Semangat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Ambon dikenal sebagai salah satu kota dengan gugusan pulau yang
memberikan karakteristik khas, dikarenakan wilayahnya terdiri dari perbukitan,
pegunungan, pesisir pantai dan laut. Dengan kondisi karakteristik ini
memberikan peluang banyaknya potensi alam yang dapat dijadikan sebagai objek
wisata, terutama wisata bahari termasuk potensi wisata bawah lautnya.
Disisi lain jumlah penduduk kian meningkat yang linier dengan laju
pembangunan membuat pergeseran pola pembangunan horizontal menjadi
pembangunan vertikal berupa gedung-gedung bertingkat. Hal ini dikarenakan
terbatasnya lahan yang tersedia, oleh karena itu diperlukan penyelesain masalah
penyediaan wilayah pemukimam ataupun perkantoran tanpa harus menggunakan
banyak lahan yaitu melalui gedung bertingkat.
Dengan lingkungan yang strategis sebagai daerah wisata Zest Hotel kota
ambon dibangun tidak jauh dari daerah pesisir pantai, dalam pembangunan
gedung bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang sangat matang, selain
perancangan struktur gedung dan elektrical diperlukan pula perancangan sitem
mekanikal seperti sitem plumbing , Fungsi dari peralatan plambing adalah
pertama, untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang membutuhkan
dengan jumlah aliran serta tekanan yang sesuai, dan kedua membuangair kotoran
dari tempat-tempat tertentu dan tetap menjaga kebersihan tempat-tempat yang
dilaluinya (Noerbambang & Morimura, 2005). untuk menciptakan rsaa nyaman
para pengunjung di sebuah hotel harus di dukung dengan sistem distribusi air
bersih yang memenuhi syarat serta pembuangan limbah yang lancar.
Untuk menjami ketersediaan air bersih pada pengunjung, sistem distribusi
airbersih direncanakan sehingga dapat di distribusikan keseluruh bagian
bangunan hotel secara merata. Dalam perencanaan sistem distribusi air bersih
terdapat hal penting yang menjadi sorotan yaitu mengenai kualitas air yang

1
akan di distribusikan, laju dan kecepatan aliran dalam pipa, kerugian disepanjang
aliran pipa, tekanan air pada pipa serta kapasitas tampungan.
Dalam perencanaan sistem plumbing tedapat sistem pembuangan air
limbah yang harus di rencanakan karena merupakan instalasi untuk mengalirkan
air buangan yang berasal dari peralatan saniter: wastafel, FD (floor drain) dan
kitchen zink. Oleh karena itu dalam perencanaannya harus sesuai dengan
standart, sehingga tidak mencemari lingkungan dan mengganggu kenyamanan
para pengunjung hotel, terdapat hal yang menjadi perhatian dalam
perencanaannya yaitu perencanaan pendimensian pipa dan kemiringan pipa yang
tepat sehingga air limbah berupa padat maupun cair dapat disalurkan dengan
baik.

Pada perencanaan distribusi air bersih dan pembuangan air limbah


diperlukan perhitungan secara cermat dan tepat agar dapat menghasilkan suatu
sistem yang optimal dan efisien. Dengan pengertian latar belakang ini akan
dilakukan suatu analisis dan perencanaan dalam tugas akhir dengan judul
“PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN
PEMBUANGAN AIR LIMBAH ZEST HOTEL AMBON”

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dijadikan acuan dalam analisa dan perencanaan
pada tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Berapakah debit air bersih dan air limbah di Zest Hotel
2. Berapakah kapasitas tampung Ground wather tank dan roof tank untuk
memenuhi kebutuhan air bersih
3. Bagaimanakah sitem jaringan distribusi air bersih pada Zest Hotel
4. Bagaimanakah pembuangan air limbah pada Zest Hotel
5. Berapakah kapasitas bak tampungan ekualisasi (sum pit)

1.3. Tujuan
Tujuan yang diperoleh dari hasil tugas akhir adalah :

2
1. Mengetahui besar kebutuhan air bersih dan jumlah air limbah yang
dihasilkan oleh Zest hotel
2. Mengetahui kapasitas tampungan air bawah ( Grown Water Tank) dan
kapasitas penampungan air atas ( Roof tank) untuk kebutuhan instalasi air
bersih.
3. Didapatkan suatu sistem pendirtribusian air bersih yang optimal melalui
jaringan pipa pada zest hotel
4. Didapatkan sistem penyaluran air limbah yang berupa air kotor dan
buangan melalui jaringan pipa pada zest hotel
5. Mengetahui kapasitas tampung bak ekualisi ( sum pit) sebagai tampungan
sementara air limbah

1.4. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Dapat di jadikan sebagai alternatif untuk perencanaan saluran air bersih
dan kotor untuk gedung bertingkat.
2. Untuk mengetahui seberapa pentingnya jaringan air bersih dan air limbah
pada gedung bertingkat
3. Dapat menambah ilmu serta wawasan bagi peneliti tentang perencanaan
saluran air bersih dan kotor di area perhotelan
4. Dapat dijadikan panduan dan referensi kepada kawan-kawan mahasiswa
dalam menyusun tugas akhir

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Prinsip Dasar Sistem Distribusi Air Bersih


Sistem distribusi air bersih merupakan sistem pemipaan yang disiapkan di dalam
bangunan maupun di luar bangunan guna mengalirkan air bersih dari sumbernya hingga
menuju oulet (keluaran). Sistem distribusi air bersih dibuat guna memenuhi kebutuhan
akan air bersih yang layak konsumsi. Dalam sistem penyediaan air bersih terdapat hal
penting yang harus diperhatikan yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem
penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju
aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air. Komponen utama dari sistem
distribusi air bersih adalah sistem jaringan pipa. Adapaun kemungkinan terjadinya
permasalahan pada jaringan pipa seperti kebocoran, terjadinya kerusakan pipa atau
komponen lainnya, besarnya energi yang hilang dan penurunan tingkat pelayanan
penyediaan air bersih untuk konsumen.

2.1.1. Sumber Air Bersih


Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, diatas, ataupun dibawah permukaan tanah. Sumber air bersih
pada bangunan dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu :

1. Sumber air PDAM


Sumber air yang didapat dari PDAM sudah melewati tahapan
secara klinis untuk memenuhi standart kebutuhan air bersih.
Sumber air PDAM juga bersifat kontinu atau dapat menyuplai
kebutuhan air bersih selama 24 jam. Sumber air ini dapat langsung
ditampung pada tangki air bawah (Ground Water Tank) yang lalu
dipompakan ke tangki air atas (roof tank).
2. Sumber air Deep Wheel
Sumber air bersih yang didapat dari deep well tidak kontinu seperti
sumber air bersih dari PDAM. Sumber air yang didapat dari
pengeboran harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk

4
memastikan telah memenuhi syarat air bersih. Jika belum
memenuhi persyaratan, maka air harus diolah terlebih dahulu
sebelum ditampung pada tangki air bawah (Ground Water Tank).
Jika air dari deep wheel telah memenuhi persyaratan dapat
langsung dialirkan untuk dapat ditampung pada tangki air bawah.

2.1.2. Syarat Air Bersih


Kriteria air bersih meliputi tiga aspek yaitu kualitas, kuantitas dan
kontinuitas. Disamping itu pula harus memenuhi persyaratan tekanan air.

a. Syarat Kualitas
Air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi
sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi
kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila
dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.

b. Syarat Kuantitas
Air bersih yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke
dalam sistem plambing harus memenuhi syarat dari aspek
kuantitas, yaitu kapasitas air bersih harus mencukupi untuk
berbagai kebutuhan bangunan tersebut. Untuk menghitung
besarnya kebutuhan air bersih dalam bangunan didasarkan pada
pendekatan jumlah penghuni bangunan dan jumlah unit beban
alat plambing.

c. Syarat Kontinuitas
Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat
erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air
baku yang ada di alam. Artinya, kontinuitas disini adalah bahwa

5
air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus menerus
dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim
kemarau maupun musim hujan.

d. Syarat Tekanan
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan
kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat
menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat
kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar
dalam suatu daerah yang agak lebar dan bergantung pada
persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani. Tekanan
air yang berada pada sistem plambing (pada pipa) tekanannya
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu,
untuk perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm2 atau 25 meter
kolom air (mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air
(mka). Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat.

2.1.3. Pencegahan Pencemaran Air


Adapun beberapa contoh pencemaran dan pencegahannya adalah
(Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000) :

a. Larangan hubungan pintas


Hubungan pintas (cross connection) adalah hubungan fisik
antara dua sistem pipa yang berbeda, satu sistem pipa untuk air
bersih dan sistem pipa lainnya berisi air yang tidak diketahui atau
diragukan kualitasnya, di mana air akan dapat mengalir dari satu
sistem ke sistem lainnya. Demikian pula sistem penyediaan air
bersih tidak boleh dihubungkan dengan sistem perpipaan lainnya.
Sistem perpipaan air bersih dan peralatannya tidak boleh terendam
dalam air kotor atau bahan lain yang tercemar.

6
b. Pencegahan aliran balik
Aliran balik (back flow) adalah aliran air atau cairan lain,
zat atau campuran, ke dalam sistem perpipaan air bersih, yang
berasal dari sumber lain yang bukan untuk air bersih. Aliran balik
tidak dapat dipisahkan dari hubungan pintas dan ini disebabkan
oleh terjadinya efek siphon-balik (back siphonage). Efek siphon-
balik terjadi karena masuknya aliran ke dalam pipa air bersih dari
air bekas, air tercemar, dari peralatan saniter atau tangki,
disebabkan oleh timbulnya tekanan negatif dalam pipa. Tekanan
negatif dalam sistem pipa sering disebabkan oleh terhentinya
penyediaan air atau karena pertambahan kecepatan aliran yang
cukup besar dalam pipa. Pencegahan aliran balik dapat dilakukan
dengan menyediakan celah udara atau memasang penahan aliran-
balik.

c. Pukulan air
Penyebab pukulan air bila aliran dalam pipa dihentikan
secara mendadak oleh keran atau katup, tekanan air pada sisi atas
akan meningkat dengan tajam dan menimbulkan gelombang
tekanan yang akan merambat dengan kecepatan tertentu, dan
kemudian dipantulkan kembali ke tempat semula. Gejala ini
menimbulkan kenaikan tekanan yang sangat tajam sehingga
menyerupai suatu pukulan dan dinamakan gejala pukulan air
(water hammer). Pukulan air cenderung terjadi dalam keadaan
sebagai berikut (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,
2000 ):
a. Tempat-tempat di mana katup ditutup/dibuka
mendadak;
b. Keadaan di mana tekanan air dalam pipa selalu tinggi;
c. Keadaan di mana kecepatan air dalam pipa selalu
tinggi;
d. Keadaan di mana banyak jalur ke atas dan ke bawah
dalam sistem pipa;

7
e. Keadaan di mana banyak belokan dibandingkan jalur
lurus;
f. Keadaan di mana temperatur air tinggi.

2.1.4. Instalasi Plambing


Sistem Penyediaan Air bersih Sistem penyediaan air bersih meliputi
penyedian air bersih itu sendiri dan distribusi. Sistem ini menyangkut
sumber air bersih, sistem penampungan air (bak air / tangki, ground tank,
Roof tank), pompa transfer dan distribusi.
a. Sumber air bersih, biasanya di dapat dari PDAM, atau berasal dari
Deep Well.
b. Sistem penampungan air dibedakan menjadi dua bagian yaitu: raw
water tank dan clean water tank. Sumber air bersih yang berasal
dari PDAM langsung dialirkan ke clean water tank. Sedang yang
berasal dari Deep well di masukan ke dalam raw water tank. Air
yang berada di raw water tank ditreatment dulu di instalasi Water
Treatment Plant dan selanjutnya di alirkan ke clean water tank
(bak air bersih).
c. Air yang berada di dalam baik air bersih (clean water tank)
selanjutnya dialirkan ke bak air atas (roof tank) dengan pompa
transfer.
d. Distribusi air bersih pada 2 lantai teratas menggunakan packaged
booster pump, sedang untuk lantai-lantai dibawahnya dialirkan
secara gravitasi..
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan instalasi
perpipaan air bersih antara lain meliputi:

e. Dalam instalasi air bersih hal pertama yang perlu diketahui lebih
dahulu adalah denah plumbing dan diagram isometri untuk
menentukan jalur-jalur instalasi pipapipa yang akan dipasang.
f. Pemasangan pipa dilakukan setelah pasangan bata selesai namun
sebelum plesteran dan acian. Hal ini dilakukan untuk menghindari
bobokan yang menyebabkan keretakan pada dinding.

8
g. Khusus pemasangan di luar bangunan ( contohnya : pipa saluran
air hujan), sebaiknya dikerjakan setelah pekerjaan plesteran
diselesaikan.
h. Pipa yang melalui pelat dak, balok atau kolom beton harus
dipasang secara sparing atau pemipaan dilakukan terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan pengecoran.
i. Pipa yang telah diposisikan secara tepat harus segera ditutup
dengan plug / dop yang kuat untuk menghindari kotoran / adukan
masuk yang dapat menyebabkan penyumbatan.
j. Hindari belokan pipa / knik pipa dari daerah pembakaran.
k. Posisi pipa yang hendak diletakan di kamar mandi harus
disesuaikan dengan saniter.
l. Penempatan rencana instalasi air bersih dilakukan pada
perempatan nat keramik / as keramik (agar simetris dengan luas
keramik).
m. Setelah instalasi selesai terpasang segera lakukan uji tekanan pipa :
Untuk pipa Gip max. 10 bar ; Untuk pipa PVC max. 6 bar.
(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/utilitas-
gedung/metode-instalasi-plumbing)

2.1.5. Jenis Sistem Plambing Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih diperlukan untuk mengalirkan air
bersih menuju tempat yang memerlukan. Dalam perancangan sistem air
bersih harus diperhatikan mengenai sistem yang akan digunakan, pada
umumnya terbagi dalam beberapa jenis seperti: sistem sambungan
langsung, sistem tangki atap, dan sistem tangki tekan.

a. Sistem Sambungan Langsung


Pada sistem ini, pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih. Sistem ini dapat diterapkan
untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah, karena pada
umumnya pada perumahan dan gedung kecil tekanan dalam pipa utama
terbatas dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Ukuran

9
pipa cabang biasanya diatur dan ditetapkan oleh Perusahaan Air
Minum. Tangki pemanas air biasanya tidak disambung langsung
kepada pipa distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan
memasang katup gelontor.

Gambar 2.1. Sistem Sambungan Langsung

b. Sistem Tangki Atap


Pada sistem ini, air ditampung (dipasang pada lantai terendah
bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai
tertinggi bangunan. didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem ini dit
alasan sebagai berikut :
1. Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada
alat plambing perubahan muka air dalam tangki atap.
2. Sistem pompa yang menaikkan air ke t otomatik dengan cara yang
sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya
kesulitan. dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki
atap.
3. Perawatan tangki atap sangat sederhana bil misalnya tangki tekan.

10
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan
letak tangki atap tersebut, penentuan ini harus didasarkan atas jenis
alat plambing yang dipasang pada lantai tertinggi bangunan dan yang
menuntut tekanan kerja tinggi.

Gambar 2.2. Sistem Tangki Atap

c. Sistem Tangki Tekan


Prinsip sistem ini adalah sebagai berikut : air yang telah ditampung
dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup
sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke
dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatik yang diatur
oleh suatu detektor tekanan. Daerah fluktuasi biasanya ditetapkan 1- 1.5
kg/cm2. Sistem tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume
udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki
berisi air. Jika awalnya tangki tekan berisi udara bertekanan atmosfer,
kemudian diisi air, maka volume air yang akan mengalir hanya 10% volume
tangki. Kelebihan sistem tangki tekan adalah: Dari segi estetika tidak
menyolok jika dibandingkan dengan tangki atap, mudah perawatannya karena

11
dapat dipasang dalam ruang dan harga awal lebih rendah dibandingkan
dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

Gambar 2.3. Sistem Tangki Tekan

d. Sistem Tanpa Tangki


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki
bawah, tangki tekan maupun tangki atap.Air dipompakan langsung ke
sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari
pipa utama (misal : pipa utama PDAM). Ada dua macam pelaksanaan
sistem ini, dikaitkan dengan kecepatan putaran pompa konstan dan
variabel. Namun sistem ini dilarang di Idonesia, baik oleh perusahaan
air minum maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus
(tidak untuk umum).

2.1.6. Laju Aliran


Pada perancangan sistem pnyediaan air untuksuatu bangunan, kapasitas
peralata dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air
yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran
air tersebut

12
seharusnya diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Penentuan
laju aliran dapat ditentukan sebagai berikut (Noerbambang & Morimura,
2005):
a. Penentuan laju lairan berdasarkan pemakai
Apabila jumlah penghuni diketahui, atau diteteapkan untuk suatu
gedung maka angka tersebut dipaka untuk menghitung pemakaian air
rata-rata sehari berdasarkan regulasi dan standar mengenai kebutuhan
air per orang per hari untuk sifat penghuni gedung tersebut. Bila
jumlah penghuni tidak diketahu, biasanya ditaksir berdasarkan luas
lantai dan menentapkan padatan hunian per lantai. Luas lantai gedung
yang dimaksudkan merupakan luas lantai efektif, yang berkisar antara
55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.

b. Berdasarkan unit beban alat plambing


Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit
beban (fixture unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban
dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari
besarnya laju aliran air dengan
kurva (Gambar 1). Kurva ini memberikanhubungan antara jumlah
unit beban alat plambing dengan laju aliran air, dengan memasukkan
faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alatalat plambing.

13
c. Tekanan dan Kecepatan Pengaliran
Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus
50 kPa setara dengan 0,5kgf/cm2 (SNI 03-6481, 2000). Secara umum
dapat dikatakan besarnya tekanan “standar” adalah 1,0 kgf/cm2
sedang tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 kgf/cm2
sampai 5,0 kgf/cm2 dan untuk perkantoran antara 2,5 kgf/cm2 sampai
3,5 kgf/cm2. Disamping itu, beberapa macam peralatan plambing
tidak dapat berfungsi dengan baik jika tekanan air kurang dari suatu
batas minimum (Poerbo, 2010).

d. Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Dalam perancangan ini digunakan pemakaian airrata-rata sehari
per orang sebesar 50 liter/hari/orang dengan jangka waktu pemakaian
air rata-rata dalam sehari yaitu 8 jam (SNI 03-7065, 2005). Adapun
langkah-langkah perhitungan kebutuhan air bersih dalam gedung pada
penulisan ini menurut (Noerbambang & Morimura, 2005) adalah
sebagai berikut:

1) Pemakaian air dalam satu hari

Qd = jumlah penghuni x pemakaian air per orang per hari

2) Kebutuhan air rata-rata pemakaian per hari


𝑄𝑑
Qh= ........................................(1)
𝑡

Dimana:

Qh = pemakaian air rata-rata (l/jam)


Qd =pemakaan air rata-rata (l/hari)
t = pemakaian rata-rata (jam/hari)

3) Pemakaian air pada jam puncak

𝑄ℎ − maks = 𝐶1. Qh.......................(2)

14
Dimana:

Qh-maks = pemakaian air (l/jam)


C1 = konstata 1,5 untuk bangunan rumah
tinggal, 1,75 untuk bangunan
perkantoran, 2,0 untuk bangunan
hotel/apartement.
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)

4) Pemakaian iar pada menit puncak

𝑄𝑚 − maks = 𝐶2. Qh .......................(3)

Dimana:

Qm-maks =pemakaian air (l/menit)


C2 = konstata 3,0 untuk bangunan rumah
tinggal, 3,5 untuk bangunan perkantoran,
4,0 untuk bangunan hotel/apartement.
Qh = pemakaian rata-rata (l/jam)

Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya


digunakan untuk menetukan volume tangki bawah, tangki atap, pompa
dan sebagainya, adapun untuk menentukan perhitungan dimensi bak air
bawah (Ground Water Tank) berdasarkan rumus menurut (Noerbambang
& Morimura, 2005) yaitu:

1) Penentuan besarnya kapasitas pipa dinas

2
𝑄𝑠 = 3 . 𝑄ℎ .......................(4)

Dimana:

Qh = pemakaian air rata-rata (m3/jam)


Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam)

15
2) Dihitung besarnya volume bak air bawah

Volume GWT = [Qd − (Qsxt)] x T............. (5)

Dimana:

Qd = pemakaian air rata-rata (m3/jam).


Qs = kapasitas pipa dinas (m3/jam).
t = pemakaian air 1 hari (jam/hari).
T = waktu penampungan (hari)

Perhitungan dimensi bak air atas berdasarkansuplai air dari PDAM


terutama didasarkan pada fluktuasi kebutuhan air dan pemompaan yang
disesuaikan dengan waktunya. Berikut merupakan rumus yang digunakan
dalam menghitung tangki atap (Roof Tank) menurut (Noerbambang &
Morimura, 2005) yaitu:

𝑉𝐸 = [(Qp –Qh-maks)Tp–(Qpu x Tpu)] ............. (6)

Dimana:

Ve = volume bak air atas (m3)


Qp = kebutuhan puncak (m3/menit)
Qh-maks = kebutuhan jam puncak (m3/menit)
Qpu = kapasitas pompa pengisi (m3/menit)
Tp = jangka waktu kebutuhan (menit)
Tpu = jangka waktu pengisian (meni

16
e. Penentuan Head Pompa dan Perhitungan
Daya Pompa
Berikut merupakan langkah-langkah dalam
menentukan jenis pompa yang akan digunakan
untuk mengalirkan air dari bak air bawah menuju
bak air atas dengan asumsi kecepatan pengaliran
antara 0,3 m/s hingga 2,5 m/s (Noerbambang &
Morimura, 2005):

1) Ditentukan debit pengaliran seperti berikut:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑟𝑜𝑜𝑓 𝑡𝑎𝑛𝑘


𝑄 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛 ............(7)

2) Dihitung diameter pipa pengalir


Karena :
(Q) = v x A .....................................(8)

Maka :
2 4𝑥𝑄
𝐷 = √(𝑣 𝑥 𝑛) .............................(9)

Dimana:
Q = debit pengaliran (m3/detik)
D = diameter pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/s)

3) Kecepatan pengaliran kebenarannya

𝑄
𝑉𝑐𝑒𝑘 = 1 ...................................(10)
𝑥𝜋𝑥𝐷 2
4

Dimana:

17
Vcek = kecepatan pengaliran (m/s)
Q = debit pengaliran (m3/s)
D = diameter pipa (m)

4) Dihitung head statis, dapat ditentukan dari


 Jarak antar muka air pada bak air bawah
(Ground Water Tank) terhadap bak air
atas (Roof Tank).
 arak dari muka air pada pada bak air
bawah (Ground Water Tank) hingga titik
tertinggi yang pernah dicapai oleh air.
5) Dihitung head loss pada pipa dan aksesoris yang digunakan
(Sularso & Tahara, 2006)
seperti berikut:
 Dalam menentukan kerugian gesek pipa
terlebih dahulu di tentukan aliran yang
terjadi dalam pipa dengan rumus seperti
berikut:

𝑉𝑥𝐷
𝑅𝑒 = ......................................(11)
𝑣

Dimana:
Re = bilangan raynolds
V = kecepatan (m/s)
D = diameter pipa (9m)
V = viskositas air (8,93x10-7 m2/s)

Aliran tersebut dapat bersifat laminer


ataupun turbulen, untuk aliran laminer dengan
Re<2300, dan untuk aliran turbulen Re>4000.

 Untuk menentukan kerugian gesek pada


pipa (Head Loss) digunakan rumus
seperti beriku

18
𝐿 𝑣2
ℎ𝑓 = ƛ 𝑥 𝑥 ..................................................(12)
𝐷 2𝑔

Dimana:

ℎf = head kerugian gesek pipa (m)

D = koefisien kerugian geser

64
Untuk laminer: ƛ= 𝑅𝑒

0,005
Untuk turbulen: ƛ = 0,020 +
𝐷

g = gravitasi (9,81 m/s2)

L = panjang pipa (m)

V = kecepatan aliran (m/s)

D = diameter pipa (m)

Re = bilangan raynolds

 Head loss akibat aksesoris:

𝐾 𝑥 𝑣2
𝐻𝑒 𝐸𝑙𝑏𝑜𝑤 = 𝑛 + ( )...........................(13)
2𝑔

Dimana:
n = jumlah aksesoris
K = koefisien gesek

6) Dihitung head total pompa

𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ℎ𝑎 + ∆ℎ𝑝 + ℎ1 .............................(14)


Dimana:
ha = head statis (m)

19
∆ℎ𝑝 = perbedaan tekanan
ℎ1 = Head Loss total pipa

7) Dihitung NPSHa pompa

𝑃𝑎 𝑃𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = + − ℎ𝑠 − ℎ𝑙𝑠 ...........(15)
𝛾 𝛾

Dimana:
𝑁𝑃𝑆𝐻𝑎 = daya hisap sistem (m)
𝑃𝑎 = tekanan pada permukaan air (1 atm =
10332,274 kgf/m2)
𝑃𝑣 = tekanan uap jenuh (200C = 238,51
kgf/m2)
𝛾 = berat jenis air (1000 kgf/m3)
ℎ𝑠 = head isap statis (m)
ℎ𝑙𝑠 = head pada pipa hisap (m)

8) Jenis pompa melalui grafik tipe pompa seperti


terlihat pada Gambar 2

20
2.2. Prinsip Dasar Sistem Pembuangan Air Limbah
Sistem pembuangan air limbah bertujuan untuk mengalirkan air yang telah
digunakan dari dalam gedung menuju ke bangunan pengolah limbah sebelum
masuk ke saluran pembuangan umum tanpa menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan sekitar gedung ataupun gedung itu sendiri. Pencemaran akibat sistem
pembuangan air yang tidak bekerja dengan baik akan sangat menimbulkan
bahaya penyakit bagi para pengguna gedung maupun lingkungan sekitar.
Sehingga sistem pembuangan air dari suatu gedung merupakan salah satu bagian
terpenting dari suatu pembangunan gedung sehingga harus direncanakan dengan
sebaik mungkin.

1. Instalasi Plambing Sistem Pembuangan air Kotor


a. Hal yang perlu diketahui dalam instalasi air kotor adalah denah
instalasi dan diagram isometris pipa air kotor serta jalur
pembuangannya.
b. Dalam bagian perencanaan instalasi air kotor, hindari terlalu
banyak percabangan yang dapat merepotkan pada sesi pengerjaan.
c. Pemasangan sambungan antar pipa harus betul-betul rapat.
d. Untuk air bekas mandi / cuci harus dibuat sebuah manhole untuk
mengontrol pembersihan (bak kontrol) pada tempat-tempat
tertentu.
e. Lubang saluran pembuang harus diberikan sebuah saringan.
f. Sparing harus dibuat melebihi rencana peil lantai beton & tebal
beton (yang diatas plat = 25 cm, sedang yang dibawah plat = 15
cm).
g. Posisi sparing harus disesuaikan dengan type saniter (jika saniter
telah ditentukan). Jika saniter belum ditentukan , dapat dipakai
sistem Block Out.
h. Sparing clean out harus dipasang secara bersamaan dengan sparing
closet (jika ada), di mana letak sparing clean out sebaiknya berada
di samping atau dekat sparing closet, fungsinya adalah sebagai
pembersihan apabila pada closet terjadi penyumbatan.
i. Fan out hanya dipasang bila dalam instalasi saluran kotor terdapat
banyak percabangan dengan saluran pembuangan melalui shaft.

21
Hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan udara pada pipa pada
saat closet diberi banyak air.
j. Floor drain sebaiknya diletakkan jauh dari pintu dan dekat dengan
bak.). (Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/utilitas-
gedung/metode-instalasi-plumbing)

Saluran Pipa WC menuju septictank:

k. Pipa saluran dari closet menuju septictank harus dicermati


kemiringannya, kemiringan pipa merupakan hal yang dapat
memperlancar ataupun menghambat penyaluran kotoran ketika
dilalui dengan air, syarat minimal kemiringan pipa ini adalah 2 %.
l. Pipa pada bagian ini sebaiknya menggunakan pipa kualitas baik
(minimal type D).
m. Hindari percabangan pipa yang ditanam di tanah (untuk bangunan
1 lantai), karena bila terjadi penyumbatan akan sulit untuk
memperbaikinya. Untuk bangunan bertingkat (ada shaft) harus
dilengkapidengan clean out dan fan out.

2.2.1. Jenis Air Limbah


Ada beberapa jenis air buangan yang dibedakan menurut sumber airnya
dalam bangunan, yaitu sebagai berikut :
1. Grey Water (Air Bekas)
Grey water adalah buangan limbah cair yang berasal dari floor
drain,
wastafel dan tempat cuci piring (sink).
2. Black Water (Air Kotor Padat)
Black water adalah buangan limbah cair yang berasal dari
kloset dan urinoir. Buangan kloset termasuk dalam golongan
limbah padat organik,artinya limbah padat tersebut dapat
membusuk sehingga harus diolahdengan benar.
3. Storm Water (Air Hujan)

22
Storm water adalah limbah yang berasal dari air hujan. Air
hujan dapatlangsung disalurkan menuju buangan akhir, namun air
hujan tidak bolehmenimbulkan genangan yang banyak karena akan
menyebabkan banjir. Sistem pembuangan air hujan pun harus
diperhatikan agar buangannya langsung tersalurkan dan tidak
menggenang.
4. Air Buangan Khusus
Air buangan khusus adalah air buangan yang mengandung gas,
racun
bahan berbahaya atau air buangan yang mengandung bahan
radioaktif.

2.2.2. Klasifikasi Sistem Pembuangan Air


Sistem pembuangan air dibagi menjadi beberapa klasifikasi bagian,
diantaranya :
a. Klasifikasi menurut jenis air buangan
1. Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan yang
berasal dari kloset dan lain-lain yang dikumpulkan dan dialirkan
keluar.
2. Sistem pembuangan air bekas adalah pembuangan yang berasal
dari air bekas yang dikumpulkan dan dialirkan keluar.
3. Sistem pembuangan air hujan adalah sistem pembuangan air
hujan dari atap gedung dan pekarangan yang dikumpulkan dan
dialirkan.

b. Klasifikasi menurut cara pembuangan air


1. Sistem campuran
Yaitu sistem pembuangan di mana air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran.
2. Sistem terpisah
Yaitu sistem pembuangan, di mana air kotor dan air bekas
masingmasing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.
Untuk daerah dimana tidak tersedia riol umum yang dapat
menampung air bekas maupun air kotor, maka sistem

23
pembuangan air kotor akan
disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih dahulu.

c. Klasifikasi menurut letaknya


1. Sistem pembuangan dalam gedung yaitu sistem pembuangan
yang terletak dalam gedung, sampai jarak satu meter dari
dinding paling
luar gedung tersebut.
2. Sistem pembuangan di luar gedung yaitu sistem pembuangan di
luar gedung, dinding paling luar gedung tersebut sampai ke riol
umum.

d. Klasifikasi menurut cara pengaliran


1. Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi
secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.
2. Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat
plambing sehingga air buangan dikumpulkan lebih dahulu
dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan keluar ke
dalam riol umum.

2.2.3. Elemen Sistem Pembuangan


2.2.3.1. Pipa Pembuangan
Pipa pembuangan alat plambing adalah pipa yang menghubungkan pipa
pembuangan dengan pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya dipasang
tegak dan ukurannya sama atau lebih besar dengan ukuran lubang keluar
perangkap alat plambing. Berikut macam - macam pipa dalam sistem
pembuangan :
1. Pipa cabang mendatar adalah semua pipa yang menghubungkan
antara pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.

24
2. Pipa tegak air buangan adalah pipa tegak untuk mengalirkan air
buangan dari cabang-cabang mendatar.
3. Pipa tegak air kotor adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor
daricabang-cabang mendatar.
4. Pipa atau saluran pembuangan gedung adalah pipa pembuangan
dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air bekas, dan air hujan
dari pipa-pipa tegak air buangan.
5. Riol gedung adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan
antara pembuangan gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan
riol umum.

Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan


yangcukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang
harusdialirkan. Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari
satu perdiameter pipanya (dalam mm)

Tabael Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal


Diameter pipa (mm) Kemiringan
minimum
75 atau kurng 1/5
100 atau kurang 1/100
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000)

Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0.6 sampai 1.2


m/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat
dibuat lebih landai daripada yang dinyatakan dalam tabel 2.8. asal
kecepatannya tidak kurang dari 0.6 m/detik. Jika kecepatan kurang
dari 0.6 m/detik maka kotoran dalam air buangan dapat mengendap
sehingga pipa akan tersumbat. Kemiringan yang lebih curam dari 1/50
cenderung akan menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air
penutup dalam perangkap alat plambing. Diameter pipa pembuang
sangat berpengaruh dalam menentukan kemiringan serta kecepatan
aliran dalam pipa.

25
Tabel Diameter Minimum, Penangkap dan pipa buangan alat plumbing

Diameter Diameter Pipa


Minimum Buangan Alat
No Alat Plumbing
Perangkap Plumbing
(Mm) Minimum (Mm)
1 kloset 75 75
2 peturasan
Tipe menempel di dinding 40 40
tipe menggantung di dinding 40-50 40-50
tipe dengan kaki, siphon jet atau blow-
75 75
out
untuk umum : untuk 2 orang 50 50
untuk 3-4 orang 65 65
untuk 5-6 orang 75 75
3 bak cuci tangan (lovatory) 32 32-40
4 bak cuci tangan (wash bashin)
ukuran biasa 32 32
ukuran kecil 25 25
bak cuci, praktek dokter gigi.bak cuci,
5 32 32-50
salon dan tempat cukur
6 pancuran minum 32 32
7 bak mandi
berendam (bath tub) 40-50 40-50
model jepang (untuk dirumah) 40 40-50
untuk umum 50-75 50-75
8 pancuran mandi (dalam ruang) 50 50
9 bidet 32 32
10 bak cuci, untuk pel 65 65
ukura besar 75-100 75-100
11 bak cuci pakaian 40 40
kombinasi bak cuci biasa dan bak cuci
12 50 50
pakaian

26
kombinasi bak cuci tangan , untuk 2-4
13 40-50 40-50
orang
14 bak cuci tangan rumah sakit 40 40-50
15 bak cuci, laboratorium kimia 40-50 40-50
16 bak cuci, macam- macam
dapur, untuk rumah 40-50 40-50
hotel, komersial 50 50
bar 32 32
dapur kecil, cuci piring 40-50 40-50
dapur, untuk cuci sayuran 50 50
penghancur kotoran (disposer) untuk
40 40
rumah
penghancur kotoran (disposer) besar (
50 50
untuk restoran)
17 buangan lantai (flor drain) 40-75 40-75
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000)

Untuk menentukan diameter pipa pembuang diperlukan nilai unit


alat plambing untuk berbagai jenis alat plambing. Apabila jenis alat
plambing yang direncanakan sesuai, maka ukuran pipa pembuang dapat
ditentukan berdasarkan jumlah nilai unit alat plambing yang dilayani pipa
yang bersangkutan.

Tabel Unit Alat Plambing Sebagai Beban, Setiap Alat atau Kelompok

diameter unit alat


no alat plumbing perangkap plambing sebagai
minimum (mm) beban
1 kloset : tangki gelonto 75 4
katup gelonto 8
2 peturasan

27
Tipe menempel di dinding 40 4
tipe menggantung di dinding 40-50 4
tipe dengan kaki, siphon jet atau
75 8
blow-out
untuk umum, model palung setiap
2
0,60 m
3 bak cuci tangan (lovatory) 32 1
4 bak cuci tangan (wash bashin)
ukuran biasa 32 1
ukuran kecil 25 0,5
5 bak cuci, praktek dokter gigi 32 1
alat perawatan gigi 32 0,5
6 bak cuci, salon dan tempat cukur 32 2
7 pancuran minum 32 0,5
8 bak mandi
berendam (bath tub) 40-50 3
model jepang (untuk dirumah) 40 2
untuk umum, 50-75 4~6
9 pancuran mandi :
untuk rumah 2
50
untuk umum, tiap pancuran 3
10 bindet 32 3
11 bak cuci, untuk pel 75-100 8
12 bak cuci pakaian 40 2
kombinasi bak cuci biasa dan bak
13 50 3
cuci pakaian
kombinasi bak cuci dapur dengan
14 40 (terpisah) 4
penghancur kotoran
15 bak cuci tangan, kamar bedah
ukuran besar 2
ukuran kecil 1,5
16 bak cuci, laboratorium kimia 40-50 1,5

28
17 bak cuci, macam-macam
dapur, untuk rumah 40-50 2~4
dapur, dengan penghancur makanan,
45-50 3
untuk rumah
hotel, komersial 50 4
bar 32 1,5
dapur kecil, cuci piring 40-50 2~4
18 mesin cuci
untuk rumah 40 2
pararel, dihitung setiap orang - 0,5
19 buangan lantai (flor drain) 40 0,5
50 1
75 2
kelompok alat plambing dalam
kamar mandi terdiri dari satu kloset,
20
satu bak cuci tangan, satu bak mandi
rendam atau satu pancuran mandi
dengan kloset tangki gelontor 6
dengan kloset katup gelontor 8
pompa penguras ( sump pump),
21 2
untuk setiap 3,8 liter/min
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000)

29
2.2.3.2. Lubang pembersih dan bak kontrol
Lubang pembersih digunakan untuk membersihkan pipa
pembuanganngedung dan diluar gedung dipasang bak kontrol pada
riol gedung. Lubang pembersih harus dipasang pada tempat yang
mudah dicapai dan disekililingnya cukup luas untuk dilakukan
pembersihan pipa. Sedangkan bak kontrol dipasang dimana pipa
bawah tanah membelok tajam, berubah diameternya, dan
bercabang

2.2.3.3. Perangkap dan Interseptor


Suatu perangkap yang dipasang biasanya berbentuk "U" yang
akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor sehingga
merupakan suatu penyekat atau penutup air yang mencegah
masuknya gas yang berbau ataupun beracun. Perangkat alat
plambing dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Yang dipasang pada alat plambing
2. Yang dipasang pada pipa pembuangan
3. Yang menjadi satu dengan alat plambing

Interceptor (penangkap) digunakan untuk mencegah


masuknya bahanbahan yang berbahaya yang dapat menyumbat
pipa, karena terkadang air buangan dari proses masih mengandung
bahan yang cukup berharga sehingga perlu dipasang penangkap
untuk mengambil kembali bahan tersebut. Jenis penangkap adalah:

1. Penangkap lemak
2. Penangkap minyak
3. Penangkap pasir
4. Penangkap rambut
5. Penangkap gips
6. Penangkap pada tempat cuci pakaian

30
2.2.3.4. Bak Ekualisasi (Sum Pit)

Untuk proses pengolahan air limbah hotel, jumlah air


limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat berfluktuasi.
hal ini dapat menyebabkan proses pengolahan air limbah tidak
dapat berjalan dengan sempurna. Untuk mengatasi hal tersebut
adalah melengkapi dengan unit bak ekualisasi (Sum Pit). Bak
ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan
diolah serta untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemaranya
agar homogen dan proses pengolahan air limbah dapat berjalan
dengan stabil. Bak ekualisasi ini hanya sebagai tampungan
sementara dari air kotor dan air buangan sebelum masuk ke dalam
bangunan pengolah limbah atau Sewage
Treatment Plant (STP) untuk diolah sehingga air limbah yang
dihasilkan tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Bak ekualisasi
akan dilengkapi dengan pompa air limbah yang akan memompa air
limbah menuju STP. Untuk menghitung volume tampungan bak
ekualisasi, diperlukan perkiraan volume air buangan yang
dihasilkan oleh gedung tersebut. Karena pada perhitungan volume
air limbah tidak terpaut dengan koefisien apapun, maka dapat
dihitung dengan menjumlahnya setiap lantai.

Qab = Qd total . 80% ........................................... (2.22)

Keterangan, Qab = Volume air buangan (m3/hari)

Qd = Jumlah debit total (m3/hari)

Waktu tinggal didalam bak ekualisasi atau Hydraulic Retention


Time (HRT)
umumnya berkisar antara 6 - 10 jam, sehingga untuk menghitung
volume bak
ekualisasi yang diperlukan adalah sebagai berikut :

HRT
Volume Sum Pit = x a............................................... (2.23)
24

31
Keterangan, HRT = Hydraulic retention time (jam)

a = Volume air buangan (m3/hari)

2.2.3.5. Pompa Air Limbah


Terdapat dua tipe pompa air limbah yang sering digunakan
dalam sistem pengolahan air limbah yaitu tipe pompa celup/benam
(submersible pump) dan pompa sentrifugal. Pompa submersible
dengan grinder merupakan jenis pompa yang sering digunakan,
karena grinder merupakan sebuah perangkat mekanis yang
berfungsi menghancurkan padatan atau mencabik - cabik limbah.
Setelah mengahancurkan padatan, pompa akan mentransfer air
limbah ke dalam bak pengolah air limbah atau sewage treatment
plant (STP).

2.2.3.6. Sistem Venting


Sistem venting merupakan sistem instalasi untuk
mengeluarkan udra yang terjebak di dalam pipa air limbah / air
buangan (air kotor, air bekas dan air hujan). Diantara tujuan
pemasangan sistem venting adalah:

a. Menjaga sekat air dari efek siphon atau tekanan. Efek siphon
timbul apabila seluruh perangkat dan pipa pembuangan terisi air
buangan pada akhir proses pembuangan mengakibatkan sekat air
akan ikut mengalir.
b. Menjaga aliran air yang lancar di dalam pipa pembuangan
c. Memungkinkan adanya sirkulasi udara di dalam semua jaringan
pipa pembuangan.

32
BAB III

METODE PERENCANAAN

3.1. Lokasi
Pembangunan gedung Zest Hotel ini terletak di Jl. Imam Bonjol, Kota
Ambon, Provinsi Maluku.

3.2. Data Bangunan


1. Data Umum
a. Nama Proyek : Pembangunan gedung bertingkat “Hotel
Zest”
b. Owner : PT. Sumber Rejeki Bahari Permai
c. Konsultan MK : Prof. Dr. Ir. Jonie Tanijaya, M.Sc, A
Utama

33
d. Kontraktor Pelaksana : CV. Tunas Mandiri
e. Lokasi : Jl. Imam Bonjol, Kota Ambon, Provinsi
Maluku
f. Infrastruktur : Gedung bertingkat (hotel)

2. Data Teknis
a. Jenis Konstruksi : Beton Bertulang
b. Jumlah Lantai : 11 Lantai
c. Panjang Bangunan : 38,625 m
d. Lebar Bangunan : 31,900 m

Tabel 3.2 Data Tinggi dan Elevasi Lantai

Lantai Tinggi (m) Elevasi (m)


Basement 3.50 -3.50
Satu 5.00 ±0.00
Dua 4.00 +5.00
Tiga 3.30 +9.700
Empat 3.30 +12.30
Lima 3.30 +15.60
Enam 3.30 +18.90
Tujuh 3.30 +22.20
Delapan 3.30 +25.50
Sembilan 3.30 +28.80
Sepuluh 3.30 +32.10
Atap 3.30 +35.40

3.3. Tahapan Analisis


3.3.1. Tahap persiapan
Tahap persiapan yang dimaksud adalah survey lokasi guna untuk
mendapatkan gambran sementara tentang lokasi perencanaan,
pengumpulan literatur dan refrensi untuk dijadikan sebagai landasan teori
dalam penyusunan tugas akhir

34
3.3.2. Pengumpualan Data
1. Site Plan Hotel
2. Denah Struktural setiap lantai hotel beserta detail dan potongannya
3. Sumber air dari deep wheel
3.3.3. Tahap Perencanaan
1. Melakukan pemetaan distribusi air bersih mulai dari reservoir
bawah tanah menuju reservoir atas untuk kemudian disalurkan
2. Melakukan pemetaan untuk penyaluran air kotor ke saptic tank
sebagai tampungan sementara
3. Menghitung kebutuhan air bersih yang dibutuhkan dan perkiraan
jumlah air kotor yang dihasilkan
4. Menghitung volume tampungan air bawah, tampungan air atas srta
saptic tank
5. Menghirung kapasitas dan head pompa
6. Menghitung kebutuhan diameter pipa yang diperlukan

35
3.4. Alur Tahapan Studi

Mulai

Studi Pendahuluan

Pengumpulan Data :

1. Site Plant

2. Denah Struktural dan Arsitektur


tiap lantai hotel

3. Sumber air

Pemetaan Jaringan Pipa

Perhitungan dan pengelolaan data

Air Bersih Air Limbah


Air Limbah

Perhitungan Perkiraan Volume Air Bersih Perhitungan Perkiraan Volume Air Limbah

Perhitunagn Volume GTW dan Roof Tank Perhitunagn Volume Bal Ekualisi (Sum Pit)

Perhitungan Kapasitas dan Head Pompa Perhitungan Kapasitas Pompa Air Limbah

v
Perhitunagn Kebutuhan Dimensi Pipa Perhitunagn Kebutuhan Dimensi Pipa

Hasil dan Pembahasan

v
Kesimpulan 36

v
Selesai

Anda mungkin juga menyukai