DOSEN PENGAMPU :
Rohmah Rifani, S.Psi., M.Si., Psikolog
Ismalandari Ismail, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Novi Yanti Pratiwi, S.Psi., M.Psi., Psikolog
KELAS A
KELOMPOK 11 :
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
psikologis dan fisik manusia sendiri. Jika tidak dapat dikelola dengan baik, masalah
kesehatan fisik.
Masalah yang juga mengancam psikologis manusia yaitu kematian, baik untuk
diri individu tersebut maupun kematian dari orang terdekat. Kematian dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti kecelakaan, penyakit dan umur. Penyakit
menjadi salah satu penyebab kematian yang banyak terjadi khususnya penyakit
terminal dimana individu sudah tidak mempunyai harapan lagi untuk sembuh. Bagi
penderita penyakit terminal banyak masalah psikologis yang muncul khususnya yaitu
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai isu-isu
PEMBAHASAN
Taylor (2018) mengemukakan bahwa individu pada zaman dahulu banyak yang
dan tuberkolosis, namun pada saat ini penyakit tersebut berkurang penyebarannya
2. Kanker 591.699
7. Diabetes 76.488
9. Nefritis 48.146
10. Melukai diri sendiri (bunuh diri) secara disengaja 42.773
teknologi namun tingkat kematian bayi di Amerika Serikat tergolong cukup tinggi,
a. Penyebab Kematian
perawatan ibu gratis atau berbiaya rendah selama kehamilan memiliki angka
kematian bayi yang lebih rendah dari pada Amerika Serikat. Kematian bayi pada
saat lahir dan bayi lahir prematur penyebabnya lebih sering didapatkan pada
perawatan prenatal yang buruk untuk ibu. Tahun pertama kehidupan penyebab
utama kematian yaitu bawaan dan sindrom kematian bayi mendadak atau Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS). SIDS merupakan sindrom dimana bayi tiba-tiba
sering terjadi pada wilayah perkotaan kelas bawah dan ibu yang merokok selama
masa kehamilan.
kematian pada anak-anak di bawah usia 15 tahun yaitu kecelakaan, terjadi sekitar
keracunan, cedera dan jatuh dari rumah. Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit 2015 (Taylor, 2018) mengemukakan bahwa untuk tahun berikutnya
anak usia 1-15 tahun yaitu kanker terutama leukemia. Leukemia merupakan
putih yang berlebihan dan menyebabkan anemia berat serta komplikasi lainnya.
mati masih ada, seperti Putri Salju atau Sleeping Beauty yang menunggu sang
iblis. Mereka mungkin percaya bahwa kematian terjadi karena makhluk gaib
kembali.
Centers for Disease Control and Prevention 2016 (Taylor, 2018) mengemukakan
bahwa meskipun tingkat kematian pada remaja rendah, namun penyebab utama
kematian pada kelompok usia ini adalah cedera yang tidak disengaja, terutama yang
melibatkan mobil. Pada tingkat kedua yaitu pembunuhan, tingkat ketiga yaitu bunuh
diri yang dilakukan sebagian besar menggunakan senjata api, tingkat keempat yaitu
kanker, dan penyakit jantung dan AIDS berperan pada sebagian besar kematian yang
dianggap yang paling tragis. Ketika orang dewasa muda menerima diagnosis
penyakit yang mematikan, seperti kanker, mereka mungkin merasa syok, marah,
dan rasa ketidakadilan yang akut. Karena alasan ini, staf medis sering merasa
kesulitan untuk bekerja dengan pasien ini. Namun karena tidak seperti orang tua,
mereka tidak cepat menyerah pada komplikasi contohya pada penyakit gagal
ginjal.
3. Kematian di Usia Paruh Baya
Taylor (2018) mengemukakan bahwa pada usia paruh baya, kematian mulai
dianggap lebih realistis. Ketakutan pada kematian di usia paruh baya secara simbolis
seksual, kemampuan atletik, dan jika difokuskan pada pekerjaan individu adanya
kesadaran bahwa pekerjaan individu tidak berarti karena banyak ambisi muda yang
tidak akan pernah terwujud. Gould (Taylor, 2018) mengemukakan bahwa perubahan
hidup yang tiba-tiba dilakukan pada usia paruh baya seperti perceraian, pernikahan
kembali dengan orang yang jauh lebih muda, atau perubahan pekerjaan yang radikal
yaitu kematian yang terjadi sebelum usia 79 tahun atau kematian mendadak karena
kemunduran fisik, rasa sakit, dan kehilangan kemampuan mental. Keluarga juga
tidak harus melalui siksaan emosional menyaksikan kondisi individu yang sakit
mengemukakan bahwa orang kulit putih hidup lebih lama daripada orang kulit
hitam selama hampir 2 tahun (untuk pria) dan 1 tahun (untuk wanita). Salah satu
faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah yaitu status sosial ekonomi
merupakan penentu kuat usia kematian, semakin tinggi status sosial ekonomi,
semakin lama seseorang hidup. Orang kulit hitam juga lebih mungkin memiliki
Taylor (2018) mengemukakan bahwa lansia (di atas usia 65 tahun) umumnya
lebih siap menghadapi kematian daripada yang muda. Hal tersebut disebabkan oleh
para lansia telah melihat teman dan kerabat mereka meninggal serta mungkin telah
memikirkan kematian mereka dan telah membuat beberapa persiapan awal. Biasanya,
lansia meninggal karena penyakit degeneratif, seperti kanker, stroke, atau gagal
jantung, atau hanya karena penurunan fisik umum yang membuat mereka rentan
Centers for Disease Control and Prevention, 2016 (Taylor, 2018) mengemukakan
bahwa wanita biasanya hidup lebih lama daripada pria, wanita berusia 81 dan pria
lebih banyak janin berjenis kelamin laki-laki daripada janin berjenis kelamin
perempuan dikandung, lebih banyak bayi laki-laki yang lahir meninggal atau
meninggal daripada wanita. Bahkan, angka kematian pria lebih tinggi di semua
usia, sehingga ada lebih banyak perempuan daripada laki-laki hidup pada saat
individu mencapai usia 20-an. Namun seperti apa mekanisme biologis wanita
merupakan penyebab sebanyak 40% dari perbedaan kematian antara pria dan
konstruksi, polisi, atau pemadam kebakaran. Konsumsi alkohol pria lebih besar
mengkonsumsi lebih banyak obat daripada wanita. Pria dapat menakses lebih
senjata api untuk bunuh diri, dibanding wanita yang biasanya lebih menyukai
racun. Pria menggunakan mobil dan sepeda motor lebih banyak daripada
atau pelarian (penarikan sosial atau penarikan melalui narkoba dan alkohol)
dengan demikian juga dapat menjelaskan mengapa umur mereka lebih pendek.
Glaser dan Newton (Taylor, 2018) mengemukakan bahwa di satu sisi, menikah
lebih banyak teman dekat dan berpartisipasi dalam lebih banyak kegiatan
tidak menyenangkan, contohnya terapi radiasi dan kemoterapi untuk kanker dapat
rambut, perubahan warna kulit, kelelahan, dan kehilangan energi. Dalam beberapa
asa, tetapi dalam banyak kasus, keputusan pasien mungkin didukung oleh pilihan
yang bijaksana.
a. Apakah ada Hak untuk Mati?
keinginan pasien untuk terapi yang memperpanjang hidup. Tren sosial penting
menyatakan bahwa kematian harus menjadi masalah pilihan pribadi dan kontrol
pribadi. Penerimaan terhadap ide-ide seperti bunuh diri dan bunuh diri yang
Dalam Polling Gallup 1975, 41% responden percaya bahwa seseorang yang
sangat kesakitan tanpa harapan peryembuhan memiliki hak moral untuk bunuh
banyak negara Eropa, Australia dan Kanada, memiliki tingkat dukungan yang jauh
lebih tinggi untuk kematian yang dibantu, mendekati 90%. Ditto, dkk (Taylor,
"kematian yang baik". Pasien yang sakit terminal biasanya meminta euthanasia
atau bunuh diri berbantuan ketika mereka mengalami tekanan dan penderitaan
yang ekstrem.
Pada tahun 1994, Oregon menjadi negara bagian pertama yang mengeluarkan
melaksanakan opsi ini, pasien harus kompeten secara mental dan memiliki
penyakit terminal dengan masa hidup kurang dari 6 bulan, namun pasien harus
rumah sakit. Pasien harus mengajukan permintaan setidaknya 3 kali, dan kasus ini
harus ditinjau oleh dokter kedua untuk keakuratan serta untuk memastikan bahwa
anggota keluarga tidak menekan pasien untuk mati. Biasanya, jika kondisi ini
terpenuhi dokter memberikan dosis obat atau pil tidur yang mematikan yang
kemudian dapat diminum pasien untuk mengakhiri hidupnya. Sears dan Stanton
(Taylor, 2018) mengemukakan bahwa pada tahun 1997 Oregon Death with
Dignity Act diresmikan, dengan kematian pertama yang dibantu dokter terjadi
penderitaan mereka.
2. Isu Psikologis dan Sosial Terkait Kematian
fungsi biologis dan sosial. Pasien-pasien mungkin mengalami nyeri atau muntah
yang tidak terkendali, dan mengalami penurunan penampilan yang drastis karena
penurunan berat badan, stres akibat perawatan, atau banyaknya penyakit. Yang
bahkan lebih mengancam bagi beberapa pasien adalah kemunduran mental dan
mereka bahwa kemunduran mental dan fisik yang jelas akan mengganggu
anggota keluarga. Beberapa pelepasan dari dunia sosial adalah normal dan
mungkin mewakili proses berduka, namun masa berduka antisipatif ini dapat
mengganggu komunikasi karena sulit bagi pasien untuk mengungkapkan kasih
sayang kepada orang lain dan bersamaan bersiap untuk meninggalkan mereka.
c. Masalah Komunikasi
sendiri masih menjadi topik tabu dalam masyarakat. Ketika kematian menyerang
memburuk, beberapa pasien yang sakit terminal berpaling dari perawatan medis
tradisional. Banyak pasien menjadi korban keraguan yang ditawarkan di luar sistem
perawatan kesehatan formal. Apa yang mendorong orang untuk mengambil langkah-
langkah yang seringkali tidak nyaman, mahal, dan tidak berharga? Beberapa pasien
sangat panik pada prospek kematian sehingga mereka akan menggunakan tabungan
mereka sendiri dan keluarga dengan harapan penyembuhan ajaib. Pada kasus lain
memburuk dengan sistem perawatan kesehatan dan keinginan untuk perawatan yang
lebih humanistik.
C. Apakah Ada Tahapan dalam Penyesuai untuk Mati?
pelopor dalam studi kematian mengemukakan orang melewati lima tahap ketika
- Denial (Penyangkalan)
penyakitnya tidak parah, akan segera hilang, dan akan memiliki sedikit
bahwa pada kasus yang ekstrem, pasien bahkan dapat menyangkal bahwa ia
diagnosis. Denial terjadi karena alam bawah sadar yang menghalangi realisasi
penuh dari realitas dan implikasi dari gangguan tersebut. Denial biasanya
hanya berlangsung beberapa hari. Ketika itu berlangsung lebih lama, mungkin
yang marah dapat menunjukkan kebencian terhadap siapa pun yang sehat,
seperti staf rumah sakit, anggota keluarga, atau teman. Kemarahan adalah
salah satu respons yang paling sulit dihadapi keluarga dan teman. Keluarga
mungkin perlu bekerja sama dengan terapis untuk memahami bahwa pasien
tidak benar-benar marah kepada mereka, tetapi pada nasib. Kemarahan dapat
dilampiaskan pada siapa saja yang ada didekatnya terutama pada orang-orang
yang pasien tidak merasakan adanya kewajiaban untuk berperilaku sopan dan
santun dan biasanya anggota keluarga sering masuk pada kategori ini.
- Bargaining (Tawar-menawar)
cara egois dengan imbalan kesehatan yang lebih baik atau diberikan lebih
tawar-menawar.
- Depresi
Pada tahap ini pasien mengakui bahwa sekarang tidak banyak yang bisa
bukti nyata bahwa penyakit ini tidak akan disembuhkan. Tahap ini pasien
mungkin merasa mual, sesak napas, dan lelah. Mereka mungkin kesulitan
makan dan memusatkan perhatian. Pada tahap ini depresi dapat berfungsi bagi
- Acceptance (Penerimaan)
Tahap terakhir dalam teori Kübler-Ross adalah acceptance. Pada titik ini,
pasien mungkin terlalu lemah untuk marah dan terlalu terbiasa dengan
gagasan mati untuk menjadi depresi. Beberapa pasien menggunakan waktu ini
yang tersisa dan mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman lama dan
anggota keluarga.
dijadikan penelitian ilmiah, namun pasien biasanya tidak melalui lima tahap dalam
urutan yang telah ditentukan, dan disamping depresi yang menjadi salah satu
respon yang paling umum, apa yang ditakuti pasien biasanya adalah
semua staf dan perawat memberikan dukungan emosional yang dibutuhkan oleh
sakit yang membatasi jam membesuk dan jumlah pengunjung yang dapat tinggal
bersama pasien juga dapat mengurangi ketersediaan dukungan dari keluarga dan
teman.
Nyeri adalah salah satu gejala utama dalam penyakit terminal. Di lingkungan
rumah sakit yang sibuk, kemampuan pasien untuk mendapatkan jumlah obat nyeri
yang mereka butuhkan dapat dikompromikan. Turk dan Feldman (Taylor, 2018)
penyakit terminal masih sering dilakukan oleh para perawat, sehingga pasien
Staf medis berperan penting bagi keberlangsungan hidup pasien di rumah sakit.
tempat tidur dan berbagai bantuan fisik lainnya yang dibutuhkan pasien lebih
sering diberikan oleh staf medis. Dokter biasanya membantu pasien untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan, namun dukungan emosional lebih sering
ditunjukkan oleh para staf medis, khususnya bagi pasien yang tidak memiliki
keluarga atau teman. Bahkan, tidak dapat dipungkiri bahwa staf mungkin satu-
satunya orang yang mengetahui keadaan fisik pasien yang sebenarnya. Hal ini
karena pasien merasa lebih dekat dengan staf yang lebih sering mengunjunginya
dibandingkan dokter. Oleh karena itu, staf medis sesungguhnya adalah sumber
staf, bahkan ada pasien yang memberitahukan rahasianya kepada staf yang
lebih sulit, sehingga tidak sedikit staf yang ingin menarik diri dari merawat pasien
memandikan pasien. Staf medis bahkan kelelahan karena harus mengawasi pasien
disembuhkan dibanding dengan pasien yang sakit parah. Sehingga, banyak pasien
penyakit terminal yang merasa ditinggalkan bahkan tidak dilayani dengan baik.
Oleh karena itu, meski singkat, dokter perlu memberikan waktu secara teratur
diperhatikan oleh staf medis yang dapat membantu pasien untuk menghadapi
kematiannya.
Informed consent - Pasien harus diberi tahu kondisi fisiknya dan perawatan
Safe conduct - Dokter dan staf lain harus bertindak sebagai panduan yang
bermanfaat bagi pasien untuk melalui tahap kehidupan yang baru dan
menakutkan ini.
Significant survival - Dokter dan staf medis lainnya harus membantu pasien
Timely and appropriate death - Pasien harus dituruti keinginannya dalam hal
kapan dan bagaimana pasien ingin menutup usianya. Pasien harus mencapai
jangka pendek dan waktu kunjungan biasanya tergantung pada keinginan dan
tingkat energi pasien. Pasien seringkali memiliki unfinished business, maka terapis
pikiran. Terapis akan membantu pasien untuk berdamai dengan kehidupan masa
lalunya agar lebih siap menghadapi penyakitnya dan kemungkinan terburuk yang
untuk pasien yang sekarat. Misalnya, relaksasi otot progresif dapat memperbaiki
ketidaknyamanan dan menanamkan rasa kontrol baru. Positive self talk , seperti
berfokus pada pencapaian kehidupan seseorang, juga dapat membantu mengurangi
Merawat anak-anak yang sakit parah termasuk yang paling menegangkan dari
bahkan staf medis mungkin enggan untuk berbicara secara terbuka dengan anak
Meskipun demikian, anak-anak yang sakit parah sering tahu lebih banyak
tentang keadaan mereka daripada informasi yang diberikan oleh orang lain. Anak-
mereka sendiri dan kesadaran bahwa itu kematian mereka tidak akan lama lagi.
Mungkin sulit untuk mengetahui apa yang harus dikatakan kepada seorang anak.
seperti dengan ingin merayakan hari ulan tahun lebih awal. Atau mereka mungkin
mengikuti beberapa pedoman yang sama seperti yang berlaku pada orang dewasa
yang sekarat, tetapi terapis dapat mengambil isyarat tentang apa yang harus
didiskusikan oleh anak. Orang tua juga perlu konseling untuk membantu mereka
menghadapi kematian yang akan datang. Orang tua mungkin menyalahkan diri
mereka sendiri atas penyakit anak atau merasa bahwa ada lebih banyak yang bisa
mereka lakukan.
Orang tua dari anak-anak yang sekarat mengalami beban stres yang sangat
orang tua dengan anak yang sekarat mungkin memerlukan layanan kesehatan
mental suportif dan pertemuan dengan dokter untuk membantu pasien memahami
dan memperoleh makna dari penyakit terminal anak, terutama selama beberapa
1. Hospice Care
Hospice care adalah pelayanan paliatif yang suportif dan terkoordinasi. Bisa
disiapkan di rumah atau rumah sakit dengan memberi pelayanan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual untuk pasien yang menunggu ajal dan keluarganya. Pasien yang
menjalani hospice care akan dibuat senyaman mungkin untuk menghadapi takdir
mereka. Jika dilakukan di rumah sakit, maka ruang perawatan akan dibuat
senyaman mungkin seperti bila berada di rumah. Perawatan ini akan diberikan jika
dalam perawatan rumah sakit, setiap kamar mungkin terlihat sangat berbeda,
Pada perawatan hospice care, tidak ada batasan pada kunjungan dari keluarga
atau teman. Staf dilatih khusus untuk berinteraksi dengan pasien dengan cara yang
hangat dan penuh perhatian. Biasanya, konselor juga tersedia untuk intervensi
2. Home Care
Beberapa tahun terakhir telah terlihat minat baru dalam perawatan di rumah
pilihan bagi sebagian besar pasien yang sakit parah, dan bagi banyak pasien, ini
psikologis dari perawatan di rumah adalah bahwa pasien dikelilingi oleh barang
milik pribadi dan oleh keluarga daripada staf medis. Beberapa tingkat kontrol
dapat dipertahankan atas kegiatan seperti apa yang harus dimakan atau apa yang
harus dipakai.
Meskipun perawatan di rumah seringkali lebih mudah bagi pasien secara
psikologis, namun perawtaan tersebut bisa membuat stress yang tinggi bagi
keluarga. Bahkan jika diperlukan, setidaknya ada satu anggota keluarga yang
mengkhususkan diri bagi pasien setiap hari untuk merawatnya. Pengasuh yang
ditunjuk harus sering berhenti bekerja dan juga menghadapi tekanan tambahan dari
pikirannya antara keinginan untuk menjaga pasien supaya tetap hidup atau ingin
supaya pasien dan penderitaannya segera berakhir, dalam artian merelakan pasien
menghadapi ajalnya.
Survivors adalah orang atau keluarga yang ditinggalkan yang pernah mengalami
penyakit yang kurang lebih sama dengan penyakit dari anggota keluarga yang
dan terkadang dianggap menjengkelkan bagi sebagian orang. Bahkan, bagi orang yang
penyakit diri sendiri. Perasaan-perasaan ini misalnya terjadi pada pasangan suami istri
sering ditandai dengan keasyikan dengan citra orang yang meninggal, ekspresi
permusuhan terhadap orang lain, dan rasa bersalah atas kematian. Orang yang berduka
kegiatan, kerinduan untuk orang yang mereka cintai, serta kemarahan atau depresi,
Orang luar terkadang sulit untuk menghargai tingkat kesedihan pada orang atau
keluarga yang ditinggalkan. Persepsi yang sering muncul adalah jika kematian itu
sudah datang, yang selamat harus siap menghadapinya dan lekas keluar dari kesedihan
yang sedang dirasakan. Taylor (2018) mengemukakan bahwa orang yang ditinggal
kemudian menjadi seorang janda sering mengatakan bahwa setelah kematian pasangan
dan melanjutkan kehidupan. Dalam beberapa kasuss, topik untuk menikah kembali
sering diangkat beberapa minggu setelah kematian pasangan. Stroebe & Stroebe
(Taylor, 2018) mengemukakan bahwa sekalipun telah menikah, rasa duka masih dapat
bertahan sampai beberapa bulan bahkan banyak janda dan duda yang sangat terganggu
Apakah seseorang dikatakan adaptif untuk bersedih atau tidak bersedih setelah
menghindari emosi yang negatif dapat menjadi masalah. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bonanno, Keltner, Holen, & Horowitz (Taylor, 2018) bahwa
penghindaran emosi negatif dapat mengarah pada penyesuaian yang lebih baik setelah
kematian. Demikian juga ditunjukkan oleh Stein, Folkman, Trabasso dan Richards
(Taylor, 2018) bahwa penilaian positif mengarah kepada penyesuaian yang lebih baik
setelah kematian.
dukungan sosial yang baik, memiliki tingkat stres yang lebih tinggi, dan lebih
orang-orang dengan tipe kepribadian extravert lebih mampu dalam hal memperoleh
dukungan sosial sehingga dapat melewati masa berkabung dengan depresi yang lebih
sedikit
Aneshensel, Botticello, & Yamamoto Mitani, (Taylor, 2018) ; Stroebe & Stroebe
(Taylor, 2018) mengemukakan bahwa respons kesedihan lebih buruk pada pria,
pengasuh, dan pada mereka yang kehilangannya tiba-tiba dan tidak terduga. Meskipun
demikian, menurut Vahtera et al (Taylor, 2018) ada janda dan duda yang tangguh
dalam menanggapi kehilangan mereka, yaitu mereka yang memiliki pikiran bahwa
memang tidak ada harapan hidup bago pasangannya. Hal-hal yang juga sering menjadi
masalah setelah kematian adalah bagi wanita sering mengalami kesulitan keuangan
dapat melakukan perbuatan seperti penyalahgunaan alkohol dan narkoba. Oleh karena
itu, diperlukan konseling bagi orang yang berduka untuk mengurangi reaksi-reaksi
Taylor (2018) mengemukakan bahwa anak yang selamat dari penyakit tertentu
namun saudara kandungnya meninggal dapat menimbulkan komplikasi khusus. Hal ini
bisa disebabkan karena anak berharap pada suatu waktu supaya saudara kandungnya
merasa bahwa dia yang menyebabkan saudaranya meninggal. Lindsay & McCarthy
(Taylor, 2018) mengemukakan bahwa alasan mengapa anak sering berharap supaya
saudara kandungnya meninggal bisa dipicu karena selama sakit, anak yang selamat
saudaranya meninggal ada sedikit kegembiraan yang dirasakan karena tidak ada lagi
bahwa ada anak yang mengalami sedikit kegembiraan ketika mengetahui kematian
PENUTUP
A. Kesimpulan
SIDS adalah penyebab terbesar kematian bagi bayi. Pada usia 1 hingga 15 tahun,
penyebab kematian bergeser kepada kecelakaan dan leukemia. Pada masa remaja
pembunuhan, bunuh diri, kanker, dan AIDS. Pada usia dewasa, kanker dan
serangan jantung adalah penyebab kematian paling umum. Sedangkan pada usia
lanjut, kematian biasanya disebabkan oleh penyakit jantung, stroke, kanker, serta
kemunduran fisik.
mengubah penampilan pasien, tingkat energi yang dimiliki dan kontrol terhadap
fisik. Pasien pada akhirnya juga dapat menarik diri dari keluarga dan teman
informasi, jaminan, dan dukungan emosional ketika orang lain tidak bisa. Selain
dukungan staf, pasien juga membutuhkan konseling psikologis karena banyak
menenangkan masalah keluarga dan untuk membantu pasien dan keluarga saling
konseling juga perlu diberikan karena orang tua dan anaknya mungkin bingung
Saat ini, tersedia dua pilihan alternatif untuk pasien dengan penyakit terminal
yaitu hospice care dan home care. Kedua perawatan ini diharapkan memberikan
terakhir hidupnya.
B. Saran
dengan penyakit ini agar mereka merasa tidak ditinggalkan. Pasien perlu
mendapatkan dukungan baik secara fisik maupun psikologis dari pihak rumah
terdekat dapat memberikan support agar orang yang ditinggalkan tidak berlarut-