PENDAHULUAN
1
faktor genetik dan faktor lingkungan.Oleh karena itu, penyakit Hirschsprung sudah
dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi,
barium, enema, rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui
penatalaksanaan dan teraupetik yaitu dengan pembedahan dan colostomi.
1.3 Manfaat
a. Untuk mengetahui definisiHirschsprung.
b. Untuk mengetahuietiologi Hirschsprung.
c. Untuk mengetahuipatofisiologi Hirschsprung.
d. Untuk mengetahuimanifestasi Hirschsprung.
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Hirschsprung
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melepasi usus (kontraksi ritmis
ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh
sekumpulan saraf yang disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot. Pada
penyakit hirschsprung ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa
sentimeter.
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong
bahan-bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit hirschsprung 5 kali lebih
sering ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan
bawaan lainnya, seperti sindroma down.
2.2 Etiologi
3
pada minggu kelima sampai minggu keduabelas kehamilan untuk membentuk system
saraf intestinal.
Sel neuroblas bermigrasi dari krista neuralis saluran gastrointestinal bagian
atas dan selanjutnya mengikuti serabut-serabut vagal yang telah ada ke kaudal.
Penyakit Hirschsprung terjadi bila migrasi sel neuroblas terhenti di suatu tempat dan
tidak mencapai rektum. Sel-sel neuroblas tersebut gagal bermigrasi ke dalam dinding
usus dan berkembang ke arah kraniokaudal di dalam dinding usus.
Dalam keadaan normal bahan makanan yang dicerna bisa berjalan disepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis
ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi dirangsang oleh sekumpulan saraf yang
disebut ganglion yang terletak dibawah lapisan otot.
2.3 Patofisiologi
4
menyebabkan enterokolitis (inflamasi pada usus halus dan kolon), yang merupakan
penyebab kematian pada bayi/anak dengan penyakit Hirschsprung.
Penyakit Hirschsprung pada penderita yang lebih tua harus dibedakan dari
penyebab perut kembung lain dan konstipasi kronis. Riwayat seringkali menunjukkan
kesukaran mengeluarkan tinja yang semakin berat, yang mulai pada umur minggu-
minggu pertama. Massa tinja besar dapat diraba pada sisi kiri perut, tetapi pada
pemeriksaan rektum biasanya tidak ada tinja. Tinja ini, jika keluar, mungkin akan
keluar berupa butir-butir kecil, seperti pita, atau berkonsistensi cair; tidak ada tinja
yang besar dan yang berkonsistensi seperti tanah pada penderita dengan konstipasi
fungsional. Pada penyakit Hirschsprung masa bayi harus dibedakan dari sindrom
5
sumbat mekonium, ileus mekonium, dan atresia intestinal. Pemeriksaan rektum
menunjukkan tonus anus normal dan biasanya disertai dengan semprotan tinja dan gas
yang berbau busuk. Serangan intermitten obstruksi intestinum akibat tinja yang
tertahan mungkin disertai dengan nyeri dan demam.
a. Pada bayi
1) Tidak bisa mengeluarkan meconium (feses pertama) dalam 24-28 jam pertama
setelah lahir
2) Tampak malas mengkonsumsi cairan.
3) Muntah bercampur dengan cairan empedu.
4) Distensi abdomen.
5) Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare
6) Demam
7) Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi abdomen hebat
dan diare berbau busuk yang dapat berdarah (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
b. Pada anak-anak
1) Konstipasi.
2) Tinja seperti pita dan berbau busuk.
3) Distensi abdomen.
4) Failure to thrive (gagal tumbuh).
5) Nafsu makan tidak ada (anoreksia).
6) Adanya masa di fecal, dapat dipalpasi.
7) Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
8) Letargi.
9) Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang
dapat mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam dan muntah
dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya (Betz, Cecily L, et.al. 2002).
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Menurut Suriadi & Rita Yuliani (2001), fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah:
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir, biasanya
ada keterlambatan.
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi:
a) Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret.
b) Keadaan turgor kulit biasanya menurun.
c) Peningkatan atau penurunan berat badan.
d) Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral.
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada bagian
proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a) Anak: Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme koping
yang digunakan.
b) Keluarga: Respon emosional keluarga, koping yang digunakan keluarga,
penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi penyakit anaknya.
6. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin juga perlu
dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia, infeksi dan kurangnya
asupan protein.
7
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen
semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi abdomen.
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi keadaan
umum klien.
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir.
1) Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah lahir.
2) Menolak untuk minum air.
3) Muntah berwarna empedu.
4) Distensi abdomen
b. Masa bayi
1) Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2) Konstipasi
3) Distensi abdomen
4) Episode diare dan muntah
5) Tanda-tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis:
diare berdarah, letargi berat)
c. Masa kanak-kanak
1) Konstipasi.
2) Feses berbau menyengat dan seperti karbon.
3) Distensi abdomen.
4) Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan pertumbuhan
yang buruk.
6. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
a) Radiasi: Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran obstruksi
usus letak rendah
b) Biopsi rektal: menunjukan aganglionosis otot rektum
c) Manometri anorectal: ada kenaikan tekanan paradoks karena rektum
dikembangkan/ tekanan gagal menurun.
8
3.2 ANALISA DATA
menyebabkan
akumulasi/
penumpukan isi usus
distensi usus
konstipasi
2. DO: Ketidakseimbangan
Kurang asupan nutrisi kurang dari
1) Nafsu makan tidak ada
makanan kebutuhan tubuh
(anoreksia).
(00002)
2) Biasanya tampak kurang nutrisi
Tidak ada sel
dan anemia.
ganglion
3) Biasanya mual dan muntah
parasimpatis pada
pleksus submukosus
9
Meissneri dan
pleksus mienterikus
Aurbachi
menyebabkan
akumulasi/
penumpukan isi usus
distensi usus
gangguan
gastrointestinal
mual, muntah
anoreksia
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
10
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
11
FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR URAIAN AKTIVITAS
N TANG
DITEGAKKAN / KODE SERTA SKOR AWAL DAN SKOR RENCANA TINDAKAN RASIONAL
O GAL
DIAGNOSA TARGET (NIC)
KEPERAWATAN
1. Konstipasi berhubungan Tujuan: setelah dilakukan asuhan Managemen konstipasi atau 1. gerakan usus tidak
dengan penyakit keperawatan selama 2x 24 jam masalah impaksi terlihat karena tidak
hirschsprung ditandai teratasi adanya sel ganglion
Aktivitas:
dengan distensi abdomen, parasimpatik dan
Kriteria hasil:
adanya masa di fecal, 1. monitor pergerakan usus,da konsistensi feses keras
dapat dipalpasi, tinja 1. eliminas usus (0501) frekuensi,konsistensi,bentuk, mengindikasikan bahwa
seperti pita dan berbau volume,dan warna feses dengan pasien konstipasi.
Kode Indikator SA ST
busuk tepat 2. bising usus merupakan
050101 Pola eliminasi 3 5 bunyi yang di sebabkan
2. monitor bising usus
adanya peristaltik usus,
050102 Kontrol gerakan 3 5
3. dukung peningkatan asupan biasanya bising usus akan
usus
cairan. Jika tidak ada kontra menurun karena tidak
050112 Kemudahan 2 5 indikasi adanya sel ganglion.
BAB 3. cairan akan menanmbah
4.kolaborasi pelaksanaan enema
jumlah cairan yang masuk
atau irigasi dengan dokter
ke dalam kolon dan
12
050128 Nyeri pada saat 2 5 memperbesar bentuk tinja
BAB sehingga mempermudah
pergerakan usus.
4. enem Memasukkan
Keterangan : cairan melalui anus sampai
ke kolon sigmoid (untuk
1: sangat terganggu
huknah rendah) atau sampai
2: banyak terganggu kolon desenden (untuk
huknah tinggi) akan
3: cukup terganggu
merangsang peristaltik
4:sedikit terganggu usus.
5:tidak terganggu
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Tujuan: setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi:
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x 24 jam masalah 1. pada bagian abdomen
Aktivitas :
berhubungan dengan teratasi akan menggembung disertai
kurang asupan makanan Kriteria hasil: 1. tentukan status gizi pasien dan muntah. Jika di biarkan
ditandai dengannafsu kemampuan pasien untuk lebih lama, berat badan
makan tidak ada 1. status nutrisi (1004) memenuhi kebutuhan tidak akan bertambah dan
(anoreksia) biasanya akan terjadi gangguan
13
tampak kurang nutrisi dan kode indikator SA ST 2. ciptakan lingkungan yang pertumbuhan.
anemia, biasanya mual optimal pada saat menkonsumsi
100401 Asupan gizi 3 5 2. menciptakan lingkngan
dan muntah makanan (misal,
yang bersih dan sehat akan
100402 Asupan 3 5 bersih,berfentilasi,santai, bebas
menjauhkan sumber
makanan dari bau yang menyengat)
penyakit serta anak akan
100408 Asupan cairan 4 5 3. monitor kalori dan asupan merasa nyaman.
makanan
3. kalori bagi anak di
4. tentukan apa yang menjadi gunakan sebagai sumber
Keterangan:
preferensi makanan bagi pasien. tenaga, perkembangan otak,
1:sangat menyimpang dari rentang paru-paru dan berbagai
5. pastikan makana disajikan
normal jenis organ lainnya. Anak
dengan cara yang menarik dan
yang kekurangan gizi
2: banyak menyimpang dari rentang pada suhu yang paling cocok
perkembagan organnya
normal untuk konsumsi secara optimal.
lemah dan mudah terserang
3: cukup menyimpang dari rentang penyakit.
normal
4. preferensi makanan dan
4:sedikit menyimpang dari rentang memiliki banyak gizi
normal mengundang selera makan
anak. pemenuhan gizi pada
5:tidak menyimpang dari rentang normal
anak sangat penting untuk
tumbuh kembang anak.
14
5. pada kondisi sakit
cenderung nafsu makan
anak menurun,maka
lalukan penyajian makanan
menarik untuk
meningkatkan selera makan
anak.
1.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpula
16
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.
17