Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA LAMA MENSTRUASI DENGAN KADAR


HEMOGLOBIN PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA ANGKATAN 2016

Oleh:
Citra Dewi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018

Penulis : Citra Dewi


Pembimbing : 1. dr. Hj. Dahlia, M.Kes, MARS*)
2. dr. Rasfayanah*)

ABSTRAK
Citra Dewi “Hubungan Antara Lama Menstruasi Dengan Kadar
Hemoglobin Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia Angkatan 2016”.
Hemoglobin merupakan komponen penting dalam darah. Jika darah kekurangan
hemoglobin atau jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normalnya,
maka tubuh akan mengalami anemia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan hubungan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada
mahasiswi.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif, pendekatan cross-
sectional, menggunakan teknik Total Sampling. Sampel berjumlah 99 orang di
Fakultas Kedokteran UMI. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuisioner dan mengukur hemoglobin responden. Analisa data menggunakan uji
spearman. Dari 99 mahasiswi yang menjadi sampel, terdapat 49
mahasiswi (49,5%) yang mengalami lama menstruasi normal dengan kadar
hemoglobin yang normal (≥12), terdapat 38 mahasiswi (38,4%) yang
mengalami lama menstruasi normal dengan kadar hemoglobin rendah
(<12), terdapat 3 mahasiswi (3,0%) yang mengalami hipermenorea atau
lama menstruasi tidak normal dengan kadar hemoglobin normal (≥12), dan
terdapat 9 mahasiswi (9,1%) yang mengalami menstruasi tidak normal
(hipermenorea) dengan kadar hemoglobin rendah (<12), serta tidak ada
mahasiswi yang mengalami hipomenorea. Berdasarkan hasil analisis uji
hubungan diperoleh nilai p = 0,042 (lebih kecil dari nilai α = 0,05).
Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat adanya hubungan yang bermakna
antara antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada mahasiswi Fakultas
Kedokteran UMI angkatan 2016.
Kata Kunci : Lama Menstruasi, Kadar Hemoglobin.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia
karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan
lain untuk menunjang kehidupan.(1) Hemoglobin merupakan komponen
penting dalam darah. Jika darah kekurangan hemoglobin atau jumlah
hemoglobin dalam darah kurang dari jumlah normalnya, maka tubuh akan
mengalami anemia.(2)
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi,
menurut World Health Organization (WHO, 2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih
besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini
dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan
sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi
yang lebih banyak. (3)
Menurut WHO, untuk mendiagnosis anemia pada remaja putri
apabila kadar Hb kurang dari 12 gr/dl. Anemia dapat menyebabkan
pertumbuhan anak terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot
menjadi lemas, daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terkena
infeksi, pusing, pucat, takikardi, nyeri dada, dispnea, tinitus, prestasi
berkurang dan terjadi perubahan perilaku.(5)
Mengingat dampak yang terjadi karena anemia tersebut, maka
usaha pencegahan maupun perbaikan perlu dilakukan. Untuk melakukan
upaya pencegahan dan perbaikan yang optimum diperlukan informasi yang
lengkap dan tepat tentang kadar hemoglobin pada mahasiswi, serta faktor
yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin melakukan
penelitian yang terkait dengan hubungan lama menstruasi dengan kadar
hemoglobin pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia angkatan 2016.

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Menstruasi
Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan
mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah
kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar
empat minggu tanpa adanya kehamilan.(8) Pada setiap wanita, siklus
menstruasi berbeda-beda yaitu sekitar 25 hingga 35 hari. Namun, terdapat
beberapa wanita yang tidak memiliki siklus haid teratur dan hal ini bisa
terjadi karena adanya masalah kesuburan.(9)
Menstruasi merupakan proses dalam tubuh wanita yang dimana sel
telur (ovum) berjalan dari indung telur menuju rahim, melalui saluran yang
diberi nama tuba fallopi. Pada saat tersebut, jaringan endometrial dalam
lapisan endometrium di dalam rahim menebal sebagai persiapan terjadinya
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, dinding ini akan semakin
menebal dan menyediakan tempat janin tumbuh. Tapi, jika tidak terjadi
pembuahan, jaringan endometrial ini akan luruh dan keluar melalui vagina
dalam bentuk cairan menstruasi. Sedangkan siklus menstruasi sendiri
dimulai dari hari pertama menstruasi hingga satu hari sebelum mentruasi
berikutnya. Pada keadaan normal, siklus menstruasi adalah berbeda bagi
setiap wanita yaitu dari 28 hingga 35 hari.(11) Panjang siklus menstruasi
ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya
menstruasi berikutnya.(14)
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir
masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39 tahun.
Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi, atau
jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua
gangguan tersebut.(16)
a. Gangguan pada lamanya siklus menstruasi:
1) Polimenore atau Epinore
2) Oligomenore
3) Amenore
b. Gangguan jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan:
1) Hipomenore
2) Hipermenore atau menoragia
c. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi:
1) Dismenore

1.2.2 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit. Bila kadar
hemoglobin berkurang di bawah normal, maka akan mengganggu aktifitas
dalam tubuh. Suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari
harga normal ( 13 gr % ) disebut sebagai anemi.(16)
Tabel 2.1 Batas Kadar hemoglobin
Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin ( gr/dl)
Wanita Dewasa 12.0
Ibu Hamil 11.0
Sumber : WHO dalam arisman 2002

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain:


1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-
jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia.(18)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan sel darah
merah (eritrosit) pada seseorang adalah makanan, usia, jenis kelamin,
aktivitas, merokok, dan penyakit yang menyertainya seperti leukemia,
thalasemia, dan tuberkulosi.(19)

1.2.3 Hubungan Lama Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin


Pengeluaran zat besi dari jaringan melalui kulit, saluran
pencernaan, atau urin, berjumlah 1 mg setiap harinya. Sedangkan
pengeluaran darah selama menstruasi menunjukkan kehilangan simpanan
zat besi secara cepat sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
Sehingga semakin lama wanita mengalami menstruasi maka semakin
banyak pula darah yang keluar dan semakin banyak kehilangan timbunan
zat besi. Oleh karena itu, wanita menstruasi merupakan golongan yang
lebih cenderung mengalami defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia.
Wanita yang kehilangan darah sebesar 60 ml atau lebih akan mengalami
penurunan dalam hal jumlah simpanan zat besi. Pada beberapa penelitian
mengatakan bahwa 10 dari 137 wanita menderita anemia defisiensi zat
besi (kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl) dan hilangnya darah selama
menstruasi rata-rata pada kelompok wanita anemis ini adalah 58 ml,
dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah rata-rata
dari keseluruhan kelompok.(21)

1.2.4 Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.(22)
Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis
kelamin.
Kelompok Hb
Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dL
Wanita dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dL
Wanita hamil Hb < 11 gr/dL
Tabel 2.3 Kriteria Anemia menurut WHO
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: (22)
1. Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam
folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.
2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan
total sel darah merah dalam sirkulasi.
3. Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)
Gambaran umum secara klinis seperti badan lemah, lesu, cepat
lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia
defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin terjadi secara
perlahan-lahan seringkali gejala anemia tidak terlalu menyolok
dibandingkan anemia lain yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi
lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan
dengan baik. Pada pemeriksaan fisis dijumpai pasien yang pucat terutama
pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku. (23)
Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah
anemia, antara lain sebagai berikut:
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging,
ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna
hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan
nanas.
c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami
haid.
d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan
ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan. (25)
Menurut Yayan Ahyar Israr (2008) Setelah diagnosis ditegakan
maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia difesiensi
besi dapat berupa :
a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya, pengobatan cacing
tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal
harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.
b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh
Besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan
aman. preparat yang tersedia, yaitu:
1) Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif). Dosis: 3 x 200 mg.
2) Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,
harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.

II. METODE PENELITIAN


2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional
analitik deskriptif dengan pendekatan cross-sectional.
2.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2017.
2.3 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016.
2.4 Sampel dan Teknik Sampel
Besar sampel dalam penelitin ini ditetapkan menggunakan teknik
total sampling yaitu seluruh Mahasiswi Fakultas Kedokteran UMI
angkatan 2016.
2.5 Cara kerja Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Sebelum data diambil, subjek penelitian
yaitu kepada seluruh sampel. Persetujuan komisi etik telah diajukan dan
sudah mendapatkan persetujuan.
Kepada subjek penelitian terlebih dahulu dijelaskan maksud dan
tujuan penelitian ini. Setelah itu mereka ditanyakan lagi tentang siklus haid
terakhir normal atau tidak, lalu ditanyakan tentang kesediaan untuk
diambil darahnya untuk mengukur kadar hemoglobin. Pengambilan darah
untuk pengecekan kadar hemoglobin dilakukan pada saat sampel
penelitian mengalami haid/menstruasi.
Cara pengambilan sampel darah:
1. Salah satu ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada ujung
jari subjek penelitian
3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol
4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan diatas test card dan
bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol
5. Kadar hemoglobin ditentukan dengan melihat angka yang tertera pada alat
ukur.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel yang Diteliti (Univariat)
Tabel 5.1 Distribusi Kadar Hemoglobin
Kadar Hemoglobin Jumlah (N) Persentase (%)
Hemoglobin ≥12 52 52,5
Hemoglobin <12 47 47,5
Total 99 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 99 mahasiswi yang menjadi


sampel, terdapat sebanyak 52 mahasiswi (52,5%) dengan kadar
hemoglobin ≥12 g/dl, dan 47 mahasiswi (47,5%) dengan kadar
hemoglobin <12 g/dl.

Tabel 5.2 Distribusi Kadar Hemoglobin


Lama Menstruasi Jumlah (N) Persentase (%)
Normal 87 87,9
Hipermenorea 12 12,1
Hipomenorea 0 0
Total 99 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 99 mahasiswi yang menjadi


sampel, terdapat 87 mahasiswi (87,9%) dengan lama menstruasi normal
dan 12 mahasiswi (12.1%) yang mengalami hipermenorea, serta tidak ada
mahasiswi yang mengalami hipomenorea.
3.1.2 Analisis Hubungan Antara Variabel yang Diteliti (Bivariat)

Tabel 5.3 Analisis Lama Menstruasi Terhadap Kadar Hemoglobin


Hemoglobin Hemoglobin
Normal Rendah Total P
Lama Menstruasi (≥12) (<12)
(N) (%) (N) (%) (N) (%)
Normal 49 49,5 38 38,4 87 87,9
Hypermenoragia 3 3,0 9 9,1 12 12,1 0,042
Hipomenorea 0 0 0 0 0 0
Total 52 52,5 47 47,5 99 100
Sumber : Data Primer 2017 Uji Spearman

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 99 mahasiswi yang menjadi


sampel, terdapat 49 mahasiswi (49,5%) yang mengalami lama menstruasi
normal dengan kadar hemoglobin yang normal (≥12), terdapat 38
mahasiswi (38,4%) yang mengalami lama menstruasi normal dengan kadar
hemoglobin rendah (<12), terdapat 3 mahasiswi (3,0%) yang mengalami
hipermenorea atau lama menstruasi tidak normal dengan kadar
hemoglobin normal (≥12), dan terdapat 9 mahasiswi (9,1%) yang
mengalami menstruasi tidak normal (hipermenorea) dengan kadar
hemoglobin rendah (<12), serta tidak ada mahasiswi yang mengalami
hipomenorea.
Berdasarkan hasil analisis uji hubungan tabel 5.3 menunjukkan
bahwa hubungan antara lama menstruasi dengan kadar hemoglobin pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UMI, diperoleh nilai p = 0,042 (lebih
kecil dari nilai α = 0,05).

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur Mahasiswi
Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016 rata-rata berumur 19 tahun. Dari
hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Mahasiswi Kedokteran
UMI tersebut tergolong dalam masa remaja memasuki usia dewasa. Yang
mana wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa, normalnya akan
mengalami periode menstruasi atau haid, lama menstruasi yang dialami
remaja umumnya belum teratur, sehingga memungkinkan remaja
mengalami pengeluaran darah berlebih pada saat menstruasi yang dapat
menyebabkan anemia yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.(26),(27)
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
menyatakan bahwa prevalensi anemia gizi pada balita 40.5%, ibu hamil
50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia (10-18 tahun) 57,1% dan usia
19-45 tahun 39,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita
mempunyai resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja
putri. (27)
Anemia adalah suatu keadaan di mana kadar Hb dihitung eritrosit
lebih rendah dari keadaan normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb <12
gr pada perempuan dan <13 gr pada laki-laki.(28)
Berdasarkan hasil analisis statistik, didapatkan nilai p=0,042
(p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan antara lama menstruasi
dengan kadar hemoglobin pada Mahasiwi Fakultas Kedokteran UMI yang
artinya semakin lama menstruasi seorang mahasiswi maka akan semakain
rendah kadar hemoglobinnya. Hal ini disebabkan karena pada mahasiswi
dengan lama menstruasi yang lebih panjang pengeluaran darah yang
dialami cenderung lebih banyak sehingga pengeluaran zat besi karena
perdarahan pun akan semakin banyak. Keadaan ini sesuai dengan teori
yang disebutkan Hughes (1995) yaitu tentang pengeluaran zat besi. Rata-
rata kehilangan zat besi setiap hari pada orang normal adalah sekitar 0,6-1
mg. Sedangkan pada wanita menstruasi kehilangan zat besi bisa mencapai
42 mg setiap siklus. Dengan demikian maka zat besi dalam darah akan
menjadi sangat rendah sehingga kadar hemoglobin dalam darah pun akan
menurun.(29)
Pada penelitian ini terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kadar hemoglobin pada wanita yang tidak dapat dikontrol
oleh peneliti seperti pola aktivitas dan pola istirahat mahasiswi ataupun
pola makan setiap mahasiswi. Selain itu, pada penelitian ini masih terdapat
kekurangan yaitu belum bisa diungkapkan semua faktor luar tersebut
secara mendetail karena terbatasnya instrumen pengukuran, dana, tenaga,
dan alokasi waktu penelitian, dimana kekurangan tersebut sangat
diharapkan untuk dapat dilengkapi pada penelitian selanjutnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 52,5% responden memiliki
kadar hemoglobin yang normal, dan 47,5% memiliki kadar hemoglobin
yang rendah.
2. Didapatkan 87,9% responden mengalami lama menstruasi yang normal,
dan 12,1% mengalami hipermenorea, serta tidak didapatkan responden
yang mengalami hipomenorea.
3. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara lama menstruasi dengan kadar
hemoglobin pada responden.
4.2 Saran
Penelitian selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai
referensi yang relevan dan membantu penelitian sejenis terkait dengan
kejadian anemia. Mengingat keterbatasan peneliti, maka pada penelitian
selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

V. DAFTAR PUSTAKA
1. Hildebrand U, Deutschland B, Gerate V, Spektrophotometer B. Anemia.
J Labelled Compd. 1984;XXII(3):293–6.
2. Citrakesumasari. Buku Ajar Anemia Gizi. Yogyakrta: KALIKA; 2012. 6
p.
3. Sma T, Mak SMKDAN, Belakang AL. A. Latar Belakang Anemia.
1994;2015:1–14.
4. Cunningham, F G D. Obstetri Williams Volume I. Jakarta: EGC; 2006.
5. Putri R. Anemia pada siswi SMA Wonosari. 2008;
6. Susanto E. Anemia pada Wanita. 2007;1–12.
7. Permaesih D, Herman S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia
Pada Remaja. e-Journal Badan Penelit dan Pengemb Kesehatan.
2005;33:162–71.
8. Dorland W. A. N. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati
Hartanto. 2002.
9. Biohealth Indonesia. Siklus Menstruasi Wanita. 2007;
10. Wiyono D. Pengaruh Lama Menstruasi dengan Kadar Hemoglobin. :7–
29.
11. Tortora, G.J. dan Derrickson BH. Principles of Anatomy and
Physiology. Twelfth Edition. Asia: Wiley; 2009.
12. Hanafiah, Jusuf M. Haid dan Siklusnya. Dalam : Ilmu Kandungan Edisi
2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.; 1997. 103-
120 p.
13. Timpanometri DM. Universitas Sumatera Utara. 2012;
14. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba dan IBGFM. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
15. Zuiatna D. Menstruasi Normal. 2008;16–30.
16. George, J. M. GRJ. Understanding and Managing Organizational
Behavior. New Jersey: Prentice Hall; 2002.
17. Yusnaini Y. Tinjauan pustaka Siklus Menstruasi. 2003;(41):13–57.
18. Lyza R. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Produktivitas Tenaga
Kerja Pemanen Kelapa Sawit PT. Peputra Supra Jaya Kecamatan
Langgam, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau Tahun 2010. 2010;
19. Saputro D. Journal of Sport Sciences and Fitness. Vol. 1, Journal of
Sport Sciences and Fitness. 2012. p. 56–61.
20. Cunningham FG. Obstetri Williams. 2006;Jakarta: EGC.
21. PRASTIKA DA. HUBUNGAN LAMA MENSTRUASI TERHADAP
KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA SISWI SMA N 1 WONOSARI.
2011;
22. Elsa Alamanda. Tinjauan Pustaka Anemia. 2013. Universitas Sumatera
Utara;1.
23. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktiK. Jakarta:
Rineka Cipta; 2006.
24. Rokim K. Tinjauan pustaka Anemia Pada Remaja Putri. :5–17.
25. Wijayanti Y. faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri Siswa SMK An Nuroniyah Kemadu Kecamatan Sulang
Kabupaten Rembang Tahun 2011. 2011;
26. Hastari N. GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN LAMA
MENSTRUASI PESANTREN AN-NUR KECAMATAN MRANGGEN.
2015;5. Available from:
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/4038.pdf
27. Putri R, Vii K, Kediri S. HUBUNGAN POLA MENSTRUASI DENGAN
KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS VII SMPN 6
KEDIRI. Yunarsih, Sumy Dwi Antono. 2014;3(1):25–33.
28. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2003.
29. Sari W permata. Hubungan antara status gizi, siklus dan lama
menstruasi dengan kejadian anemia remaja putri di sma negeri 3
surabaya. 2016;58.
30. Tiara F. hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada
mahasiswi fakultas kedokteran universitas malahayati angkatan 2013.
2016;70(Ci):27.

Anda mungkin juga menyukai