
lemak dibawah kulit (subcutan). Untuk mencegah hypotermi, perlu diusahakn
lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
konsumsi oksigen paling sedikit, sehingga tubuh bayi menjadi normal. Bila
bayi dirawat inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang
dari 2000 gram adalah 350C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram adalah 340C, agar dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 270C.
(Winkjosastro,H.2008:778)
Tabel pengaturan sushu inkubator

No. Berat 0-24 2-3 4-7 8 hari


badan jam hari hari (0C)
(gram) (0C) (0C) (0C)
1. < 1500 34-36 33-34 33-34 32-33
gram
2. 1500-2000 33-34 33 32-33 32
gram
3. 2000-2500 33 32-33 32 32
gram
4. >2500 gram 32-33 32 31-32 32
Sumber : (Alimulil.,Aziz.2009:61)
Keterangan :
Jika suhu kamar 28-290C sebaiknya diturunkan 10C setiap minggu jika berat
badan bayi sudah mencapai 2000 gram dan bayi boleh dirawat diluar
inkubator dengan suhu 270C. (Alimulil.,Aziz.2009:61)
2. Perawatan bayi dengan metode kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir
rendah untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir. Metode ini digunakan
untuk merawat bayi dalam keadaan telanjang. Bayi hanya memakai popok dan
topi, dan bayi diletakkan secara vertikal/tegak didada antara kedua payudara
ibu dimana ibu dalam keadaan telanjang dada kemudian
diselimuti.(Maryunani,A.,dkk.2009:35-36)
3. Pemberian nutrisi
Pada umumnya, bayi berat lahir rendah sudah harus diberi minum
dalam waktu 2 jam sesudah lahir. Bila mungkin berikanlah susu ibu yang
dipompa (expressed breast milk) dan yang segar. Oleh karena ASI dari bank
ASI mengandung nilai energi (energy value) yang rendah bila dibandingkan
dengan ASI yang segar. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak
didalam susu dari bank ASI.
Untuk bayi berat lahir rendah sesuai masa kehamilan yang sehat
volume susu yang diberikan adalah sebagai berikut :

No. Hari kelahiran Cairan/kg


1. Hari ke-1 60 ml/kg
2. Hari ke-2 90 ml/kg
3. Hari ke-3 120 ml/kg
4. Hari ke-4 150 ml/kg
5. Hari ke-10 180 ml/kg
6. Hari ke-14 200 ml/kg
Keterangan :
Pada bayi dengan berat diatas 1500 gram dapt dimulai dengan 3 ml/kg/setiap
2 jam, pada bayi dengan berat kurang dari 1500 gram dapat dimulai dengan
1-2 ml/kg BB/setiap 2 jam dan setiap kali bayi akan diberi minum cairn
lambung harus dikeluarkan. Pemberian minum, berikutnya dapat ditambah 1
ml-20 ml setiap kali minum. Berikutnya mungkin dapat diberi minum setiap 3
jam. Bila cairan lambung yang diisap lebih dari 2 ml, maka jumlah susu yang
akan diberikan harus dikurangi dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
sebelumnya. Kegagalan pemberian pengganti ASI dapat dilihat dari turunnya
berat badan yang lebih dari 10% yang disebabkan oleh pencemaran kuman
patogen atau susunan nutrien yang tidak sesuai dengan kebutuhan bayi.
Untuk beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa kehamilan
mungkin lebih dari 200 ml/kg dan mungkin mencapai 250 ml/kg. (Ilmu
kesehatan anak FKUI.1985.hal:1162)
4. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi dikarenakan
kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah
(Proverawati,A.,dkk.2010.hal:34)
5. Penimbangan berat badan
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat. (Proverawati, A.,dkk.2010.hal:34)
6. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang baru merupakan masalah yang serius bagi bayi lahir
preterm BBLR akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi 02 yang
diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi oksigen
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
(Proverawati,A.,dkk.2010.hal:35)
7. Pengawasan jalan napas
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trakea,
bronchiolus dan alveolus. Terlambatnya jalan napas menimbulkan asfiksia,
hypoksia, dan kematian. Selain itu, bayi BBLR beresiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfaktan sehingga tidak dapat memperolehoksigen yang
cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan napas segera setelah lahir, menepuk atau
menyentil tumit bayi. (Proverawati, A.,dkk.2010.hal:35)
J. KOMPLIKASI BBLR
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonetorum.
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan
pertumbuhan hati.(Maryunani, Anik. 2009)
K. PENGKAJIAN FOKUS
1) Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal
(120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat
menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2) Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3) Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan
bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen
pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan
membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada
gestasi minggu ke 32.Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi
antara minggu 24 dan 37.
4) Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
5) Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan
atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak
kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.
6) Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum. (IDAI, 2004)
L. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan
di rongga paru

2) Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis

3) Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas


fungsi imunologik.
4) Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
(Ngastiyah, 2005)

M. Intervensi Keperawatan

No Tujuan Intervensi

1. Setelah mendapat tindakan a. Monitor pernafasan (kedalaman,


keparawatan 3x24 jam tidak irama, frekuensi )
terjadi gangguan jalan nafas(nafas b. Atur posisi kepala lebih tinggi
efektif) c. Monitor keefektifan jalan nafas,
kalau kerlu lakukan suction.
Kriteria Hasil :
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas
 Akral hangat tiap 4 jam
 Tidak ada sianosis e. Perthankan pemberian O2
 Tangisan aktif dan kuat f. Pertahankan bayi pada inkubator
 RR : 30-40x/mt dengan penghangat
 Tidak ada retraksi otot g. Kolaborasii untuk X foto thorax
pernafasan

2. Setelah mendapatkan tindakan


1) Pertahankan bayi pada inkubator
keperawatan 3x24 jam tidak
dengan kehangatan 37oC
terjadi gangguan hipotermi
2) Beri popok dan selimut sesuai
Kriteria Hasil : kondisi
3) Ganti segera popok yang basah
 Badan hangat
oleh urine atau faeces
 Suhu : 36,5-37oC
4) Hindarkan untuk sering
membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktuasi suhu dan
peningkatan laju metabolisme
5) Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil
3. Setelah mendapat tindakan
a. Monitor tanda-tanda
keperawatan 3x24 jam tidak
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor,f
terjadi infeksi
ungsiolaesa)
Kriteria Hasil : b. Lakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan bayi
 Tidak ada tanda-tanda
c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk
infeksi(tumor,dolor,rubor,calor
memakai jas saat masuk ruang
,fungsiolaesa)
bayi dan sebelum dan/sesudah
 Suhu tubuh normal (36,5-
kontak cuci tangan
37oC)
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
e. Pastikan alat yang kontak dengan
bayi bersih/steril
f. Berikan antibiotika sesuai
program
g. Lakukan perawatan tali pusat
setiap hari

Setelah tindakan keperawatan 1) Kaji refleks menghisap dan


4.
3x24 jam tidak terjadi gangguan menelan
nutrisi 2) Monitor input dan output
3) Berikan minum sesuai program
Kriteria Hasil :
lewat sonde/spin
 Diet yang diberikan habis tidak 4) Sendawakan bayi sehabis minum
ada residu 5) Timbang BB tiap hari.
 Reflek menghisap dan menelan
kuat
 BB meningkat 100 gr/3hr.

Anda mungkin juga menyukai