Anda di halaman 1dari 11

RESUME AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH 1

BAB 10 "PEROLEHAN DAN PELEPASAN ASET TETAP"

Nama : Lutfi Hamida

NIM: 142180203

A. ASET TETAP

Aset tetap merupakan aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada orang lain, atau untuk tujuan
administrative. Aset-aset tersebut diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode.
Karakteristik untama dari aset tetap adalah sebagai berikut:

1) Aset-aset tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual
kembali.
2) Aset-aset tersebut bersifat jangka panjang dan biasanya disusutkan
3) Aset-aset tersebut memiliki substansi fisik

B. PEROLEHAN ASET TETAP

Sebagian perusahaan mengunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai aset tetap.
Biaya historis mengukur harga kas atau setara kas yang dikeluarkan untuk memperoleh aset dan
membawanya ke lokasi dan mempersiapkan kondisi yang diperlukan untuk digunakan. Secara
umum, perusahaan melaporkan biaya-biaya berikut sebagai unsur aset tetap:

1) Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian non-refundable, diskon


perdagangan dn rabat.
2) Biaya yang timbul untuk membawa aset ke lokasi dan mempersiapkan kondisi yang
diperlukan untuk digunakan dengan cara yang dimaksudkan oleh perusahaan.
Perusahaan menilai aset tetap pada periode berikutnya dengan menggunakan metode
biaya atau metode nilai wajar. Sebagian besar perusahaan menggunakan metode biaya karena
metode tersebut lebih murah karena tidak memerlukan biaya penilaian.

Biaya perolehan tanah

Semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh tanah dan mempersiapkan untuk
penggunaan dianggap sebagai bagian dari biaya perolehan tanah. Umumnya, tanah merupkan
bagian dari aset tetap. Namun, jika tujuan utaman dari memperoleh dan memiliki tanah adalah
spekulatif, maka perusahaan lebih tepat mengklarifikasikan tanah tersebut sebagai investasi.
Biaya perolehan tanah mencakup:

1) Harga pembelian
2) Biaya legal
3) Biaya yang dikeluarkan dalam mengolah tanah sehingga kondisinya siap untuk
digunakan
4) Hak gadai, hipotek, atau kasus sitaan atas property
5) Peningkatan lahan

Biaya perolehan bangunan

Biaya perolehan bangunan harus mencakup semua pengeluaran kas yang terkait
langsung dengan perolehan atau konstruksi bangunan tersebut. Biaya perolehan ini meliputi:

1) Bahan baku, tenaga kerja, overhead yang muncul selama konstruksi


2) Biaya jasa professional dan izin bangunan

Umumnya, perusahaan menyewa perusahaan lain untuk membangun bangunan mereka.


Perusahaan memasukkan semua biaya perolehan yang dikeluarkan, mulai dari penggalian sampai
penyelesaian, sebagai bagian dari biaya perolehan bangunan.

Biaya perolehan peralatan


Istilah peralatan dalam akuntansi termasuk peralatan transportasi, perlatan kantor,
mesin, perabot dan perlengkapan, peralatan pabrik, dan aset tetap sejenis. Biaya perolehan aset
tersebut meliputi harga pembelian, biaya pengiriman dan penanganan, asuransi atas peralatan
saat pengiriman, biaya fondasi khusus jika diperlukan, biaya perakitan dan pemasangan, dan
biaya pengujian peralatan.

A. Aset dibangun sendiri


Kadang kala perusahaan membangun asetnya sendiri. Tanpa adanya harga
pembelian atau harga kontrak, perusahaan harus mengalokasikan biaya dan beban untuk
menghitung biaya perolehan aset yang dibangun sendiri. Namun, penetapan biaya tidak
langsung dari manufaktur menciptakan masalah khusus. Perusahaan dapat menangani
overhead dengan salah satu dari dua cara:
1) Tidak boleh menetapkan overhead tetap ke biaya perolehan asset yang dibangun.
2) Menetapkan seluruh dari overhead ke proses kontruksi.
B. Biaya bunga selama konstruksi
Akuntansi yang tepat atas biaya bunga telah lama menjadi kontroversi. Terdapat
tiga pendekatan yang telah diusulkan untuk mencatat bunga yang dikenakan dala
pembiayaan pembangunan asset tetap:
1) Tidak mengapitalisasi biaya bunga selama kontruksi
2) Memasukkan dalam konstruksi dengan semua biaya atas dana yang digunakan,
baik dapat didefinisikan maupun tidak
3) Kapitalisasi hanya biaya bunga yang terjadi selama kontruksi

IFRS mensyaratkan pendekatan ketiga-mengapitalisasi bunga actual. Metode ini


megikuti konsep bahwa biaya historis dari perolehan asset mencakup semua biaya yang terjadi
untuk mempersiapkan asset ke kondisi dan lokasi yang diperlukan untuk digunakan. Untuk
menerapkan pendekatan umum ini, perusahaan mempertimbangkan tiga hal berikut:

1. Aset kualifikasian

Agar memenuhi syarat kapitalisasi bunga, asset harus membutuhkan waktu yang
ckup lama untuk menjadikan asset tersebut siap untuk digunakan atau dijual. Asset yang
memenuhi syarat untuk kapitalisasi biaya bunga mencakup ase dalam pembangunan
untuk digunakan sendiri oleh perusahaan dan asset yang dimaksudkan untuk dijual atau
disewakan yang dibangun atau diproduksi sebagai proyek diskrit

2. Periode kapitalisasi

Periode kapitalisasi adalah periode waktu dimana perusahaan harus


mengkapitalisasi bunga. Periode ini dimulai dengan adanya tiga kondisi:

1) Pengeluaran untuk asset yang telah mulai dilakukan


2) Aktivitas yang diperlukan untuk menjadikan ase siap untuk digunakan atau dijual
sedang berlangsung
3) Biaya bunga yang sedang dikenakan
3. Jumlah yang dikapitalisasi

Jumlah bunga untuk dikapitalisasi adalah jumlah terbatas yang terendah dari biaya
bunga yang terjadi selama periode bunga yang dapat dihindari. Bunga yang dapat
dihindari adalah jumlah biaya bunga selama periode yang secara teoritis dapat dihindari
oleh perusahaan jika perusahaan tidak membuat pengeluaran untuk asset tersebut.

Perusahaan mengikuti prinsip-prinsip dalam memilih suku bunga yang sesuai


untuk diterapkan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang sebagai berikut:

1) Untuk porsi akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang jumlahnya lebih


kecil dari atau sama dengan setiap jumlah yang dipinjam secara khusus untuk
membiayai pembangunan asset, dengan menggunakan suku bunga yang dikenal
atas pinjaman spesifik.
2) Untuk porsi akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar daripada
utang yang dipinjam secara khusus untuk membiayai pembangunan asset dengan
menggunakan rata-rata tertimbang dari suku bunga atau semua semua utang
lainnya yang beredar selama periode berjalan.

Masalah Khusus Terkait Kapitalisasi Bunga


Ada dua yang berkaitan dengan kapitalisasi bunga yang membutuhkan perhatian
khusus:

1. Pengeluaran untuk tanah

2. Pendapatan bunga

Pengeluaran untuk tanah , ketika perusahaan membeli tanah dengan tujuan ingin
mengembangkannyauntuk penggunaan tertentu , biaya bunga yang terkait dengan pengeluaran
tersebut harus memenuhi syarat untuk kapitalisasi bunga. Jika perusahaan membeli tanah sebagai
lokasi untuk bangunan , maka biaya bunga yang kapitalisasi selama periode kontruksi
merupakan bagian dari biaya perolehan pabrik, bukan biaya perolehan tanah.

Pendapatan bunga . perusahaan sering meminjam uang untuk membiayai


pembangunan aset. Perusahaan menginvestasikan kelebihan dana yang dipinjam dalam efek
berbunga untuk sementara sampai perusahaan memerlukan dana tersebut untuk membayar
keperluan kontruksi. Selama tahap awal pembangunan, pendapatan bunga yang diperoleh
mungkin bisa melebihi biaya bunga atas dana yang dipinjam.

Observasi

Persyaratan kapitalisasi bunga masih diperdebatkan . dari sudut konseptual, banyak


yang berpendapat bhawa perusahaan tidak harus mengapitalisasi biaya bunga. Atau
mengapitalisasi seluruh biaya bunga, baik aktual atau diperhitungkan untuk alasan yang
disebutkan sebelumnya.

C. PENILAIAN ASET TETAP

Seperti aset lainnya perusahaan harus mencatat aset tetap sebesar nilai wajar yang
diserahkan atau sebesar nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih jelas.

Diskon Tunai
Ketika perusahaan membeli aset tetap kemudian dikenakan diskon tunai atas pembayaran
lebih awal ,perusahaan harus melaporkan diskon ini dan mencatat sebagai pengurangan harga
pembelian aset.

Kontrak Pembayaran Tangguhan

Perusahaan sering membeli aset tetap degan kontrak kredit jangka panjang dengan
menggunakan wesel hipotek ,obligasi, atau kewajiban peralatan . untuk mencerminkan biaya
perolehan dengan tepat , perusahaan mencatat aset yang dibeli dengan kontrak kredit jangka
panjang pada nilai sekarang dari kopensasi yang dipertukarkan antara kedua belah pihak pada
tanggal transaksi.

Perusahaan menggunakan harga pertukaran kas dari aset yang diperoleh (jika
ditentukan) sebagai dasar untuk mencatat aset dan mengukur elemen bunga.

Pembelian Lumsum

Masalah khusus dalam penilaian aset tetap muncul ketika perusahaan membeli sekelompok
aset pada satu harga lumsum . ketika situasi umum ini terjadi, perusahaan mengalokasikan total
biaya antara berbagai aset atas dasar nilai wajar relatif. Asumsinya adalah bahwa biaya akan
bervariasi sesuai dengan proposal nilai wajarnya.prinsip ini adalah prinsip yang sama yang
diberlakukan perusahaan untuk mengalokasikan biaya lumsum antara barang - barang persediaan
yang berbeda.

Penerbitan Saham

Ketika perusahaan membeli properti dengan menerbitkan efek , seperti sahan biasa , nilai
pari atau nilai dinyatakan dari saham tersebut kurang tepat untuk mengukur biaya perolehan
properti . jika perdagangan saham adalah pasar pasar aktif , maka harga pasar saham yang
diterbitkan adalah indikasi wajar dari biaya perolehan properti yang dibeli . saham adalah ukuran
yang baik dari harga setara kas saat ini.

Jika perusahaan tidak dapat menentukan nilai wajar dari saham biasa yang dipertukarkan
(berdasar harga pasar) , maka perusahaan dapat memperkirakan nilai wajar dari properti.
Perusahaan kemudian menggunakan nilai properti sebagai dasar untuk pencatatan aset dan
penerbitan saham biasa.

Pertukaran Aset Nonmoneter

Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aset nonmoneter, seperti aset tetap, masih
kontroversial. Beberapa pihak berpendapat bahwa perusahaan harus mencatat pertukaran jenis
ini berdasarkan nilai wajar dari aset yang disertakan atau nilai wajar aset yang diterima, dengan
mengakui keuntungan atau kerugian.

Biasanya perushaan mencatat pertukaran aset nonmoneter atas dasar nilai wajar aset
yang diserahkan atau nilai wajar aset yang diterima, mana yang lebih jelas. Dengan demikian
perusahaan harus mengakui dengan segera semua keuntungan atau kerugian atas pertukaran
tersebut. Alasan untuk pengakuan dengan segera adalah bahwa sebagian besar transaksi memiliki
substansi komersial, sehingga keuntungan atau kerugian harus diakui.

Arti substansi komersial

Seperti yang telah ditunjukan diatas, nilai wajar merupakan nilai dasar untuk mengukur aset
yang diperoleh dalam pertukaran nonmoneter jika transaksi memiliki substansi komersial.
Pertukaran memiliki substansi komercial jika arus kas masa depan berubah sebagai hasil
treansaksi. Artinya , jika posisi ekonomi kedua pihak berubah maka transaksi memiliki substansi
komersial.

Pertukaran situasi rugi

Ketika perusahaan menukar aset nonmoneter dan menghasilkan kerugian , perusahaan


mengakui kerugian dengan segera. Alasanyanya: perusahaan tidak harus menilai aset lebih dari
harga setara kasnya; jika pengakuan kerugian di tangguhkan , maka aset akan dinilai terlalu
tinggi , oleh karena itu perusahaan mengakui kerugian dengan segera apakah pertukaran
memiliki substansi komersial atau tidak.

Pertukaran situasi untung

Memiliki substansi komersial. Sekarang mari kita pertimbangkan situasi di mana pertukaran
nonmoneter memiliki substansi komersial dan menghasilkan keuntungan. Dalam kasus seperti
ini, perusahaan biasanya mencatat biaya perolehan aset nonmoneter yang diperoleh dalam
pertukaran dengan aset nonmoneter lain pada nilai wajar aset yang diserahkan , dan segera
mengakui keuntungan. Perusahaan harus menggunakan nilai wajar aset yang diserahkan.

Keuntungan adalah selisih antara nilai wajar dari barang bekas dengan nilai bukunya .

Tanpa substansi komersial. Kita sekarang berasumsi bahwa pertukaran interstate


transportation company tidak memiliki substansi komersial.

Hibah Pemerintah

Banyak perusahaan menerima hibah pemerintah. Hibah pemerintah merupakan bantuan yang
diterima dari pemerintah dalam bentuk pengalihan sumber daya kepada perusahaan dengan
imbal hasil kepatuhan terhadap syarat tertentu di masa lalu atau masa depan yang
berkaitandengan aktivitas operasi perusahaan. Dengan kata lain, hibah pemerintah seringkali
berupa beberapa jenis aset seperti (kas,efek, aset tetap,atau penggunaan fasilitas) yang disediakan
sebagai subsidi untuk perusahaan.

Pendekatan akuntansi

Ketika perusahaan memperoleh aset tetap melalui hibah pemerintah, konsep biaya
perolehan yang ketat menyatakan bahwa aset harus dinilai nol. Namun, pengalihan dari prinsip
biaya perolehan nampak dibenarkan karena satu-satunya biaya yang telah dikeluarkan (biaya
hukum dan pengeluaran lainnya yang relatif kecil) bukan merupakan dasar yang wajar untuk
mencatat aset yang diperoleh. Jika perusahaan tidak mencatat apapun, artinya perusahaan
mengabaikan realitas ekonomi dari kenaikan kekayaan dan aset. Oleh karena itu, sebagian besar
perusahaan menggunakan nilai wajar aset untuk menentukan nilai bukunya.

Pendekatan Pendapatan
IFRS mensyaratkan pendekatan pendapatan dan menunjukkan bahwa aturan umum
adalah bahwa hibah harus diakui dalam pendapatan secara sistematis yang mengaitkan
pendapatan dengan biaya yang dimaksudkan untuk dikompensasi oleh hibah tersebut.hal ini
dipenuhi oleh satu dari dua cara untuk aset seperti aset tetap :

1) Mencatat hibah sebagai pendapatan hibah tangguhan, yang diakui sebagai pendapatan
secara sistematis selama umur manfaat aset, atau
2) Mengurangi hibah dari jumlah tercatat aset yang diterima dari hibah, yang dalam hal ini
hibah diakui dalam pendapatan sebagai pengurangan beban penyusutan.

D. BIAYA SETELAH PEROLEHAN

Masalah topik ini adalah mengalokasikan biaya tambahan ke periode waktu yang tepat.
Dalam menentukan bagaimana biaya harus dialokasikan setelah perolehan, perusahaan
mengikuti kriteria yang sama yang digunakan untuk menentukan biaya awal asset tetap. Artinya,
perusahaan mengakui biaya setelah perolehan sebagai asset bila biaya tersebut dapat diukur
secara andal dan besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat ekonimik di
masa depan, bukti dari manfaaat ekonomik masa depan mencakup peningkatan

1) Umur manfaat
2) Kuantitas produk yang dihasilkan
3) Kualitas produk yang dihasilkan.

Umumnya perusahaan akan dikenakan empat jenis pengeluaran utama relative terhadap asset
yang ada yaitu:

1. Penambahan, peningkatan atau perpanjangan aset yang ada.perusahaan mengapitalisasi


setiap penambahan untuk asset tetap karena terdapat asset baru yang dibuat. Missal
penambahan bangunna selasar di rumah sakit meningkatkan potensi pelayanan fasilitas
itu. Pperusahaan akan mengapitalisasi pengeluaran tersebut dan mengaitkannya dengan
pendapatan yang akan dihasilkan dimasa mendatang.
2. Perbaikan dan penggantian, perusahaan menggantikan salah satu asset dengan aset lain
melalui perbaikan dan penggantian. Perbedaanya perbaikan adalah substitusi aset yang
lebih baik untuk menggantikan asset yang saat ini digunakan. Penggantian adalah
substitusi aset serupa seperti lantai kayu menggantikan lantai kayu. jika pengeluaran
meningkatkan potensi jasa masa depan asset maka perusahaan harus mengapitalisasi
pengeluaran tersebut. Perusahaan harus menghapus biaya perolehan asset lama dan
penyusutannya dan mengakui kerugian, jika ada, kemudian perusahaan harus
menambahkan biaya perolehan asset pengganti yang baru. Salah satu masalah dalam
substitusi adalah menghitung biaya perolehan dan akumulasi penyusutan dari aset lama.
Untungnya IFRS mensyaratkan setiap komponen penting dari aset untuk diidentifikasi
dan dasar penyusutan asset harus ditentukan dan disusutkan secara terpisah. Pendekatan
ini disebut sebagai akuntansi penyusutan komponen.
3. Pengaturan ulang dan reorganisasi, perusahaan dapat dikenakan biaya pengaturan
ulang atau biayan reorganisasi atas bebrapa asetnya. Biaya reorganisasi atau pengaturan
ulang asset tetap yang ada tidak dikapitalisasi, tetapi dibebankan saat terjadinya.
4. Perbaikan kembali, perusahaan melakukan perbaikan biasa untuk menjaga asset tetap
agar dalam kondisi operasi. Perbaikan besar seperti turun mesin, maka manfaat
oengeluaran akn dirasakan selama bebrapa periode. Perusahaan umumnya harus
memperlakukan biaya ini sebagai perbaikan, atau penggantian.

E. PELEPASAN ASET TETAP

Perusahaan nokia dapat memnsiunkan asset tetap mereka dengan sukarela atau
melepas asset tersebut melalui penjualan, pertukaran, konversi paksaan, atau ditinggalkan
begitu saja. Terlepas dari hal tersebut, nokia harus menghapus semua akun yang terkait
dengan asset yang dipensiunkan. Secara umum, nilai buku asset tetap tertentu tidak sama
dengan nilai pelepasannya. Akibatnya menimbulkan kauntungan atau kerugian. Alasannya:
penyusutan merupakan perkiraan alokasi biaya, dan bukan proses penilaian. Keuntungan atau
kerugian tersebut adalah koreksi laba neto untuk tahun dimana nokia menggunakan asset
tetap yang bersangkutan.

Penjualan Aset Tetap

Perusahaan mencatat penyusutan untuk periode waktu antara tanggal dicatatan


jurnal penyusutan terakhir dan tanggal penjualan asset.

Konveksi Paksaan

Terkadang jasa asset diakhiri melalui beberapa jenis kejadian koversi paksaan
seperti kebakaran, banjir, dan pencurian. Perusahaan melaporkan selisih antara jumlah
dipulihkan (misalnya dari gati rugi penggusuran, atau klaim asuransi) jika ada, dan nilai buku
asset sebagai keuntungan atau kerugian.

Anda mungkin juga menyukai