(PERILAKU TERPUJI)
DISUSUN OLEH :
Nama : Bayu Rizky Putri
Kelas : XII IPS (12 IPS)
No. Absen : 05
Sekolah : MAU Ihya’ Ulumiddin
A. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaqun” yang merupakan bentukjamak dari
“khuluqun”, atau akhlak juga berarti budi pekerti, tabia’at atau tingkah laku, watak,danperangai.
Sedangkan menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a. Menurut Al-Ghazali, segala sifat yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-
kegiatan dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b. Menurut Abdul Karim Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang
dapat menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan
perbuatan tersebut.
c. Menurut Ahmad Amin ialah membiasakan kehendak. Ini berari bahwa kehendak itu apabila
dibiasakan terhadap maka kebiasan itu akan dapat membentuk akhlak.
d. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlah adalah perilaku jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya).
Jadi, ilmu akhlak ialah ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia
kemudian memberi hukum/nilai kepada perbuatab itu bahwa ia baik atau buruk sesuai dengan
norma-norma akhlak dan tata susila.
Akhlak terpuji disebut juga akhlakul kharimah atau akhlakul mahmudah, artinya segala
macam perilaku atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan akhlak buruk yang disebut juga akhlak mazmumah, yaitu segala macam perilaku
atau perbuatan buruk/tercela yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an
da al-hadis. Jika kita perhatikan al-qur’an atau hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu
kepada baik dan ada pula yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu
kepada yang baik misalnyaal-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-
birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist salah satunya adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya:
“ wahai abu dzar! ‘maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi
sagat berat ditimbangan(pada hari kiamat kelak?)’, Abu dzar menjawab, ‘hendaklah kamu
melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada digenggamannya,
tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut” (H.R Al-baihaqi).
a. Husnuzan
a) Pengertian
Kembali kepada husnuzan, secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu :
1. Husnuzan kepada Allah, ini dapat ditunjukan dengan sifat tawakal, sabar dan
ikhlas dalam menjalani hidup.
2. Husnuzan kepada diri sendiri, ditunjukan dengan sikap percaya diri dan optimis
serta inisiatif
b) Macam-macam husnuzan
1. Husnuzan Kepada Allah
Salah satu sifat terpuji yang harus tertanam pada diri adalah adalah sifat
husnuzan kepada Allah, sikap ini ditunjukan dengan selalu berbaik sangka atas
segala kehendak allah terhadap hamba-Nya. Karena banyak hal yang terjadi pada
kita seperti musibah membuat kita secara tidak langsung menganggap Allah telah
tidak adil, padahal sebagai seorang mukmin sejati semestinya kita harus
senantiasa menganggap apa yang ditakdirkan Allah kepada kita adalah yang
terbaik.Seseorang boleh saja sedih, cemas dan gundah bila terkena musibah,
akan tetapi jangan sampai berlarut-larut sehingga membuat dirinya menyalahkan
Allah sebagai Penguasa Takdir. Sikap terbaik yang dapat dilakukan adalah
dengan cara segera menata hati dan perasaan kemudian menegguhkan sikap
bahwa setiap yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya mengandung hikmah.
Inilah yang disebut dengan sikap husnuzan kepada Allah.
Sebagai seseorang mukmin yang meyakini bahwa Allah Maha Tahu atas
apa yang terjadi terhadap hamba-Nya, karena itu kita semestinya berpikir optimis,
yakin bahwa rahmat dan karunia yang diberikan Allah kepada manusia tidak akan
pernah putus. Sebagaimana Firman Allah Swt :
ْ ت ُك َّل ش
َيء ْ ََو َرحْ َمتِي َو ِسع
Sehubungan dengan ayat ini, kita perlu ber-husnuzan kepada Allah dalam
segala hal dan keadaan, Allah Maha Tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya,
ketika kita senang dan suka karena mendapatkan rezeki dan kenikmatan dari
Allah, maka sebaliknya saat kita dalam keadaan nestapa dan duka karena
mendapatkan ujian dan cobaan hendaknya tetap ber-husnuzan kepada Allah
Swt., sebab semua yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan maupun
cobaan tentu mengandung banyak hikmah dan kebaikan. Hal ini ditegaskan oleh
Allah dalam sebuah Hadits Qudsi yang artinya :
Berprasangka baik kepada Allah Swt. artinya menganggap qada dan qadar
yang diberikan Allah adalah hal yang terbaik untuk hamba-Nya, karena Allah Swt.
bertindak terhadap hamba-Nya seperti yang disangkakan kepada-Nya, kalau
seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah Swt., maka buruklah prasangka
Allah kepada orang tersebut, jika berprasangka baik kepada-Nya, maka baik pulalah
prasangka Allah kepada hamba-Nya.
Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu berpikir dan
berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa
senang, berpikir positif dan sikap saling menghormati antar sesama hamba Allah
tanpa ada rasa curiga, dengki dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas
Nilai dan manfaat dari sikap Husnuzan kepada manusia mengandung nilai
dan manfaat sebagai berikut :
Hikmah Husnuzan
5. Menimbulkan ketentraman.
b. Tobat
a) Hakekat Tobat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut
berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat
karena takut azab Allah disebut “taaibun” (isim fail dari taba). Orang bertaubat kepada
Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu: kembali dari sifat-sifat
tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya,
kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju
yang diridhai-Nya,kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga
persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya yang kembali taat
setelah melanggar larangan-Nya.
b) Hukum bertaubat
c) Penggolongan taubat
Secara umum para ulama membagi tobat menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut:
1. Tobat Awam (tobat manusia umum),yaitu tobat manusia secara umum. Yang
dimaksud ialah bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah
melakukan perbuatan salah dan dosa.
2. Tobat Khawash (tobat orang-orang khusus), tobat tingkat ini sebagai pertanda
meningkastnya makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu
dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang mekruh. Hatinya tunduk
dan khusyuk dihadapan Allah, tobat semacam ini sebagaimana yang dilakukan
nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah
yaitu memakan buah Khuldi.
3. Tobat Akhash Al-khawash, tingkatan tobat yang paling tinggi adalah tobat ini.
Tobat rasulullah manakala dia berkata, “sesungguhnya ini adalah kebodohan
pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah
sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari”. Dengan kata lain, untuk membersihkan
hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah bristigfar kepada
Allah.
1. Menyadari kesalahan
2. Menyesali kesalahan
a. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Seperti berkata dusta, meninggalkan
sholat lima waktu, berbuat syirik,meminum khamar, berjudi, main perempuan,
menyaksikan film-film yang mengundang syahwat, semua diatas adalah
termasuk dosa besar. Caranya seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa
tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri dan
tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya.
b. Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau
diqada, seperti orang yang tidak mengerjakan puasa caranya apabila dia
meninggalkan satu hari saja puasa maka dia harus berpusa selama enam puluh
hari sebagai kafarah dari perbuatannya atau dia memberi makan enam orang
miskin.
c. Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada
pengganti, seperti perbuatan gibah mengumpat, mencari-cari kesalahan orang
lain atau menggunjing. Caranya dengan tidak mengumpat serta menyesali apa
yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah
mengampuninya.
d. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada
mereka. Seperti memakan harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat,
walaupun hanya sebutir gandum. Caranya mengembalikan harta orang lain yang
telah dighashabnya, kemudian menyesali apa yang telah terjadi dan tidak
memakan harta haram lagi dan dia juga tidak boleh seperti seekor lintah yang
menghisap darah manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://syafrisalmi.wordpress.com/2012/10/25/makalah-aqidah-akhlak-tentang-pembahasan-
akhlak-terpuji/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-terpuji.html
http://ahmadfauzani.wordpress.com/materi-akhlak-tercela/
http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2012/04/perilaku-tercela-riya.html
http://boxuchul.blogspot.com/2012/03/akhlak-terpuji-dan-akhlak-tercela.html
Syeikh Ibrahim Jalhum. 2003. Pelita As-Sunnah Petunjuk Jalan Bagi Kaum Muslimin. Bandung.
Pustaka Setia