Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini penyakit menular bukan lagi menjadi ancaman bagi masyarakat,

namun penyakit non menular mulai menjadi mengkhawatirkan bagi masyarakat

salah satunya kanker (Jannah, 2017). Penyebab utama kematian akibat kanker di

seluruh dunia adalah kanker payudara, dengan hampir 1,7 juta kasus baru

didiagnosis pada tahun 2012 yang mewakili sekitar 12% dari semua kasus

kanker baru dan 25% dari semua kanker pada wanita (Rilyani & Ellya, R, 2016).

Kanker payudara merupakan keganasan yang bemula dari sel-sel di payudara

(Indah, 2019). Kanker payudara sendiri meningkat sesuai bertambahnya usia.

Akan tetapi, usia muda juga bukan menjadi jaminan untuk aman dari kanker

payudara (Jannah, 2017).

Angka kejadian kanker di dunia masih menduduki peringkat tertinggi

setelah kardiovaskuler dan penyebab kejadian utama kematian. World Healt

Organization (WHO) mengatakan tahun 2018 insiden kanker payudara di dunia

sebesar 2,09 milliar kasus dan 627.000 kasus kematian. Secara Nasional

prevelensi penyakit kanker payudara di Indonesia sebesar 42,1 per 100.000

penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Lalu di provinsi

D.I.Yogyakarta sendiri memiliki prevelensi tertinggi untuk penyakit kanker,

yaitu sebesar 4,86 per 1000 penduduk, dengan kanker tertinggi yang terjadi pada

wanitaadalah kanker payudara (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data rawat inap Rumah Sakit di Yogyakarta tahun 2016,

jumlah kunjungan pasien kanker payudara pada usia 15-24 tahun dari jumlah

1
2

kasus baru sebanyak 49,3% kasus (Bantul), 25,3% kasus (Gunung Kidul), 24%

kasus (Sleman), 1,4 kasus (Kota Yogyakarta) sedangkan kabupaten Kulon Progo

tidak tersedia data (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2017).

Perjalanan penyakit kanker payudara membutuhkan waktu yang cukup

lama, mulai dari terkena kanker payudara sampai terasa sakit serta nyeri pada

payudara. Biasanya jika penderita mulai merasa nyeri pada payudara dan jika

benar itu kanker payudara maka bisa dipastikan sudah mencapai stadium lanjut

(Depkes RI, 2009). Menurut profil kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2012) menjelaskan bahwa kanker tertinggi yang diderita wanita

masih ditempati oleh kanker payudara dengan angka kejadian 2,2% dari 1000

perempuan. jika kejadian kanker tidak bisa terkendali, maka diperkirakan pada

tahun 2030 akan ada 26 juta orang yang menderita kanker payudara dan 17 juta

orang yang meninggal dunia.

Penyebab kanker payudara sendiri belum diketahui secara pasti karena

termasuk multifaktorial, akan tetapi ada beberapa faktor yang yang mempunyai

pengaruh besar yaitu riwayat keluarga, hormonal dan faktor eksogen (radiasi

sinar x, virus dan zat kimia). Faktor-faktor lain meliputi umur, lokasi geografis

dan ras, status perkawinan, paritas, riwayat menstruasi, berat badan dan penyakit

payudara lain (Olfah, dkk, 2013). Penurunan angka kematian akibat kanker

payudara dapat dipercepat dengan memperluas akses ke layanan pencegahan,

deteksi dini, dan layanan pengobatan berkualitas tinggi untuk semua wanita

(Carol, et al., 2019). Maka sebaiknya pada wanita usia reproduktif harus

diberikan penyuluhan tentang kanker payudara dan bagaimana mendeteksi

secara dini (Departemen Kesehatan RI, 2009).


3

Upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mendeteksi kanker payudara

adalah seperti Mammografi (pemeriksaan dengan menggunakan sinar X yang

memberikan gambaran tentang jaringan lunak pada payudara), Biopsi

(pemeriksaan pada benjolan atau lesi pada payudara dengan cara mengambil

sedikit jaringan yang ada pada benjolan tersebut), USG (pemeriksaan ini

dilakukan dengan alat yang sensitif terhadap gelombang suara), MRI (Magnetic

ResonanceImaging) dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri (Jannah,

2017).

SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita. Kanker payudara

masih mempunyai kemungkinan besar untuk disembuhkan jika ditemukan pada

tahap awal atau dini (Olfah, dkk, 2013). Menurut penelitian Beta (2019)

menyatakan pemeriksaan dini kanker payudara yang dapat dilakukan dengan

mudah oleh perempuan di rumah serta tidak membutuhkan waktu lama, tidak

membutuhkan biaya, terjaga privasinya dan bukan termasuk prosedur invasif.

SADARI sangat penting di masyarakat karena 86% benjolan dipayudara

ditemukan oleh penderitanya sendiri. Namun kesadaran masyarakat untuk

mendeteksi dini masih sangat rendah. Dikarenakan anggapan masyarakat bahwa

penyakit kanker tidak bisa disembuhkan karena takut dengan hasil pemeriksaan.

Selain itu mereka malu untuk melihat bagian tubuh dirinya didepan cermin.

Sehingga hal tersebut merupakan hal penting bagi remaja untuk mengetahui

tentang SADARI sedini mungkin. Karena semakin sering melakukan SADARI

akan semakin mudah untuk menemukan sesuatu yang tidak normal pada

payudara (Saryono & Pramitasari, 2009).


4

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(PERMENKES) 2017 pasal 9 yang berbunyi penyelenggaraan penanggulangan

kanker payudara dan kanker leher rahim dapat terintegrasi dengan

peneyelenggaraan program keluarga berencana dan program kesehatan lain,

serta dengan pendekatan keluarga. Ditegaskan dalam BAB VII sumber daya

manusia, bahwa bidan terlatih mengajarkan skrining kanker payudara sendiri

SADARI pada klien (Permenkes, 2017).

Sebagai seorang bidan, bidan mempunyai beberapa peran dan fungsi

salah satunya sebagai pendidik dengan upaya yang dapat dilakukan adalah

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada remaja terkait deteksi dini

kanker payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) (Novasari &

Sri, 2016).

Deteksi dini kanker payudara dengan melakukan SADARI hal ini terkandung

dalam Al-Quran Surat Yunus ayat 57 :

Artinya :“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakitmu dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Yunus ayat : 57).

Ayat diatas mejelaskan diharapkan manusia untuk menjaga kesehatanya

sebelum sakit (secara preventif), kemudian setelah itu islam menganjurkan

pengobatan bagi siapa saja yang membutuhkan pengobatan saat sakit. Inilah

merupakan salah satu fitrah sebagai manusia.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan

pendidikan kesehatan antaralain metode ceramah, diskusi kelompok, curah

pendapat, panel, bermain peran, simposium, seminar dan demonstrasi. Dimana

masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan (Notoatmodjo,

2010). Adapun pendidikan kesehatan tentang praktik SADARI yaitu dengan


5

menggunakan metode demonstrasi. Metode Demonstrasi adalah petunjuk

tentang proses terjadinya peristiwa sampai pada penampilan tingkah laku yang

dicontohkan agar dapat diketahui dan difahami oleh pendengar (Majid, A,

2015).Pada penelitian (Yuslikhah, et al, 2019)menyatakan bahwa pendidikan

kesehatan dengan menggunakan metode demonstrasi lebih efektif dalam

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja putri tentang deteksi dini

kanker payudara. Hal ini didukung karena panca indera dapat menyampaikan

pesan keotak, mulai dari indera penglihatan atau sistem visual (mata),

pendengaran (telinga) dan juga indera peraba.

Adanya SADARI dengan metode demontrasi akan mempengaruhi

keterampilan remaja putri dalam melakukan praktik SADARI yang bertujuan

untuk mengurangi risiko kanker payudara. Hal ini karena penyuluhan dengan

metode demontrasi dapat dijelaskan dengan suatu prosedur secara visual,

sehingga mudah dimengerti dan responden dapat mencoba pengetahuan yang

diterimanya (Djamarah, 2010). Teori tersebut sejalan dengan penelitian Syafitri

(2017) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi

dapat meningkatkan keterampilan praktik SADARI di SMA Muhammadiyah 1

Metro. Penelitian Milwati, et al (2015) mengatakan terjadinya peningkatan

kemampuan praktik SADARI setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui

metode demontrasi.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SMA

Muhammadiyah 1 Bantul pada tanggal 16 Desember 2019. Didapatkan bahwa

jumlah siswi kelas XI sebanyak 41 siswi. Studi pendahuluan telah dilakukan

dengan wawancara 10 responden atau siswi kelas XI di SMA Muhammadiyah 1

Bantul, 2 (20%) siswi sudah mengetahui tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri


6

(SADARI) melalui media masa tetapi belum mengetahui langkah atau cara

melakukan SADARI, dan 8 (80%) siswi lainya belum mengetahui tentang

SADARI serta belum mengetahui langkah atau cara melakukan SADARI. Selain

itu dari hasil wawancara terhadap guru Usaha Kesehatan di Sekolah (UKS)

mengatakan bahwa siswi SMA Muhammadiyah 1 Bantul belum pernah

mendapatkan penyuluhan tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diambil adalah

“Apakah ada Pengaruh Demonstrasi SADARI TerhadapKeterampilan

Melakukan SADARI Pada Siswi Kelas XI di SMAMuhammadiyah 1 Bantul ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Pengaruh Demonstrasi SADARI TerhadapKeterampilan

Melakukan SADARI Pada Siswi Kelas XI di SMAMuhammadiyah 1 Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk diketahui keterampilan melakukan SADARI pada kelompok

eksperimen setelah dilakukan intervensi.

b. Untuk diketahui keterampilan melakukan SADARI pada kelompok kontrol

setelah dilakukan intervensi .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang

kesehatan reproduksi khusunya tentang deteksi dini kanker payudara dengan

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sehingga dapat menghindari


7

faktor-faktor penyebab kanker payudara dan meningkatkan edukasi pada

remaja untuk melakukan Pemeriksaan Payudara Sediri (SADARI).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman serta dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan khusunya tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan metode demonstrasi

terhadapKeterampilan melakukan SADARI.

b. Bagi SMA Muhammadiyah 1 Bantul

Sebagai masukan untuk dapat memberikan program penyuluhan bagi

siswi mengenai kesehatan reproduksi khususnya deteksi dini kanker

payudara sehingga meningkatkan kemampuan para siswi dalam

melakukan SADARI.

c. Bagi Siswi SMA Muhammadiyah 1 Bantul

Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan

dan menumbuhkan kesadaran siswi untuk melakukan SADARI sehingga

dapat mendeteksi sedini mungkin tentang tanda kanker payudara.

d. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan

dan pustaka tentang kesehatan reproduksi khususnya Pemeriksaan

Payudara Sendiri (SADARI) dan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.
8

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang kesehatan

reproduksi dengan topik Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara wanita.

Kanker payudara masih mempunyai kemungkinan besar untuk disembuhkan

jika ditemukan pada tahap awal atau dini (Olfah, dkk, 2013).

2. Lingkup Responden

Responden penelitian ini dilakukan pada Siwi kelas XIdi SMA

Muhammadiyah 1 Bantul. SADARIadalah Pemeriksaan Payudara Sendiri

yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam payudara

wanita. Pemeriksaan ini dilakukan oleh remaja yang berumur 15-24

tahun(Rosyidah,dkk, 2018).Menurut Susilowati (2019), remaja dalam rentang

usia tersebut mengalami berbagai perubahan badan, status sosial, penampilan,

sikap, seks dan perubahan organ reproduksi, secara khusus perubahan pada

payudara yang merupakan organ reproduksi yang sensitive terhadap penyakit.

Salah satunya adalah kanker payudara. Dan bersdasarkan data rawat inap

Rumah Sakit di Yogyakarta tahun 2016, jumlah kunjungan pasien kanker

payudara terjadi pada usia 15-24 tahun.

3. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan November2019 – April2020,

mulai dari penyusunan proposal sampai laporan hasil penelitian.

4. Lingkup Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Bantul

karena SMA Muhammadiyah 1 Bantul merupakan sekolah menengah yang


9

berada di kabupaten Bantul dengan angka kejadian kanker payudara pada

remaja paling banyak di Bantul. Setelah dilakukan wawancara pada guru

UKS mengatakan belum pernah dilakukan penyuluhan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI). Serta dari hasil wawancara terhadap 10 siswi kelas XI di

SMA Muhammadiyah 1 Bantul 8 siswi mengatakan belum mengetahui

tentang SADARI, 2 siswi sudah mengetahui tentang SADARI. Akan tetapi 10

siswi tersebut belum mengetahui langkah atau cara melakukan SADARI.


10

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
No Nama Peneliti, Judul, Metode & Sampling Hasil Perbedaan dan
dan Tahun persamaan
1. Salmiyah, dkk.(2018), Penelitian ini menggunakan rancangan Hasil analisa penelitian menunjukkan Perbedaan : rancangan
Pengaruh Pendidikan quasi-experimental. Dengan pre and terdapat perbedaan sebelum dan sesudah penelitian, uji analisis,
Sebaya Terhadap posstest control group design. Populasi diberikan edukasi dan pelatihan SADARI teknik pengambilan
Pengetahuan, Sikap pada penelitian ini adalah siswi SMA oleh pendidik sebaya pada kelompok sampel, variabel,
dan Keterampilan Kabupaten Aceh Selatan yang intervensi, pengetahuan (P=0,000), sikap tempat, populasi,
Siswi SMA tentang berjumlah 3872 orang. Sampel yang (P=0,000) dan keterampilan (0,000). sampel dan tahun
Pemeriksaan Payudara diambil sebanyak 196 responden. Berdasarkan penelitian ini dapat penelitian.
Sendiri (SADARI). Teknik pengambilan sampel dalam disimpulkan bahwa pendidikan sebaya
penelitian ini menggunakanpurposive tentang pemeriksaan payudara sendiri
sampling. Dan Analisis dalam (SADARI) sangat penting dilakukan untuk
penelitian ini menggunakan uji dapat mendeteksi gejala awal dari kanker
Wilcoxon. payudara.
2. Hutapea, (2017), Penelitian ini menggunakan rancangan Hasil analisa data tingkat pengetahuan Perbedaan :
Pengaruh Pelaksanaan Pre-eksperimen. Dengan pretest- diperoleh nilai P Value = 0.000 dan analisa Teknik pengambilan
Pemeriksaan Payudara posttest design. Populasi pada penelitian data sikap diperoleh nilai P Value = 0.000. sampel, uji analisis.
Sendiri (SADARI) ini adalah seluruh siswa kelas XI yang Hasil penelitian menunjukan bahwa ada variabel, tempat
Terhadap Pengetahuan berjumlah 106 orang. Sampel yang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penelitian, populasi,
Dan Kemampuan diambil sebanyak 31 responden. Teknik pemeriksaan SADARI sebagai deteksi dini sampel, dan tahun
Siswi Dalam Upaya pengambilan sampel menggunakan kanker payudara terhadap pengetahuan dan penelitian.
Deteksi Dini Kanker Teknik Cluster Sampling. Dan Analisis sikap melakukan SADARI pada remaja
Payudara SMA menggunakan uji Wilcoxon dan uji putri di SMK N 1 Karanganyar. Persamaan : Rancangan
Swakarya Tahun 2017 McNemar. penelitian
11

3. Rilyani, (2016) Penelitian ini menggunakan rancangan Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya Perbedaan : Rancangan
mengenai Pengaruh Quasi experimental design. Dengan pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap penelitian,
Penyuluhan Kesehatan one group pretest-postest. opulasi keterampilan remaja putri dalam melakukan teknik pengambilan
Terhadap berjumlah107 orang. Sampel yang SADAR sebagai upaya deteksi dini kanker sampel, uji analisis,
Keterampilan Remaja diambil sebanyak 32 responden. Teknik payudara dengan terindetifikasi nilai variabel penelitian,
Putri Dalam pengambilan sampel dalam penelitian probabilitas p-value 0,000 <a 0,05. tempat, populasi,
Melakukan SADARI ini menggunakan proporsional random sampel dan tahun
Sebagai Upaya sampling. Dan Analisis dalam penelitian.
Deteksi Dini Kanker penelitian ini menggunakan uji paired
Payudara. sample t-test.

Anda mungkin juga menyukai