VMS Kelompok 3 Ebgi
VMS Kelompok 3 Ebgi
(VMS)
1. Definisi
Endapan volkanogenik sulfida masif (VMS) juga dikenal sebagai
endapan volkanik yang terkait dengan gunung api, dan endapan gunung
berapi sedimen gunung api sedimen. Mereka biasanya muncul sebagai
lensa sulfida masif polimetalik yang terbentuk pada atau dekat dasar laut
di lingkungan vulkanik bawah laut. Endapan VMS terbentuk di, atau
dekat, dasar laut melalui pelepasan terfokus cairan hidrotermal yang kaya
logam. Untuk alasan ini, endapan VMS diklasifikasikan di bawah judul
umum endapan “exhalative”, yang meliputi sedimentary exhalative
(SEDEX) dan endapan nikel sedimen (Eckstrand et al., 1995).
VMS adalah kumpulan dari mineral mineral sulfida dalam bentuk
perlapisan (stratiform) yang dibentuk oleh hasil presipitasi larutan
hidrotermal di permukaan atau di bawah lantai samudra pada zaman
pubra ataupun yang masih berlangsung.
Proses sirkulasi dan pemanasan dari air laut terjadi pada
kedalman sekitar 2-8 km pada kerak oseanik. Air laut yang terpanaskan
tersebut kemudian mengalami proses boiling dan pemisahan fase dengan
ditandai berkembangnya lapisan brine di kerak oseanik. Larutan
hidrotermal yang terbentuk akan mengalami perubahan suhu, komposisi,
kosentrasi volatil akibat beberapa proses interaksi dengan batuan
samping. Sirkulasi yang terjadi menyebabkan presipitasi urat-urat sulfida
logam seperti Cu, Zn, Pb, dan Fe pada suhu berkisar 350-550 serta
menyebabkan terjadinya alterasi. Susunan hidrotermal yang terbentuk
pada umumnya mempunyai urutan dari dalam ke luar rekahan sebagai
berikut : sulfida Cu, Zn, dan sulfida Fe, sulfida colloform, sulfat. Aktivitas
ini berangsur-angsur akan berhenti akibat terisinya rekahan yang ada.
Adanya proses pemekaran samudra akan menghasilkan rekahan baru dan
siklus baru dari pengendapan urat hidrotermal dimulai. Hal ini berangsur
terus menerus yang kemudian menghasilkan tubuh bijih sulfida massive
yang luas. Larutan yang mengandung logam mengalami reduksi dengan
pH 2-6 dan menerobos melalui sistem rekahan lalu keluar di lantai
samudra dalam sebagai hot spring pada suhu sekitar 350-400oC
Tektonik seting untuk endapan VMS meliputi mid oceanic ridge, volcanic
arc, back arc basin, rifted continental margins, dan pull-apart basins.
4. Karakteristik
VMS mempunyai karakteristik seperti :
● Scara spasial dan temporal mempunyai hubungan yang erat
dengan kegiatan vulkanisme dan batuan vulkanik
● Bijih yang masif dijumpai dalam bentuk lapisan (strata) atau
menyerupainya yang mengandung lebih dari 60% mineral sulfida
● Bijihnya mengandung unsur logam dasar seperti Zn, Cu, Pb
dengan sedikit emas dan perak
● Mineral bijih terbentuk berasosiasi dengan lingkungan sub marine
volcanoe namun juga ada yang berasosiasi dengan lans based
volcanic
Table. 1 karakteristik endapan mineral
5. Klasifikasi
Sawkins 1990 membagi endapan VMS menjadi 3 endapan
berdasarkan kepada komposisi host rock dan lingkungan tektonik, yaitu :
● Kuroko type
Endapan tipe ini terbentuk pada lingkungan cekungan
busur belakang yang terbentuk akibat subduksi. Proses
mineralisasi membutuhkan kondisi laut dalan (>1000 m) karena
pada kondisi yang dangkal larutan yang mendidih akan cenderung
membuat proses mineralisasi terdispersi. Mineralogi tipe ini
didominasi oleh sulfida (60%) terdiri dari zona masif lapisan
bagian atas atau sering disebut black ore (pirit ± sfalerit ± pirotit ±
galena ± barit ± tetrahidrit - tenantit ± bornit) zona masif lapisan
bagian bawah atau yellow ore (pirit ± kalkopirit ± sfalerit ± pirotit ±
magnetit) zona stockwork (pirit ± kalkopirit ± emas dan perak).
Gypsum dan anhidrit dijumpai di beberapa deposit. Endapan ini
merupakan sumber utama dari Pb dan Zn
Tekstur yang dibentuk oleh endapan ini umumnya masif,
sering dijumpai stockwork, slump, graded bedding.
6. Distribusi
Terdapat kurang lebih 800 endapan tipe VMS di dunia dengan
total cadangan lebih daro 200.000 ton. Endpan endapan tersebut terletak
pada lingkungan gunung api bawah laut sampai dengan lingkungan
pemekaran lantai samudra yang sementara terbentuk dan busur oseanik.
Secara umum, endapan VMS tersebar di seluruh dunia dan
terkonsentrasi pada batas pertemuan antar lempeng. Pada peta
persebaran di atas, lokasi tempat endapan VMS yang sudah terbentuk
terletak pada batas lempeng purba yang biasanya sudah tidak aktif.
Prospek penambangan endapan VMS yang terbesar terletak di Kanada
pada kamp FLin Flon, Bathurst, dan Noranda dengan cadangan 5-20 juta
ton. Selain itu, terdapat Sabuk Pirit Iberia yang melewati Spanyol dan
Portugal dengan lebih dari 90 endapan VMS dan total cadangan lebih dari
100 juta ton. Endapan VMS yang sedang terbentuk saat ini terletak di
batas lempeng aktif dimana tempat aktivitas vulkanik yang cenderung
aktif terjadi.
8. Studi Kasus
● Busur Sunda-banda (Neogen)
Busur Sunda-banda (Neogen) Busur Sunda-Banda paling panjang di
Indonesia, melampar dari utara Sumatera melewati Jawa ke arah timur
dari Damar. Segmen barat terdiri dari Sumatera, Jawa Barat dan sebagian
Jawa Tengah, dan terbentuk pada tepian selatan Paparan Sunda, bagian
timur dari Jawa Tengah ditafsirkan sebagai busur kepulauan terbentuk
pada kontinen yang tipis atau kerak intermediet. Tektonik Paleogen, dan
diikuti tektonik Akhir Kapur dimana kegiatan volkanisme di Busur
Sumatera-Meratus berakhir. Tepi Kontinen posisi pasif dari Paparan
Sunda pada Akhir Eosen telah melampar ke arah Sumatera, di mana
intrusi kalk-alkali terjadi dengan umur antara 52 sampai 57 Ma, dan
kemungkinan lebih muda menggambarkan adanya penunjaman secara
lambat ke arah utara pada Awal sampai pertengahan Eosen. Deformasi
bersifat kompresif di lepas pantai Sumatera bagian barat, dan
berakhirnya penunjaman Paleogen, merupakan gambaran saat
terbentuknya ofiolit pada bagian utara dan busur kepulauan yang
bertepatan dengan terbentuknya ofiolit Oligosen di Jalur IndoBurma, dan
juga dengan Formasi batuan bancuh dengan fragmen ofiolit pada
kepulauan di sebelah barat Sumatera. Di bagian timur Sumatera, ofiolit
dan batuan Paleogen, termasuk basal di Jawa, merupakan bagian dari
margin Sunda sebelum Akhir Oligosen. Pada Akhir Oligosen sampai Akhir
Miosen, busur magmatik melampar luas pada sebagian besar Sumatera,
membentuk formasi yang oleh Van Bemmelen (1949) disebut Andesit
Tua. Busur ini secara stratigrafis setempat terpisah dari batuan yang lebih
muda yaitu batuan yang lebih muda dari Neogen, yang dicirikan oleh
batuan endapan laut, termasuk di dalamnya batulempung. Belum ada
umur dari pengendapan mineral yang dapat untuk dikorelasikan dengan
busur Tersier tengah tersebut, posisinya bersamaan dengan busur
Neogen. Busur andesitik berumur Miosen dengan pelamparan yang sama
dengan volkanik Kuarter, melampar sepanjang Bukit Barisan dan
menerus ke Jawa dan bagian barat dari Busur Banda sampai Damar. Di
luar sebaran tersebut, ke arah timur, hanya dijumpai pulau pulau dengan
endapan volkanik Kuarter, dan tidak didapatkan data bahwa pada saat
Neogen melampar sampai daerah tersebut. Batuan magmatik pada
busur tersebut dominant batuan eruptif, termasuk juga batuan intrusi
berumur 12 dan 13 Ma di Sumatera dan intrusi di Jawa. Tidak dijumpai
batolit dalam ukuran besar pada Neogen. Riolit dan ignimbrit riolitik
berumur Kuarter dijumpai di Sumatera dan Jawa. Di Sumatera, batuan
gunungapi dominan terbentuk pada lingkungan darat dan umumnya
menumpang pada batuan berumur Miosen Awal berupa batuan
gunungapi, batulempung, dan batuan dasar berumur Miosen dan
Paleozoik termasuk juga batuan ofiolit Mesozoik Akhir dari Grop Woyla,
serta batuan plutonik busur magmatik Kapur Akhir. Pengangkatan pada
saat volkanisme aktif pada Kenozoik Akhir ditandai oleh adanya batuan
lempung yang terbentuk pada lingkungan laut menempati ketinggian
sampai 1100 meter di Bukit Barisan. Busur ini berpotensi terjadinya
mineralisasi, dimana mineralisasi emas dan tembaga yang terbentuk
merupakan 20% dari potensi emas, dan 14 % dari potensi tembaga di
Indonesia. Segmen kontinen bagian barat dicirikan oleh banyak
dijumpainya cebakan epitermal sistem urat tipe sulfidasi rendah seperti
di Pasaman, Lebong Tandai, Musirawas, Lampung, Pongkor dan Cibaliung.
Cebakan mineralisasi logam Zn, Pb, Cu, dan Ag dengan batuan induk
sedimen dijumpai di Dairi. Cebakan Cu-Au porfiri terdapat di Daerah Ise-
ise dan Tengkereng di Aceh Tenggara serta Batuhijau, Sumbawa.
Sementara cebakan tipe sulfida masif volkanogenik dijumpai di Wetar
dan Haruku.
Contoh Kasus Penambangan VSM
1. Bisha
Bisha project terletak di Eritrea, Afrika Tengah dan memiliki IUP sebesar
110 km persegi. Lokasinya terletak 150 km ke barat dari kota Asmara.
Komoditas utama yang ditambang adalah Au, Ag, Zn, dan Cu. Mineralisasi
di project ini tersebar di 3 lapisan yaitu:
Zona Oxide dengan ketebalan 35 m yang mengandung Au dan Ag
Zona Supergen dengan ketebalan 30 m yang mengandung Cu
Zona Sulphide Primer yang kaya akan Zn dan Cu
Cadangan total dari project ini lebih dari 40 juta ton dengan grade 1,78
ppm Au, 38,9 ppm Ag, 1,6% Cu, dan 3,15% Zn. Jumlah ini lima kali lebih
banyak dari rata rata grade pada endapan VMS. Daerah ini juga sangat
kaya karena ditemukan 7 endapan VMS lain dalam radius 20 km namun
hanya Bisha Project yang ditambang untuk saat ini.
2. Solwara 1
Solwara 1 adalah prospek penambangan endapan VMS jenis baru dimana
penambangan tidak dilakukan di darat namun akan dilakukan di dasar
laut pada endapan VMS muda yang masih terletak jauh di dalam laut
tepatnya 1,6 km di bawah permukaan laut.