Kelas: MM55A
Nomor Absen: 19
1. Rencana Judul
Tax Havens dan Intensitas Transfer Pricing pada perusahaan listing di Indonesia (Tax Havens and
Transfer Pricing Intensity from Indonesian Listed Firms)
2. Ringkasan Isu Penelitian:
Fuest et al. (2010) menyatakan bahwa kemampuan negara berkembang untuk mengumpulkan
penerimaan pajaknya menjadi semakin berkurang ketika terjadi profit shifting, dengan tujuan
penghindaran pajak. Menurut OECD pada Action Plan BEPS (Based Erotion Profit Shifting) 2013,
transfer pricing merupakan skema paling dominan dalam profit shifting. Hal serupa juga berlaku di
Indonesia. Iwan Piliang, seorang pemerhati pajak dari LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) Tax Watch
mengatakan terdapat sekitar 60% transaksi perdagangan Indonesia yang terindikasi transfer pricing
setiap tahunnya (Detik, 2010). Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, pada Berita Satu, 2016
mencatat ada sekitar 2.000 perusahaan kategori PMA tidak membayar pajak selama 10 tahun dengan
alasan merugi, padahal berdasarkan perhitungan seharusnya perusahaan tersebut membayar rata-rata
Rp25 miliar setahun. Hal ini diperjelas oleh Direktur P2 Humas DJP, Mekar Satria Utama yang
menyatakan 2.000 perusahaan asing tersebut menggunakan modus transfer pricing (CNN Indonesia,
2016). Melalui informasi di atas dapat kita lihat bahwa banyak potensi penerimaan negara yang hilang,
padahal menurut PwC (2013), penanganan kasus transfer pricing ini dapat dijadikan sebagai soft target
oleh otoritas pajak untuk meningkatkan potensi pendapatan pajak secara masif.
Kasus transfer pricing di Indonesia dapat dilihat dalam 2 sudut pandang, yaitu perspektif
Indonesia sebagai head office atau sebagai afiliasi dari perusahaan multinasional luar. Melihat hal
tersebut, ada banyak sekali kemungkinan skema transfer pricing yang dapat terjadi. Untuk di Indonesia
sendiri, terdapat beberapa skema yang sempat ter-expose di media massa antara lain adalah PT Adaro
dengan skema penjualan batu bara lebih rendah ke Singapura (Kompas, 2008), Asian Agri menjual
crude palm oil ke perusahaan fiktifnya di Tax Haven Country yaitu Bristih Virgin Island (Tempo, 2011),
atau Toyota Motor Manufacturing Indonesia dengan skema dividen terselubung ke Jepang (Tempo,
2014).
Pada dasarnya, penanganan kasus transfer pricing tidak akan mampu benar-benar menjangkau
seluruh perusahaan, karena di negara manapun, otoritas perpajakannya akan selalu terhambat oleh
keterbatasan jumlah pemeriksa pajak dan kompleksnya skema transfer pricing perusahaan. (OECD,
2013; PwC, 2013).
Menurut literatur yang ada, motivasi perusahaan dalam melakukan transfer pricing bermacam-
macam, antara lain pengaruh intangible asset, firm size, effective tax rate, dan leverage perusahaan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, penulis merasa penting untuk dilakukan
penelitian terkait hal ini di Indonesia. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul penelitan “Tax Havens
dan Intensitas Transfer Pricing pada perusahaan listing di Indonesia”.
3. Kerangka Konseptual
- Intangible Assets
- Firm Size
Intensitas Transfer Pricing
- Tax Rate
- Leverage
6. Lampiran
Satu set