Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

“SYI’AH”

Nama : Bayu Rizky Putri


Kelas : XII IPS
Alamat sekolah : JL. KH. Abdullah Hasbullah No. 8
Padang Singonjuruh. Telp (0333) 635278
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
Salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang menjadi
tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan surga.
Saya menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu
tentang Ilmu Kalam yang diberikan oleh Guru Pembimbing mengenai Aliran Syi’ah tentang
Al-Itsna Asyariyah. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya
adalah untuk mengetahui tentang Aliran Syi’ah.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dari sumber-sumber
internet dan kesungguhan dalam merangkum inti-inti dari media, akhirnya makalah ini
dapat tersusun.
Saya mengetahui sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa
yang masih harus belajar dalam pembuatan naskah makalah, bahwa makalah ini sangatlah
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik positif
untuk membangun kemampuan saya, serta berdaya guna di masa yang akan mendatang.
Besar harapan semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan
maslahat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Banyuwangi, 8 Februari 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... .....


DAFTAR ISI .................................................................................................................. .....
BAB I ........................................................................................................................... .....
PENDAHULUAN .......................................................................................................... .....
BAB II .......................................................................................................................... .....
PEMBAHASAN ............................................................................................................. .....
A. Pengertian Syi’ah ............................................................................................... .....
B. Istilah Syi’ah Itsna Asyariyah ................................................................................... .....
C. Akidah akidah dasar ........................................................................................... .....
D. Macam-macam Syi’ah ........................................................................................ .....
BAB III .......................................................................................................................... .....
PENUTUP .................................................................................................................... .....
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ .....

BAB I
PENDAHULUAN

Ketika dalam masa kepemimpinan Rasulullah SAW. Umat Islam adalah umat yang
satu (ummatan wahidatan) dan penuh dengan semangat perjuangan. Demikian ini
merupakan salah satu misi beliau sebagai sosok pemimpin yang ideal.
Ada 3 aspek keberhasilan Rasulullah SAW. Dalam perjuangannya, yaitu :
1. Sebagai pemersatu umat dalam satu kesatuan ke-Tuhanan (tauhid al-Ilahi)
2. Sebagai pemersatu umat dalam satu kesatuan pemerintahan (tauhid al-hukumah)
3. Sebagi pemersatu bangsa yang terpecah-pecah dalam berbagai suku dan kabilah
(tauhid al-ummah)
Rasulullah SAW. Dipanggil Allaj setelah tugas risalahnya lengkap dan dianggap telah
sempurna sebagai mana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Maidah : 3
“Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam sebagai agamamu...”
Beliau wafat tanpa meninggalkan wasiat kepada seseorang sahabatpun meneruskan
kepemimpinannya (khalifah). Agama Islam sendiri tidak menetapkan sistem khusus dalam
ke-khalifahan. Masalah ke-khalifahan diserahkan kepada seseorang yang dipandang
memiliki otoritas untuk memecahkan persoalan yanh dihadapi umat. Atau mereka yang
lebih populer dengan sebutan Ahlul Halli Wal Aqli
Dari sinilah sepeninggalan Rasulullah SAW, awal mula timbulnya perselisihan antar
umat Islam. Perselisihan tersebut bermula dari perbedaaan tentang “siapa yang berhak
menduduki kursi khalifah sepeninggal beliau”. Dari perdebatan sengit ini lalu memunculkan
polarisasi umat Islam dalam 3 kelompok :
1. Kelompok Bani Hasyim (Ahlul Bait)
2. Kelompok Muhajirin (Yang dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar)
3. Kelompok Anshar (Yang dipimpin oleh Saad bin Ubadah)
Dalam perkembangan selanjutnya ketiga kelompok tersebut lalu menjadi partai
lebih besar. Kelompok 1 berkembang menjadi Syi’ah, Kelompok ke dua menjadi Sunnah
(sering disebut-sebut Ahlusunnah Waljamaah), Dan Kelompok ke tiga berkembang menjadi
Khawarij.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syi’ah
Menurut kamus, kata Syi’ah berarti : para pengikut, barisan kelompok yang memperlihatkan
kesamaan sikap atas suatu masalah atau keyakinan yang mereka dukung dan bela.

Syiah menurut bahasa berarti “kelompok” atau pengikut. Kata syi’ah sebetulnya
sudah dikenal dalam kalangan umat Islam sejak kepemimpinan Rasulullah SAW. Al-
Qur’an banyak menyebutkan kata-kata ini misalnya, Al-Qashash: 15, As Shaffat: 83 dan
Maryam: 69.

Pada ayat-ayat tersebut Syi’ah berarti pengikut atau golongan (yang berlaku untuk umum)
misalnya saja saat berposisi yang sama Khawarij.

Menurut Al-Syahratani, Syi’ah adalah kelompok yang secara khusus menjadi pengikut Ali ra.
Dan beranggapan bahwa keimanan dan kekhalifahan ditentukan Nash dan Wasiat baik secara tegas
maupun samar. Serta mereka yang beranggapan bahwa keimanan tidak terlepas dari anak
keturunan Ali ra. Dan menurut Syi’ah keimanan bukan merupakan kepentingan umum dan
dihasilkan dari pemilihan umat, Tetapi, ia adalah persoalan dasar dan rukun agama yang tidak boleh
diabaikan oleh para Rasul dan tidak boleh diserahkan kepada para umat.

Dalam sejarah, Syi’ah adalah kelompok islam yang muncul paling dini, dalam pergumulan
politik yang sarat dengan ideologi, ia lahir sejak kasus Shiffin, tetapi gejala kenampakannya sudah
dimulai sejak sepeninggal Rasulullah SAW. Yaitu ketika umat islam di hadapkan pada “Siapa yang
berhak menduduki ke khalifahan sepeninggal Rasulullah SAW.”

Perselisihan umat islam mengenai hak legimitasi Ah-lul Bait, sudah mereda ketika Ali ra.
Telah berseru membaiat Abu Bakar dengan berakhirnya pemerintahan Umar Bin Khattab. Tetapi
ketika Kekhilafahan pindah ke tangan Utsman, kelompok Ali ra. Bergejolak lagi akibat hasutan
Abdullah bin Saba’ yang membolisai pendukungnya Ali untuk menuntut hak Kekhalifahan. Bahkan
Abdullah bin Saba’ secara ekstrim beranggapan bahwa Ali ra. Adalah Tuhan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Syi’ah terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok dan
pokok perbedaannya terletak pada dua hal :

1) Perbedaan dalam pokok-pokok ajaran:


Diantara mereka adalah kelompok ekstrim yang berpikiran bahwa imam adalah orang yang
suci (Ma’shun) dan menganggap kafir orang-orang yang membenci dan menentang Ali ra.
Dan pengikitnya. Ada juga yang berpendirian bahwa imam harus adil dan yang mengingkari
dianggap salah saja, tidak sampai kafir.

2) Perbedaan dalam penentuan imam:


Mereka saling selisih mengenai imam dari keluarga Ali ra. Sebagian dari mereka mengatakan
bahwa Imam setelah terbunuhnya Al-Husain pindah kepada saudaranya dari Ayah yaitu
Muhammad bin Ali yang lebih populer dengan sebutan Ibnu Al-Hanafiah. Sebagian lain
mengatakan, bahwa Imam setelah terbunuhnya al-Husain adalah anak dari Ali dari Fatimah
meskipun ia belum dewasa karena ia anak sulung.

Dari perselisihan pendapat tentang “siapa pengganti Imam setelah Al-Husain” ini lantas
melahirkan skisme dalam tubuh Syiah sendiri. Dari pendapat pertama melahirkan kelompok
Kaisniyah dan pendapat kedua melahirkan kelompok Itsna ‘Asyariyah

B. Istilah Syi’ah Itsna ‘Asyariyah


Istilah Syi’ah Itsna ‘Asyariyah adalah termasuk bagian dari sekte Syi’ah Imamiyah, disebut begitu
karena sekte ini beranggapan bahwa Imam (pemimpin) setelah wafatnya nabi ditawarkan kepada 12
orang, Mulai dari Ali bin Abi Thalib, kedua puteranya Al-Hasan dan Al-Husain hingga kepada
Muhammad al-Mahdi yang telah meninggal kurang lebih 260H. Dan akan kembali ke dunia pada
akhir zaman untuk menegakkan keadilan menurut ad_Dilahwi, Syi’ah Itsna ‘Asyariyah ini muncul
pada tahun 225H.

Sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Muntadzar (al-Mahdi), silsilah imam-imam itu
terputus. Hal ini karena imam yang terakhir tidak mempunyai keturunan. Muhammad SAW. Sewaktu
masih kecil hilang di sebuah gua yang terdapat di Samara (Irak). Syi’ah Itsna ‘Asyariyah berkeyakinan
bahwa, imam ini menghilang untuk sementara waktu dan akan kembali kebagai al-Mahdi yang
langsung memimpin umat oleh sebab itu, ia disebut Imam yang bersembunyi (Al-Imam Al-Mustair)
atau Imam yang dinanti (Al-Imam Al-Muntadzar).

Menurut mereka selama Imam itu bersembunyi, Ia memimpin umat melalui Raja-Raja yang
berkuasa dan para Ulama’ Mujtahid Syi’ah.

Selama masa 70 tahun terhitung sejak menghilangnya Imam (256/869-329/940) para Mujtahid
mereka adalah Utsman bin Said kemudian digantikan oleh puteranya Abu Ja’far. Abu Ja’far kemudian
digantikan oleh Abu al-Qasim bin Ruh. Kemudian Abu al-Qasim bin Ruh melimpahkan kepada al-
Hasan as-Samiri. Sampai dengan Samiri, para Mujtahid kemudian terputus dan as-Samiri
menyerahkan ini kepada Tuhan. Periode 70 tahun (periode yang diwakili oleh para mujtahid atau
para ulama) ini disebut masa “ghaibah kecil”. Kemudian setelah masa ini, sejak tahun 329/940
hingga sekarang, imam berada dalam “ghaibah besar” yang pada akhir zaman nanti akan kembali.

Mazhab ini merupakan Mazhab terbesar Syi’ah yang terlahir dari sekte Imamiyah, yang
menjadi paham resmi pemerintahan di Persia semenjak masa pemerintahan dinasti Syafawiyah
berkuasa pada tahun 907/1501. Kalangan Syi’ah 12 merupakan 60% dari warga negara Irak. Dan
sebagai kelompok mayoritas negara Afganistan, Libanon, Pakistan, Syiria, dan provinsi wilayah timur
Arabia dan sejumlah negeri Teluk.

C. Akidah Akidah Dasar.


Prinsip-prinsip agama yang mendasar (ushul al-din) dalam Mazhab Syi’ah dan Mazhab-mazhab
lainnya adalah :

1. Keesaan Allah (Tauhid)


2. Kenabian (Nubuwwah), yang berakhir Muhammad sebagai nabi yang terakhir dan
Al-Qur’an adalah risalah terakhir bagi umat manusia
3. Kebangkitan kembali Mahad atau kehidupan Akhirat
4. Keadilan Allah (al-adl)
5. Imamah
6. Kewajiban-kewajiban dalam agama

Ada 7 tugas agama yang harus dijalankan sebagai amalan-amalan wajib untuk menyembah Allah
masing-masing adalah :

1. Shalat 5 waktu
2. Berpuasa pada bulan Ramadhan
3. Menunaikan ibadah Haji satu kali seumur hidup bagi orang yang mampu, baik mampu secara
fisik maupun mampu secara ekonomi
4. Memberi zakat yang jumlahnya sepersepuluh dari jumlah komoditas-komoditas tertentu,
yang harus dibayar pada akhir tahun demi kesejahteraan masyarakat umum dan kaum
miskin
5. Khums atau seperlima dari pendapatan tahunan seseorang harus dibayarkan sebagai hak
prerogative kepada Imam pada masanya.
6. Jihad yang secara umum dan kurang tepat diterjemahkan sebagai perang suci
7. Al-Amr bin Al-Ma’ruf wa Al-Nahy an Al-Munkar, menyarankan berbuat baik dan mencegah
berbuat jahat.

D. Macam-macam Syi’ah
Syiah Ghulat
Syiah Ghulat (kelompok Syiah yang ekstrem) adalah golongan yang berlebih-lebihan
dalam memuji Sayyidina Ali ra. atau Imam-imam lain dengan menganggap bahwa para
imam tersebut bukan imam biasa, melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu
sendiri. Menurut al-Baghdadi, kaum Ghukat telah ada sejak masa Ali bin Abi Thalib ra.
mereka memanggil Ali dengan sebutan “Anta, Anta”, yang berarti “Engkau, Engkau” yang
dimaksud disini adalah: Engkau adalah tuhan.
Menurut al-Baghdadi, sebagian dari mereka sampai dibakar hidup-hidup oleh Sayyidina
Ali bin Abi Thalib ra. tetapi pemimpin mereka, Abdullah bin Saba’, hanya dibuang ke
Mada’in. Di antara mereka ada yang menyalahkan, bahkan mengutuk Sayyidina Ali bin
Abi Thalib karena tidak menuntut haknya dari penguasa yang telah merampas haknya
sebagai khalifah sesudah Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.[3] Dalam sebuah riwayat Syiah
disebutkan bahwa ketika suatu hari Bisyar asy-Syairi, seorang Ghulat, datang ke rumah
Ja’far ash-Shadiq, Imam Ja’far mengusirnya seraya berkata, “sesungguhnya Allah
Subhanahu Wata’ala. telah melaknatmu. Demi Allah aku tidak suka seatap denganmu.”
Ketika asy-syairi keluar, Ja’far ash-Shadiq berkata kepada pengikutnya, “celakalah dia. Ia
adalah setan, anak dari setan. Dia lakukan ini untuk menyesatkan sahabat dan Syiahku;
maka hendaklah berhati-hati terhadapnya orang-orang yang telah tahu akan hal ini
hendaknya menyampaikan kepada orang lain bahwa aku adalah hamba Allah dan anak
seorang perempuan, hamba-Nya. Aku dilahirkan dari perut seorang wanita.
Sesungguhnya aku akan mati dan dibangkitkan kembali pada hari kiamat, dan aku akan
ditanya tentang perbuatan-perbuatanku.”
Kaum Ghulat dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu golongan as-Saba’iyah
dan golongan al-Ghurabiyah. Golongan as-Saba’iyah berasal dari nama Abdullah bin
Saba’, adalah golongan yang menganggap Ali bin Abi Thalib ra. adalah jelmaan dari Tuhan
atau bahkan Tuhan itu sendiri. Menurut mereka, sesungguhnya Sayyidina Ali ra. masih
hidup. Sedangkan yang terbunuh di tangan Abdurrahman bin Muljam di Kuffah itu
sesungguhnya bukanlah Sayyidina Ali ra., melainkan seseorang yang diserupakan tuhan
dengan beliau menurut mereka, Sayyidina Ali ra. telah naik ke langit dan di sanalah
tempatnya. Petir adalah suara beliau dan kilat adalah senyum beliau.
Adapun golongan al-Ghurabiyah adalah golongan yang tidak se-ekstrem as-Saba’iyyah
dalam memuja Sayyidina Ali ra. menurut mereka Sayyidina Ali ra. adalah manusia biasa,
tetapi dialah seharusnya yang menjadi utusan Allah, bukan Nabi Muhammad Sallallahu
Alaihi Wasallam. Namun, karena Malaikat Jibril salah alamat sehingga wahyu yang
seharusnya ia sampaikan kepada Sayyidina Ali ra. malah ia sampaikan kepada Nabi
Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam., maka akhirnya Allah Subhanahu Wata’ala.
Mengakui Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. sebagai utusan-Nya.[4]
Syiah Imamiyah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. telah
menunjuk Sayyidina Ali ra. sebagai Imam penggantinya dengan penunjukan yang jelas
dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengetahui keabsahan kepemimpinan
Sayyidina Abu Bakar, Umar, maupun Utsman ra.. Bagi mereka, persoalan imamah adalah
salah satu persoalan pokok dalam agama atau Ushul ad-Din.
Syiah imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Yang terbesar adalah golongan Itsna
Asyariyah atau Syiah Dua Belas. Sementara golongan kedua yang terbesar adalah
golongan Isamiliyah. Dalam sejarah Islam, kedua golonga sekte Imamiyah ini pernah
memegang puncak kepemimpinan politik Islam. Golongan Ismailiyah berkuasa di Mesir
dan Baghdad. Di Mesir golongan Ismailiyah berkuasa melalui Dinasti Fathimiyah. Pada
waktu yang sama golongan Itsna Asyariyah dengan Dinasti Buwaihi menguasai
kekuasaan kekhalifahan Abbasiyah selama kurang lebih satu abad.
Semua golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini sepakat bahwa Imam
pertama adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kemudian secara berturut-turut Sayyidina
Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad al-Baqir, dan Ja’far ash-Shadiq ra.. Kemudian
sesudah itu, mereka berbeda pendapat mengenai siapa Imam pengganti Ja’far ash-Shadiq.
Di antara mereka ada yang meyakini bahwa jabatan imamah tersebut pindah kepada
anaknya, Musa al-Kazhim. Keyakinan ini kemudian melahirkan sekte Itsna Asyariyah
atau Syiah Dua Belas. Sementara yang lain meyakini bahwa imamah pindah kepada putra
Ja’far ash-Shadiq, Ismail bin Ja’far ash-Shadiq, sekalipun ia telah meninggal dunia
sebelum ash-Shadiq sendiri. Pecahan ini disebut Ismailiyah sebagian yang lain
menanggap bahwa jabatan imamah berakhir dengan meninggalnya Ja’far ash-Shadiq
mereka disebut golongan al-Waqifiyah atau golongan yang berhenti pada Imam Ja’far
ash-Shadiq.
Sekte Itsna Asyariyah atau Syiah Dua Belas merupakan sekte terbesar Syiah dewasa ini.
Sekte ini meyakini bahwa Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. telah menetapkan dua belas
orang Imam sebagai penerus Risalahnya, yaitu: [5]
No. Nama dan julukan Lahir – wafat
1. Ali bin Abi Thalib al-Murtadha 23 SH – 40 SH
2. Hasan bin Ali az-Zaki 2 H – 50 H
3. Husain bin Ali asy-Syahid 3 H – 61 H
4. Ali bin Husain Zainal Abidin 38 H – 59 H
5. Muhammad bin Ali al-Baqir 57 H – 114 H
6. Ja’far bin Muhammad ash-Shadiq 83 H – 148 H
7. Musa bin Ja’far al-Kazhim 128 H – 203 H
8. Ali bin Musa ar-Ridha 148 H – 203 H
9. Muhammad bin al-Jawwad 195 H – 220 H
10. Ali bin Muhammad al-Hadi 212 H – 254 H
11. Hasan bin Ali al-Askari 223 H – 260
12. Muhammad bin al-Hasan al-Mahdi 1.255 / 256 H
Syiah Itsna Asyariyah percaya bahwa keduabelas Imam tersebut adalah ma’shum
(manusia-manusia suci yang terjaga dari dosa, salah, dan lupa). Apa yang dikatakan dan
dilakukan mereka tidak akan bertentangan dengan kebenaran, karena mereka selalu
dijaga Allah Subhanahu Wata’ala. dari perbuatan-perbuatan salah dan bahkan dari
kelupaan.
Menurut Syiah Dua Belas, jabatan imamah berakhir pada Imam Mahdi al-Muntazhar
Muhammad bin Hasan al-Askari. Sesudah itu, tidak ada Imam-imam lagi sampai hari
kiamat. Imam Mahdi al-Muntazhar Muhammad bin Hasan al-Askari ini, atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Imam Mahdi, diyakini belum mati sampat saat ini. Menurut
mereka, Imam Mahdi masih hidup, tetapi tidak dapat dijangkau oleh umum dan nanti
pada akhir zaman Imam Mahdi akan muncul kembali. Dengan kata lain, Imam Mahdi al-
Muntazhar kini diyakini sedang gaib.
Menurut Syiah Dua Belas, selama masa kegaiban Imam Mahdi, jabatan kepemimpinan
umat, baik dalam urusan keagamaan maupun urusan kemasyarakatan, dilimpahkan
kepada fuqaha (ahli hukum Islam ) atau mujtahid (ahli agama Islam yang telah mencapai
tingkat mujtahid mutlak). Fuqaha atau mujathid ini harus memenuhi tiga kriteria.
Pertama, faqahah, yaitu ahli dalam bidang agama Islam. Kedua, ‘adalah, (adil), takwa, dan
istiqamah (konsisten) dalam menjalankan aturan-aturan agama. Ketiga, Kafa’ah, yaitu,
yaitu memiliki kemampuan memimpin dengan baik. Mujtahid atau faqih yang
menggantikan jabatan Imam Mahdi itu disebut na’ib al-Imam atau wakil Imam. Ayatullah
Ruhullah Khomaini, misalnya, adalah seorang na’ib al-Imam tersebut.
Sebagai sekte Syiah terbesar, kelompok Syiah Dua Belas sebenarnya bukan golongan
Imamiyah atau golongan yang hanya memusatkan perhatian pada persoalan imamah
semata, tetapi juga merupakan golongan yang terlibat aktif dalam pemikiran-pemikran
keislaman lainnya, seperti teologi, fikih, dan filsafat. Dalam teologi, sekte Itsna Asyariyah
ini dekat dengan golongan Mu’tazilah, akan tetapi dalam persoalan pokok-pokok agama
mereka berbeda
BAB III
PENUTUP

Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan
kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
http://zainudin.lecturer.uin-malang.ac.id/2013/11/11/syiah-isna-asyariyah-dan-konsep-imamah/

http://fikrrosyaid.blogspot.com/2011/11/makalah-syiah.html

http://syafieh.blogspot.com/2013/04/ilmu-kalam-syiah-tokoh-dan-ajarannya.html

http://abuabdurrohmanmanado.wordpress.com/tag/siapakah-12-imam-kaum-syiah/

http://www.nahimunkar.org

Anda mungkin juga menyukai