ABSTRACT
The objective of this research was to observe the effect of MBTS/ZDEC ratio on dynamic
properties, curing characteristic, morphology as well as hardness and resiliency of the NR/EPDM
blends prepared by curatives migration control technique. The MBTS/ZDEC ratio were 1.6/0.0;
1.5/0.1; 1.4/0.2; 1.3/0.3 and 1.2/0.4 respectively on a fixed NR/EPDM ratio of 60/40. Compounds
(EPDM and NR) were prepared separately using two roll mill. The blends with binary accelerator
MBTS/ZDEC showed synergistic activity which provided higher crosslink density than those of
single accelerator MBTS. Reduction of ts2 and t90 as well as cure rate index (CRI) indicated the more
homogeneous crosslink density distribution within the rubber phase. Scanning electron micrograph
showed that the blends with binary accelerator gave smoother surface. Binary accelerator resulted
higher hardness. Increasing of ZDEC raised hardness followed by reduction of the resillience
property.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh rasio MBTS/ZDEC pada sifat dinamik,
karakteristik curing, karakteristik morfologi serta kekerasan dan sifat pegas pantul campuran NR/
EPDM yang dibuat dengan teknik kontrol migrasi curatives. Rasio MBTS/ZDEC yang digunakan
dalam penelitian ini secara berurutan 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3; dan 1,2/0,4 pada rasio NR/
EPDM tetap 60/40. Kompon dibuat secara terpisah (kompon EPDM dan NR) menggunakan two
roll mill. Campuran NR/EPDM dengan akselerator biner MBTS/ZDEC menunjukkan sinergi
aktivitas yang memberikan kerapatan ikatan silang lebih tinggi daripada akselerator tunggal MBTS.
Kemampuan proses kompon akselerator biner lebih rendah daripada akselerator tunggal. Penurunan
ts2 dan t90 serta kenaikan indeks kecepatan reaksi (CRI) mengindikasikan distribusi ikatan silang
yang merata pada kedua fasa karet. Mikrograf pemindaian elektron (SEM) menunjukkan campuran
dengan akselerator biner mempunyai permukaan yang lebih halus. Kekerasan vulkanisat sistem
biner lebih tinggi. Penambahan ZDEC meningkatkan kekerasan dan diikuti dengan penurunan sifat
pegas pantul.
44 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
tapi juga dapat berfungsi sebagai anti degra- Furnace (HAF) Black Ex. OCI, General Pur-
dasi (Alam et al., 2014). Bhowmick and pose Furnace (GPF) Black Ex. Korea, castor oil
Mangaraj (1994) menyatakan bahwa kombina- (Bratachem), polimer 2,2,4-trimethyl-1,2-dihy-
si MBTS dengan ZDC memberikan keseim- droquinoline (TMQ) Ex. Kemai, paraffin wax
bangan yang baik pada kecepatan reaksi vul- Antilux 654A, ZnO (Bratachem), Aflux 42M,
kanisasi dan pembentukan ikatan silang pa- 2,2’-Dithiobis(benzothiazole) (MBTS) Ex.
da karet EPDM. Debnath dan Basu (1994) Shandong Sianxian, zinc diethyl dithiocar-
melakukan penelitian menggunakan kombina- bamate (ZDEC), Sulfur SP-325 Ex. Miwon,
si zincdibenzyldithiocarbamate (ZBEC) dengan maleat anhidrid (MAH) dan dicumyl per-
MBTS pada NR, dan Alam et al. (2012) oxide (DCP).
menggunakan kombinasi zinc dimethyldithio-
carbamate (ZDMC) dengan MBTS pada NR. Peralatan Penelitian
Kedua penelitian tersebut menunjukkan pem- Peralatan yang digunakan dalam penelitian
bentukan thiuram disulfid (TMTD) dan mer- ini meliputi two roll mill skala laboratorium,
kaptobenzotiazol (MBT) sebagai hasil reaksi mesin kempa hidrolik, moving die rheometer
antara ZDC dengan MBTS. TMTD dan MBT (MDR) Gotech 3000A, mikroskop pemindai
merupakan akselerator yang sangat aktif. Infor- elektron (SEM) merek JEOL dengan perbesaran
masi terkait penggunaan kombinasi akselerator 1000x.
ZDC/MBTS pada NR dan belum ditemukan
untuk campuran NR dengan EPDM. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari Pembuatan kompon
pengaruh rasio akselerator MBTS/ZDEC ter- Kompon dibuat dalam dua bagian, yaitu
hadap sifat dinamik, karakteristik curing, ka- kompon EPDM(E) dan kompon NR. Kedua
rakteristik morfologi, kekerasan dan ketahanan kompon tersebut diproses menggunakan two
pegas pantul campuran NR/EPDM yang dibuat roll mill. Komposisi kompon EPDM dan
menggunakan pencampuran reaktif teknik kon- NR disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pada
trol migrasi curative. Modifikasi terhadap kompon EPDM (E1-E5) dilakukan pemanasan
metode yang dikembangkan oleh Sahakaro et awal menggunakan mesin kempa hidrolik se-
al. (2009) dan Nabil et al. (2013) adalah de- belum dicampur dengan kompon NR. Waktu
ngan menambahkan carbon black dan compa- pemanasan awal (Tabel 3) ditetapkan 75% dari
tibilizer maleat anhidrid (MAH) pada kompon ts2 hasil pengujian dengan MDR pada suhu
NR. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan 170oC. Selanjutnya masing-masing kompon
kompatibilitas NR dengan EPDM. EPDM dicampur dengan kompon NR. Kompon
NR/EPDM disimpan dalam ruang kondisi se-
BAHAN DAN METODE lama 24 jam sebelum divulkanisasi.
Bahan Penelitian Pengukuran sifat dinamik dan karaketeristik
Bahan penelitian terdiri dari karet alam curing
jenis pale crepe yang diperoleh di pasaran, Karet Karakteristik curing campuran NR/EPDM
EPDM jenis Keltan 4551 A, High Abrasion diuji menggunakan MDR pada suhu 160oC.
46 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
tru sebaliknya, elemen viskos mendominasi ZDEC melepaskan TMTD. MBT yang terbentuk
ditunjukkan dengan S’(ML) lebih rendah secara insitu mempunyai reaktivitas lebih tinggi
daripada S”(ML). Dominasi elemen elastis pada daripada yang ditambahkan dari luar sistem
sistem biner MBTS/ZDEC berkaitan dengan (Alam et al., 2014). TMTD akan bereaksi de-
pencampuran reaktif NR/EPDM, dimana pada ngan sulfur dan dipercepat dengan ZnO sebagai
fase EPDM telah terbentuk ikatan silang parsial katalis. Reaksi tersebut menghasilkan thiuram
sebelum dicampur dengan kompon NR (Nabil polysulfides (TMTP) yang merupakan zat
et al., 2013). Pembentukan ikatan silang diawali aktif sulfurating dengan reaksi disajikan pada
dengan terbentuknya zat aktif sulfurating (active Gambar 2.
sulfurating agent). Kompleks akselerator- Jika MBTS sebagai akselerator tunggal
polisulfidik merupakan zat aktif sulfurating (R1), maka hanya akan terbentuk MBT sebagai
yang baik dibanding dengan sulfur molekuler. hasil dekomposisinya. Seperti halnya TMTD,
Kompleks tersebut terbentuk sebagai hasil MBT akan bereaksi dengan sulfur dibantu
interaksi antara molekul akselerator dengan oleh ZnO menghasilkan MBT-polisulfidik
sulfur molekuler (Ghosh et al., 2003). Sistem (MBTP) yang merupakan zat aktif sulfurating
akselerator biner MBTS/ZDEC memberikan (Gambar 3). Reaksi MBT dengan ZnO tidak
aktivitas sinergi, dimana interaksi antara ke- dapat berlangsung sempurna karena pada
duanya menghasilkan MBT dan TMTD secara permukaan ZnO terbentuk lapisan Zn-MBT
simultan (Alam et al., 2012). (ZMBT) yang bersifat tidak larut (insoluble).
Pembentukan MBT dan TMTD (Gambar 1) ZMBT akan menghambat reaksi ZnO dengan
telah dibuktikan oleh Alam et al. (2012) melalui MBT selanjutnya (Ghosh et al., 2003). Oleh
kromatogram HPLC. MBTS terdekomposisi karenanya pembentukan zat aktif sulfurating
menjadi MBT dengan adanya pemanasan, se- pun akan berkurang.
lanjutnya MBT yang terbentuk bereaksi dengan Zat aktif sulfurating (TMTP maupun
S S N N S S
H3C CH3 (Z) H3C CH3 N
N C S Zn S C N + C S S C N C S S C N + C SH
H3C CH3 S S H3C CH3 S
ZDEC MBTS TMTD MBT
H2 H2 N N H2 H2
H H
C
H2
C
H2
C CH2 + N C S Sx Zn S CN C
H2
C
H2
C CH2
H S H
C C m CH3 CH n
C 2 o + C S Sx Zn S C S C C m CH3 CH n
C 2 o
m CH3 n
S S CH3
o m n o
CH CH
N
CH CH
EPDM CH3 N C S Sx CH2
MBTP S
CH3
C S Sx CH2
EPDM MBTP E-SxS-Acc
E-Sx-Acc
50 20
40
15
30 ts2R3
S’ (kg.cm)
S’ (kg.cm)
10 ts2R4
ts2R5
20 ts2R2
5
10 ts2R1
R1 R2 R3 R4 R5
0 0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 25 50 75 100 125 150
Waktu (detik) Waktu (detik)
Gambar 4. (a) Plot torsi vs waktu pada suhu 160oC, (b) inzet dari 0-150 detik
H2 H2 H H2 H2 H
CH CH C CH2 CH2 H2C CH CH C CH2
2 2 H 2 2 H
C Cm CH
C 3 CH2n CH2 H2C n C Cm CH
C 3 CHn2 o
o
m CH3 n
+ C C n m CH3 n o
o CH
S CH + C C
H3C S CH
CH
CH H3C H 2
H3C N C S Sx CH2
CH
H3C N C S Sx CH2 H3C H Sx 2
H3C Sx
CH C
EPDM-Sx-Acc NR HC C CH C
EPDM-Sx-Acc NR HC CC
NR/EPDM C
NR/EPDM
Gambar 5. Interaksi precusor ikatan silang (E-Sx-Acc) dengan molekul NR
48 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
dan sistem biner MBTS/ZDEC memberikan Tabel 5. Karakteristik curing campuran NR/
S”MH lebih tinggi daripada akselerator tunggal EPDM
MBTS. Penambahan ZDEC 0,1 phr (R2) me-
ningkatkan S”MH hingga 40,5% terhadap R1, Kode (rasio) ts2, s t90, s CRI, s-1
sedangkan penambahan lebih lanjut (R3-R5) R1 (1,6/0,0) 84 495 0,243
hanya menaikkan maksimum 12,4%. R5 mem- R2 (1,5/0,1) 76 299 0,448
punyai S”MH tertinggi dan memberi pening- R3 (1,4/0,2) 72 235 0,613
katan 92,1% terhadap R1. Perbedaan torsi (S’MH R4 (1,3/0,3) 60 204 0,694
-S’ML) menggambarkan modulus gesek di-
R5 (1,2/0,4) 51 198 0,680
namik yang secara tidak langsung terkait de-
ngan kerapatan ikatan silang total dari sebuah
kompon (Nabil et al., 2013; Indra et al., 2013). index (CRI). Sistem akselerator tunggal mem-
Sistem biner MBTS/ZDEC memberikan kera- berikan ts2 lebih tinggi daripada sistem biner.
patan ikatan silang lebih tinggi daripada akse- Penambahan ZDEC 0,1 phr menurunkan ts2
lerator tunggal MBTS. Pada rasio 1,2/0,4 phr sebesar 9%, sedangkan penambahannya lebih
(R5) kerapatan ikatan silangnya meningkat lanjut menurunkan maksimal 39,3% pada R5.
96,2% dibanding rasio 1,6/0,0 (R1). Pening- Penurunan ts2 disebabkan pada pemanasan
katan tersebut merupakan kontribusi dari awal kompon EPDM telah banyak terbentuk zat
aktivitas sinergi kombinasi MBTS/ZDEC aktif sulfurating (Gambar (2) atau (3)). Semakin
sesuai penjelasan diatas. kecil ts2 menunjukkan semakin banyak zat aktif
Faktor damping atau loss tangent (tan δ) sulfurating yang terbentuk. Sistem biner MBTS/
merupakan rasio elemen viskos dengan elastis. ZDEC mempunyai ts2 lebih tinggi daripada
Tan δ(ML) merupakan loss tangent pada kom- akselerator tunggal MBTS karena efek aktivitas
pon, sedangkan tan δ(MH) pada vulkanisat. Tan sinergis dari pasangan MBTS/ZDEC yang
δ(ML) pada sistem akselerator biner (R2-R5) menghasilkan zat aktif sulfurating lebih banyak.
lebih rendah 28,9% daripada akselerator tunggal ts2 juga merupakan pengukuran vulkanisasi dini
(R1). Hal tersebut menunjukkan dominasi ele- pada matriks karet dan merupakan indikator
men elastis sebagai akibat terbentuknya ikatan keselamatan olah (scorch safety). Keselamatan
silang parsial (Gambar 3). Kompon dengan elas- olah merupakan waktu dimana kompon dapat
tisitas besar berefek negatif pada proses karena dipertahankan pada suhu tinggi dan masih
sifat alirnya menurun. Penambahan ZDEC lebih bersifat plastis. Waktu scorch menandai titik
lanjut menurunkan tan δ(ML) pada kisaran dimana material plastis mulai dikonversi secara
nilai yang sama. Tan δ(MH) vulkanisat dengan kimiawi menjadi jaringan elastis (Manoj et al.,
akselerator biner lebih besar daripada R2- 2011). Waktu scorch sangat penting karena
R5, dan penambahan ZDEC lebih lanjut me- menggambarkan jumlah waktu (heat history)
nurunkan tan δ(MH). Tan δ secara langsung dimana kompon dapat dipaparkan pada panas
berkorelasi dengan ikatan silangnya. Semakin selama operasi pembentukan dan pencetakan.
kecil tan δ(MH) mengindikasikan ikatan silang Semakin tinggi ts2 maka keamanan olah akan
yang semakin banyak (Nabil et al., 2013a). Tan meningkat (Manoj et al., 2011). Oleh karena
δ(MH) semakin kecil menunjukkan dominasi itu sistem biner memberikan keselamatan olah
elemen elastis yang semakin besar. Hal ini benar lebih rendah daripada sistem tunggal.
karena terbentuknya ikatan silang otomatis akan Waktu optimum curing (t90) menurun
menaikkan elastisitas. Tan δ merupakan rasio dari R1 hingga R5 dan sistem akselerator
energi yang hilang (energy lost) dan energi yang biner memberikan t90 lebih rendah daripada
disimpan (energy stored) selama deformasi akselerator tunggal (Tabel 4). Penambahan
siklis. ZDEC 0,1 phr (R2) menurunkan t90 39,5%
dibanding R1 dan penurunan terbesar diberikan
Karakteristik Curing oleh R5 mencapai 60%. Penurunan t90 terkait
Tabel 5 menunjukkan waktu scorch (ts2), dengan pembentukan zat aktif sulfurating pada
waktu optimum vulkanisasi (t90) dan cure rate pemanasan awal kompon EPDM, sehingga
waktu yang dibutuhkan hanya sedikit untuk Gambar 7 menunjukkan sifat pegas pantul dan
bereaksi dengan hidrogen alilik (allylic) pada kekerasan vulkanisat R1 hingga R5.
molekul NR sesuai dengan reaksi pada Gambar Kekerasan meningkat dari R1 hingga R2
(5) (Nabil, et al., 2013). Semakin banyak zat dengan nilai berkisar 54-62 Shore A. Peningkat-
aktif sulfurating yang terbentuk maka waktu an tersebut seiring dengan meningkatnya kera-
yang dibutuhkan pun semakin sedikit sehingga patan ikatan silang seperti pada Tabel 3. Hasil
t90akan semakin kecil. Hal tersebut didukung yang sama dilaporkan oleh Dijkhuis et al. (2009).
oleh indeks kecepatan reaksi (CRI) yang sema- Indra, et al. (2013) menyatakan bahwa keke-
kin besar dari R1 hingga R5. Menurut Al rasan bergantung pada derajat ikatan silang dan
Minath et al. (2011), semakin besar CRI maka kenaikannya akan meningkatkan kekerasan.
semakin cepat reaksi vulkanisasi berlangsung. Sistem akselerator biner memberikan kekerasan
lebih tinggi daripada akselerator tunggal. Hal
Sifat Morfologi tersebut disebabkan adanya aktivitas yang si-
Morfologi campuran NR/EPDM pada rasio nergi antara pasangan MBTS/ZDEC dimana di-
MBTS/ZDEC 1,6/0,0 dan 1,2/0,4 digambarkan hasilkan kerapatan ikatan silang yang lebih
pada Gambar 6. Daerah berwarna gelap pada tinggi. Kenaikan kekerasan menurunkan sifat
foto SEM menggambarkan fase dengan densitas pegas pantul seperti ditunjukkan Gambar 4. Si-
lebih tinggi (NR), sedangkan daerah yang ber- fat pegas pantul (rebound resilience) merupakan
warna lebih cerah merepresentasikan fasa de- rasio energi yang dilepaskan oleh recovery dari
ngan densitas lebih rendah (EPDM) (Alipour deformasi terhadap energi yang dibutuhkan
et al., 2011). Morfologi R1 (Gambar 6(a)) me- untuk menghasilkan deformasi (Indra et al.,
nunjukkan permukaan yang kasar dengan be- 2013; Nabil et al., 2013a). Sifat pegas pantul
berapa lubang (void) kecil (anak panah putih).
R5 menunjukkan morfologi yang lebih halus
daripada R1 (Gambar 6(b)), tetapi ditemukan
gumpalan cukup besar berukuran ±20 µm, juga
ditemukan adanya lubang kecil (lingkaran pu-
Kekerasan (Shore A)
Resilience (%)
tih).
50 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
sebanding dengan derajat elastisitas (Ahmed et Purushothaman, E., 2011. Transport
al., 2012). Secara umum kekerasan berkaitan studies of thermoplastic polyurethane/
dengan sifat pegas pantul dimana bahan yang natural rubber (TPU/NR) blends, Journal
sangat kaku (stiff) menunjukkan sifat pegas of Membrane Science, 379: 361-369.
pantul yang rendah (Moonchai and Moonchai, Alam, M. N., Mandal, S. K., and Debnath, S.
2013). Pada kerapatan ikatan silang yang tinggi C., 2012. Effect of zinc dithiocarbamates
massa molar rata-rata rantai karet diantara dua and thiazole-based accelerators on the
titik ikatan silang yang berurutan menurun dan vulcanization of natural rubber, Rubber
mobilitas segmen rantai pun berkurang serta Chemistry and Technology, 85(1): 120-
membatasi orientasi jaringan rantai. Karet men- 131.
jadi lebih kaku dan fleksibilitas rantai molekul Alam, M. N., Mandal, S. K., Roy, K., and
berkurang, akibatnya sifat pegas pantulnya Debnath, S. C., 2014. Synergism of novel
menurun. Sifat pegas pantul yang menurun me- thiuram disulfide and dibenzothiazyl
rupakan indikator berkurangnya elastisitas. disulfide in the vulcanization of natural
rubber: curing, mechanical and aging
KESIMPULAN resistance properties, International Journal
Sistem akselerator biner MBTS/ZDEC of Industrial Chemistry, 5(8): 120-131.
menunjukkan sinergi aktivitas pada pencampur- Alipour, A., Naderi, G., Bakhshandeh, G.
an reaktif NR/EPDM ditunjukkan dari kerapat- R., Vali, H., and Shokoohi, S., 2011.
an ikatan silang yang lebih tinggi daripada Elastomer nanocomposites based on NE/
sistem akselerator tunggal MBTS. Penurunan EPDM/organoclay: morphology and
ts2 dan t90, serta kenaikan CRI yang diberikan properties, International Polymer
sistem biner menunjukkan distribusi ikatan Processing, XXVI(1): 48-55.
silang yang lebih merata pada kedua fasa karet. Arayapranee, W. and Rempel, G. L., 2007.
Sistem biner memberikan kemampuan proses Properties of NR/EPDM blends with or
lebih rendah karena viskositas komponnya without methyl methacrylate-butadiene-
tinggi. Morfologi campuran NR/EPDM yang styrene (MBS) as a compatibilizer,
dihasilkan lebih homogen. Akselerator biner International Journal of Material and
memberikan kekerasan lebih tinggi daripada Structural Realibility, 5(1): 1-12.
akselerator tunggal, dan kekerasan meningkat Bhowmick, A., K. and Mangaraj, D., in
dengan meningkatnya ZDEC dalam rasio Bhowmick A. K. et al. (eds), 1994.
MBTS/ZDEC. Kenaikan kekerasan diikuti Vulcanization and curing techniques, in
dengan penurunan sifat pegas pantul. Kenaik- rubber products manufacturing technology,
an ZDEC dalam rasio MBTS/ZDEC menurun- Marcel Dekker, New York.
kan sifat pegas pantul. Ghosh, P., Katare, S., Patkar, P., Caruthers, J.
M., Venkatasubramanian, V., and Walker,
UCAPAN TERIMA KASIH K. A., 2003. Sulfur vulcanization of natural
Proyek penelitian ini dilaksanakan oleh tim rubber for benzothiazole accelerated
kelompok kerja 1866.001.003.033 dan didanai formulations: from reaction mechanism to
oleh DIPA Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik a rational kinetic model, Rubber Chemisty
tahun anggaran 2013. and Technology, 76(3): 592-693.
Debnath, S. C. and Basu, D. K., 1994. Studies
DAFTAR PUSTAKA on cure synergism. I. Effect of safe zinc
Ahmed, K., Nizami, S. S., Raza, N. Z. dithiocarbamate on NR vulcanization
and Mahmood, K., 2012. Mechanical accelerated by thiazole-based accelerator,
swelling, and thermal aging properties of Journal of Applied Polymer Science, 52
marble sludge-natural rubber composites, (5): 597-603
International Journal of Industrial Dijkhuis, K. A. J., Noordermeer, J. W. M., and
Chemistry, 3(21): 3-12. Dierkes, W. K., 2009. The relationship
Al Minnath, M., Unnikrishnan, G. and between crosslink system, network
52 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52