Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN MENGENAI BUDAYA-BUDAYA DI INDONESIA

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi)

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Lisa Noviyanti P17320118005

Tiara Puti Anjalni P17320118022

Raihanah Balqis Indragiri P17320118029

Ayu Aulia Ramadhiany P17320118036

Herlinda Meilani P17320118042

Dina Kamala Fitri P17320118046

Ayu Fitriani P17320118051

Salsabiila Aprilia Sukarna P17320118053

Tingkat 2A

POLITEKNIK KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
2019/2020
A. Pengertian Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhayah dari kata buddhi yang
artinya budi atau akal, maka kebudayaan adalah sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi
atau akal. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut “culture”, yang berasal dari kata lain
yaitu:”colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Dalam bahasa
Indonesia, kata culture di adopsi menjadi kultur.

Sedangkan pengertian mengenai kebudayaan sendiri yaitu sistem pengetahuan yang


meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-
benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Berikut ini pandangan para ahli tentang kebudayaan :

1. Melville J. Herkovits

Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan yang


turun-temurun dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-orang
yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan
kelahiran.
2. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi

Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

3. E. B Taylor

Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam


keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan,
hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat.
4. Andes Eppink

Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta


keseluruhan struktur sosial, dan religius.
5. Koentjaraningrat

Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka memenuhi kehidupan manusia dengan cara belajar.

B. Unsur – unsir kebudayaan


Unsur kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bagian suatu kebudayaan
yang dapat digunakan sebagai satuan analisis tertentu. Adanya unsur tersebut menjadikan
kebudayaan lebih mengandung makna totalitas daripada sekadar penjumlahan unsur-unsur
yang ada di dalamnya. Berikut unsur-unsur kebudayaan

1) Sistem religi dan upacara keagamaan

Manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan
perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha
besar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya.

2) Sistem organisasi kemasyarakatan

Manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan
akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan
sebagai tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

3) Sistem pengetahuan

Manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri,
selain dari pemikiran orang lain. Kemapuan manusia untuk mengingat apa yang telah
diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan
pengetahuan ini menyebar luas.

4) Sistem mata pecaharian hidup

Manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum
terus meningkat. Dalam tingkat food gathering, kehidupan manusia memang sama dengan
binatang. Namun, dalam tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah
bercocok tanam, beternak, mengusahakan kerajinan, lalu berdagang, manusia semakin
dapat mencukupi kebutuhannya yang terus meningkat. Kadang-kadang cenderung
sebagai keserakahan.

5) Sistem teknologi dan peralatan

Manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu
dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu yang erat, manusia dapat menciptakan
sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat ciptaannya itu, manusia lebih mampu
mencukupi kebutuhannya.

6) Bahasa

Manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam
bentuk tanda (kode), kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan dan akhirnya
menjadi bahasa tulisan.

7) Kesenian

Manusia sebagai homo aesteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya,
manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia
tidak hanya semata-mata memenuhi kebutuhan makan saja, tetapi juga memerlukan
pemandangan yang indah dan suara yang merdu.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebudayaan

Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor,


sbb:
1. Lingkungan Geografis

2. Induk Bangsa

3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Kebudayaan

D. Wujud kebudayaan
wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

2.2.1 Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil
karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2.2.2 Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

2.2.3 Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan
dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia

C. Sifat-sifat dari kebudayaan

Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut :

1. Adaftif

Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan diri, sifat
adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan diri pada hal-
hal seperti kebutuhan fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan fisik-geografis dan
lingkungan sosial.
2. Integratif

Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur dan sifat-
sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan
saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam suatu kebudayaan tidak dapat dengan
mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.
3. Dinamis

Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus bergerak
mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika kehidupan sosial
budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitar, penafsiran-
penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang norma-norma, dan nilai-nilai sosial
budaya yang berlaku.
D. Keberagaman Budaya Indonesia

Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragaman budaya
Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri keberadaanya. Dalam konteks
pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan
pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan negara lainnya.

E. Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia

Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di Indonesia:

1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda

Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami propinsi


Jawa Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal sistem Parental, yaitu
mengikuti garis keturunan kedua orang tua, ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang
dipakai adalah bahasa Sunda. Bahasa ini mengenal tingkatan dari bahasa yang paling
halus sampai kasar. Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis,
Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa sunda
yang tidak halus berkembang di daerah Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon.
Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Badui do Banten Selatan disebut bahasa
Sunda Buhun (Kuno).
Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik
tradisional masyarakat Sunda adalah angklung. Alat musik Sunda juga memiliki
pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang pencak, dan sejumlah
tarian-tarian seperti tari jaipong dan tari topeng. Kesenian tradisional tersebut
umumnya dipertunjukkan pada upacara selamatan pernikahan, sunatan, meruwat
rumah, dan syukuran.

2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger

Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mendiami
wilayah sekitar Pegunungan Bromo, Jawa Timur. Masyarakat mempunyai ciri khas
yang dapat dilihat dari dialek bahasa, upacara adat yang berdasarkan sistem
kepercayaannya, serta perilaku yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam
kehidupan orang Tengger mempunyai kebiasaan mengangkat orang luar menjadi
warga baru atau sesepuh masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini dilakukan
melalui upacara wisuda yang dipimpin oleh ketua adat atau kepala dukun.

Sebagian masyarakat Tengger beragama Hindu Mahayana. Setiap tahun,


mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka pengiriman kurban
kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo. Puncak upacara Kasodo
berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan dukun-dukun baru.
Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk) ke kawah
Bromo. Acara ini mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung hingga
subuh menjelang matahari terbit.

3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi Pulau
Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak yang
mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun tersebar di
berbagai daerah, suku bangsa Batak dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan
sekalipun tidak tinggal di kampung halamannya.
Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir
dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang
memiliki srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan tari-
tarian. Tarian tradisional yang cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari Sekar
Sirih. Tari Mandula adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen,
sedangkan tari Sekar Sirih adalah tarian menyambut tamu.

4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis

Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi
Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa Pelaut, sehingga
mereka juga tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah,
seperti di Flores dan Kalimantan, suku bangsa Bugis membentuk perkampungan
sendiri. Pada naskah-naskah kuno bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara
Lontara. Setelah masuknya pengaruh Islam pada abad ke-17, naskah-naskah
kebanyakan ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.
Kesenian msyarakat Bugis dapat dilihat dari bentuk arsitektur rumah dan ukir-
ukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat dilihat pada bentuk-bentuk
kerajinan rumah tangga seperti tenunan sarung yang sudah cukup dikenal luas di
Indonesia serta seni tarik suara dan tarian.
5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak

Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau Kalimantan.
Masyarakat Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan laki-
laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang sudah
menikah akan tetap tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga
luas (ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah
dengan laki-laki suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal bersama keluarga
istrinya.
Masyarakat Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian, seni
ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat dari
bambu atau kayu yang dimainkan dengan cara dipikul berirama mengikuti tarian dan
lagunya. Tarian-tarian masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean Dades, dan
Bungai. Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacara- upacara adat. Seni
ukir dapat dilihat pada tiang-tiang rumah yang diukir dengan tangan dan memiliki
simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni ukir masyarakt Dayak berupa patung-patung
yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain tenun yang terkenal terbuat dari bahan kapas
dan kulit kayu.

6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio

Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores,


NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang disebut “SUKU”.
Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk
kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain
berstatus sebagai “orang tua”, ia juga sebagai “ahli waris”.
Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional. Dalam seni
pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang disebut Sao Ria.
Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo yang dikeramatkan
sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional
dengan motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.

7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat

Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah pegunungan Papua


Selatan. Suku bangsa Asmat umumnya dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat
Hulu. Suku bangsa Asmat Hilir hidup di dataran rendah di sepanjang pantai yang
masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran
tinggi yang berbukit-bukit dengan padang rumput yang cukup jelas.
Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya tinggal di rumah-rumah
panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat terdiri atas 10-
15 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi
sebagai rumah keramat dan tempat upacara keagamaan.
Masyarakat Asmat juga mengenal pemimpin adat yang disebut aipem.
Pemimpin adat biasanya orang-orang yang pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang
pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam membuat patung (wow-iptis) akan
menjadi pemimpin para pembuat patung.Kesenian masyarakat Asmat identik dengan
kepercayaan dan upacara-upacara keagamaan terutama seni ukir patung, topeng, dan
perisai.

8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat. Tersebar


juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan masyarakat
Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil
adalah Paruik.

Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang
menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di
Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.

9. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat. Tersebar


juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan masyarakat
Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil
adalah Paruik.

Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang
menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di
Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.

10. Kebudayaan Masyarakat Aceh

Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam
bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan pulau-
pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong. Setiap
gampong terdiri atas 100-500 rumah.

11. Kebudayaan Masyarakat Jawa

Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari Kraton.


Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum
terpelajar (priyayi) menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di desa.

dan masyarakat kebanyakan yang digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan
tingkat kepala desa (petinggi) dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu
 Carik : bertindak sebagai sekretaris desa

 Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampung

 Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang menyampaikan segala hal
terkait kebijakan kepala desa untuk menyampaikan kepada masyarakatnya.
 Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan, dan kematian.

12. Kebudayaan Masyarakat Bali

Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali
Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah
pegunungan. Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di
daerah-daerah dataran dan menjadi mayoritas Bali.
13. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar
Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi.
Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makasar
menggunakan bahasa Mangasara.

Sumber :

file://Downloads/MAKALAH_KERAGAMAN_BUDAYA_INDONESIA.pdf.pdf

https://ilmuseni.com/seni-budaya/macam-macam-kebudayaan-di-indonesia
.

Anda mungkin juga menyukai