Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RASIO MBTS/ZDEC PADA CAMPURAN KARET

ALAM DAN ETILEN PROPILEN DIENA YANG DIBUAT


DENGAN TEKNIK KONTROL MIGRASI CURATIVES

THE EFFECT OF MBTS/ZDEC RATIO ON NATURAL RUBBER AND


ETHYLENE PROPYLENE DIENE RUBBER BLENDS PREPARED
BY CURATIVES MIGRATION CONTROL TECHNIQUE

Ihda Novia Indrajati*, Muhammad Sholeh


Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta
*E-mail: i-novia@kemenperin.go.id

Diterima: 27 Februari 2014 Direvisi: 20 Mei 2014 Disetujui: 23 Mei 2014

ABSTRACT
The objective of this research was to observe the effect of MBTS/ZDEC ratio on dynamic
properties, curing characteristic, morphology as well as hardness and resiliency of the NR/EPDM
blends prepared by curatives migration control technique. The MBTS/ZDEC ratio were 1.6/0.0;
1.5/0.1; 1.4/0.2; 1.3/0.3 and 1.2/0.4 respectively on a fixed NR/EPDM ratio of 60/40. Compounds
(EPDM and NR) were prepared separately using two roll mill. The blends with binary accelerator
MBTS/ZDEC showed synergistic activity which provided higher crosslink density than those of
single accelerator MBTS. Reduction of ts2 and t90 as well as cure rate index (CRI) indicated the more
homogeneous crosslink density distribution within the rubber phase. Scanning electron micrograph
showed that the blends with binary accelerator gave smoother surface. Binary accelerator resulted
higher hardness. Increasing of ZDEC raised hardness followed by reduction of the resillience
property.

Keywords: NR/EPDM blends, MBTS, ZDEC, cure characteristic

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh rasio MBTS/ZDEC pada sifat dinamik,
karakteristik curing, karakteristik morfologi serta kekerasan dan sifat pegas pantul campuran NR/
EPDM yang dibuat dengan teknik kontrol migrasi curatives. Rasio MBTS/ZDEC yang digunakan
dalam penelitian ini secara berurutan 1,6/0,0; 1,5/0,1; 1,4/0,2; 1,3/0,3; dan 1,2/0,4 pada rasio NR/
EPDM tetap 60/40. Kompon dibuat secara terpisah (kompon EPDM dan NR) menggunakan two
roll mill. Campuran NR/EPDM dengan akselerator biner MBTS/ZDEC menunjukkan sinergi
aktivitas yang memberikan kerapatan ikatan silang lebih tinggi daripada akselerator tunggal MBTS.
Kemampuan proses kompon akselerator biner lebih rendah daripada akselerator tunggal. Penurunan
ts2 dan t90 serta kenaikan indeks kecepatan reaksi (CRI) mengindikasikan distribusi ikatan silang
yang merata pada kedua fasa karet. Mikrograf pemindaian elektron (SEM) menunjukkan campuran
dengan akselerator biner mempunyai permukaan yang lebih halus. Kekerasan vulkanisat sistem
biner lebih tinggi. Penambahan ZDEC meningkatkan kekerasan dan diikuti dengan penurunan sifat
pegas pantul.

Kata kunci: campuran NR/EPDM, MBTS, ZDEC, karakteristik cure

Pengaruh RASIO MBTS/ZDEC PADA..................................... (Indrajati dan Sholeh) 43


PENDAHULUAN proses, akselerator juga mempengaruhi sifat
Karet alam (NR) merupakan polimer bio- fisis dan kimia vulkanisat (Alam et al, 2012).
sintesis alami yang mempunyai elemen-ele- Pada campuran NR/EPDM, akselerator polar
men dengan kisaran yang atraktif, dengan sifat akan tertahan pada fasa NR yang tidak jenuh
mekanik dan dinamik yang baik serta mem- sehingga konsetrasinya tidak merata pada kedua
punyai karakteristik proses yang baik (Ara- fasa. Akibatnya pada fasa NR mengandung
yapranee and Rempel, 2007; Sahakaro et al., ikatan silang lebih banyak (Sahakaro et al.,
2009). Rantai utama (backbone) NR bersifat 2009). Penggunaan akselerator dengan solubili-
sangat tidak jenuh sehingga rawan terdeteriorasi tas yang besar dalam fasa EPDM dapat
akibat serangan ozon (Nabil et al., 2013a). Upa- meningkatkan kompatibilitas curing campuran.
ya meningkatkan ketahanan ozon NR dapat Akselerator dengan substitusi rantai alkil pan-
ditempuh dengan mencampurnya dengan karet jang dapat meningkatkan sifat-sifat campuran
etilen propilen diena (EPDM). Fasa EPDM yang mengandung EPDM (Sae-oui et al.,
yang terdispersi secara merata dalam karet 2007). EPDM memerlukan akselerator ultra-
tidak jenuh merupakan antioksidan internal cepat karena karakteristik curing instrinsiknya
yang efektif dibanding antioksidan konven- rendah (Dijkhuis et al., 2009). Penelitian meng-
sional seperti N-(1,3-dimethylbutyl)-N’-phenyl- gunakan berbagai jenis akselerator tunggal
p-phenylene-diamine (6PPD (Sahakaro et al., pada campuran NR/EPDM telah dilakukan,
2009). diantaranya yaitu MBT (Sae-oui et al., 2007;
Pencampuran dua atau lebih tipe karet Sahakaro et al., 2009; Nabil et al., 2013), MBTS
merupakan upaya menyiapkan bahan dengan (Sae-oui et al., 2007; Sahakaro et al., 2009),
sifat-sifat yang tidak ditemui pada masing- TBBS (Sae-oui et al., 2007; Sahakaro et al.,
masing komponen individu. Dalam campuran 2009; Nabil et al., 2013), CBS (Sahakaro et al.,
NR/EPDM sifat fisis yang tinggi sulit dicapai 2009; Nabil et al., 2013) dan TMTD (Sae-oui et
sebagai akibat adanya ketidaksesuaian ke- al., 2007; Nabil et al., 2013).
matangan (cure incompatibility) antara NR dan Penggunaan dua atau lebih akselerator seca-
EPDM. Perbedaan tingkat kejenuhan (saturation) ra simultan lebih menguntungkan untuk aplikasi
kedua jenis karet tersebut menyebabkan ke- teknologi karena sistem kombinasi akselerator
tidaksesuaian kematangan terutama pada sistem menunjukkan aktivitas vulkanisasi yang lebih
vulkanisasi sulfur (Sahakaro et al., 2009; Nabil tinggi (sinergisme) daripada akselerator tunggal
et al., 2013). Solubilitas curative yang rendah secara terpisah.Interaksi antara akselerator pada
dalam fase EPDM dibanding dalam fase NR sistem biner menghasilkan senyawa reaktif yang
juga merupakan faktor yang dapat mengurangi akan terdekomposisi menjadi radikal bebas atau
terbentuknya ikatan silang pada fase EPDM ion-ion. Senyawa tersebut dapat menginisiasi
(Sae-oui et al., 2007). Curative secara alamiah reaksi antara sulfur dengan karet dan pada akhir-
akan lebih banyak terdapat pada fasa karet ti- nya proses pembentukan ikatan silang (Alam et
dak jenuh saat vulkanisasi. Oleh karena itu, al., 2012).
diperlukan kontrol migrasi curative agar diper- Zinc dithiocarbamate (ZDC) digunakan se-
oleh distribusi yang homogen pada kedua fase cara luas dalam teknologi vulkanisasi terutama
karet. Sahakaro et al. (2009) dan Nabil et al. pada barang lateks. ZDC tidak menimbulkan
(2013) melakukan pengontrolan migrasi cura- rasa dan bau pada vulkanisat serta menunjukkan
tive dengan membentuk ikatan silang parsial karakteristik pengusangan yang baik. ZDC
pada fase EPDM. Ikatan silang parsial meru- merupakan booster jika dikombinasikan dengan
pakan fragmen akselerator yang menempel pa- N-cyclohexyl-2-benzothiazole sulfenamide (CBS),
da rantai EPDM. Oleh karena itu migrasi 2-mercaptobenzothiazole (MBT) dan dibenzo-
menuju fase NR yang tidak jenuh akan terham- thiazyldisulfie (MBTS). Sistem akselerator biner
bat dan menghasilkan distribusi curative lebih tersebut digunakan pada vulkanisasi karet diena
homogen pada kedua fasa karet. dan karet butil yang berkarakteristik curing
Akselerator memegang peranan penting lambat (Alam et al., 2012). Akselerator jenis ini
pada vulkanisasi karet. Disamping mempercepat disamping mempercepat reaksi vulkanisasi te-

44 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
tapi juga dapat berfungsi sebagai anti degra- Furnace (HAF) Black Ex. OCI, General Pur-
dasi (Alam et al., 2014). Bhowmick and pose Furnace (GPF) Black Ex. Korea, castor oil
Mangaraj (1994) menyatakan bahwa kombina- (Bratachem), polimer 2,2,4-trimethyl-1,2-dihy-
si MBTS dengan ZDC memberikan keseim- droquinoline (TMQ) Ex. Kemai, paraffin wax
bangan yang baik pada kecepatan reaksi vul- Antilux 654A, ZnO (Bratachem), Aflux 42M,
kanisasi dan pembentukan ikatan silang pa- 2,2’-Dithiobis(benzothiazole) (MBTS) Ex.
da karet EPDM. Debnath dan Basu (1994) Shandong Sianxian, zinc diethyl dithiocar-
melakukan penelitian menggunakan kombina- bamate (ZDEC), Sulfur SP-325 Ex. Miwon,
si zincdibenzyldithiocarbamate (ZBEC) dengan maleat anhidrid (MAH) dan dicumyl per-
MBTS pada NR, dan Alam et al. (2012) oxide (DCP).
menggunakan kombinasi zinc dimethyldithio-
carbamate (ZDMC) dengan MBTS pada NR. Peralatan Penelitian
Kedua penelitian tersebut menunjukkan pem- Peralatan yang digunakan dalam penelitian
bentukan thiuram disulfid (TMTD) dan mer- ini meliputi two roll mill skala laboratorium,
kaptobenzotiazol (MBT) sebagai hasil reaksi mesin kempa hidrolik, moving die rheometer
antara ZDC dengan MBTS. TMTD dan MBT (MDR) Gotech 3000A, mikroskop pemindai
merupakan akselerator yang sangat aktif. Infor- elektron (SEM) merek JEOL dengan perbesaran
masi terkait penggunaan kombinasi akselerator 1000x.
ZDC/MBTS pada NR dan belum ditemukan
untuk campuran NR dengan EPDM. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari Pembuatan kompon
pengaruh rasio akselerator MBTS/ZDEC ter- Kompon dibuat dalam dua bagian, yaitu
hadap sifat dinamik, karakteristik curing, ka- kompon EPDM(E) dan kompon NR. Kedua
rakteristik morfologi, kekerasan dan ketahanan kompon tersebut diproses menggunakan two
pegas pantul campuran NR/EPDM yang dibuat roll mill. Komposisi kompon EPDM dan
menggunakan pencampuran reaktif teknik kon- NR disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pada
trol migrasi curative. Modifikasi terhadap kompon EPDM (E1-E5) dilakukan pemanasan
metode yang dikembangkan oleh Sahakaro et awal menggunakan mesin kempa hidrolik se-
al. (2009) dan Nabil et al. (2013) adalah de- belum dicampur dengan kompon NR. Waktu
ngan menambahkan carbon black dan compa- pemanasan awal (Tabel 3) ditetapkan 75% dari
tibilizer maleat anhidrid (MAH) pada kompon ts2 hasil pengujian dengan MDR pada suhu
NR. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan 170oC. Selanjutnya masing-masing kompon
kompatibilitas NR dengan EPDM. EPDM dicampur dengan kompon NR. Kompon
NR/EPDM disimpan dalam ruang kondisi se-
BAHAN DAN METODE lama 24 jam sebelum divulkanisasi.
Bahan Penelitian Pengukuran sifat dinamik dan karaketeristik
Bahan penelitian terdiri dari karet alam curing
jenis pale crepe yang diperoleh di pasaran, Karet Karakteristik curing campuran NR/EPDM
EPDM jenis Keltan 4551 A, High Abrasion diuji menggunakan MDR pada suhu 160oC.

Tabel 1. Komposisi bahan kompon EPDM


Konsentrasi (phr)
Kode
EPDM ZnO Aflux HAF GPF TMQ Wax CO*) MBTS ZDEC Sulfur
E1 40,0 5,0 1,0 30,0 40,0 1,0 0,5 5,0 1,6 0,0 1,0
E2 40,0 5,0 1,0 30,0 40,0 1,0 0,5 5,0 1,5 0,1 1,0
E3 40,0 5,0 1,0 30,0 40,0 1,0 0,5 5,0 1,4 0,2 1,0
E4 40,0 5,0 1,0 30,0 40,0 1,0 0,5 5,0 1,3 0,3 1,0
E5 40,0 5,0 1,0 30,0 40,0 1,0 0,5 5,0 1,2 0,4 1,0
*) CO: castor oil

Pengaruh RASIO MBTS/ZDEC PADA..................................... (Indrajati dan Sholeh) 45


Tabel 2. Komposisi bahan kompon NR dengan alat Scanning Electron Microscopy
Bahan Konsentrasi (phr) (SEM) pada perbesaran 1000x. Pengamatan
Pale crepe 60,0 dilakukan pada penampang lintang vulkanisat
HAF 10,0 NR/EPDM.
GPF 10,0
MAH 3,0 HASIL DAN PEMBAHASAN
DCP 0,9 Sifat Dinamik
Sifat mengalir (flow properties) penting
Tabel 3. Waktu pemanasan awal kompon EPDM dipelajari untuk memperoleh produk akhir yang
baik. Karet bersifat viskoelastis baik dalam
Waktu (sekon) E1 E2 E3 E4 E5 bentuk kompon maupun vulkanisat, sehingga
ts2 967 68 68 43 36 sifat mengalirnya dipengaruhi oleh elemen
tpa* 644 45 30 30 24 elastis dan viskos (viscous). Pengaruh rasio
MBTS/ZDEC terhadap sifat dinamik disajikan
* pa = pemanasan awal
pada Tabel 4.
Torsi elastisitas minimum (S’ML)
Keluaran data MDR meliputi torsi elastisitas
merupakan indikator viskositas kompon (Konar
maksimum (S’MH) dan minimum (S’ML), torsi
and Saha, 2012; Marković, 2013; Indra et al.,
viskos pada elastisitas maksimum (S”MH), wak-
2013) serta memberikan informasi terkait
tu scorch (ts2) dan waktu optimum vulkanisasi
kemampuan proses dari kompon (Nabil et al.,
(t90). Faktor damping (tan δ) diperoleh dengan
2013a).Viskositas kompon meningkat dari R1
membagi S” dengan S’. Cure rate index (CRI)
hingga R5 ditunjukkan oleh kenaikan S’ML
merupakan pengukuran indeks kecepatan reaksi
(Tabel 3). Penambahan ZDEC 0,1 phr (R2)
berdasarkan perbedaan t90 dan ts2 yang dihitung
meningkatkan S’ML hingga 54%. Penambahan
dengan persamaan (1) berikut (Nabil et al.,
ZDEC lebih lanjut tidak memberikan peningkatan
2013a).
S’ML yang signifikan (maksimum 2%).
100 Torsi viskos minimum (S”ML) menunjukkan
CRI
= (1)
(t90-tS2) peningkatan dari R1 hingga R5. Penambahan
Pembuatan contoh uji dan pengujian ZDEC 0,1 phr (R1) meningkatkan S”ML hingga
Kompon yang telah dikondisi divulkanisasi 8,6% dibanding dengan R5. Penambahan ZDEC
menggunakan mesin kempa hidrolik pada suhu lebih lanjut tidak signifikan menaikkan S”ML
160oC dan tekanan 150 kg/cm2. Pengujian (maksimum 4,9%).
kekerasan menggunakan metode uji sesuai Viskositas kompon dengan sistem akse-
dengan SNI 0778:2008 menggunakan manual lerator biner MBTS/ZDEC (R2-R5) lebih tinggi
Shore A durometer, sedangkan sifat pegas pantul daripada kompon dengan akselerator tunggal
menggunakan Wallace Dunlop Tripsometer. MBTS (R1). Hal tersebut disebabkan pada
Karakterisasi morfologi campuran kompon R2-R5 elemen elastis mendominasi
Morfologi campuran NR/EPDM diamati (S’ML>S”ML). Namun pada kompon R1 jus-

Tabel 4. Elemen dinamik vulkanisat campuran NR/EPDM

Kode S’MH S’ML S’ (MH-ML) S” (ML) S” (MH) Tan δ


Tanδ (MH)
(rasio) (kg.cm) (kg.cm) (kg.cm) (kg.cm) (kg.cm) (ML)
R1 (1,6/0,0) 24,99 3,26 21,73 4,03 7,00 1,236 0,280
R2 (1,5/0,1) 35,10 5,02 30,08 4,41 4,29 0,878 0,122
R3 (1,4/0,2) 39,46 5,12 34,34 4,29 4,01 0,838 0,102
R4 (1,3/0,3) 43,06 5,28 37,78 4,50 3,60 0,852 0,084
R5 (1,2/0,4) 48,01 5,38 42,63 4,59 3,37 0,853 0,070
S’: torsi elastis (E); S”: torsi viskos (V); Tan δ: rasio V/E

46 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
tru sebaliknya, elemen viskos mendominasi ZDEC melepaskan TMTD. MBT yang terbentuk
ditunjukkan dengan S’(ML) lebih rendah secara insitu mempunyai reaktivitas lebih tinggi
daripada S”(ML). Dominasi elemen elastis pada daripada yang ditambahkan dari luar sistem
sistem biner MBTS/ZDEC berkaitan dengan (Alam et al., 2014). TMTD akan bereaksi de-
pencampuran reaktif NR/EPDM, dimana pada ngan sulfur dan dipercepat dengan ZnO sebagai
fase EPDM telah terbentuk ikatan silang parsial katalis. Reaksi tersebut menghasilkan thiuram
sebelum dicampur dengan kompon NR (Nabil polysulfides (TMTP) yang merupakan zat
et al., 2013). Pembentukan ikatan silang diawali aktif sulfurating dengan reaksi disajikan pada
dengan terbentuknya zat aktif sulfurating (active Gambar 2.
sulfurating agent). Kompleks akselerator- Jika MBTS sebagai akselerator tunggal
polisulfidik merupakan zat aktif sulfurating (R1), maka hanya akan terbentuk MBT sebagai
yang baik dibanding dengan sulfur molekuler. hasil dekomposisinya. Seperti halnya TMTD,
Kompleks tersebut terbentuk sebagai hasil MBT akan bereaksi dengan sulfur dibantu
interaksi antara molekul akselerator dengan oleh ZnO menghasilkan MBT-polisulfidik
sulfur molekuler (Ghosh et al., 2003). Sistem (MBTP) yang merupakan zat aktif sulfurating
akselerator biner MBTS/ZDEC memberikan (Gambar 3). Reaksi MBT dengan ZnO tidak
aktivitas sinergi, dimana interaksi antara ke- dapat berlangsung sempurna karena pada
duanya menghasilkan MBT dan TMTD secara permukaan ZnO terbentuk lapisan Zn-MBT
simultan (Alam et al., 2012). (ZMBT) yang bersifat tidak larut (insoluble).
Pembentukan MBT dan TMTD (Gambar 1) ZMBT akan menghambat reaksi ZnO dengan
telah dibuktikan oleh Alam et al. (2012) melalui MBT selanjutnya (Ghosh et al., 2003). Oleh
kromatogram HPLC. MBTS terdekomposisi karenanya pembentukan zat aktif sulfurating
menjadi MBT dengan adanya pemanasan, se- pun akan berkurang.
lanjutnya MBT yang terbentuk bereaksi dengan Zat aktif sulfurating (TMTP maupun

S S N N S S
H3C CH3 (Z) H3C CH3 N
N C S Zn S C N + C S S C N C S S C N + C SH
H3C CH3 S S H3C CH3 S
ZDEC MBTS TMTD MBT

Gambar 1. Reaksi ZDEC dengan MBTS menghasilkan MBT dan TMTD


S S
H2 H2 H3C CH3 H2 H2
H H
C C C CH2 + N C
S S Sx S C N
S C C C CH2
H2 H2 m CH H33C
H C CH33
CH H2 H2 m CH
H 3 n o H 3 n o
C C C CH2 + N C S Sx S C N C C C CH2
m CH3 n CH o H3C CH3 m CHS3 n CH o
H3C
CH N C
S S Sx CH2
CH3 CH
TMTP H33C
H C
EPDM N C S Sx CH2
CH3
E-S
H3Cx
-Acc
EPDM TMTP
E-Sx-Acc
Gambar 2. Reaksi TMTP sebagai zat aktif sulfurating dengan EPDM

H2 H2 N N H2 H2
H H
C
H2
C
H2
C CH2 + N C S Sx Zn S CN C
H2
C
H2
C CH2
H S H
C C m CH3 CH n
C 2 o + C S Sx Zn S C S C C m CH3 CH n
C 2 o

m CH3 n
S S CH3
o m n o
CH CH
N
CH CH
EPDM CH3 N C S Sx CH2
MBTP S
CH3
C S Sx CH2
EPDM MBTP E-SxS-Acc
E-Sx-Acc

Gambar 3. Reaksi MBTP sebagai zat aktif sulfurating dengan EPDM

Pengaruh RASIO MBTS/ZDEC PADA..................................... (Indrajati dan Sholeh) 47


MBTP) kemudian bereaksi dengan rantai menurunkan sifat mengalirnya sehingga sulit
EPDM membentuk gugus pendant EPDM- untuk memenuhi rongga-rongga dalam cetakan.
akselerator polisulfidik (E-Sx-Acc) seperti Akibatnya produk menjadi tidak sempurna.Oleh
reaksi pada Gambar 2 dan 3. Gugus pendant karena itu, kenaikan viskositas kompon dari R1
E-Sx-Acc yang kemudian disebut sebagai ikatan hingga R5 akan memperbesar efek negatif pada
silang parsial. Gugus tersebut bertindak sebagai kemampuan proses kompon.
precursor ikatan silang pada reaksi vulkanisasi. Kurva Rheometer (Gambar 4(a)) terbagi
Pembentukan ikatan silang parsial menghambat menjadi tiga daerah, yaitu induksi (I), curing (II)
migrasi curative dari fasa EPDM menuju NR dan fase pasca curing. Fase awal merupakan fase
pada saat vulkanisasi, sehingga distribusi ikatan keselamatan proses (daerah I), dimana elemen
silangnya lebih merata di kedua fasa karet. viskos (plastis) kompon mendominasi. Ketika
Ikatan silang parsial menghambat pergerakan dicapai tahap pravulkanisasi (ts2) (Gambar
rantai molekul EPDM karena elemen elastis 4(b)) maka sifat mengalir kompon menurun
mulai mendominasi, sehingga sifat mengalirnya dan elemen elastis mulai mendominasi ditandai
pun menurun. Viskositas kompon meningkat dengan mulai terbentuknya ikatan silang. Ikatan
dan memberikan efek negatif pada kemampuan silang final dibentuk dari interaksi precusor
proses kompon (Nabil et al., 2013a). Untuk ikatan silang (E-Sx-Acc) dengan molekul NR
dapat menghasilkan produk dengan bentuk seperti pada reaksi pada Gambar 5.
yang sempurna dibutuhkan sifat aliran (flow Torsi elastisitas maksimum (S’MH) mere-
properties) yang baik untuk memenuhi seluruh presentasikan ikatan silang maksimum yang
rongga (cavity) cetakan hingga dicapai waktu terbentuk selama vulkanisasi. Tabel 4 menun-
scorch (ts2). Viskositas kompon yang besar jukkan S”MH meningkat dari R1 hingga R5

50 20

40
15

30 ts2R3
S’ (kg.cm)
S’ (kg.cm)

10 ts2R4
ts2R5
20 ts2R2

5
10 ts2R1

R1 R2 R3 R4 R5
0 0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 25 50 75 100 125 150
Waktu (detik) Waktu (detik)
Gambar 4. (a) Plot torsi vs waktu pada suhu 160oC, (b) inzet dari 0-150 detik

H2 H2 H H2 H2 H
CH CH C CH2 CH2 H2C CH CH C CH2
2 2 H 2 2 H
C Cm CH
C 3 CH2n CH2 H2C n C Cm CH
C 3 CHn2 o
o
m CH3 n
+ C C n m CH3 n o
o CH
S CH + C C
H3C S CH
CH
CH H3C H 2
H3C N C S Sx CH2
CH
H3C N C S Sx CH2 H3C H Sx 2
H3C Sx
CH C
EPDM-Sx-Acc NR HC C CH C
EPDM-Sx-Acc NR HC CC
NR/EPDM C
NR/EPDM
Gambar 5. Interaksi precusor ikatan silang (E-Sx-Acc) dengan molekul NR

48 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
dan sistem biner MBTS/ZDEC memberikan Tabel 5. Karakteristik curing campuran NR/
S”MH lebih tinggi daripada akselerator tunggal EPDM
MBTS. Penambahan ZDEC 0,1 phr (R2) me-
ningkatkan S”MH hingga 40,5% terhadap R1, Kode (rasio) ts2, s t90, s CRI, s-1
sedangkan penambahan lebih lanjut (R3-R5) R1 (1,6/0,0) 84 495 0,243
hanya menaikkan maksimum 12,4%. R5 mem- R2 (1,5/0,1) 76 299 0,448
punyai S”MH tertinggi dan memberi pening- R3 (1,4/0,2) 72 235 0,613
katan 92,1% terhadap R1. Perbedaan torsi (S’MH R4 (1,3/0,3) 60 204 0,694
-S’ML) menggambarkan modulus gesek di-
R5 (1,2/0,4) 51 198 0,680
namik yang secara tidak langsung terkait de-
ngan kerapatan ikatan silang total dari sebuah
kompon (Nabil et al., 2013; Indra et al., 2013). index (CRI). Sistem akselerator tunggal mem-
Sistem biner MBTS/ZDEC memberikan kera- berikan ts2 lebih tinggi daripada sistem biner.
patan ikatan silang lebih tinggi daripada akse- Penambahan ZDEC 0,1 phr menurunkan ts2
lerator tunggal MBTS. Pada rasio 1,2/0,4 phr sebesar 9%, sedangkan penambahannya lebih
(R5) kerapatan ikatan silangnya meningkat lanjut menurunkan maksimal 39,3% pada R5.
96,2% dibanding rasio 1,6/0,0 (R1). Pening- Penurunan ts2 disebabkan pada pemanasan
katan tersebut merupakan kontribusi dari awal kompon EPDM telah banyak terbentuk zat
aktivitas sinergi kombinasi MBTS/ZDEC aktif sulfurating (Gambar (2) atau (3)). Semakin
sesuai penjelasan diatas. kecil ts2 menunjukkan semakin banyak zat aktif
Faktor damping atau loss tangent (tan δ) sulfurating yang terbentuk. Sistem biner MBTS/
merupakan rasio elemen viskos dengan elastis. ZDEC mempunyai ts2 lebih tinggi daripada
Tan δ(ML) merupakan loss tangent pada kom- akselerator tunggal MBTS karena efek aktivitas
pon, sedangkan tan δ(MH) pada vulkanisat. Tan sinergis dari pasangan MBTS/ZDEC yang
δ(ML) pada sistem akselerator biner (R2-R5) menghasilkan zat aktif sulfurating lebih banyak.
lebih rendah 28,9% daripada akselerator tunggal ts2 juga merupakan pengukuran vulkanisasi dini
(R1). Hal tersebut menunjukkan dominasi ele- pada matriks karet dan merupakan indikator
men elastis sebagai akibat terbentuknya ikatan keselamatan olah (scorch safety). Keselamatan
silang parsial (Gambar 3). Kompon dengan elas- olah merupakan waktu dimana kompon dapat
tisitas besar berefek negatif pada proses karena dipertahankan pada suhu tinggi dan masih
sifat alirnya menurun. Penambahan ZDEC lebih bersifat plastis. Waktu scorch menandai titik
lanjut menurunkan tan δ(ML) pada kisaran dimana material plastis mulai dikonversi secara
nilai yang sama. Tan δ(MH) vulkanisat dengan kimiawi menjadi jaringan elastis (Manoj et al.,
akselerator biner lebih besar daripada R2- 2011). Waktu scorch sangat penting karena
R5, dan penambahan ZDEC lebih lanjut me- menggambarkan jumlah waktu (heat history)
nurunkan tan δ(MH). Tan δ secara langsung dimana kompon dapat dipaparkan pada panas
berkorelasi dengan ikatan silangnya. Semakin selama operasi pembentukan dan pencetakan.
kecil tan δ(MH) mengindikasikan ikatan silang Semakin tinggi ts2 maka keamanan olah akan
yang semakin banyak (Nabil et al., 2013a). Tan meningkat (Manoj et al., 2011). Oleh karena
δ(MH) semakin kecil menunjukkan dominasi itu sistem biner memberikan keselamatan olah
elemen elastis yang semakin besar. Hal ini benar lebih rendah daripada sistem tunggal.
karena terbentuknya ikatan silang otomatis akan Waktu optimum curing (t90) menurun
menaikkan elastisitas. Tan δ merupakan rasio dari R1 hingga R5 dan sistem akselerator
energi yang hilang (energy lost) dan energi yang biner memberikan t90 lebih rendah daripada
disimpan (energy stored) selama deformasi akselerator tunggal (Tabel 4). Penambahan
siklis. ZDEC 0,1 phr (R2) menurunkan t90 39,5%
dibanding R1 dan penurunan terbesar diberikan
Karakteristik Curing oleh R5 mencapai 60%. Penurunan t90 terkait
Tabel 5 menunjukkan waktu scorch (ts2), dengan pembentukan zat aktif sulfurating pada
waktu optimum vulkanisasi (t90) dan cure rate pemanasan awal kompon EPDM, sehingga

Pengaruh RASIO MBTS/ZDEC PADA..................................... (Indrajati dan Sholeh) 49


Gambar 6. Foto SEM, (a) R1 (rasio 1,6/0,0); (b) R5 (rasio 1,2/0,4)

waktu yang dibutuhkan hanya sedikit untuk Gambar 7 menunjukkan sifat pegas pantul dan
bereaksi dengan hidrogen alilik (allylic) pada kekerasan vulkanisat R1 hingga R5.
molekul NR sesuai dengan reaksi pada Gambar Kekerasan meningkat dari R1 hingga R2
(5) (Nabil, et al., 2013). Semakin banyak zat dengan nilai berkisar 54-62 Shore A. Peningkat-
aktif sulfurating yang terbentuk maka waktu an tersebut seiring dengan meningkatnya kera-
yang dibutuhkan pun semakin sedikit sehingga patan ikatan silang seperti pada Tabel 3. Hasil
t90akan semakin kecil. Hal tersebut didukung yang sama dilaporkan oleh Dijkhuis et al. (2009).
oleh indeks kecepatan reaksi (CRI) yang sema- Indra, et al. (2013) menyatakan bahwa keke-
kin besar dari R1 hingga R5. Menurut Al rasan bergantung pada derajat ikatan silang dan
Minath et al. (2011), semakin besar CRI maka kenaikannya akan meningkatkan kekerasan.
semakin cepat reaksi vulkanisasi berlangsung. Sistem akselerator biner memberikan kekerasan
lebih tinggi daripada akselerator tunggal. Hal
Sifat Morfologi tersebut disebabkan adanya aktivitas yang si-
Morfologi campuran NR/EPDM pada rasio nergi antara pasangan MBTS/ZDEC dimana di-
MBTS/ZDEC 1,6/0,0 dan 1,2/0,4 digambarkan hasilkan kerapatan ikatan silang yang lebih
pada Gambar 6. Daerah berwarna gelap pada tinggi. Kenaikan kekerasan menurunkan sifat
foto SEM menggambarkan fase dengan densitas pegas pantul seperti ditunjukkan Gambar 4. Si-
lebih tinggi (NR), sedangkan daerah yang ber- fat pegas pantul (rebound resilience) merupakan
warna lebih cerah merepresentasikan fasa de- rasio energi yang dilepaskan oleh recovery dari
ngan densitas lebih rendah (EPDM) (Alipour deformasi terhadap energi yang dibutuhkan
et al., 2011). Morfologi R1 (Gambar 6(a)) me- untuk menghasilkan deformasi (Indra et al.,
nunjukkan permukaan yang kasar dengan be- 2013; Nabil et al., 2013a). Sifat pegas pantul
berapa lubang (void) kecil (anak panah putih).
R5 menunjukkan morfologi yang lebih halus
daripada R1 (Gambar 6(b)), tetapi ditemukan
gumpalan cukup besar berukuran ±20 µm, juga
ditemukan adanya lubang kecil (lingkaran pu-
Kekerasan (Shore A)

Resilience (%)

tih).

Kekerasan dan Ketahanan Pegas Pantul


(Rebound Resilience)
Kekerasan dan ketahanan pegas pantul
(resilience) merupakan sifat fisis dan mekanik
yang penting dan erat kaitannya dengan struktur
mikro rantai vulkanisat, seperti berat molekul Gambar 7. Kekerasan dan resiliensi campuran
dan kerapatan ikatan silang (Sun et al., 2012). NR/EPDM

50 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52
sebanding dengan derajat elastisitas (Ahmed et Purushothaman, E., 2011. Transport
al., 2012). Secara umum kekerasan berkaitan studies of thermoplastic polyurethane/
dengan sifat pegas pantul dimana bahan yang natural rubber (TPU/NR) blends, Journal
sangat kaku (stiff) menunjukkan sifat pegas of Membrane Science, 379: 361-369.
pantul yang rendah (Moonchai and Moonchai, Alam, M. N., Mandal, S. K., and Debnath, S.
2013). Pada kerapatan ikatan silang yang tinggi C., 2012. Effect of zinc dithiocarbamates
massa molar rata-rata rantai karet diantara dua and thiazole-based accelerators on the
titik ikatan silang yang berurutan menurun dan vulcanization of natural rubber, Rubber
mobilitas segmen rantai pun berkurang serta Chemistry and Technology, 85(1): 120-
membatasi orientasi jaringan rantai. Karet men- 131.
jadi lebih kaku dan fleksibilitas rantai molekul Alam, M. N., Mandal, S. K., Roy, K., and
berkurang, akibatnya sifat pegas pantulnya Debnath, S. C., 2014. Synergism of novel
menurun. Sifat pegas pantul yang menurun me- thiuram disulfide and dibenzothiazyl
rupakan indikator berkurangnya elastisitas. disulfide in the vulcanization of natural
rubber: curing, mechanical and aging
KESIMPULAN resistance properties, International Journal
Sistem akselerator biner MBTS/ZDEC of Industrial Chemistry, 5(8): 120-131.
menunjukkan sinergi aktivitas pada pencampur- Alipour, A., Naderi, G., Bakhshandeh, G.
an reaktif NR/EPDM ditunjukkan dari kerapat- R., Vali, H., and Shokoohi, S., 2011.
an ikatan silang yang lebih tinggi daripada Elastomer nanocomposites based on NE/
sistem akselerator tunggal MBTS. Penurunan EPDM/organoclay: morphology and
ts2 dan t90, serta kenaikan CRI yang diberikan properties, International Polymer
sistem biner menunjukkan distribusi ikatan Processing, XXVI(1): 48-55.
silang yang lebih merata pada kedua fasa karet. Arayapranee, W. and Rempel, G. L., 2007.
Sistem biner memberikan kemampuan proses Properties of NR/EPDM blends with or
lebih rendah karena viskositas komponnya without methyl methacrylate-butadiene-
tinggi. Morfologi campuran NR/EPDM yang styrene (MBS) as a compatibilizer,
dihasilkan lebih homogen. Akselerator biner International Journal of Material and
memberikan kekerasan lebih tinggi daripada Structural Realibility, 5(1): 1-12.
akselerator tunggal, dan kekerasan meningkat Bhowmick, A., K. and Mangaraj, D., in
dengan meningkatnya ZDEC dalam rasio Bhowmick A. K. et al. (eds), 1994.
MBTS/ZDEC. Kenaikan kekerasan diikuti Vulcanization and curing techniques, in
dengan penurunan sifat pegas pantul. Kenaik- rubber products manufacturing technology,
an ZDEC dalam rasio MBTS/ZDEC menurun- Marcel Dekker, New York.
kan sifat pegas pantul. Ghosh, P., Katare, S., Patkar, P., Caruthers, J.
M., Venkatasubramanian, V., and Walker,
UCAPAN TERIMA KASIH K. A., 2003. Sulfur vulcanization of natural
Proyek penelitian ini dilaksanakan oleh tim rubber for benzothiazole accelerated
kelompok kerja 1866.001.003.033 dan didanai formulations: from reaction mechanism to
oleh DIPA Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik a rational kinetic model, Rubber Chemisty
tahun anggaran 2013. and Technology, 76(3): 592-693.
Debnath, S. C. and Basu, D. K., 1994. Studies
DAFTAR PUSTAKA on cure synergism. I. Effect of safe zinc
Ahmed, K., Nizami, S. S., Raza, N. Z. dithiocarbamate on NR vulcanization
and Mahmood, K., 2012. Mechanical accelerated by thiazole-based accelerator,
swelling, and thermal aging properties of Journal of Applied Polymer Science, 52
marble sludge-natural rubber composites, (5): 597-603
International Journal of Industrial Dijkhuis, K. A. J., Noordermeer, J. W. M., and
Chemistry, 3(21): 3-12. Dierkes, W. K., 2009. The relationship
Al Minnath, M., Unnikrishnan, G. and between crosslink system, network

Pengaruh RASIO MBTS/ZDEC PADA..................................... (Indrajati dan Sholeh) 51


structureand material properties of carbon Nabil, H., Ismail, H., and Azura, A. R., 2013.
black reinforced EPDM, European Polymer Effect of virgin ethylene-propylene-diene-
Journal, 45: 3302-3312. monomer and its preheating time on the
Indra, S., Ismail, H., and Azura, A.R., 2013. properties of natural rubber/recycled
Alkaolamide as an accelerator, filler- ethylene-propylene-diene-monomer
dispersant and a plasticizer in silica-filled blends, Material and Design, 50: 27-37
natural rubber compound, Polymer Testing, Nabil, H., Ismail, H. and Azura, A. R,
32(8): 1313-1321 2013a. Compounding, mechanical and
Konar, B. B. and Saha, M., 2012. Influence of morphological properties of carbon-black-
polymer coated CaCO3 on vulcanization filler natural rubber/recycled ethylene-
kinetic of natural rubber/sulfur/N- propylene-diene-monomer blends, Polymer
oxydiethyl benzthiazyl sulfenamide (BSM) Testing, 32: 385-393
system, Journal of Macromolecul Science Sahakaro, K., Pongpaibon, C., and Nakason,
Part A: Pure Applied Chemistry, 49: 214- C., 2009. Improved mechanical properties
226. of NR/EPDM blends by controlling the
Manoj, K. C., Kumari, P., and Unnikrishnan, migration of curative and filler via reactive
G., 2011. Cure characteristic, swelling processing technique, Journal of Applied
behaviors, and mechanical properties of PolymerScience, 111: 2035-2043.
carbon black filler reinforced EPDM/NBR Sae-oui, P., Sirinsinha, C., Thepsuwan, U., and
blend system, Journal of Applied Polymer Thaptong, P., 2007. Influence of accelerator
Science, 120: 2654-2662. type on properties of NR/EPDM blends,
Marković, G., Marinović-Cincović, M., Polymer Testing, 26: 1062-1067.
Jovanović, V., Samaržija-Jovanović, S., Sun, J. T., Wang, W., Zhang, P., and Zhao, S.
and Budinski-Simendić, 2013. NR/CSM/ G., 2012. Effect of the synergy of hardness
biogenic silica rubber blend composites, and resilience on the akron abrasion
Composites B., 55: 368-373. properties of SBR vulcanizates, Journal of
Moonchai, S. and Moonchai, D., 2013. Modelling Macromolecular Science Part B: Physic,
and optimization of rebound resilience and 51: 1658-1667.
hardness of defatted rice bran/calcium
carbonate-filled NR vulcanisates, Polymer
Testing, 32: 1472-1478.

52 MAJALAH KULIT, KARET, DAN PLASTIK Vol.30 No.1 Juni Tahun 2014: 43-52

Anda mungkin juga menyukai