Anda di halaman 1dari 7

SISTEM INFORMASI PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH

MENGGUNAKAN METODE AHP


Studi Kasus: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
Febiana Putri Mentari, Ely Setyo Astuti1, Rosa Andrie Asmara2

Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.
1
febi612@gmail.com, 2 ely.setyo.astuti@polinema.ac.id, 3 rosaandrie@gmail.com

Abstrak

Kota Malang merupakan kota yang mempunyai perkembangan penduduk yang cukup pesat sehingga
mengakibatkan pola konsumsi yang meningkat. Dengan adanya pola konsumsi yang semakin meningkat
mengakibatkan volume sampah yang juga semakin meningkat. Volume sampah yang semakin meningkat akan
mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sehingga perlu dikelola dengan baik dan benar. Salah satunya dengan
pemanfaatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Namun, apabila dalam penentuan lokasi TPA Sampah
tidak sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan maka akan menimbulkan masalah.
Oleh karena itu agar penentuan lokasi TPA Sampah sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan,
maka perlu adanya sistem pendukung keputusan, yaitu sebagai sistem informasi penentuan lokasi TPA Sampah
untuk memberikan kemudahan bagi pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang dalam menentukan
TPA baru sesuai dengan kriteria yang ditentukan agar tidak menimbulkan masalah baru dikemudian hari. Metode
yang digunakan adalah Analitycal Hierarchy Process (AHP). Sebuah metode yang sesuai untuk mengambil
keputusan dengan multikriteria dan subkriteria. Sehingga dengan menggunakan metode AHP bisa memberi
kemudahan dalam menentukan lokasi TPA Sampah baru. Hasil dari sistem ini adalah memberikan ranking dari
beberapa alternatif lokasi yang ditentukan.

Kata Kunci : Kota Malang, Sistem Pendukung Keputusan, TPA Sampah, Analitycal Hierarchy Process,
Perankingan..

1. Pendahuluan penentuan dan pengamatan lokasi yang dirasa sesuai


1.1 Latar Belakang dengan kriteria-kriteria TPA.
Kota Malang merupakan salah satu kota yang Sebelumnya telah ada penelitian yang serupa
mempunyai perkembangan jumlah penduduk cukup menggunakan metode Simple Additive Weighting
pesat. Hal itu menimbulkan perubahan jumlah (SAW) yang digunakan untuk menentukan lokasi
penduduk yang begitu pesat dan perubahan pola Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten
konsumsi yang selalu bertambah. Pola konsumsi yang Ponorogo berbasis website, dengan kriteria yang
semakin bertambah dan berubah dengan pesat digunakan adalah jarak lokasi dengan pusat Kota,
menyebabkan bertambahnya volume sampah. Volume batas administrasi, pemilik hak atas tanah, kapasitas
sampah yang semakin bertambah akan mempengaruhi lahan, tanah penutup, jalan menuju lokasi, jalan
keadaan yang ada disekitarnya. Sehingga perlu masuk, pertanian, biologis, estetika.
dikelola dengan baik dan benar. Salah satunya dengan Sedangkan penelitian ini akan membuat Sistem
pemanfaatan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pendukung Keputusan menggunakan Metode AHP.
Sampah. Kriteria yang digunakanpun berbeda, yaitu
Akan tetapi keberadaan TPA sampah seringkali berdasarkan observasi secara langsung melalui
menjadi masalah jika TPA tersebut tidak mempunyai wawancara kepada pihak Dinas Kebersihan dan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh pihak Pertamanan Kota Malang. Kriteria yang digunakan
terkait. Misalnya daerah tertentu memiliki kondisi air mengacu pada SNI TPA 03-3241-1994 Tata Cara
tanah yang bagus namun dekat dengan pemukiman Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan Peraturan Menteri
penduduk atau daerah lain memiliki kondisi air tanah Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor
yang kurang bagus namun jauh dari pemukiman 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana
penduduk. dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Maka dari itu diperlukan Implementasi metode Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Analytical Hierarchy Process (AHP) yang akan Tangga. Dari hasil wawancara dengan pihak Dinas
membantu pihak-pihak terkait (pemerintah) dalam Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang kriteria
menentukan tempat/lahan yang sesuai menjadi TPA yang digunakan dalam pemilihan Tempat
sampah, dengan beberapa kriteria yang telah Pembuangan Akhir Sampah adalah kondisi muka air
ditentukan Sehingga mempermudah user dalam tanah, kemiringan zona kurang dari 20%, jarak dari
lapangan terbang, yaitu berjarak 3000 meter untuk Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Malang
lapangan terbang yang di darati pesawat turbo jet dan Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
1500 meter untuk pesawat jenis lain, jarak dari TPA adalah tempat untuk memproses dan
pemukiman, tidak boleh pada daerah lindung/cagar mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
alam, bukan daerah banjir dengan periode ulang 25 aman bagi manusia dan lingkungan.
tahun, pemilik hak atas tanah, kapsitas lahan, dan 2.2 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Jumlah pemilik tanah. Sebuah sistem yang digunakan untuk
Hasil dari penelitian ini adalah perankingan mendukung para pengambil keputusan manajerial
dari alternatif-alternatif yang ditambahkan, dengan dalam situasi keputusan semiterstruktur namun tidak
sistem ini diharapkan akan memberi kemudahan untuk menggantikan peran penilaian mereka (Turban
pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota et al, 2005)
Malang dalam menentukan Tempat Pembuangan
Akhir Sampah sesuai dengan kriteria yang digunakan 2.3 Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan
1.2 Rumusan Masalah suatu model pendukung keputusan yang
Dari permasalahan diatas maka perumusan dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP
masalah pada skripsi ini adalah: menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria
1. Bagaimana mengimplementasikan metode AHP yang kompleks menjadi suatu hirarki.
dalam proses penentuan TPA sampah dalam Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah
dalam AHP meliputi (Kusrini., 2007:135):
sistem pendukung keputusan
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi
2. Bagaimana membuat sistem perankingan dari yang diinginkan, setelah itu menyusun hierarki
alternatif-alternatif TPA Sampah yang dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan
ditambahkan oleh user. hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang
merupakan sasaran sistem secara keseluruhan
1.3 Batasan Masalah pada level teratas.
Agar pembahasan lebih terarah, maka penulis 2. Menentukan prioritas elemen:
memberikan batasan batasan pembahasan masalah, a. Langkah pertama untuk menentukan prioritas
yaitu : elemen adalah membuat perbandingan
1. Aplikasi sistem pendukung keputusan penentuan pasangan, yaitu membandingkan elemen
lokasi tempat pembuangan akhir sampah ini secara berpasangan sesuai kriteria yang
hanya digunakan di Dinas Kebersihan dan diberikan.
Pertamanan Kota Malang b. Matriks perbandingan berpasangan diisi
2. Kriteria dan perbandingan nilai kepentingan menggunakan bilangan untuk
kriteria yang digunakan berdasarkan hasil mempresentasikan kepentingan relatif dari
observasi wawancara pada narasumber dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang 3. Sintesis pertimbangan-pertimbangan terhadap
yang mengacu pada SNI TPA 03-3241-1994 perbandingan berpasangan di sintesis untuk
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang
Sampah dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dilakukan langkah ini adalah:
Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana matriks
Persampahan Dalam Penanganan Sampah b. Membagi setiap nilai dari kolom pada
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah matriks
Rumah Tangga c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris
3. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan dan membaginya dengan jumlah elemen
Tempat Pembuangan Akhir Sampah adalah untuk mendapatkan nilai rata-rata.
kondisi muka air tanah, kemiringan zona kurang 4. Mengukur Konsistensi dalam pembuatan
dari 20%, jarak dari lapangan terbang, yaitu keputusan, penting untuk mengetahui seberapa
berjarak 3000 meter untuk lapangan terbang baik konsistensi yang ada karena kita tidak
yang di darati pesawat turbo jet dan 1500 meter menginginkan keputusan berdasarkan
untuk pesawat jenis lain, tidak boleh pada daerah pertimbangan dengan konsistensi yang rendah.
lindung/cagar alam, bukan daerah banjir dengan Hal-hal yang dilakukan untuk langkah ini adalah:
periode ulang 25 tahun, pemilik hak atas tanah, a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama
kapsitas lahan, dan Jumlah pemilik tanah. dengan prioritas relatif elemen pertama,
4. Hasil dari sistem ini berupa perankingan nialai pada kolom kedua dengan prioritas
alternatif lokasi TPA Sampah. relatif elemen kedua, dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris.
2. Landasan Teori c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan
2.1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
d. Jumlahkan hasil bagi di atas dengan 1. Masalah: Memilih TPA Sampah yang sesuai
banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
λ maks. 2. Kriteria: Kondisi muka air tanah,
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus: kemiringan zona, jarak dari lapangan
CI = ((λ maks-n))/(n-1) (2.1) terbang, jarak dari pemukiman, tidak berada
Dimana n = banyaknya elemen di kawasan hutan lindung, bukan merupakan
6. Hitung rasio konsistensi/Consistensy Ratio (CR) daerah banjir periode ulang 25 tahun,
dengan rumus: pemilik hak atas tanah, kapasitas lahan, dan
CR = CI/IR (2.2) jumlah pemilik tanah.
Dimana CR = Consistensy Ratio 3. Subkriteria:
CI = Consistensy Index a. Kriteria Kondisi Muka Air Tanah (K1);
IR = Indeks Random Consistensy Subkriteria : > 10 meter, dengan
7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya kelulusan <10-6cm/det (S1); <10 meter,
lebih dari 10%, maka penilaian data judgement dengan kelulusan <10-6cm/det (S2); >
harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi 10 meter dengan kelulusan <10-6 – 10-
(CI/IR) kurang atau sama dengan 0.1 maka hasil 4cm/det (S3); < 10 meter, dengan
perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks kelulusan <10-6cm/det – 10-4 cm/det
random konsistensi (IR) bisa dilihat dari tabel 1. (S4)
Tabel 1 Daftar Indeks Random b. Kriteria Kemiringan Zona (K2)
Konsistensi (RI) Subkriteria : Kurang Dari 20% (S5);
Nilai Indeks Random(IR) Sama Dengan 20% (S6); Lebih dari
Ukuran Matriks
20% (S7)
1,2 0.00 c. Kriteria Jarak Dari Lapangan Terbang
(K3)
3 0.58 Subkriteria : Turbo Jet Lebih Dari
3.000 meter (S8); Jenis Lain Lebih Dari
4 0.90 1.500 meter (S9);Kurang Dari 1.500
meter (S10)
5 1.12 d. Kriteria Jarak Dari Pemukiman
(K4)
6 1.24 Subkriteria : Jarak Lebih Dari 1km
(S11); Jarak Sama Dengan 1km (S12);
7 1.32
Jarak Kurang Dari 1km (S13)
e. Kriteria Tidak Berada Di Kawasan
8 1.41
Hutan Lindung/Cagar Alam (K5)
1.45 Subkriteria : Tidak ada Daerah
9 Lindung/Cagar Alam Sekitarnya (S14);
1.49 Terdapat Daerah Lindung/Cagar Alam
10 Sekitarnya yang Tidak Terkena Dampak
1.51 Negatif (S15)
11 ; Terdapat daerah Lindung/Cagar Alam
1.48 Sekitarnya yang Terkena Dampak
12
Negatif (S16)
1.56 f. Kriteria Bukan Merupakan Daerah
13
Banjir Periode Ulang 25 Tahun (K6)
14 1.56 Subkriteria : Tidak Ada Bahaya Banjir
(S17); Kemungkinan Bahaya Banjir
15 1.59 Lebih Dari 25 Tahunan (S18);
Kemungkinan Bahaya Banjir Kurang
Sumber: (Kusrini, 2007:136) Dari 25 Tahunan (S19)
g. Kriteria Pemilik Hak Atas Tanah (K7)
3. Pembahasan Subkriteria : Pemerintah Daerah/Pusat
Dalam penelitian ini, penulis (S20); Pribadi (Satu) (S21);
mengimplementasikan AHP dalam penentuan lokasi Swasta/Perusahaan (Satu) (S22); Lebih
TPA dengan kriteria yang telah ditentukan melalui Dari Satu Pemilik Hak Atau Status
observasi wawancara di Dinas Kebersihan dan Kepemilikan (S23); Organisasi Sosial
Pertamanan Kota Malang. Atau Agama (S24)
3.1 Prosedur Memilih Alternatif Tempat h. Kriteria Kapasitas Lahan (K8)
Pembuangan Akhir Sampah
Menetapkan masalah, kriteria, sub kriteria, dan
alternatif pilihan
Subkriteria : Lebih Dari 10 Tahun (S8), Jarak Lebih Dari 1 km (S11), Tidak ada
(S25); 5-10 Tahun (S26); 3-5 Tahun daerah lindung/cagar alam sekitarnya (S14),
(S27); Kurang Dari 3 Tahun (S28) Tidak Ada Bahaya Banjir (S17), Pemerintah
i. Jumlah Pemilik Tanah (K9) Daerah/Pusat (S20), Lebih Dari 10 Tahun
Subkriteria : Satu kk (S29; 2-3 kk (S25), Satu kk (S29
(S30); 4-5 kk (S31); 6-10 kk (S32);
Lebih Dari 10 kk (S33)
4. Alternatif : 3.2 Implementasi Perhitungan AHP
a. Alternatif 1 (Kecamatan Blimbing, 1. Menghitung perbandingan matriks kriteria.
Kelurahan/Desa Polehan) Tabel 2 Perbandingan Matriks Kriteria
Kriteria:
Lebih Dari Sama Dengan 10m Dengan
Kelulusan <10-6 cm/det (S4), Sama
Dengan 20% (S6), Turbo jet Lebih Dari
3.000 meter (S8), Jarak Lebih Dari 1 km
(S11), Tidak ada daerah lindung/cagar alam
sekitarnya (S14), Kemungkinan Banjir Lebih
Dari 25 tahunan (S18), Pribadi (Satu) (S21),
Kurang dari 3 Tahun (S28),2-3 kk (S30).
b. Alternatif 2 (Kecamatan Kedunkandang, Jumlah: Jumlah perkolom kriteria
Kelurahan/Desa Kedungkandang) 2. Membuat matriks nilai kriteria
Tabel 3 Matriks Nilai Kriteria
Kriteria:
Lebih Dari Sama Dengan 10m Dengan
Kelulusan <10-6 cm/det (S4), Lebih Dari
20% (S7), Turbo jet Lebih Dari 3.000 meter
(S8), Jarak Lebih Dari 1 km (S11), Tidak ada
daerah lindung/cagar alam sekitarnya (S14),
Kemungkinan Banjir Lebih Dari 25 tahunan
(S18), Pribadi (Satu) (S21), Kurang dari 3
Tahun (S28), 4-5 kk (S31). Matriks nilai
c. Alternatif 3 (Kecamatan Klojen, �
kriteria=
Kelurahan/Desa Klojen) ℎ �
Kriteria: ℎ
Lebih Dari Sama Dengan 10m Dengan Vector Eigen=
� �
Kelulusan <10-6 cm/det - 10-4 cm/det (S3), Kemudian dengan cara yang sama hitung nilai vector
Lebih Dari 20% (S7), Turbo jet Lebih Dari eigen pada subkriteria. Setelah kita mengetahui nilai
3.000 meter (S8), Jarak Lebih Dari 1 km vector eigen kriteria dan subkriteria, kemudian kita
(S11), Tidak ada daerah lindung/cagar alam normalisasi.
sekitarnya (S14), Kemungkinan Banjir Normalisasi vector eigen= � ���� � � � � ×
Kurang Dari 25 tahunan (S19), Pribadi (Satu) � ���� � �� �
(S21), 3-5 Tahun (S27), 2-3 kk (S30). Tabel 4 Normalisasi Vector Eigen
d. Alternatif 4 (Kecamatan Lowokwaru, Subkriteria Nilai
Kelurahan/Desa Merjosari) S1 7,82019472
Kriteria: S2 5,54894904
Lebih Dari Sama Dengan 10m Dengan
S3 3,1015508
Kelulusan <10-6 cm/det (S4), Lebih Dari
S4 2,64928632
20% (S7), Turbo jet Lebih Dari 3.000 meter
S5 9,25934998
(S8), Jarak Lebih Dari 1 km (S11), Tidak ada
daerah lindung/cagar alam sekitarnya (S14), S6 5,106897594
Kemungkinan Banjir Kurang Dari 25 tahunan S7 2,813752426
(S19), Lebih Dari Satu Pemilik Hak Atau S8 7,051636032
Status Kepemilikan (S23), Kurang dari 3 S9 4,485817728
Tahun (S28), 2-3 kk (S30) S10 1,902544896
e. Alternatif 5 (Kecamatan Sukun, S11 8,339076603
Kelurahan/Desa Mulyorejo (TPA S12 2,958442344
Supiturang)) S13 1,57248234
Kriteria: S14 7,697032315
Lebih Dari Sama Dengan 10m Dengan S15 1,748006463
Kelulusan <10-6 cm/det (S1), Kurang Dari S16 0,984960701
20% (S5), Turbo jet Lebih Dari 3.000 meter S17 6,8320105
S18 1,8243876 Gambar 3 jumlah perkolom
S19 0,78669633
S20 2,991084652
S21 1,315764402
S22 1,019290454
S23 0,75232514
S24 0,38153574
Subkriteria Nilai 4. Nilai normalisasi
S25 3,340507194
S26 1,393168981
S27 0,752001237
S28 0,387322471
S29 2,403933264
S30 1,210163718
S31 0,860537292
S32 0,489386431 Gambar 4 nilai normalisasi
S33 0,225979555 5. Nilai vector eigen
Kemdian substitusikan ke masing-masing alternatif.
Berikut ini hasil perankingannya.
Ranking Alternatif Nilai
1 Alternatif 5 55,73482526
2 Alternatif 1 35,58156706
3 Alternatif 3 33,06767386
4 Alternatif 2 32,93879546
5 Alternatif 4 31,68729136

3. Implementasi
Hasil implementasi sistem informasi penentuan
lokasi TPA Sampah Gambar 5 nilai vector eigen
1. Halaman untuk perbandingan kriteria 6. Setelah menentukan nilai bobot kriteria dan
subkriteria, kita melakukan tambah alternatif
sesuai dengan kriteria

Gambar 1 halaman perbandingan kriteria


2. Menentukan perbandingan matriks kriteria dengan
sistem

Gambar 6 halaman tambah alternatif


7. Setelah data disimpan kemudian menentukan
proses perankingan dengan memilih button
“Proses Ranking”

Gambar 2 Perbandingan Matriks Kriteria


3. Jumlah perkolom

Gambar 7 halaman simpan alternatif


8. Kemudian akan muncul halaman perankingan
seperti gambar 8 di bawah ini
http://eprints.umpo.ac.id/92/1/1_Cover.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/92/6/BAB%20I.pdf [30
November 2105].
Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
Gambar 8 Ranking data alternatif
Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013:
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah
6. Kesimpulan Dan Saran Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
6.1 Kesimpulan Tangga.
Raharjo, Budi., et all. 2010. Modul Pemrograman
Berdasarkan pembahasan dari bab-bab
Web HTML,PHP & MYSQL. Edisi Revisi.
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sistem yang
dibangun dengan menggunakan metode AHP dapat Bandung: Modula.
membantu menentukan lokasi Tempat Pembuangan Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para
Akhir Sampah di Kota Malang. Pemimpin, Proses Hierarki Analitik untuk
Hasil dari sistem informasi penentuan lokasi Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang
tempat pembuangan akhir sampah dengan Kompleks. Pustaka Binama Pressindo.
menggunakan metode AHP berupa ranking dari
Saaty, T.L. V., (1986). Decision Making for Leaders:
alternatif yang telah ditambahkan.
6.2 Saran The Analytic Hierarchy Process for Decisions in
complex world. University of Pittsburgh.
Dari hasil penelitian ini, saran yang diberikan Saaty, T.L. V., (1988). Multicriteria Decisions Making
adalah pengembangan sistem ini dapat dibangun di - The Analytic Hierarchy Process . University of
instansi terkait agar memberi kemudahan dalam Pittsburgh.
menentukan lokasi TPA Sampah. Untuk penelitian
Saragih, Sylvia Hartati. 2013. “Penerapan Metode
selanjutnya sistem dapat dikembangkan menggunakan
metode yang lainnya. Analitycal Hierarchy Process (AHP) Pada Sistem
Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop”. Jurnal
Daftar Pustaka: Ilmiah Program Studi Teknik Informatika STMIK
Budi Darma Medan. 4(2), 83-84
Anhar, ST. 2010. Panduan Menguasai PHP & Turban., et all., 2005. Decision Support Systems and
MYSQL Secara Otodidak. Jakarta Selatan: intelligent systems (sistem pendukung keputusan
mediakita. dan sistem cerdas).Trans. Prabantini, Dwi.
Badan Standarisasi Nasional 1994. SNI 03-3241- Yogyakarta: Andi.
1994: Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Tuban. 2005. Decision Support Systems and
Beizer. 1995. Black Box Testing. New York: John Intelligent System (Sistem Pendukung Keputusan
Wiley and Sons, Inc dan Sistem Cerdas) Jilid 1. Yogyakarta: Andi
Buku Pedoman Laporan Akhir Program Studi Offset.
Manajemen Informatika Politeknik Negeri Wahana Komputer. 2009. Shortcourse Series PHP
Malang. 2009. Malang: Politeknik Negeri Malang Programming. Yogyakarta: An
Hafidzi, Muhammad Nauval. Sistem Pendukung
Keputusan Seleksi Calon Pendidik Menggunakan
Metode Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Berbasis Web (Studi Kasus: PAUD/TK Tanwirul
Qulub Pamekasan). 2015.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem
Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi Offset.
Mukharor, Moh. Alif Yaziu. Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Di Kabupaten Ponorogo Dengan
Metode Simple Additive Weighting Method
(SAW). 2013 [Online].
Tersedia:

Anda mungkin juga menyukai