BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
normal dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
kebidanan kompetensi bidan di Indonesia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
obyektif pada bayi baru lahir.
2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa aktual dan masalah pada
bayi baru lahir.
3 Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah
potensial pada bayi baru lahir.
1
2
BAB 2 Tinjauan pustaka menguraikan tentang konsep dasar bayi baru lahir,
pemberian ASI, inisiasi menyusu dini dan konsep dasar asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
BAB 5 Penutup berisi tentang kesimpulan dari tujuan yang ingin dicapai dan
saran untuk tenaga kesehatan, mahasiswa dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terjadi gangguan pada proses
adaptasi, maka bayi akan mudah jatuh sakit.
Homeostasis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi tahap tumbuh kembang termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterine. Pada bayi kurang bulan,
terdapat berbagai gangguan mekanisme adaptasi. Kemampuan homeostasis
pada neonatus berdasarkan usia kehamilan :
1. Cukup bulan : memadai
2. Kurang bulan : tergantung masa gestasi. Matriks otak belum sempurna,
mudah terjadi perdarahan intrakranial. Angka kejadian sindrom gawat
nafas neonatus (RDS) dan hiperbilirubinemia tinggi.
3. Lewat waktu : terjadi hambatan pertumbuhan janin intrauterine akibat
penurunan fungsi plasenta, terjadi hipoksia janin.
Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar uterus, maka bayi
menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Hasil
perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan pernafasan,
metabolik, suhu butuh, sirkulasi, dan lain-lain.
1. Perubahan sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal
susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan
lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap
kekurangan oksigen; rangsangan hipoksemia; sentuhan dan perubahan
suhu di dalam uterus dan di luar uterus. Semua hal tersebut menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan
tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernafasan
lainnya.
Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan paru-paru yang pada janin normal cukup bulan
mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan
5
tersebut. Sesudah bayi lahir, cairan yang hilang diganti dengan udara.
Para-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk
semula.
tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta melalui vena cava inferior
dan foramen ovale ke atrium kiri menjadi terhenti. Tekanan di atrium kiri
menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan akibat diterimanya
darah oleh atrium kiri dari paru-paru; hal ini menyebabkan foramen ovale
menutup. Sirkulasi janin akhirnya berubah menjadi sirkulasi bayi yang
hidup di luar badan ibu. (Wiknjosastro 2005)
Perlindungan oleh sel darah (pada bayi baru lahir belum sempurna;
bayi belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang
lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh
ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak.
Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktik
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini, terutama kolostrum) dan
deteksi serta pengobatan dini menjadi sangat penting. (Asrinah dan
kawan-kawan 2010)
2.4.2 Penilaian
Segera setelah lahir, letakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
disiapkan di atas perut ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan
menjawab dua pertanyaan :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif atau lemas?
Jika bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap atau lemah, maka
segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. (JNPK-KR 2007)
8
2.4.3 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital.
Perhatikan keadaan umum bayi, apakah baik, sedang atau lemah. Perlu
dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau
suara keras yang mengejutkan. Tanda-tanda vital bayi yaitu :
1. Pernafasan normal : 40 – 60 x/menit
2. Frekuensi denyut jantung normal : 120 – 160 x/menit
3. Suhu tubuh normal : 36 – 37 °C
9
b. Pemeriksaan antropometri.
1. Timbang berat badan : berat badan normal 2500 – 4000 gram
2. Pengukuran panjang badan : panjang badan normal 44 – 53 cm
3. Pengukuran lingkar kepala : lingkar kepala diukur melalui
sirkumferensia oksipito frontalis, ukuran normal 33 – 35,5 cm
4. Pengukuran lingkar dada : ukur lingkar dada melalui kedua puting
susu, ukuran normal 30,5 – 33 cm
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi yaitu :
1. Kepala : Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran
dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intakranial, sedangkan yang cekung dapat
tejadi akibat dehidras. Periksa adanya tauma kelahiran, misalnya
caput suksedaneum, cephal haematoma, perdarahan
subaponeurotik / fraktur tulang. Perhatikan adanya kelainan
kongenital seperti anancephal, microcephal dan sebagainya.
2. Wajah : wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi
tampak asimetris, hal ini dikarenakan posisi bayi di intrauterine.
Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down.
Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti paralisis
nervus fasialis.
3. Mata : Periksa apakah bentuk dan letak simetris, adanya trauma
seperti perdarahan konjungtiva atau retina, sklera putih atau
kekuningan dan sekret pada mata.
4. Hidung : Kaji bentuk dan lebar hidung apakah simetris, ada septum
atau tidak, ada sekret atau tidak. Periksa adanya pernapasan cuping
hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya
gangguan pernapasan.
5. Mulut : Periksa apakah bentuk simetris, lidah bersih atau tidak,
adakah labioschizis dan labiopalatoschizis.
10
Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu
buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21.
14. Tungkai : Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki, panjang kedua
kaki sama, kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Periksa
adanya polidaktili atau sindaktili pada jari kaki.
15. Kulit : dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan. Periksa
adanya ruam dan bercak atau tanda lahir, adakah verniks kaseosa
dan lanugo. Jumlah lanugo yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan.
d. Pemeriksaan neurologis.
1. Rooting refleks : refleks menoleh ke arah benda yang menyentuh
pipi
2. Sucking refleks : refleks menghisap
3. Moro refleks : refleks akibat dikejutkan, timbul pergerakan tangan
yang simetris
4. Refleks menggenggam : refleks menggenggam pada telapak tangan
bayi jika menyentuh jari pemeriksa atau benda lain
5. Refleks babynski : ketika telapak kaki mereka diusap maka jari
kaki akan melebar dan memutar-mutarkan kakinya. (Yusra 2011)
b. Evaporasi : yaitu cairan atau air ketuban yang membasahi kulit bayi
menguap. Misal : bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban.
c. Konduksi : yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Misal : popok
atau celana basah tidak langsung diganti.
d. Konveksi : yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara
sekeliling bayi. Misal : bayi baru lahir diletakkan dekat pintu atau
jendela yang terbuka. (Asrinah dan kawan-kawan 2010)
2.4.6 Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin
lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus
diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan. Identifikasi dilakukan segera setelah bayi
lahir dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin.
Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan
tidak mudah melukai bayi, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
Pada alat identifikasi/gelang harus tercantum :
a. Nama (bayi nyonya .. )
b. Tanggal dan jam lahir
c. Jenis kelamin
d. Berat dan panjang bayi
15
e. Unit
Di setiap tempat tidur bayi harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir dan jam lahir, penolong. Sidik telapak kaki bayi dan
jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang di dalam catatan
bayi / kelahiran. (Saifuddin dan kawan-kawan 2002)
Terdapat dua mekanisme refleks pada ibu di masa laktasi yaitu refleks
prolaktin dan refleks oksitosin yang berperan dalam produksi ASI dan
involusi uterus. Pada bayi terdapat tiga refleks yaitu :
a. Refleks mencari puting susu (rooting reflex) : bayi akan menoleh ke arah
dimana terjadi sentuhan pada bayi.
b. Refleks menghisap (sucking reflex) : rangsangan puting susu pada langit-
langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan
menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah, dan langit-
langit bayi sehingga sinus lactiferus di bawah areola dan ASI terpancar
keluar.
c. Refleks menelan (swallowing reflex) : kumpulan ASI di dalam mulut bayi
mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mngaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi.
Hari/Tanggal Pengkajian :
Pukul :
Tempat Pengkajian :
Oleh :
Data Subjektif
Biodata
Nama bayi : menggunakan nama dari Ny dan Tn, sebagai identitas bayi
Umur bayi : untuk memberi asuhan sesuai dengan usia bayi
Nama ibu dan ayah bayi : untuk mengetahui identitas orang tua bayi serta
menghindari kekeliruan
Umur ibu dan ayah bayi : untuk mengetahui kesiapan ibu dan suami menjadi
orang tua
Suku : budaya mempengaruhi cara keluarga mengasuh bayi
20
Data Objektif
2. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
Berat badan : untuk mengetahui apakah berat lahir sesuai dengan usia
kehamilan, lebih kecil atau lebih besar, dan sebagai acuan dalam
memberikan asuhan. Berat normal 2500 - 4000 gram
Panjang badan : untuk mengetahui apakah panjang badan normal.
Panjang badan normal 46 - 53 cm
Lingkar kepala : untuk mengetahui apakah lingkar kepala bayi normal,
lebih kecil (microcephal) atau lebih besar (macrocephal/hidrocephal).
Lingkar kepala normal 33 – 35,5 cm
Lingkar dada : 30,5 - 33 cm
21
b. Kulit : warna kulit merah muda, turgor baik (kembali dengan cepat),
terdapat lanugo. Lanugo yang banyak terdapat pada bayi preterm.
c. Kepala : apakah ada moulage, caput succedaneum dan cephal
haematoma . Ubun-ubun besar datar, ubun-ubun kecil belum menutup.
d. Wajah : bentuk simetris, tidak ada paralisis nervus fasialis.
e. Mata : bentuk dan letak simetris, apakah ada trauma seperti perdarahan
konjungtiva atau retina, sklera putih atau kekuningan dan sekret pada
mata.
f. Hidung : bentuk dan lebar hidung simetris, ada septum atau tidak, ada
sekret atau tidak. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
g. Mulut : bentuk simetris, lidah bersih, tidak ada labioschizis dan
palatoschizis. Pada bayi dengan labioschizis dan labiopalatoschizis
akan mengalami kesulitan saat menyusu atau minum.
h. Telinga : jumlah, bentuk dan posisinya simetris, tulang rawan sudah
matang, daun telinga berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas dibagian atas.
i. Leher : tidak ada webbed neck, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,
lymfe dan vena jugularis dan tidak ada pelebaran dan pelipatan lemak
(bullneck).
j. Dada : untuk mengetahui gerakan dada saat bernapas, apakah simetris
dan ada retraksi. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk
dengan baik dan tampak simetris.
k. Abdomen : pembesaran hepar tidak ada, tidak kembung, tidak ada
perdarahan pada tali pusat.
l. Punggung : tidak ada kelainan seperti spina bifida.
m. Genitalia : Periksa lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena
akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada
bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora,
lubang uretra terpisah dengan lubang vagina, adanya sekret yang
22
Analisis
Diagnosis : didapatkan dari hasil pengkajian data subyektif dan objektif,
diagnosis bayi baru lahir dideskripsikan dari masa gestasi dan ukuran berat
lahir yang sesuai untuk masa kehamilannya, yaitu neonatus cukup bulan /
kurang bulan / lebih bulan – sesuai masa kehamilan / kecil masa kehamilan /
besar masa kehamilan, serta usia bayi saat dilakukan pengkajian.
Masalah : masalah apa yang ditemukan dalam pengkajian
Penatalaksanaan:
1. Membuat cap telapak kaki kanan dan kiri bayi pada lembaran kelahiran
R/ sebagai bukti otentik kelahiran bayi.
24
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR (FISIOLOGIS)
Data Subjektif
Biodata
Nama Bayi : Bayi Ny. P
Usia Bayi : Satu jam
Nama Ibu : Ny. P Nama Suami : Tn. A
Umur : 26 tahun Umur : 31 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Jagalan 4 no 31
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum sedang, bayi menangis kuat.
Tanda-tanda vital
a. Suhu : 36,4°C
b. Heart rate : 126 x/m
c. Pernafasan : 43 x/m
2. Pemeriksaan Fisik
a. Antropometri
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 46 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 32 cm
b. Kulit : warna kulit merah muda, turgor baik (kembali dengan cepat),
terdapat lanugo.
c. Kepala : moulage tidak ada, caput succedaneum tidak ada, cephal
haematoma tidak ada. Ubun-ubun besar datar, ubun-ubun kecil belum
menutup.
d. Wajah : tidak Oedema , kedua mata simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada labioschisis dan
labio palatoschisis pada mulut, serta tidak ada kelainan kongenital lainnya.
e. Telinga : kedua daun telinga simetris
25
26
f. Leher : tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, vena jugularis dan
kelenjar lymfe.
g. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada bunyi ronchi dan
wheezing.
h. Abdomen : pembesaran hepar tidak ada, tidak kembung, tidak ada
perdarahan pada tali pusat.
i. Punggung : tidak ada kelainan
j. Genitalia : jenis kelamin perempuan, labia mayor sudah menutupi labia
minor.
k. Anus : terdapat lubang anus, tidak ada pengeluaran meconium.
l. Ekstremitas : normal, jari tangan dan kaki lengkap, bentuk simetris, tidak
ada kelainan.
m. refleks :
Reflek moro : baik
Reflek rooting : baik
Reflek sucking : baik
Refleks menggenggam : baik
Babynski : baik
b. Riwayat persalinan ini: partus normal pada tanggal 21-03-2012 jam 12.15
WIB di RSIA IBI ditolong oleh bidan “U”, jenis kelamin bayi perempuan,
AS 8/9. Kala I ± lima jam, kala II 15 menit, kala III 5 menit, ketuban pecah
27
spontan, warna air ketuban putih jernih, plasenta lahir lengkap, insersi tali
pusat sentralis, tidak ada penyulit selama persalinan. IMD pada bayi selama
satu jam.
c. Riwayat metode KB : Ibu belum pernah menggunakan metode KB
Analisis
Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Usia Satu Jam
Masalah : Tidak ada
Penatalaksanaan:
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayi baik dan fisik normal
E/ Ibu dan keluarga mengerti tentang keadaan bayi.
2. Memberikan peneng yang sama pada pergelangan tangan bayi dan ibu
E/ Peneng berwarna pink lengkap dengan identitas ibu dan bayi telah
dipasangkan di tangan keduanya, di hadapan ibu dan keluarga.
3. Membuat cap telapak kaki kanan dan kiri bayi pada lembaran kelahiran
E/ cap telapak kaki telah dibuat di lembaran kelahiran bayi.
4. Memberikan zalf mata tetrasiklin 1% pada kedua konjungtiva bayi
E/ zalf mata sudah diberikan di kedua konjungtiva bayi.
5. Memberikan injeksi vit.K (neo-k) 0,5 cc IM pada paha bayi bagian luar
E/ injeksi vit.K 0,5 cc IM sudah disuntikkan.
6. Memberikan injeksi Hep B 0,5 cc IM pada paha kanan bayi bagian luar
E/ injeksi Hep B 0,5 cc IM sudah disuntikkan.
7. Membedong bayi agar terhindar dari hipotermi
E/ bayi segera dibedong dengan kain bedong bayi.
8. Memberikan bayi pada ibu untuk kembali disusui
E/ bayi segera diberikan pada ibu untuk disusui, bayi mau menyusu.
9. Menempatkan bayi pada couve di ruang bayi segera setelah ibu selesai
menyusui
E/ bayi segera di baringkan di couve di ruang perawatan bayi.
28
BAB IV
PEMBAHASAN
29
29
“Ny P” telah dilakukan mulai dari pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital,
antropometri, serta keadaan fisik bayi dari kepala hingga kaki. Semua hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya kelainan pada fisik
bayi, begitu pula pada pemeriksaan neurologis bayi, semua refleks dalam kedaan
baik.
Penanganan lainnya pada bayi baru lahir yaitu mempertahankan suhu
tubuh bayi. Suhu tubuh bayi “Ny P” saat pengkajian dilakukan yaitu 36,4 °C.
Suhu tubuh bayi “Ny P” dijaga dengan cara selalu menyelimuti bayi dengan kain
bersih dan kering segera sejak bayi lahir, menempatkan bayi dalam couve / kuff
selama dilakukan pemeriksaan dan penanganan bayi baru lahir, membedong bayi
dan memberikan kembali bayi pada ibu untuk disusukan. Hal tersebut sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa mencegah kehilangan panas tubuh bayi
dapa dilakukan melalui upaya antara lain keringkan bayi dengan seksama,
selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat, anjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusui bayinya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering, dan tempatkan bayi di
lingkungan yang hangat. (JNPK-KR 2007)
Memotong tali pusat harus dilakukan dengan cara hati-hati agar tidak
melukai tubuh bayi. Tali pusat kemudian diikat segera setelah dipotong agar tidak
terjadi perdarahan tali pusat. Tali pusat bayi “Ny P” diikat dengan klem pengikat
tali pusat yang steril. Selanjutnya perawatan tali pusat yaitu menjaga agar tali
pusat tetap bersih dan kering.
Proses identifikasi bayi baru lahir yaitu dengan cara memberikan peneng
yang sama baik pada ibu maupun bayinya. Peneng yang diberikan pada bayi “Ny
P” yaitu peneng bewarna pink / merah muda, warna peneng disesuaikan dengan
jenis kelamin bayi yaitu perempuan. Peneng dipasang pada pergelangan tangan
ibu dan bayi secara bersamaan didepan ibu, suami atau keluarga, dengan
membacakan terlebih dahulu nama identitas yang ada pada peneng, untuk
memastikan keluarga bahwa identitas di peneng yang telah dipasangkan benar dan
sama. Selain pemasangan peneng, identifikasi bayi juga dilakukan dengan
membuat sidik telapak kaki bayi dan ibu jari ibu pada lembaran kelahiran, sebagai
bukti otentik kelahiran bayi. Proses identifikasi yang dilakukan pada bayi “Ny P”
30
telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan. Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir
dan ibu masih berdekatan dengan bayinya di kamar bersalin. (Saifuddin dan
kawan-kawan 2002)
Selanjutnya bayi “Ny P” mendapat zalf mata pada kedua konjungtivanya.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam waktu satu jam
setelah kelahiran, berikan obat tetes mata /salep pada bayi baru lahir untuk
mencegah oftalmia neonatorum, salep mata yang bisa dipakai yaitu tetrasikilin
1%, larutan perak nirat 1% atau eritromisin 0,5%. (PIK 2012). Setelah pemberian
zalf mata dilakukan, bayi “Ny P” mendapat suntikan vit K 1 mg pada paha depan
(musculus quadriceps). Tindakan tersebut sesuai dengan teori yaitu pemberian
injeksi vit K profilaksis pada bayi baru lahir dengan tujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi yang disebabkan oleh perdarahan
akibat defisiensi vitamin K, semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis
vitamin K1 (phylloquine atau phytomenadione atau disebut juga phytonadione),
regimen vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1, dan diberikan secara
intramuskular dengan dosis pemberian 1 mg dosis tunggal (untuk sekali suntik).
(Wijaya 2010). Selanjutnya bayi “Ny P” mendapatkan injeksi Hepatitis B setelah
bayi ditempatkan di ruang bayi, yaitu satu jam setelah bayi bayi mendapatkan
injeksi vit K 1mg. Pemberian injeksi Hepatitis B pada bayi “Ny P” sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa Immunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk
mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu – bayi.
Terdapat dua jadwal pemberian immunisasi Hepatitis B. Jadwal pertama
immunisasi Hepatitis B sebanyak tiga kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir
menggunakan uniject), satu dan enam bulan. Jadwal kedua, immunisasi Hepatitis
B sebanyak empat kali, yaitu pada usia 0, dan DPT + Hepatitis B pada dua, tiga,
dan empat bulan usia bayi. (JNPK-KR 2007). Imunisasi Hepatitis B diberikan
setelah pemberian vit K dengan selang waktu 1-2 jam. (Wijaya 2010)
Penanganan segera pada bayi baru lahir yang tidak kalah penting adalah
pencegahan infeksi. Pada saat dilakukannya penanganan pada bayi “Ny P”
pemeriksa mencuci tangan terlebih dahulu dan menggunakan sarung tangan steril
31
untuk menjaga keamanan selama menangani bayi. Begitu pula peralatan yang
dipakai untuk memeriksa bayi telah dibersihkan sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan teori yang meyatakan bahwa bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan
untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi seperti cuci tangan secara seksama
sebelum dan setelah melakukan penanganan bayi baru lahir, memakai sarung
tangan bersih pada saat menangani bayi, memastikan bahwa semua peralatan,
termasuk klem, gunting dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau
sterile, pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi telah dalam
keadaan bersih. (PIK 2012)
Penanganan segera pada bayi “Ny P” mulai dari pembersihan jalan nafas
sampai dengan tindakan injeksi Hepatitis B telah dilakukan sesuai dengan teori
dan tidak ditemukan adanya kesenjangan antara kasus dengan teori.
32
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Asuhan bayi baru lahir yang diberikan pada bayi “Ny P” telah sesuai dengan
tujuan antara lain :
1. Melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif pada bayi baru
lahir.
2. Mengidentifikasi diagnosa aktual dan masalah pada bayi baru lahir.
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial pada bayi baru
lahir.
4. Mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara menyeluruh
pada bayi baru lahir.
5. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang menyeluruh sesuai
kebutuhan pada bayi baru lahir.
6. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir.
7. Melakukan pendokumentasian pada asuhan bayi baru lahir.
1.2 Saran
33
33
DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR, 2007, Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusu dini, JNPK,
Jakarta.
Marjono, A 1999, Catatan kuliah obstetri ginekologi plus FKUI, Abud, Jakarta.
Muis, Jayanti 2012, Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, diakses 25 Maret 2012,
http://amazingbiges.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-fisik-bayi-baru-lahir.html
PIK 2010, Asuhan pada bayi baru lahir dan neonatus, diakses 26 Maret 2012,
http://pakar-bangsa.blogspot.com/2012/01/asuhan-pada-bayi-baru-lahir-dan.html
Wijaya, AM 2010. Pentingnya pemberian vit K1 profilaksis pada bayi baru lahir,
diakses 26 Maret 2012,
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=
84:pentingnya-pemberian-vitamin-k-pada-bayi-baru-lahir&catid=27:helath-
programs&Itemid=28
Yusra, S 2011, Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, diakses 27 Maret 2012,
http://www.scribd.com/selvi_yusra/d/47356844-PEMERIKSAAN-FISIK-BAYI-
BARU-LAHIR
34