Jurnal Bu Vilya
Jurnal Bu Vilya
Jurnal Bu Vilya
Abstrak: Virus influenza A H5N1 adalah virus influenza A subtipe baru yang sangat patogen,
sebelumnya menyerang unggas kemudian dapat menyerang manusia dengan gejala dan
komplikasi yang sangat berat. Oleh karena itu, virus ini diperkirakan dapat sebagai penyebab
terjadinya pandemi di kemudian hari. Pengobatan harus diberikan secepat mungkin tanpa
diperlukan untuk memastikan diagnosis serta untuk kepentingan surveilans penyakit secara
ketat. Saat ini WHO mengorganisasi berbagai usaha untuk mencegah agar virus influenza A
H5N1 tidak dapat mengadakan mutasi dan mengadaptasi diri pada manusia, sehingga tidak
mengisolasi penderita di rumah sakit, memberikan obat antivirus, memusnahkan ternak yang
terifeksi virus H5N1, mencegah dengan imunisasi, dan memberikan profilaksis antivirus.
Pendahuluan
Influenza unggas atau sering disebut “flu burung” adalah penyakit infeksius pada spesies
burung yang menyerang saluran napas dari gejala yang paling ringan sampai dengan yang
paling berat. Penyakit ini disebabkan oleh 16 subtipe H dan 9 subtipe N virus influenza A yang
berasal dari influenza unggas. Saat ini ada dua subtipe virus influenza A yang beredar pada
populasi manusia di seluruh dunia, yaitu H1N1 dan H2N3. Juga ada subtipe lain yang beredar
pada populasi binatang, terutama pada spesies burung air. Karena genom virus influenza
berbentuk segmen, maka sangat mudah terjadi gen reassortment. Adanya koinfeksi pada satu
pejamu oleh dua virus yang berbeda mengakibatkan terbentuknya virion hibrid. Virus dengan
patogenisitas rendah dapat mengalami mutasi menjadi virus yang sangat patogenik. Virus hasil
mutasi dapat mengakibatkan terjadinya pandemi di seluruh dunia, di antaranya virus influenza
subtipe H2N2 yang mengakibatkan pandemi di Asia tahun 1957 dan subtipe H3N2 yang
mengakibatkan pandemi di Hongkong pada tahun 1968. Akhir-akhir ini, ditemukan infeksi
virus influenza A subtipe baru yang menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan sangat
patogenik, yaitu virus influenza A subtipe H5N1, yang dapat menyebabkan penyakit yang
sangat berat pada manusia. Virus galur H5N1 mempunyai kemampuan untuk menghindari
sitokin dalam menghadapi mekanisme pertahanan tubuh (sitokin merupakan lini pertahanan
pertama tubuh terhadap infeksi virus influenza). Dengan munculnya virus subtipe baru H5N1
yang sangat patogen, maka timbul dugaan bahwa galur virus subtipe baru ini merupakan galur
Influenza pada manusia ditularkan melalui inhalasi droplet infeksius secara langsung dan
mungkin juga secara tidak langsung dengan memegang muntah yang infeksius, kemudian
secara tidak sengaja memegang hidung atau mata, sehingga terjadi infeksi. Cara penularan
efisien yang lain sampai saat ini belum diketahui. Untuk infeksi virus influenza A (H5N1) pada
manusia terbukti penularan dari unggas ke manusia, dan kemungkinan dari lingkungan ke
manusia.
Virus influenza berkembang pada saluran napas dan saluran cerna unggas yang terinfeksi,
sehingga virus banyak ditemukan pada saliva, sekret hidung atau pada feses dari unggas
tersebut. Unggas yang rentan akan terinfeksi bila mengadakan kontak dengan ekskresi atau
kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi. Banyak ahli yakin bahwa sebagian besar kasus
infeksi flu burung pada manusia disebabkan oleh kontak dengan ternak yang terinfeksi.
Dari hasil penelitian kasus kontrol faktor risiko penularan penyakit influenza unggas H5N1
pada manusia yang Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Influenza A H5N1 dilakukan di
Hong Kong, penularan terjadi sebagai akibat manusia terpajan peternakan (berkunjung ke
peternakan, sebagai penjual ayam hasil peternakan yang masih hidup), dan bukan disebabkan
karena melakukan perjalanan, atau memasak ayam hasil peternakan. Dicurigai adanya
penularan dari orang ke orang, tetapi masih belum teribukti dengan jelas.
Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan terhadap ternak yang masih hidup
merupakan faktor risiko utama untuk mendapat infeksi influenza A H5N1, tetapi cara
penularan yang pasti masih belum diketahui. Umumnya, cara penularan virus influenza pada
manusia karena adanya kontak langsung atau tidak langsung dengan bebek atau ayam yang
terinfeksi virus melalui aerosol, cairan hidung, dan kotoran yang mengandung banyak virus.
Virus yang diekskresi lewat kotoran dapat hidup beberapa hari dalam lingkungan udara
terbuka. Secara teori beberapa cara penularan lain juga mungkin terjadi, misalnya menelan air
kolam renang yang terkontaminasi virus pada saat berenang. Selain itu, penggunaan kotoran
ternak unggas sebagai pupuk, juga mungkin merupakan sumber penularan terhadap manusia.
Virus influenza A H5N1 mungkin juga menular dengan cara yang sama. Diperkirakan,
penularan dari peternakan ke manusia agaknya sangat sulit untuk menimbulkan pandemi
influenza, tetapi virus ini mempunyai potensi untuk mengadakan reassortment atau mengalami
mutasi dan rekombinasi materi genetik dengan subtipe virus influenza manusia, sehingga
dengan mudah dapat menular ke manusia, yang dapat mengakibatkan terjadinya pandemi di
seluruh dunia.
Sampai saat ini belum ada bukti adanya penularan langsung dari orang ke orang, walaupun
ditemukan sedikit bukti adanya penularan dari orang ke orang berdasarkan penelitian yang
Berdasarkan studi serologis juga menunjukkan bahwa tidak ada bukti adanya penularan dari
manusia ke manusia. Untungnya, sampai saat ini virus H5N1 belum dapat menular dengan
mudah dari orang ke orang, sehingga kita masih mempunyai kesempatan untuk mengatasi
masalah yang mungkin akan timbul. Walaupun demikian, kita harus selalu waspada dengan
mengadakan surveilans yang ketat agar virus ini tidak memiliki kemampuan untuk menular
Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi virus influenza A H5N1 pada manusia sangat
bervariasi dan pada umumnya sama seperti infeksi virus influenza yang lain. Masa inkubasi
juga sangat bervariasi antara 2 hingga 17 hari.4 Gejala yang muncul dapat berupa penyakit
ringan, infeksi subklinis, atau dapat juga menampilkan gejala yang tidak khas, misalnya
ensefalopati dan gastroenteritis. Pada sebagian penderita ditemukan gejala demam, badan
lemas, nyeri otot, nyeri tenggorokan, batuk dan pilek. Gejala konjungtivitis sangat jarang
ditemukan. Demam tinggi secara terus-menerus merupakan gejala yang cukup khas.
De Jong et al. 2005, melaporkan seorang anak meninggal karena menderita infeksi virus
influenza A H5N1 tanpa adanya gejala kelainan sistem pernapasan.12 Virus dapat diisolasi dari
spesimen cairan serebrospinal, feses, usapan tenggorokan, dan serum. Penderita hanya
menunjukkan gejala diare yang berat, kemudian diikuti kejang dan koma yang progresif,
sehingga diagnosis yang ditegakkan adalah ensefalitis akut. Dua minggu sebelumnya kakak
perempuannya juga menderita penyakit yang sama. Ada yang melaporkan bahwa perjalanan
penyakit infeksi virus H5N1 sangat progresif dan sering menimbulkan komplikasi yang sangat
berat seperti sindrom gagal napas yang berat (sehingga memerlukan alat bantu napas), gagal
ginjal, hemofagositosis, leukopeni, dan limfopeni.7 Faktor risiko yang memegang peranan
penting terjadinya penyakit yang berat adalah umur yang sudah tua, terlambat mendapat
perawatan rumah sakit, pneumonia, leukopeni, limfopeni, kegagalan organ multipel, dan
Gejala lain yang juga ditemukan adalah diare, muntah, nyeri perut, nyeri dada, perdarahan
hidung dan gigi, yang umumnya ditemukan pada permulaan perjalanan penyakit. Diare berair
tanpa darah lebih sering ditemukan pada subtipe H5N1 dibandingkan dengan infeksi virus
influenza yang lain, dan biasanya terjadi satu munggu sebelum munculnya gejala kelainan
saluran napas. Walaupun ditemukan adanya manifestasi gejala kelainan saluran pencernaan,
gangguan fungsi hepar, ginjal, dan kelainan hematologi yang memberi kesan bahwa tropisme
virus H5N1 lebih luas dari pada virus influenza A H1N1 atau H3N2, akan tetapi tidak ada bukti
Kinetik respons antibodi netralisasi serum terhadap virus influenza A H5N1 sama dengan
respons antibodi terhadap virus influenza A manusia yang beredar sebelumnya (H1N1, H3N2
dan H2N2).13 Antibodi netralisasi umumnya dapat dideteksi 14 hari atau lebih sesudah
timbulnya gejala. Titer antibodi yang dapat diamati pada anak-anak maupun pada orang dewasa
adalah >640, 20 hari atau lebih sesudah munculnya gejala. Respons immunoglobulin (Ig) G
dan M yang spesifik H5 dapat dideteksi pada sebagian besar anak dan orang dewasa. Setelah
diadakan surveilans seroepidemiologi pada populasi masyarakat umum di Hong Kong ternyata
tidak ditemukan adanya antibodi terhadap virus H5N1. Antibodi hanya terdeteksi pada pekerja
di peternakan. Hal itu mungkin disebabkan oleh adanya pajanan infeksi virus influenza H5N1
dari peternakan.
Bila jumlah penderita infeksi virus H5N1 masih sedikit, penderita yang dicurigai atau sudah
jelas menderita influenza A (H5N1) sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam ruang isolasi untuk
pengamatan perjalan klinis, melakukan tes laboratorium, dan pemberian obat antivirus. Jika
penderita dipulangkan dengan cepat, kedua orang tua dan keluarganya diberikan penjelasan
tentang kebersihan pribadi dan cara mencegah terjadinya infeksi. Penderita yang dirawat harus
diberikan perawatan penunjang seperti oksigen dan alat bantu napas jika diperlukan. Penderita
harus menggunakan masker nebulizers dengan tekanan oksigen tinggi untuk mencegah infeksi
nosokomial.
Diagnosis
Pasien dicurigai menderita influenza unggas atau flu burung jika mengeluh adanya penyakit
saluran napas, yang sebelumnya pernah mengadakan kontak langsung ataupun tidak langsung,
menangani atau memelihara, atau terpajan langsung dengan ayam atau burung yang sakit
influenza.
Selain adanya gejala klinis tersebut di atas, pemeriksaan foto thoraks juga sangat berguna untuk
laboratorium spesimen yang berasal dari hapusan tenggorokan, cairan yang berasal
dilakukan sesuai dengan anjuran WHO (2005), yaitu dengan mendeteksi antigen virus secara
langsung, mengisolasi virus dalam biakan sel, atau mendeteksi RNA spesifik-influenza dengan
pasangan primer yang spesifik untuk sekuens HA dan NA virus influenza A/H5N1. Strategi
tes laboratorium tahap pertama dari masingmasing spesimen adalah untuk mendiagnosis
infeksi virus influenza secara cepat, serta menyingkirkan kemungkinan infeksi yang
disebabkan oleh virus lain yang dapat menginfeksi saluran napas. Idealnya, hasil harus sudah
1. Mendeteksi antigen secara cepat (hasil dapat diperoleh dalam waktu 15-30 menit).
- Tes influenza pada penderita (Near-patient test for influenza). Tes ini sudah tersedia secara
komersial.
- Immunofluorescence assay. Pemeriksaan ini sudah digunakan secara luas dan merupakan
metode yang sangat sensitif untuk mendiagnosis infeksi virus influenza A dan B serta lima
2. Biakan virus. Hasil didapat dalam 2-10 hari. Metode shellvial dan biakan sel standar
digunakan untuk mendeteksi virus pernapasan yang penting secara klinis. Biakan influenza
yang positif mungkin memperlihatkan efek sitopatik, tetapi lebih sering tidak. Untuk itu,
diperlukan pemeriksaan immunofluorescence biakan sel atau haemagglutinasi inhibisi (HI) dari
medium biakan sel untuk mengidentifikasi virus. Isolasi virus merupakan teknik yang sangat
sensitif. Selain mempunyai keuntungan dapat mengidentifikasi virus, metode ini juga dapat
digunakan untuk menganalisis antigenik dan genetik virus, menguji suseptibilitas virus
terhadap obat, serta virus yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat vaksin. Sel yang
paling sering digunakan adalah sel garis keturunan Madin-Daby Canine Kidney cells
(MDCK).3 Setiap spesimen dengan hasil virus influenza A yang positif dan dicurigai sebagai
infeksi flu burung harus dites lebih lanjut untuk memastikan adanya infeksi H5 menggunakan
virus influenza merupakan RNA untai tunggal, dan salinan DNA (cDNA) harus disintesis
Prosedur untuk amplikasi genom RNA memerlukan pasangan primer spesifik untuk gen
Hasil dapat diperoleh dalam beberapa jam setelah spesimen klinis atau biakan sel yang
menggunakan tes hemagglutinasi inhibisi, pemeriksaan immuno enzim, dan tes neutralisasi
virus, dan yang lebih spesifik adalah dengan tes mikro netralisasi yang juga sudah
dikembangkan. Karena tes ini memerlukan virus hidup, maka penggunaannya untuk
mendeteksi antibodi spesifik virus influenza burung yang sangat patogenik dibatasi hanya
Pengobatan
Umumnya obat yang digunakan sebagai obat antivirus influenza adalah golongan inhibitor
oseltamivir dan zanavir. Jika seorang pasien dicurigai menderita penyakit flu burung, maka
pengobatan harus diberikan secepat mungkin, tanpa menunggu konfirmasi hasil laboratorium.
Pengobatan terhadap infeksi subtipe virus influenza A H5N1, pada prinsipnya adalah sama
dengan infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A yang lain. Sayangnya, subtipe virus
influenza A H5N1 yang beredar saat ini sudah ada yang resisten terhadap obat amantadin dan
rimantadin. Kedua obat ini biasanya digunakan untuk mengobati influenza. Tetapi, obat
antivirus lain (oseltamivir dan zanavir) masih efektif terhadap virus galur H5N1. Walaupun
demikian, virus H5N1 juga dilaporkan sudah ada yang resisten terhadap obat oseltamivir.
19 Saat ini sedang diteliti tentang efektivitas obat oseltamivir dengan dosis dua kali lipat untuk
mencegah terjadinya resistensi. Dosis obat antivirus oseltamivir yang diberikan kepada
penderita H5N1 pada prinsipnya adalah sama dengan penderita influenza yang lain. Untuk
orang dewasa umur lebih 13 tahun diberikan 2x75 mg sehari selama 5 hari, sedangkan untuk
anak yang berumur >1 tahun dengan berat <15 kg diberikan 2x30 mg sehari; 15-23 kg diberikan
2x45 mg sehari; 23-40 kg diberikan 2x60 mg sehari; dan anak dengan berat badan >40 kg
Pengobatan diberikan selama 5 hari. Untuk penggunaan profilaksis pada orang dewasa yang
berumur lebih 13 tahun yang kontak erat dengan penderita diberikan 1x75 mg sehari selama
lebih 7 hari, dan bila terjadi wabah diberi 1x75 mg sehari selama 6 minggu.22-24
Usaha yang paling penting dilakukan untuk mempertahankan agar virus jangan sampai
menginfeksi manusia adalah dengan membunuh semua ternak yang terbukti terserang infeksi
virus influenza A H5N1. Usaha ini banyak dilakukan di negara maju yang kondisi ekonominya
sudah baik, seperti, Hong Kong, Jepang, Cina, Korea Selatan, Vietnam, dan Thailand.25 Di
Indonesia usaha ini juga sudah dilakukan, tetapi masih belum secara keseluruhan. Usaha lain
yang dilakukan adalah dengan mengimunisasi ternak (ayam dan bebek). Tetapi imunisasi
ternak masih menjadi perdebatan. Dengan imunisasi berarti masih memberikan kesempatan
kepada virus untuk beredar pada peternakan, karena imunisasi tidak dapat mencegah infeksi
virus 100% pada ternak. Sering kali ternak masih menderita penyakit influenza A tanpa gejala
atau dengan gejala yang ringan. Hal ini memberikan kesempatan kepada virus untuk
beradaptasi dan mengadakan mutasi, sehingga ia selalu beredar dalam peternakan dan mungkin
dapat meloncat dan beradaptasi pada manusia.3 Apabila ternak diimunisasi, maka harus
dilakukan pada daerah yang tidak terinfeksi H5N1, dan harus dilakukan monitoring secara ketat
Surveilans terhadap penderita harus dilakukan dengan ketat. Penderita yang dicurigai
menderita influenza A H5N1 harus diteliti kemudian dikonfirmasi dengan hasil laboratorium,
Pencegahan
Sekarang banyak negara melarang mengimpor ayam hidup atau hasil ternak yang lain dari
negara yang sudah terserang flu burung. Karena ini dianggap hal yang paling penting dalam
penyebaran virus influenza A H5N1 dari satu negara ke negara lain.3,27 Tahap penting lain
1. Bagi orang yang menangani ternak harus menggunakan masker dan sarung tangan.
2. Dapur dan peralatan yang digunakan harus dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan.
5. Apabila ada ayam, bebek, atau burung sakit atau mati tanpa diketahui penyebabnya; atau
petugas peternakan yang sakit, maka harus dilaporkan ke pihak yang berwajib.
Imunisasi
Usaha pencegahan lain yang sangat penting untuk mencegah timbulnya penyakit pada manusia
adalah imunisasi menggunakan vaksin yang dibuat sesuai dengan antigen yang dimiliki oleh
virus influenza A H5N1. Sampai saat ini belum ada vaksin virus influenza A (H5) yang tersedia
untuk manusia secara komersial. Sebelumnya pernah dibuat vaksin H5, tetapi kurang
imunogenik sehingga perlu diberikan dua sampai tiga dosis. Penelitian sudah banyak dilakukan
untuk membuat vaksin terhadap virus influenza A H5N1. membuat vaksin DNA yang
H5N1 pada mencit. Vaksin ini cukup baik dan perlu diteliti lebih lanjut pada binatang
mamalia.32 Bresson et al. (2006) juga sudah meneliti vaksin virion H5N1 mati terpisah (split
vaccine) sudah sampai pada fase I.33 Manfaat vaksin ini untuk menghadapi pandemi juga harus
diteliti lebih jauh. Profilaksis dengan memberikan obat antivirus (oseltamivir) juga dapat
Influenza terkenal sebagai patogen nosokomial. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk
mencegah terjadinya penularan ke petugas kesehatan dan penderita lain dalam situasi
nonpandemi dan dalam perawatan penderita. Dalam menangani penderita, para perawat harus
menggunakan masker. Perawat yang terpajan tanpa alat pelindung harus diberikan
sebelum terpajan dibenarkan jika terbukti bahwa galur virus influenza A (H5N1) dapat menular
dari orang ke orang secara efisien atau untuk seseorang yang memiliki risiko pajanan yang
tinggi.
Kontak di dalam Rumah Tangga dan Kontak Dekat
Seseorang yang mengadakan kontak dengan penderita influenza A (H5N1) di dalam rumah
tangga harus mendapat profilaksis seperti di atas. Penderita yang dicurigai mengadakan kontak
dengan virus, maka gejala demam dan gejala lain yang mungkin akan muncul harus diamati.
Walaupun sampai saat ini penularan sekunder sangat rendah, tetapi orang yang terpajan perlu
dikarantina selama 1 minggu setelah mengadakan kontak dengan penderita. Jika ada bukti
terjadi penularan dari orang ke orang, maka orang yang mengadakan kontak harus dikarantina.
Jika seseorang tanpa pelindung mengadakan kontak dengan penderita atau dengan sumber
infeksi (seperti, peternakan) yang diperkirakan tertular dengan virus influenza A (H5N1), maka
Penutup
Virus influenza A subtype H5N1 adalah virus subtipe baru yang sangat patogen pada manusia,
diperkirakan akan menjadi penyebab pandemi di kemudian hari. Untuk mencegah agar tidak
terjadi peristiwa pandemi yang tidak diinginkan tersebut, maka para peneliti, klinisi, ahli
epidemiologi, dan ahli yang lain, mengadakan pemantauan yang ketat terhadap perkembangan
Usaha-usaha yang dilakukan di antaranya dengan menegakkan diagnosis secepat mungkin dan
dengan tatalaksana yang baik, di antaranya berupa perawatan dan isolasi di rumah sakit,
pemberian obat antivirus, tindakan pencegahan secara umum, pencegahan dengan imunisasi,
dan tindakan pencegahan dengan kebersihan pribadi, serta mengadakan survelans yang ketat.
Dengan melakukan usaha ini diharapkan virus H5N1 tidak dapat berkembang dan tidak