Anda di halaman 1dari 12

Makalah :

FILSAFAT PENDIDIKAN
“MANUSIA DAN KEBENARAN, KEBENARAN ILMU, AGAMA, DAN
FILSAFAT”

KELOMPOK 1 :
NUR ALMI A 241 18 009
ROHANA A 241 18 076
NURUL IZZAH A 241 18 069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi
tugas kelompok pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan. Dalam makalah ini, penulis
membahas tentang “Manusia Dan Kebenaran, Kebenaran Ilmu, Agama, Dan
Filsafat”
Dalam penyusunan makalah ini, kami sangat menyadari akan keterbatasan diri
sehingga tentunya makalah ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu,
kami sangat membutuhkan kritik dan saran membangun dari pembaca guna
memperbaiki kekeliruan dalam makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
dapat lebih memahami tentang pengertian dan tujuan pendidikan.

Palu, 02 Februari 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Manusia Dan Kebenaran
B. Kebenaran Ilmu, Agama, Dan Filsafat
1. Kebenaran Agama
2. Kebenaran Filsafat
3. Kebenaran Ilmu
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat, ilmu pengetahuan dan agama
memiliki hubungan. Baik filsafat, ilmu pengetahuan dan agama mempunyai tujuan
yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari
setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu
mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab.

Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-
sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul,dan
menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya “Apakah
alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar
membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah
ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain"?

Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana


mengenai manusia, kebenaran, filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Dimana dalam
makalah ini penulis berusaha memecahkan masalah tentang kedudukan manusia,
kebenaran, filsafat, ilmu pengetahuan dan agama serta bagaimana relasi antara
filsafat, ilmu pengetahuan dan agama.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan manusia dan hubungannya dengan kebenaran?
2. Bagaimana relasi antara kebenaran ilmu, agama dan filsafat?

3. Tujuan
1. 1. Untuk mengetahuai kedudukan manusia dan hubungannya dengan kebenaran
2. 2. Untuk mengetahuai makna dari kebenaran ilmu, agama dan filsafat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia Dan Kebenaran
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang unik dan komplek, karena:
b. Manusia diciptakan dengan dua substansi yang terintegrasi / terpadu (tidak
terpisah) satu dengan yang lain.
 Substansi Fisik - - - - - Substansi Psikis
 Tubuh - - - - - - Jiwa
 Jasmani - - - - - - Rohani
c. Manusia hanya manusia dalam keterpaduan kedua substansi tersebut,
sebagai satu diri dengan identitas yang tidak sama satu dgn yang lain.
d. Secepat yang satu meninggalkan atau ditinggalkan oleh yang lain atau
secepat kedua substansi itu terpisah yang disebut kematian, maka :
 Tubuh yang tinggal bukan lagi manusia, karena kehilangan energi untuk
menjalankan fungsi kemanusiaan yang bersumber di dalam jiwa. Tubuh
yang tinggal bukan manusia dan disebut mayat atau jenazah yang tidak
membutuhkan lagi kebenaran dan ilmu dunia.
 Jiwa yang pergi bukan lagi manusia karena kehilangan raga sebagai
wadah yang menjadi sarana untuk mewujudkan fungsi kemanusiaannya.
Jiwa yang pergi disebut roh yang juga tidak dapat menjalankan fungsi
kemanusiaannya, namun harus mempertanggung jawabkan ilmu yang
dimiliki dan penggunaannya selama hidup.
Dalam keterpaduan kedua substansi manusia menjadi makhluk yang unik dan
komplek. Keunikan itu di antaranya adalah manusia memiliki dorongan ingin tahu
yang besar, yang tidak dimiliki oleh makhluk lain di muka bumi ini, khususnya
kehewan. Dorongan itu didukung oleh tiga domain yang diberikan Tuhan kepada
manusia sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk yang komplek dan selalu
berusaha mencari dan menemukan kebenaran yang berguna bagi hidup dan
kehidupannya. Ketiga domain itu merupakan Energi Psikologis sebagai berikut.
Energi Psikologis
Energi di dalam psikis manusia disebut kemampuan mental (psikologis) yang
memiliki kekuatan menggerakkan organ tubuh manusia, khususnya otak dalam
berpikir untuk menggali dan mengembangkan kebenaran.
Energi psikologis (kejiwaan) merupakan pembeda antara manusia dari hewan
dalam mewujudkan ketiga hakikat kemanusiaan tersebut di atas terdiri dari :
1) Energi Kognitif bahwa manusia adalah makhluk satu-satunya yang mampu
berpikir, mencakup (a) pengetahuan, (b) pemahaman,(c) kemampuan
mengananalisis,d) mensintesis,(e) mengaplikasikan dan (f) mengevaluasi. Semua
energi itu disebut kecerdasan intelektual atau kemampuan mental atau
kemampuan berpikir yang memungkinkan manusia berfilsafat.
2) Energi Afektif bahwa manusia memiliki kendali berupa kecerdasan emosional
sebagai kesadaran dalam mengendalikan emosi diri dan memahami emosi orang
lain, sehingga mampu memotivasi diri dan memotivasi orang lain, bertenggang
rasa dan lain-lain yang memungkinkannya bekerjasama atau saling menghargai
dalam mencari kebenaran yang dipahami bersama.
3) Energi psikomotorik bahwa manusia dalam mengunakan kemampuan mental
(berpikir dan beremosi) selalu dapat melakukan gerak fisik (motorik) secara
profesional sesuai dengan tingkat kemapuan mentalnya. Dalam penguasaan dan
penggunaan ilmu sebagai kebenaran tampak berupa perilaku UnSkill, Skill,
Ahli/Profesional, Spesialis dan Super Spesialis.
Energi psikis sebagai kemampuan mental berlangsung berupa pikiran dan
perasaan, yg menghasilkan dan mengendalikan kegiatan psikomotorik terdiri dari cara
berpikir, bersikap dan berperilaku yang menghasilkan ilmu dan teknologi.
Energi psikis tertinggi yang bersifat manusiawi adalah energi yang
dikendalikan langsung oleh Sang Pencipta, Tuhan YangMaha Esa, disebut IMAN
yang berarti diri yang beriman meyakini seyakin-yakinnya bahwa segala sesuatu
yang dapat diamati dan tidak diamati serta kebenaran yang sesungguhnya berada
dalam kekuasaan dan kendali Tuhan Yang Maha Esa.
Ketiga energi psikologis itu secara prinsipil dimanifestasikan manusia dalam
keterpaduan fisik dan psikis berupa perilaku untuk mewujudkan “hakikat
kemanusiaaan” yg terdiri dari :
a) Hakikat Individualitas : Setiap manusia merupakan satu diri, yang berbeda dalam
kesamaan, Semua manusia memiliki kemampuan berpikir, tetapi tidak sama proses
dan hasil berpikirnya.
b) Hakikat Sosialitas : Manusia diciptakan sebagai makhluk yang memerlukan hidup
bersama dalam kebersamaan. Tidak ada individu yang dapat hidup sendiri tanpa
individu yang lain. Dalam kebersamaan itu manusia yang saling membutuhkan
berupaya menciptakan kehidupan yang berrmakna.
c) Hakikat Moralitas
Hidup bermakna hanya terwujud melalui hidup mandiri dan hidup bersama di
dalam nilai-nilai, baik nilai nisbi mapun nilai- nilai absolut.
Dengan dorongan ingin tahu yang sangat besar, manusia dapat menggunakan
energi psikologis untuk menemukan dan meyakini tiga jenis kebenaran yang terdiri
dari :
1. Kebenaran Agama.
2. Kebenaran Filsafat.
3. Kebenaran Ilmu
B. Kebenaran Ilmu, Agama, Dan Filsafat
1. Kebenaran Agama
Agama adalah kebenaran adi kodrati(di atas kodrat) yang bersumber dari luar diri
manusia, bukan diperoleh dari usaha manusia, baik melalui kemampuan berpikir
maupun penyelidikan atau cara yang lain. Agama sebagai kebenaran bersumber dari
pemilik kebenaran yang maha sempurna kebenarannya.
Kebenaran agama bersifat mutlak/absolut, yang benar dari dalam dirinya dan
karena dirinya sendiri merupakan kebenaran yang tetap benar sepanjang masa.
Sumber kebenarannya adalah Yang Maha Benar, yang tidak pernah salah atau keliru
dalam memberitahukan tentang kebenaran sesuatu. Manusia mengetahui kebenaran
agama karena diberi tahu oleh sumber kebenaran. Pemberitahuan itu disebut firman
atau wahyu yg disampaikan melalui seseorang yang ditunjuk-NYA dan disebut Nabi
dan/atau Rasul. Kebenaran agama dipahami dan diterima manusia berdasarkan
kepercayaan atau keyakinan yg disebut iman. Oleh karena itu meskipun sekarang
belum dipahami tetap harus diterima/diyakini kebenarannya.
Kebenaran agama tidak tertutup bagi manusia untuk memikirkannya sepanjang
tidak bermaksud menolak dan menantang atau menguji ketidakbenarannya.
Menyangsikan kebenaran agama adalah dosa, sehingga berpikir mendalam dan
mendasar atau berfilsafat dgn mempertanyakan seluk-beluk kebenaran agama yg
disebut filsafat agama (tarikat/tasawuf/teologi) sebagai usaha manusia untuk
mendalami firman Tuhan tidak boleh digunakan untuk menyangsikan kebenarannya.
Hasilnya tidak dapat dikategorikan sebagai agama karena penerimaan kebenarannya
tergantung pada common sence bukan pada iman, sehingga melahirkan banyak aliran
tarikat/tasawuf/teologi (filsafat agama).
Agama sebagai kebenaran mutlak, bersifat apriori yang tidak perlu
diuji/dibuktikan, karena sudah pasti kebenarannya.
2. Kebenaran Filsafat
Kebenaran filsafat adalah kebenaran kodrati karena merupakan hasil usaha
manusia melalui proses perenungan atau berpikir secara mendasar/mendalam
mengenai sesuatu. Kebenaran Filsafat bersifat nisbi sebagai hasil berpikir manusia
untuk memenuhi keiingin tahuannya dalam mencari dan mengungkapkan kebenaran
yang selalu mungkin dan dapat berubah dan berkembang. Sumber kebenaran filsafat
adalah hasil usaha manusia yang tidak sempurna, selalu mungkin dan dapat
keliru/salah dalam berpikir mencari kebenaran karena manusia tidak dapat lepas dari
sifat khilaf dan alpa.
Kebenaran filsafat bersifat apriori yang diterima kebenarannya melalui proses
berpikir(rasional) yang bersifat fundamental/mendasar dan mendalam tanpa perlu
dibuktikan secara empiris. Suatu kebenaran filsafat mungkin diterima oleh
sekelompok manusia, tetapi ditolak kelompok manusia lain yang berbeda akal sehat
(common sense) masing-masing. Filsafat diterima kebenarannya dengan akal sehat
(common sense), tanpa perlu dibuktikan secara empiris. Filsafat yang diterima
kebenarannya oleh akal sehat (common sense) sekelompok besar manusia disebut
aliran filsafat, meskipun tidak diterima kebenarannya oleh kelompok yang lain.
Dengan kata lain kebenaran suatu aliran filsafat yang diterima oleh sekelompok
manusia, tidak diterima kebenarannya oleh manusia dari aliran filsafat yang lain
karena berbeda akal sehat (common sense) masing-masing.
3. Kebenaran Ilmu
Kebenaran ilmu adalah hasil usaha manusia berpikir dan menyelidiki tentang
pengetahuan dan keilmuan menghasilkan kebenaran nisbi, yang selalu dapat berubah
dan berkembang.
Ilmu berawal dari dorongan ingin tahu manusia yang sangat besar untuk tahu
sesuatu yang menghasilkan “pengetahuan (knowladge)” yakni segala sesuatu yang
diketahui manusia demi kesadaran manusiawinya. Manusia memiliki pengetahuan
demi ingin tahunya yang tak terbatas, pengetahuan diterima manusia dengan atau
tanpa menguji kebenarannya. Pengetahuan diterima dan dimiliki manusia sepanjang
dapat memuaskan dorongan ingin tahunya.
Pengetahuan bersifat umum (diketahui oleh pada umumnya manusia) tetap dan
pasti dalam kesehariannya, seperti tahu bahwa api panas, air laut asin, ibu wanita,
ayah lelaki, malam gelap, matahari di siang hari dan lain-lain. Pengetahuan yang
bersifat tertentu atau mengenai sesuatu yang khusus dan telah teruji kebenarannya
secara rasional atau empiris disebut Ilmu (science) merupakan generalisasi (berlaku
universal) tidak dalam keseharian dan diketahui secara terbatas tidak oleh semua
manusia. Misalnya mengenai sebab air mendidih 100 derajat, yang tidak diketahui
semua orang.
Ilmu (science) adalah tahu yang benar tentang sesuatu di dalam kesadaran
sebagai objektivitas yakni tahu keadaan yang benar tentang sesuatu sesuai keadaan
yang sebenarnya dari objeknya, yang berarti ilmu bersifat objektif. Ilmu adalah
kebenaran obyektif atau tahu secara tepat “apa sebabnya sesuatu demikian atau
mengapa sesuatu demikian atau tahu sebab-sebab sesuatu demikian” dalam kesadaran
manusia. Misalnya tahu perbedaan mengapa atau apa sebabnya suatu pelanggaran
hukum dikategorikan sebagai pelanggaran pidana atau perdata, atau tahu secara benar
perbedaan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional, antara Administrasi
Publik dan Administrasi Privat dan lain-lain. Dengan kata lain Ilmu tidak diketahui
oleh pada umumnya manusia.
Ilmu sebagai kebenaran universal berlaku untuk sesuatu sebagai keseluruhan dan
pada setiap unsur atau jenis di dalam keseluruhan objeknya, tanpa terikat waktu dan
tempat. Ilmu diperoleh manusia melalui :
a. pengalaman (empiri) dalam kehidupan manusia, termasuk penelitian.
b. proses berpikir analitis dan/atau sintetss terhadap gejala-gejala sosial dan gejala-
gejala alam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan YME yang unik dan komplek,
karena Manusia diciptakan dengan dua substansi yang terintegrasi / terpadu (tidak
terpisah) satu dengan yang lain.
ilmu (science) merupakan pengetahuan dari proses yang telah memenuhi
persyaratan-persyaratan keilmiahan. W.Atmojo mengartikan ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode- metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala- gejala
tertentu dibidang pengetahuan itu.

Pada prinsipnya antara ilmu pengetahuan dan agama mempunyai hubungan


yang erat dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Dimana keduanya
memiliki kekuatan daya gerak dan refleksi yang berasal dari manusia. Dalam diri
manusia terdapat daya yang mengarahkan ilmu pengetahuan dan agama yang melalui
akal fikiran, rasa dan keyakinan.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
kritikan yang membangun dari pihak pembaca agar makalah ini lebih baik. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Jujun S Suarisumantri (1978) ilmu dalam perspektif : Sebuah Kumpulan Karangan


Tentang Hakekat Ilmu, Penerbit PT.Gramedia, Jakarta.
H. Hadari Nawawi (2010). Power point (Hand Out) Filsafat Ilmu

Anda mungkin juga menyukai