Anda di halaman 1dari 115

PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUANTITAS PRODUKSI

TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI SEMEN PADA PT. SEMEN


TONASA DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh:

Nurul Fauzia Evita Ramdhana


1413015013/FEB/EA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2020
PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUANTITAS PRODUKSI
TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI SEMEN PADA PT. SEMEN
TONASA DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam


Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi

Oleh:

Nurul Fauzia Evita Ramdhana


1413015013/FEB/EA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2020

ii
SKRIPSI
PENGARUH KUALITAS BAHAN BAKU DAN KUANTITAS PRODUKSI
TERHADAP EFISIENSI BIAYA PRODUKSI SEMEN PADA PT. SEMEN
TONASA DI SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh:
Nurul Fauzia Evita Ramdhana
1413015013/FEB/EA

Telah Dipertahankan dan Diterima oleh Tim Penguji Skripsi


Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal: 06 Januari 2020

Pembimbing Utama: Tim Penguji:


Ketua,

Dr. Hero Priono, SE., M.Si, Ak., Ca.,CMA Dr. Indrawati Yuhertiana, MM., Ak.
NIP. 19611011 199203 1001 NIP. 19661017 199303 2001
Sekretaris,

Dr. Gideon Setyo B, M.Si


NPT. 2 6706950243 1
Anggota,

Drs. Ec. Muslimin, M.Si


NIP.19620712 199203 1001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Prof. Dr. Syamsul Huda, SE, MT


NIP. 19590826 199003 1001

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Syukur alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah - Nya. Shalawat serta salam peneliti

haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta

keluarganya, umatnya, dan seluruh umat sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Tujuan penyusunan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana akuntansi pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penyusunan skripsi ini tidak akan

terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti sampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Akmad Fauzi, MMT, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Prof. Dr. Drs. Syamsul Huda, MT, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec Sari Andayani, M.Aks. CMA, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Hero Priono, SE., MM., Ak., CMA., selaku Dosen Pembimbing

yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, saran, kritikan,

doa, semangat terhadap peneliti serta waktu, tenaga, dan pikiran yang

telah diluangkan untuk membimbing dan mengarahkan peneliti demi

terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

iv
5. Bapak Almarhum Drs. Ec. Eko Riadi, SE., M. Aks., selaku Dosen Wali

Angkatan 2014 selama di bangku kuliah telah membantu dalam proses

akademik sehingga peneliti dapat menyelesaikan perkuliahan dengan

baik. Semoga beliau tenang di sisi-Nya.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur tercinta yang telah mendidik, mengajar dan

mengayomi peneliti dari awal hingga akhir perkuliahan dengan baik.

7. Keluarga besar, kedua orang tua saya Bapak Ir. H. Mulyadi Anwar, MM.

dan Ibu Hj. Nurlinda, S. Sos., serta nenek saya Ibu Hj. Halwaniah, S.

Sos., juga Paman dan Bibi saya yang telah merawat, membesarkan dan

mendidik dengan kasih sayang dan kesabaran yang tiada batas hingga

saya berhasil. Adik perempuan dan adik lelaki serta sepupu – sepupu

saya , terima kasih atas kesabaran, perhatian, dukungan, cinta dan kasih

saying yang telah dilimpahkan kepada saya.

8. Sahabat seperjuangan saya terima kasih atas persahabatan dan

dukungan kalian dan terima kasih atas motivasi yang pernah diberikan.

9. Teman - teman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis UPN Veteran

Jatim angkatan 2014 dan 2015, terima kasih telah menemani saya

selama ini.

10. Ketua dan staf Direktorat Pengendalian dan Perencanaan, Direktorat

Keuangan, dan Biro Diklat PT. Semen Tonasa yang membantu atas

perolehan data - data yang peneliti dapatkan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

v
11. Pihak - pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan semuanya, terima

kasih atas bantuan dan dukungan kalian semua selama peneliti

melakukan penelitian ini.

Peneliti telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan dan juga dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang

berminat meneliti hal yang sama.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Surabaya, Oktober 2019

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... xvi

KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................................ 10

2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 12

2.2.1 Akuntansi Biaya ............................................................................... 12

2.2.1.1 Peranan Akuntansi Biaya .................................................... 13

2.2.2 Konsep Biaya ................................................................................... 14

vii
2.2.2.1 Pengertian Biaya .................................................................. 14

2.2.2.2 Objek Biaya .......................................................................... 15

2.2.2.3 Penggolongan Biaya ............................................................ 15

2.2.3 Konsep Efisiensi Biaya .................................................................... 17

2.2.3.1 Pengertian Efisiensi ............................................................. 17

2.2.3.2 Pengertian Biaya Produksi .................................................. 18

2.2.3.3 Biaya Standar ...................................................................... 19

2.2.4 Pengertian Kualitas dan Standar Kualitas ....................................... 20

2.2.4.1 Pengertian Kualitas .............................................................. 20

2.2.4.2 Standar Kualitas .................................................................. 21

2.2.5 Persediaan dan Bahan Baku ........................................................... 22

2.2.5.1 Pengertian Persediaan ....................................................... 22

2.2.5.2 Tujuan Pengendalian Persediaan ...................................... 24

2.2.5.3 Pengertian Bahan Baku ...................................................... 25

2.2.5.4 Prosedur Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku .......... 25

2.2.5.5 Pengendalian Persediaan Bahan Baku .............................. 27

2.2.5.6 Pengertian Biaya Bahan Baku ............................................ 27

2.2.6 Produksi ........................................................................................... 28

2.2.6.1 Pengertian Produksi ............................................................ 28

2.2.6.2 Proses Produksi .................................................................. 29

2.2.6.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi ......................... 30

viii
2.2.7 Luas Produksi .................................................................................. 33

2.2.8 Kapasitas Produksi .......................................................................... 33

2.2.9 Anggaran Biaya Produksi ................................................................ 34

2.2.10 Efisiensi Biaya Produksi....................................................... 36

2.2.11 Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi ..... 38

2.2.12 Kuantitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi .......... 40

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................... 41

2.4 Hipotesis .................................................................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 42

3.1 Objek Penelitian ........................................................................................ 42

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel........................................ 42

3.2.1 Definisi Operasional ......................................................................... 42

3.2.2 Pengukuran Variabel ....................................................................... 43

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................ 44

3.3.1 Populasi ........................................................................................... 44

3.3.2 Sampel ............................................................................................. 44

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 45

3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 45

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis .............................................................. 46

3.6.1 Analisis Deskriptif ............................................................................. 46

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 46

ix
3.6.2.1 Normalitas .......................................................................... 46

3.6.2.2 Multikolinearitas ................................................................. 47

3.6.2.3 Heteroskedasitas ............................................................... 48

3.6.2.4 Autokorelasi ....................................................................... 48

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda ................................................... 50

3.6.4 Analisis Korelasi Berganda .............................................................. 51

3.6.5 Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 52

3.6.6 Uji Hipotesis ..................................................................................... 52

3.6.6.1 Uji Parsial (Uji t) ................................................................. 53

3.6.6.2 Uji Simultan (Uji F) ............................................................. 54

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................................ 56

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................. 56

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................... 56

4.1.2 Lokasi Pabrik.................................................................................... 58

4.1.3 Pengaruh Pabrik Terhadap Lingkungan Sekitar ............................. 59

4.1.4 Visi dan Misi ..................................................................................... 60

4.1.4.1 Visi ..................................................................................... 60

4.1.4.2 Misi .................................................................................... 60

4.1.5 Struktur Organisasi .......................................................................... 61

4.1.6 Deskripsi Struktur Organisasi .......................................................... 63

4.1.7 Alur Proses Produksi ....................................................................... 64

x
4.2 Deskripsi Variabel ..................................................................................... 66

4.2.1 Deskripsi Variabel Kualitas Bahan Baku (X1) .................................. 66

4.2.2 Deskripsi Variabel Kuantitas Produksi Semen (X2) ......................... 68

4.2.3 Deskripsi Efisiensi Biaya Produksi (Y) ............................................ 71

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................................... 73

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 73

4.3.1.1 Uji Normalitas .................................................................... 73

4.3.1.2 Uji Multikolineritas .............................................................. 74

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 75

4.3.1.4 Uji Autokorelasi ................................................................. 77

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda ................................................... 77

4.3.3 Analisis Korelasi Berganda (R) ........................................................ 79

4.3.4 Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 79

4.3.5 Uji Hipotesis ..................................................................................... 80

4.3.5.1 Uji Parsial (Uji t) ................................................................. 80

4.3.5.2 Uji Simultan (Uji F) ............................................................. 82

4.4 Pembahasan Hasil Pengujian ................................................................... 83

4.4.1 Pengaruh Kualitas Bahan Baku (X1)

terhadap Efisiensi Biaya Produksi (Y) ............................................. 83

4.4.2 Pengaruh Kuantitas Produksi (X2)

terhadap Efisisensi Biaya Produksi (Y) ........................................... 84

xi
4.4.3 Pengaruh Kualitas Terak (X1) dan Kuantitas Produksi (X2)

terhadap Efisiensi Biaya Produksi (Y) ............................................. 85

BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 86

5.1 Kesimpulan................................................................................................ 86

5.2 Saran ......................................................................................................... 86

5.3 Keterbatasan dan Implikasi....................................................................... 88

5.3.1 Keterbatasan .................................................................................... 88

5.3.2 Implikasi ........................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Efisiensi Biaya Produksi PT. Semen Tonasa ......................................... 5

Tabel 2 Persamaan dan Perbedaan pada Penelitian

Terhadap Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10

Tabel 3.1 Kriteria Uji Durbin Watson ............................................................................... 49

Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ...................................................... 51

Tabel 4.1 Data Kualitas Terak Januari 2017 – Juni 2019 ............................................ 67

Tabel 4.2 Data Kuantitas Produksi Semen Januari 2017 – Juni 2019 ....................... 69

Tabel 4.3 Data Efisiensi Biaya Produksi ......................................................................... 71

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode Tolerance dan VIF ................... 75

Tabel 4.5 Hasil Autokorelasi dengan Metode Durbin Watson ..................................... 77

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Linea Berganda ......................................................... 77

Tabel 4.7 Hasil Analisis Korelasi Berganda ................................................................... 78

Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ............................................................. 79

Tabel 4.8 Hasil Uji t............................................................................................................ 81

Tabel 4.10 Hasil Uji F ........................................................................................................ 83

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 Diagram Kerangka Pikir ............................................................................... 41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ...................................................................................... 61

Gambar 4.2 Grafik Uji Normalitas.................................................................................... 74

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................... 75

Gambar 4.4 Grafik Residual Regresi .............................................................................. 80

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data PT. Semen Tonasa Januari 2017 – Juni 2019

Lampiran 2 Analisis Deskriptif

Lampiran 3 Uji Normalitas

Lampiran 4 Uji Multikolinesritas

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 6 Uji Autokorelasi

Lampiran 7 Analisis Regresi Linear Berganda

Lampiran 8 Analisis Korelasi Berganda (R)

Lampiran 9 Analisis Koefisien Determinasi

Lampiran 10 Uji t

Lampiran 11 Grafik Residual Regresi

Lampiran 12 Uji F

xv
PENGARUH KUALITAS TERAK DAN KUANTITAS PRODUKSI TERHADAP
EFISIENSI BIAYA PRODUKSI SEMEN PADA PT. SEMEN TONASA DI
SULAWESI SELATAN

Oleh:

Nurul Fauzia Evita Ramdhana

ABSTRAK

Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan
menguji apakah kualitas bahan baku berpengaruh terhadap efisiensi biaya
produksi semen pada PT. Semen Tonasa. 2. Untuk mengetahui dan menguji
apakah kuantitas produksi semen berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi
semen pada PT. Semen Tonasa.

Penelitian ini mengambil lokasi di PT. Semen Tonasa Sulawesi Selatan.


Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan
yaitu purposive sampling dengan sampel yang dijadikan objek penilitian yaitu
data time series kualitas bahan baku, kuantitas produksi dan efisiensi biaya
produksi PT. Semen Tonasa pada bulan Januari 2017 – Juni 2019. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas bahan baku dan kuantitas produksi
semen berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa kualitas bahan baku dan kuantitas produksi memiliki
persentase pengaruh yang besar terhadap efisiensi biaya produksi.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan bagi perusahaan untuk


mempertahankan dan meningkatkan kualitas bahan baku dan mengupayakan
peningkatan kuantitas produksi semen dalam kegiatan produksi. Pihak
perusahaan harus memperhatikan lebih lanjut efektifitas pengendalian dan
perencanaan produksi agar kualitas bahan baku dan kuantitas produksi dapat
memenuhi target yang telah ditentukan dan dapat meningkatkan keuntungan
bagi perusahaan.

Kata kunci: Kualitas Bahan Baku, Kuantitas Produksi, dan Efisiensi


Biaya Produksi.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuntutan yang dihadapi oleh sektor dunia usaha saat ini semakin

berat seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang mendorong ke arah kompetisi yang semakin ketat.

Persaingan yang semakin tajam terutama pada sektor industri manufaktur

yang demikian akan mengakibatkan perusahaan-perusahaan harus

mengambil keputusan yang tepat untuk memungkinkan kelangsungan

dan pertumbuhan perusahaan serta untuk meningkatkan keunggulan

bersaing perusahaan. Perusahaan memperoleh laba jika hasil penjualan

lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Dengan berkembangnya

perusahaan, secara otomatis organisasi perusahaan ikut berkembang.

Hal ini akan mengakibatkan masalah yang timbul di dalam perusahaan

akan semakin luas dan kompleks. Apabila keadaan tersebut didiamkan

akan mengakibatkan keterbatasan manajemen dalam mengatur sistem

kerja dan financial perusahaan. Untuk dapat memecahkan masalah

tersebut, tentunya pimpinan perusahaan dalam mengambil kebijakan

tidak hanya internal perusahaan, tetapi juga eksternal perusahaan.

Semakin berkembang teknologi dan peradaban manusia, maka

cara berpikir mereka sebagai konsumen membeli barang atau jasa tidak

lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan saja tetapi mereka sudah mulai

menggunakan pertimbangan mengenai kualitas barang atau jasa yang

1
2

mereka beli serta pertimbangan mengenai harga. Kecepatan memenuhi

permintaan pasar dengan kualitas produk dan harga bersaing inilah yang

diharapkan menghentikan persaingan. Seperti yang dinyatakan oleh

Hansen & Mowen dalam Deny Arnos Kwari (2013:269), secara

operasional produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi

atau melebihi harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah

kepuasan pelanggan.

Dengan adanya bahan baku dengan kualitas baik maka akan

memberikan kualitas keluaran yang baik dengan kuantitas yang

memuaskan pula. Untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik yang

dapat menarik perhatian dan minat serta sesuai dengan keinginan

konsumen, maka perusahaan perlu upaya peninjauan produksi secara

benar sejak awal, yang difokuskan pada kualitas dari bahan baku yang

akan digunakan dalam proses produksi. Untuk mendapatkan bahan baku

yang bermutu baik maka dilakukan pemilihanan bahan baku dengan teliti

serta pengujian bahan baku sesuai standar yang telah ditetapkan

sehingga dapat diketahui bahan baku yang sesuai atau tidak sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan. Bila kualitas bahan

baku sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka diharapkan adanya

produk yang berkualitas baik.

Selain ketersediaan bahan baku menjadi bagian yang paling

penting di dalam proses produksi dan harus ada pada saat dibutuhkan,

faktor lain yang paling penting adalah ketersediaan mesin-mesin yang

siap dioperasikan untuk mengubah bahan bahu menjadi barang jadi yang

memenuhi target dan siap dijual. Dalam menghasilkan produk dari suatu
3

proses produksi tentunya semua itu memerlukan pengawasan dan

pengendalian dalam penggunaan dan pengoperasiannya agar

perusahaan dapat berproduksi sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan termasuk pengendalian biayanya.

Elemen yang paling penting agar perusahaan dapat

merencanakan dan mengendalikan biaya produksi adalah bahan baku

dan target kuantitas produksi, sebagaimana Menurut Mulyadi (2015:14),

biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis

besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead. Sesuai dengan tujuan diadakan

perencanaan dan pengendalian produksi dimana perusahaan dapat

menyelenggarakan persediaan bahan baku yang tepat, penyediaan

anggaran biaya produksi serta peninjauan proses produksi yang efektif

juga dapat menghasilkan jumlah produksi yang menguntungkan sehingga

terjadi efisiensi pada biaya produksi. Kemampuan dalam mengendalikan

operasi dipakai perusahaan secara efektif dan efisien terutama yang

menyangkut dengan peningkatan laba yang dijadikan sebagai evaluasi

manajemen perusahaan dan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh

pimpinan.

Penelitian yang tepat untuk melihat akurasi penjabaran diatas

ialah dilakukan penelitian pada salah satu perusahaan manufaktur di

Indonesia. PT. Semen Tonasa merupakan salah satu perusahaan

manufaktur di Indonesia yang bergerak dalam bidang produksi semen

dengan kapasitas produksi yang besar sebanyak 5.980.000 Ton/ Tahun.


4

Meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham dan

pemangku kepentingan dengan strategi yang berfokus pada kegiatan

bisnis utama, yaitu menambang, memproduksi, dan memasarkan

produksinya untuk menjamin kelangsungan perusahaan dalam jangka

panjang merupakan sasaran utama perusahaan disertai pelaksanaan

inovasi kerja dalam operasional perusahaan sebagai strategi perusahaan.

Inovasi kerja dipacu utamanya atas kegiatan-kegiatan inti produksi yang

dapat menjamin kelangsungan kinerja perusahaan serta dapat melayani

permintaan para konsumen dengan memusatkan pemasarannya dalam

negeri. Banyaknya pesaing pesaing perusahaan lain untuk memasuki

pasar dengan harga yang lebih murah untuk menarik pembeli membuat

persaingan menjadi ketat dan kompetitif. Untuk menghadapi hal ini

meningkatkan kualitas bahan baku, kapasitas produksi dan efisiensi biaya

produksi secara terus menerus sangan penting bagi perusahaan.

Pemilihan bahan baku pembuatan semen yang berkualitas tinggi

serta pencapaian kapasitas produksi oleh PT. Semen Tonasa merupakan

hal penting yang harus dilakukan perusahaan. Standar kualitas bahan

baku yang ditetapkan oleh pabrik semen PT. Semen Tonasa ialah SNI

(Standar Nasional Indonesia). Namun, disamping keberhasilan yang

telah dicapai, PT. Semen Tonasa masih terus mencoba berbagai metode

untuk memperoleh kualitas dan kuantitas produksi yang maksimal

dengan biaya produksi yang dapat menguntungkan perusahaan, dimana

jika biaya produksi semakin mendekati anggaran yang ditetapkan maka

dapat dikatakan bahwa biaya produksi telah tercapai.


5

Cakupan biaya produksi dimulai dari pembuatan semen dari

beragam klasifikasi kualitas bahan baku (bahan semen setengah jadi dari

hasil pembakaran campuran bahan baku secara kimiawi) yang telah

memenuhi standar SNI, proses penggilingan masing – masing clinker,

penambahan material, jumlah dan tipe semen yang dihasilkan dengan

kualitas masing – masing. Bagaimana pengaruh proses – proses

demikian terhadap efisiensi pemakaian biaya produksi semen serta

penting pula untuk penentuan harga yang akan diedarkan di pasar, dan

terutama bagaimana pengaruhnya terhadap pengeluaran dan

pendapatan keseluruahan pada PT. Semen Tonasa.

Dengan pembaruan dan upaya peningkatan perencanaan dan

pengendalian produksi yang diterapkan pada pabrik – pabrik baru PT.

Semen Tonasa mulai dari tahun 2017 hingga sekarang, berikut data

efisiensi biaya produksi PT. Semen Tonasa dari Januari 2019 sampai

Juni 2019.

Tabel 1 Data Efisiensi Biaya Produksi PT. Semen Tonasa

Anggaran Biaya Biaya Inefisiensi


No. Bulan/Tahun
(Rp) Produksi (Rp) (Rp)

1 Jan-17 419,633 434,416 (14,783)


2 Feb-17 419,633 436,730 (17,097)
3 Mar-17 419,633 420,673 (1,040)
4 Apr-17 419,633 431,669 (12,036)
5 May-17 419,633 446,766 (27,133)
6 Jun-17 419,633 450,444 (30,811)
7 Jul-17 419,633 424,650 (5,017)
8 Aug-17 419,633 412,927 6,706
6

Anggaran Biaya Biaya Inefisiensi


No. Bulan/Tahun
(Rp) Produksi (Rp) (Rp)

9 Sep-17 419,633 410,253 9,380


10 Oct-17 419,633 399,893 19,740
11 Nov-17 419,633 416,660 2,973
12 Dec-17 419,633 417,661 1,972
13 Jan-18 396,699 426,118 (29,419)
14 Feb-18 396,699 436,114 (39,415)
15 Mar-18 396,699 421,680 (24,981)
16 Apr-18 396,699 415,496 (18,797)
17 May-18 396,699 434,802 (38,103)
18 Jun-18 396,699 416,258 (19,559)
19 Jul-18 396,699 414,562 (17,863)
20 Aug-18 396,699 391,332 5,367
21 Sep-18 396,699 402,632 (5,933)
22 Oct-18 396,699 391,655 5,044
23 Nov-18 396,699 384,714 11,985
24 Dec-18 396,699 381,989 14,710
25 Jan-19 380,295 382,544 (2,249)
26 Feb-19 380,295 393,374 (13,079)
27 Mar-19 380,295 371,537 8,758
28 Apr-19 380,295 390,520 (10,225)
29 May-19 380,295 389,598 (9,303)
30 Jun-19 380,295 405,259 (24,964)
Sumber: PT. Semen Tonasa (2019)

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada Januari 2017 hingga Juni 2019

terjadi inefisiensi pada realisasi biaya produksi dibandingkan dengan

jumlah anggarannya dan ketepatan realisasi biaya produksi terhadap

anggaran biaya produksinya. Dengan demikian untuk mengadakan


7

peningkatan efisiensi biaya produksi, maka perusahaan harus mampu

mengupayakan efektifitas pembaruan pengendalian dan perencanaan

proses produksi semen agar tidak terjadi pemborosan pada biaya

produksi serta dapat meningkatkan profitabilitas pada perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kualitas Bahan Baku dan

Kuantitas Produksi terhadap Efisiensi Biaya Produksi Semen pada

PT. Semen Tonasa Di Sulawesi Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi

permasalahannya yaitu:

1. Apakah Kualitas Bahan Baku berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya

Produksi pada PT. Semen tonasa?

2. Apakah Kuantitas Produksi berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya

Produksi pada PT. Semen Tonasa?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini berdasarkan

rumusan masalah di atas, yaitu:

1. Untuk menguji pengaruh Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi

Biaya Produksi semen pada PT. Semen Tonasa.

2. Untuk menguji pengaruh Kuantitas Produksi terhadap Efisiensi Biaya

Produksi pada PT. Semen Tonasa.


8

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi Praktisi

Dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat di dalam

mengelola data produksi dan keuangan perusahaan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan dari teori – teori yang telah di dapatkan di

perguruan tinggi yang diharapkan dapat mengkaji lebih dalam

mengenai upaya pemecahan masalah sekaligus menambah luas

wawasan mengenai hal - hal yang terjadi di lingkungan perusahaan.

3. Bagi Akademis

Sebagai referensi ilmiah bagi peneliti lain yang melakukan penelitian

dengan topik yang sejenis di masa yang akan datang.


9

4. Bagi Universitas

Diharapkan dapat digunakan sebagai kajian ilmiah bagi mahasiswa

dan menambah bahan bacaan di perpustakaan sebagai bahan

perbandingan bagi mahasiswa akuntansi yang ingin melakukan

penelitian dengan topik yang serupa.

5. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

dan dapat digunakan sebagai bahan masukan yang lebih baik

mengenai kualitas terak dan kuantitas produksi dalam peningkatan

efisiensi biaya produksi dalam rangka mencapai efektifitas kinerja

perusahaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya membuat peneliti saat ini tertarik untuk melakukan penelitian

dengan menjadikan kualitas terak dan kuantitas produksi sebagai variable

bebas serta efisiensi biaya produksi sebagai variabel terikatnya. Adapun

perbedaan ataupun persamaan dalam penelitian tampak pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 2 Persamaan dan Perbedaan pada Penelitian Terhadap Penelitian


Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Variabel Alat Uji

(X)

“Pengaruh Kualitas Kualitas bahan


Bahan Baku dan baku
Dini Lies
Kualitas Produk Kelancaran Regresi Linear
1 Setyawati
Terhadap Efisiensi mesin berganda
(2010)
Biaya Produksi”
(Y)

Kuantitas
produksi

D. Tialurra “Analisis Pengaruh (X)

2 Della Nabila Kualitas Bahan Baku Kualitas bahan Korelasi Person


(2010) dan Kualitas Produk
baku
terhadap Efisiensi

10
11

Biaya Produksi pada Kualitas


Perum Perhutani produksi
Unit II Jawa Timur”
(Y)

Efisiensi biaya
produksi

(X)

Kualitas bahan
“Efisiensi Biaya baku

Nurhuda Produksi ditinjau dari


Kuantitas Regresi Linear
3 Kualitas Bahan Baku
(2012) produk cacat Berganda
dan Kuantitas
Produk Cacat” (Y)

Efisiensi Biaya
Produksi

“Pengaruh Biaya
Bahan Baku, Biaya (X)
Tenaga Kerja Biaya Bahan
Langsung dan Biaya Baku, Biaya
Jasa Subkn Tenaga Kerja
Daniel Frianton (Eksternal) Langsung dan
Tarigan Regresi Linear
4 Terhadap Efisiensi Biaya Jasa
Berganda
(2012) Biaya Produksi Subkn
Kapal Chemical (Eksternal)
Tanker Pada PT. (Y)
PAL INDONESIA Efisiensi Biaya
(PERSERO) Produksi
SURABAYA”

Cicillia Meika (X)


“Efisiensi Biaya
Regresi Linear
5 Puspita Sari Produksi ditinjau dari Kualitas Bahan
Berganda
(2015) kualitas bahan baku Baku
12

dan kuantitas produk Kuantitas


cacat pada PT. PG produk cacat
Toelangan
(Y)
(Tulangan-Sidoarjo)”
Efisiensi Biaya
Produksi

(X)
“Pengaruh Kualitas
Kualitas Terak
Terak dan Kuantitas
Nurul Fauzia
Produksi Terhadap Kuantitas
Evita Regresi Linear
6 Efisiensi Biaya produksi
Ramdhana Berganda
Produksi Semen
(2019) (Y)
Pada PT. Semen
Tonasa” Efisiensi biaya
produksi.

Sumber: Penulis (2019)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Akuntansi Biaya

Menurut Mulyadi (2015: 7) akuntansi biaya adalah proses

pencacatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan

dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta

penafsiran terhadapnya.

Menurut Sujarweni (2015: 2) akuntansi biaya adalah informasi

tentang biaya produksi untuk kepentingan kegiatan manajemen

perusahaan industri yang meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja


13

langsung, dan biaya overhead pabrik, penyimpanan, dan penjualan

produk jadi.

Menurut Riwayadi (2014: 24) akuntansi biaya didefinisikan

sebagai suatu proses pengidentifikasian, pendefinisian, pengukuran,

pelaporan, dan analisis berbagai unsur biaya langsung dan biaya tidak

langsung yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan

memasarkan produk.

Menurut Siregar dkk (2014:17) akuntansi biaya adalah proses

pengukuran, penganalisaan, perhitungan, dan pelaporan biaya,

profitabilitas, dan kinerja operasi untuk kepentingan internal perusahaan.

Berdasarkan beberapa definisi akuntansi biaya menurut para ahli

maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya adalah proses mencatat,

menggolongkan, meringkas, dan menyajikan informasi biaya, mulai dari

proses pembuatan hingga penjualan barang atau jasa dengan cara-cara

tertentu serta menyajikan berbagai informasi biaya dalam bentuk laporan

biaya. Akuntansi biaya menghasilkan informasi untuk memenuhi berbagai

macam tujuan yaitu untuk tujuan penentuan kos produksi, pengendalian

biaya, tujuan pengambilan keputusan khusus, dan untuk kepentingan

internal perusahaan.

2.2.1.1 Peranan Akuntansi Biaya

Menurut Siregar dkk (2014:10), peran akuntansi biaya yaitu dapat

membantu manajemen dalam melaksanakan fungsinya. Pengumpulan,

penyajian, dan penganalisisan informasi yang berhubungan dengan biaya

dapat membantu manajemen dalam penyusunan anggaran,

pengendalian, penentuan harga, penentuan laba, pemilihan alternatif


14

untuk pengambilan keputusan, dan pengendalian biaya dalam lingkungan

teknologi maju.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya peranan akuntansi biaya adalah untuk mengumpulkan,

menyajikan, dan menganalisis informasi mengenai biaya dan membantu

manajemen dalam merencanakan dan melaksanakan anggaran,

pengendalian biaya, dan pemilihan alternatif untuk pengambilan

keputusan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

2.2.2 Konsep Biaya

2.2.2.1 Pengertian Biaya

Menjalankan usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan

agar perusahaan dapat terus beraktifitas. Biaya sendiri merupakan hal

yang sangat penting dan tidak terpisahkan dalam menentukan harga

pokok produksi. Dengan biaya, perusahaan juga dapat menentukan laba

yang akan diperoleh perusahaan. Berikut ini adalah pengertian biaya atau

cost dan beban atau expense menurut para ahli:

Pengertian biaya menurut Mulyadi (2015:8) ialah biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang

telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian biaya menurut Siregar dkk (2013:62) yaitu

cost adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang

atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat sekarang atau masa

yang akan datang.


15

Dari beberapa pendapat tersebut, maka ditarik kesimpulan bahwa

biaya adalah suatu pengorbanaan ekonomis yang diukur dalam satuan

uang yang dipakai dalam proses kegiatan menciptakan atau menambah

kegunaan barang.

2.2.2.2 Objek Biaya

Menurut William K. Carter dalam terjemahan Krista (2013:31),

suatu objek biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective)

didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi

atau diukur.

Menurut Riwayadi (2014: 17), Objek biaya (cost object) adalah

segala sesuatu yang akan diukur dan dihitung biayanya.

Baldric Siregar dkk (2013:39) mengemukakan bahwa objek biaya

merupakan unsur berupa apapun yang kepadanya biaya dibebankan.

Objek biaya dapat berupa produk, departemen, aktivitas, atau bahkan

pelanggan.

2.2.2.3 Penggolongan Biaya

Menurut Mulyadi (2015:13) terdapat lima cara penggolongan

biaya yaitu diantaranya sebagai berikut:

1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya yang terdiri dari:

a. Biaya Bahan Baku

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

c. Biaya Overhead
16

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan:

a. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang

dibiayai:

a. Biaya langsung

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab

satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika

sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung

ini tidak akan terjadi.

b. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibayarinya. Biaya tidak langsung

dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya

produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory

overhead cost).

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya

dengan perubahan volume aktivitas:

a. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.


17

b. Biaya semi variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan.

c. Biaya semi fixed

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume produksi tertentu.

d. Biaya fixed (tetap)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

volume kegiatan tertentu.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu dan manfaatnya:

a. Pengeluaran modal (capital expenditure)

Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih

dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah

satu tahun kalender).

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)

Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai

manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.2.3 Konsep Efisiensi Biaya

2.2.3.1 Pengertian Efisiensi

Semakin berkembang perusahaan, maka kegiatan dan

masalahnya juga semakin kompleks, khususnya masalah biaya yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan. Agar suatu perusahaan dapat

beroperasi dengan lancar maka banyak kegiatan yang harus


18

dilaksanakan berdasarkan perencanaan dan pengendalian yang cermat.

Dengan begitu, biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menjadi efisien.

Pengertian efisiensi menurut Susilo (2011) adalah suatu kondisi

atau keadaan dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan

dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki.

Sedangkan Menurut Adisasmita (2011: 77) mengungkapkan

bahwa pengertian efisiensi merupakan komponen - komponen input yang

digunakan seperti waktu, tenaga dan biaya dapat dihitung

penggunaannya dan tidak berdampak pada pemborosan atau

pengeluaran yang tidak berarti.

2.2.3.2 Pengertian Biaya Produksi

Dalam kegiatan usaha perusahaan manufaktur, dibutuhkan suatu

proses produksi yang efektif dan efisien. Proses produksi merupakan

proses mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang siap untuk

dijual. Dalam proses produksi dibutuhkan suatu pengorbanan berupa

biaya, dimana biaya tersebut ada yang dapat diidentifikasi secara

langsung dalam suatu produk dan ada juga biaya yang tidak dapat

diidentifikasi dalam suatu produk. Kedua jenis biaya tersebut saling

mendukung dalam proses pembuatan suatu produk.

Menurut Mulyadi (2015:14) biaya produksi merupakan biaya-biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap

untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.

Menurut Sukirno (2013:208) biaya produksi dapat didefenisikan

sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk


19

memperoleh faktor - faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan

digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan

perusahaan tersebut.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi

merupakan pengorbanan atas sumber ekonomi yang berhubungan

dengan produksi suatu barang atau jasa untuk mencapai suatu tujuan.

Biaya produksi terdiri dari 3 (tiga) yaitu bahan baku langsung, tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.2.3.3 Biaya Standar

Dalam biaya produksi dipergunakan suatu standar tertentu,

seperti standar bahan, standar upah, dan standar biaya lainnya yang

merupakan unsur biaya produksi. Biaya standar digunakan sebagai alat

bantu dalam penyusunan suatu anggaran dan biaya standar ini disusun

berdasarkan pengalaman melalui data-data historis tahun sebelumnya

ataupun melalui perkiraan dan melalui riset ilmiah.

Menurut Siregar (2013:453) biaya standar adalah biaya produksi

suatu unit atau sekelompok produk selama periode tertentu yang

ditentukan di muka. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan

untuk suatu produk pada kondisi operasi tertentu. Suatu biaya standar

mempunyai dua komponen, yaitu standar fisik dan standar harga.

Standar fisik adalah kuantitas standar masukan per unit keluaran.

Standar harga adalah harga perkiraan per unit masukan. Biaya produksi

standar yang dibuat meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik.


20

Sistem biaya standar bermanfaat untuk melakukan perencanaan,

pengendalian operasi dan memberikan wawasan kepada manajemen

dalam membuat keputusan. Biaya standar dapat digunakan untuk hal-hal

berikut ini:

1. Menyederhanakan prosedur penentuan biaya produk.

2. Memudahkan pembuatan anggaran.

3. Mengendalikan biaya.

4. Menentukan harga jual.

2.2.4 Pengertian Kualitas dan Standar Kualitas

2.2.4.1 Pengertian Kualitas

Siregar dkk (2013:285) mengemukakan bahwa kualitas (quality)

dapat diartikan berbeda antara satu orang dan orang lain. Biasanya

kualitas dapat dilihat dari dua faktor utama berikut ini:

1. Memuaskan harapan konsumen yang berkaitan dengan atribut-

atribut harapan konsumen.

2. Memastikan seberapa baik produk dapat memenuhi aspek-aspek

teknis dari desain produk tersebut, kesesuaian kinerja dengan

standar yang diharapkan, dan kesesuaian dengan standar

pembuatannya.

Menurut American Society (buku Kotler dan Keller 2016: 156),

kualitas adalah totalitas dari ciri dan karakteristik suatu produk atau

layanan yang bergantung kepada kemampuannya untuk memenuhi suatu

kebutuhan yang dinyatakan ataupun tersirat.


21

Menurut Juran dalam Nasution, (2015: 1), kualitas produk adalah

kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi

kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan pengunaan itu

didasarkan atas lima ciri utama, yaitu:

1. Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan.

2. Psikologis, yaitu citra rasa atau status.

3. Waktu, yaitu kehandalan.

4. Kontraktual, yaitu adanya jaminan.

5. Etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur.

Menurut Hansen & Mowen terjemahan Deny Arnos Kwary (2012:

269), secara operasional produk atau jasa yang berkualitas adalah yang

memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas

adalah kepuasan pelanggan.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan dapat

disimpulkan bahwa kualitas merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi

yang ditunjuk untuk dapat memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Peningkatan kualitas menjadi hal yang penting untuk tetap bertahan

dalam persaingan yang kompetitif ini. Menyediakan produk yang

berkualitas lebih baik akan menjadikan keunggulan bagi perusahaan.

2.2.4.2 Standar Kualitas

Standar kualitas diperlukan sebagai jaminan pengendalian

kualitas agar mendapatkan produk yang berkualitas baik. Garrison,

Norren dan Brewer dalam Kartika Dewi (2013:86) mengemukakan bahwa

Standar ISO 9000 Internasional Standards Organization (ISO), yang


22

bermarkas di Jenewa, Swiss, telah mengeluarkan panduan pengendalian

kualitas yang dikenal sebagai standar ISO 9000. Banyak perusahaan dan

organisasi di Eropa hanya akan membeli dari pemasok yang sudah

bersertifikat standar ISO 9000. Ini berarti bahwa pemasok harus

memperlihatkan kepada ISO bahwa:

1. Sistem pengendalian kualitas digunakan dan sistem tersebut

mampu mendefinisikan secara jelas tingkat kualitas yang

diharapkan.

2. Sistem tersebut dilaksanakan secara lengkap dan didukung oleh

berbagai dokumentasi yang detail tentang prosedur-prosedur

pengendalian kualitas.

3. Tingkat kualitas yang diharapkan telah dicapai dalam dasar yang

konsisten dan terus-menerus.

Cecily A. Raiborm, Michael R. Kinney dalam Biro Bahasa Alkemis

(2011: 424) mengemukakan bahwa delapan prinsip yang terkandung

dalam standar ISO menyiratkan topik berikut: fokus pada pelanggan,

kepemimpinan, keterlibatan karyawan, pendekatan proses, pendekatan

sistem manajemen, perbaikan berkesinambungan, pendekatan faktual

dalam pembuatan keputusan, dan hubungan yang saling menguntungkan

dengan pemasok.

2.2.5 Persediaan dan Bahan Baku

2.2.5.1 Pengertian Persediaan

Persediaan persediaan (inventory) adalah stock atau simpanan

barang-barang yang disimpan perusahaan dalam persediaan yang


23

berhubungan dengan bisnis yang dilakukan. Menurut Stevenson dan

Chuong (2014: 180), persediaan adalah kekayaan lancar yang terdapat

dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan

baku/raw material), barang setengah jadi (work in process), dan barang

jadi (finished goods).

Menurut Sudana (2011: 225), jenis persediaan dapat

dikelompokkan menjadi persediaan bahan baku, barang dalam proses,

barang jadi, dan suku cadang:

1. Bahan baku adalah persediaan bahan mentah yang akan diproses

dalam proses produksi.

2. Bahan Setengah jadi merupakan persediaan barang yang

dihasilkan pada suatu proses produksi atau tahapan produksi dan

masih perlu proses lebih lanjut agar menjadi barang jadi.

3. Bahan jadi yakni persediaan barang yang telah selesai diolah atau

diproses dan siap jual kepada konsumen, termasuk konsumen

akhir.

4. Suku cadang adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk

menunjang produksi, namun akan atau tidak akan menjadi bagian

pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

Persediaan mempunyai sejumlah fungsi menurut Stevenson dan

Chuong (2014: 181), yang paling penting adalah untuk memenuhi

permintaan pelanggan yang diperkirakan, memperlancar persyaratan

produksi, memisahkan operasi, perlindungan terhadap kehabisan

persediaan, mengambil keuntungan dari siklus pesanan, melindungi dari


24

peningkatan harga, memungkinkan operasi, dan untuk mengambil

keuntungan dari diskon kuantitas. Menurut Donald Delmar (1985) dalam

Haming dan Mahfud (2012:7), dalam melakukan perencanaan dan

pengendalian persediaan terdapat beberapa faktor, yaitu:

1. Inventory turnover merupakan frekuensi perputaran persediaan

yang telah digantikan selama periode waktu tertentu.

2. Lead time adalah interval waktu antara waktu pemesanan dan

diterimanya pesanan persediaan dari pemasok.

3. Costumer service level merupakan layanan yang diberikan

kepada pelanggan yang mengacu pada persentase dari pesanan

berdasarkan tanggal tertentu yang telah disetujui.

4. Stock out cost adalah biaya atas kekurangan persediaan yang

terjadi ketika permintaan melebihi tingkat persediaan yang dimiliki

perusahaan.

5. Cost of inventory meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan,

dan biaya pembayaran.

2.2.5.2 Tujuan Pengendalian Persediaan

Menurut Assauri (2004: 177) tujuan pengendalian persediaan

secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan

sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan

tidak terlalu besar atau berlebihan.

3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari

karena ini akan berakibat biaya pemesanan terlalu besar.


25

Dari keterangan diatas dapatlah dikatakan bahwa tujuan

pengendalian persediaan untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang

tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang tersedia pada waktu

yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan

atau kepentingan perusahaaan.

2.2.5.3 Pengertian Bahan Baku

Menurut Sujarweni (2015: 27-28), bahan baku sendiri mempunyai

definisi bahan-bahan yang merupakan komponen utama yang

membentuk keseluruhan dari produk jadi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan

baku adalah komponen atau bahan utama yang digunakan untuk

dijadikan produk jadi.

Dari definisi dari ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas

bahan baku adalah kondisi dimana bahan baku yang digunakan dalam

proses produksi diharapkan dapat menghasilkan produk yang mampu

memenuhi ataupun melebihi ekspektasi konsumen sesuai dengan tujuan

dan kebutuhannya.

2.2.5.4 Prosedur Perolehan dan Penggunaan Bahan Baku

Proses pembelian bahan baku merupakan hal yang terpenting

dalam suatu proses bisnis. Proses berjalannya suatu bisnis terutama

industri yang bergerak dalam kegiatan produksi, membutuhkan bahan

baku agar kegitan produksi dapat berjalan sehingga mampu menciptakan

suatu produk yang siap dijual.


26

Menurut Carter dan Usry (2006: 279), proses produksi dan

kebutuhan bahan baku bervariasi sesuai dengan ukuran dan jenis

industry dari perusahaan, pembelian dan penggunaan bahan baku

biasanya meliputi langkah-langkah:

1. Untuk setiap produk atau variasi produk, insinyur menentukan rute

(routing) untuk setiap produk, yang merupakan urtan orprai yang

dilakukan, dan sekaligus menetapkan daftar bahan baku yang

diperlukan, yang merupakan daftar kebutuhan bahan baku untuk

setiap langkah dalam urutan operasi tersebut.

2. Anggaran produksi (production budget) menyedikan rencana

utama, darimana rincian mengenai bahan baku dikembangkan.

3. Bukti permintaan pembelian atau (purchase requisitio)

menginformasikan agen pembelian mengenai jumlah dan jenis

bahan baku yang dibutuhkan.

4. Pesanan pembelian (purchase order) merupakan kontrak atas

jumlah yang harus dikirimkan.

5. Laporan penerimaan (receiving report) mengesahkan jumlah yang

diterima, dan mungkin juga melaporkan hasil pemeriksaan dan

pengujian mutu.

6. Bukti permintaan bahan baku (material requisition) memberiakan

wewenang bagi gudang untuk mengirimkan jenis dan jumlah

tertentu dari bahan baku ke department tertentu pada waktu

tertentu.
27

7. Kartu catatan bahan baku (material record card) mencatat setiap

penerimaan dan pengeluarandari setiap jenis bahan baku dan

berguna sebagai catatan persediaan perpetual.

2.2.5.5 Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Kelancaran proses produksi sangat ditentukan oleh tersedianya

bahan baku dalam jumlah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Hal ini disebabkan karena bahan baku merupakan faktor

utama dalam pelaksanaan proses produksi pada suatu perusahaan.

Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan penolong

memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya

proses produksi sampai hasil produksi.

Pengelompokan bahan baku dan bahan penolong bertujuan untuk

pengendalian bahan dan pembebanan biaya ke harga pokok produksi.

Pengendalian bahan diprioritaskan pada bahan yang nilainya relatif tinggi

yaitu bahan baku.

2.2.5.6 Pengertian Biaya Bahan Baku

Pengertian biaya bahan baku menurut Salman (2013: 26) adalah

besarnya penggunaan bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses

produksi untuk menghasilkan produk jadi.

Bahan baku meliputi bahan-bahan yang dipergunakan untuk

memperlancar proses produksi atau disebut bahan baku penolong dan

bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan menjadi bahan baku

langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung disebut

dengan biaya bahan baku, sedangkan bahan tidak langsung disebut

biaya overhead pabrik.


28

Dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya

mengeluarkan biaya sejumlah harga beli saja, tetapi juga mengeluarkan

biaya pembelian, pergudangan, dan biaya perolehan lainnya. Harga

bahan baku terdiri dari harga beli ditambah dengan biaya-biaya

pemebelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan

baku tersebut dalam keadaan siap diolah. Biaya bahan baku langsung

adalah semua biaya bahan yang membentuk bagian integral dari barang

jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.

2.2.6 Produksi

2.2.6.1 Pengertian Produksi

Menurut Sofyan Assauri (2008 : 5), produksi adalah segala

kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu

barang atau jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi

dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization,

managerial, dan skills).

Sedangkan menurut Irham Fahmi (2012 : 2), produksi adalah

suatu yang dihasilkan oleh perusahaan baik bentuk barang (goods)

maupun jasa (service) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya

dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan.

Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi dapat ditinjau dari

dua sudut. Menurut Irham Fahmi (2012 : 2) dua sudut tersebut adalah:

1. Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk

barang menjadi barang baru, ini menimbulkan Form Utility.

2. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang

menimbulkan kegunaan karena place, time, dan possesion.


29

Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan produksi pada suatu

perusahaan dapat menghasilkan produk yang dimana menurut Lupiyoadi

Rambat dalam Suti (2010 : 28) produk merupakan keseluruhan konsep

objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada

konsumen.

Kegiatan produksi merupakan kegiatan untuk menghasilkan suatu

produk yang ditargetkan berkualitas baik barang atau jasa, yang diawali

dari pembelian bahan baku sampai pada hasil akhir yang baik karena

adanya proses produksi yang baik dan penggunaan bahan baku yang

optimal.

2.2.6.2 Proses Produksi

Menurut Sofjan Assauri (2016 : 123), proses produksi adalah

suatu kegiaatan yang melibatkan tenaga manusia, bahan, serta peralatan

untuk menghasilkan produk yang berguna.

Menurut Sofjan Assauri (2016: 125-126), proses produksi dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Proses Produksi yang terus-menerus (continious processes)

Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi yang

menggunakan mesin dan peralatan yang dipersiapkan untuk

memproduksi produk dalam jangka waktu yang lama/panjang,

tanpa mengalami perubahan untuk jenis produksi yang sama.

2. Proses Produksi yang terputus-putus (intermitten processes)

Proses produksi yang terputus-putus adalah proses produksi yang

menggunakan waktu yang pendek dalam persiapan peralatan


30

untuk perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi

produk yang bergantiganti.

3. Proses Intermediate

Dalam kenyataan kedua macam proses produksi diatas tidak

sepenuhnya berlaku. Biasanya proses intermediate merupakan

campuran dari keduanya. Hal ini disebabkan macam barang yang

dikerjakan memang berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu

banyak dan jumlah barang setiap macam agak banyak. Proses

produksi yang memiliki unsur continious dan ada pula unsur

intermittennya, proses semacam ini biasanya disebut sebagai

proses intermediate atau campuran.

Dapat disimpulkan bahwa proses produksi adalah cara, metode,

dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang

atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesi,

bahan dan dana) yang ada.

2.2.6.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas

bagaimana mengelola proses produksi tersebut. Aktivitas-aktivitas yang

ditangani oleh departemen PPC atau PPIC secara umum adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola pesanan dari pelanggan.

2. Meramalkan permintaan.

3. Mengelola persediaan.

4. Menyusun rencana agregat.


31

5. Membuat jadwal induk produksi.

6. Merencanakan kebutuhan.

7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.

8. Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas

produksi.

9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas.

Metode perencanaan dan pengendalian produksi yang biasa

digunakan pada perusahaan-perusahaan adalah:

1. Sistem produksi proyek

2. Flexible Control system

3. Material Requirement Planning

4. Just in Time

5. Optimized Production Technology

6. Continuous Process Control Sistem

Berdasarkan cara pembuatan atau masa pengerjaan produksi

dapat diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut:

1. Engineering to Order (ETO), penyiapan fasilitas sampai

pembuatan dalam memenuhi pesanan dilakukan oleh

perusahaan. Produk yang dipesan biasanya berjumlah satu unit

dan memiliki spesifikasi yang sangat berbeda antara pesanan


32

yang satu dengan yang lainnya. Aktivitas yang terlibat dalam

pembuatannya sangat banyak.

2. Made to Order (MTO), pesanan yang diterima disesuaikan dengan

fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan.

3. Assembly to Order (ATO), untuk memenuhi permintaan, perakitan

dilakukan dengan fasilitas yang dimiliki perusahaan.

4. Made to Stock (MTS), perusahaan memproduksi dengan cara

menstok hasil produksi nya untuk memenuhi permintaan, dan

tidak melayani pesanan.

Berdasar ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Produksi proyek, jumlah operasi dan sumber daya yang

digunakan banyak, sedangkan unit yang diproduksi hanya satu.

2. Produksi batch, produksi yang dihasilkan banyak jenisnya, namun

dalam jumlah produksi yang sedang.

3. Produksi massal, jenis produk yang diproduksi lebih sedikit dari

batch, namun jumlah unit yang diproduksi sangat besar.

Berdasar cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan

fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi:

1. Produksi flow shop

2. Produksi fleksibel.

3. Produksi job shop


33

4. Produksi kontinu

Jenis-jenis produksi di atas dapat menentukan sistem produksi

yang digunakan.

2.2.7 Luas Produksi

Menurut Gitosudarmo (2009 : 163), luas produksi adalah jumlah

atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksikan oleh suatu

perusahaan dalam satu periode.

Menurut Gitosudarno (2009 : 165), luas produksi atau jumlah dan

ragam produk yang akan diproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor

sebagai berikut:

1. Tersedianya bahan dasar

2. Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dimiliki

3. Tersedianya tenaga kerja

4. Batasan Permintaan

5. Tersedianya faktor-faktor produksi lain.

2.2.8 Kapasitas Produksi

Menurut Yamit (2011: 67) Kapasitas produksi diartikan sebagai

jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu

tertentu. Menurut Yamit (2011: 67-68) terdapat dua jenis perencanaan

kapasitas:

1. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek

Perencanaan kapasitas jangka pendek digunakan untuk

menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di

masa yang akan datang. Misalnya untuk memenuhi permintaan


34

yang bersifat mendadak atau seketika dalam jangka waktu

pendek.

2. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang

Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi

operasi dalam mengahadapi segala kemungkinan yang akan

terjadi dan sudah dapat diperkirakan sebelumnya. Terdapat 2

strategi yang dapat ditempuh oleh perusahaan dalam kaitannya

dengan kapasitas jangka panjang:

a. Strategi melihat dan menunggu (wait and see stretegy)

b. Strategi Ekspansionis yaitu kapasitas yang selalu melebihi

atau diatas permintaan.

2.2.9 Anggaran Biaya Produksi

Setiap perusahaan baik besar maupun kecil seharusnya membuat

anggaran, karena anggaran memiliki peran yang sangat penting untuk

mengendalikan kegiatan operasional perusahaan. Dengan adanya

anggaran maka perusahaan dapat membuat suatu perencanaan kedepan

dan menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan

perusahaan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

Perusahaan juga dapat menggunakan anggaran untuk menilai hasil kerja

dan membandingkan dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

Menurut Nafarin (2013: 11), mendifinisikan bahwa Anggaran

(budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi

yang dinyatakan dalam suatu uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam

satuan barang/jasa.
35

Sasongko dan Parulian (2015: 2), berpendapat bahwa anggaran

adalah rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam

satu periode yang tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat

diperoleh dari anggaran di antaranya jumlah produk dan harga jualnya

untuk tahun depan.

Aktivitas selanjutnya setelah anggaran penjualan disusun adalah

penyusunan anggaran produksi. Total unit yang harus diproduksi

tergantung pada penjualan yang direncanakan dan tingkat perubahan

persediaan yang diharapkan. Jadi anggaran produksi adalah rencana

terperinci yang menunjukkan jumlah unit yang harus diproduksi selama

satu periode dengan memperhatikan besarnya penjualan dan keperluan

persediaan barang jadi.

Menurut Nafarin (2013: 182), anggaran produk (product budget)

adalah anggaran untuk membuat produk jadi dan produk dalam proses

dari suatu perushaan pada periode tertentu.

Setelah menyusun anggaran produksi, langkah selanjutnya ialah

menentukan berapa besarnya biaya yang dikeluarkan, dan jenis apa saja

yang diperlukan terhadap jumlah produksi yang akan dihasilkan.

Anggaran ini dinamakan anggaran biaya produksi, yang terdiri dari:

1. Anggaran biaya bahan baku.

2. Anggaran biaya upah langsung

3. Anggaran biaya tidak langsung

Menurut Aliminsyah (2003 : 242), anggaran biaya produksi

(manufactuting budget) adalah rencana biaya produksi yang terjadi


36

selama satu periode tertentu di masa yang akan datang. Satu perioda

dalam penyusunan anggaran umumnya adalah satu tahun anggaran.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum

anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun secara sistematis

yang dinyatakan dalam satuan uang, barang atau jasa untuk waktu

periode yang akan datang sedangkan anggaran biaya produksi

merupakan rencana biaya yang akan digunakan dalam proses produksi

dalam satu tahun yang akan datang.

2.2.10 Efisiensi Biaya Produksi

Efisiensi biaya produksi merupakan suatu hal yang penting yang

harus dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai laba yang optimal.

Perusahaan harus tepat dalam menetapkan harga yang harus

dikeluarkan untuk biaya produksi supaya efisiensi biaya produksi dapat

secara konsisten dapat diterapkan perusahaan. Efisiensi biaya dapat

diketahui dengan penilaian tertentu.

Mengenai hal ini R.A Supriyono (2010: 328) mengemukakan yaitu:

1. Pembandingan efisiensi suatu pusat pertanggungjawaban dengan

pusat pertanggungjawaban lainnya.

Pembandingan efisiensi ini memberikan gambaran mengenai

prestasi efisiensi suatu pusat pertanggungjawaban. Namun

efisiensi ini mempunyai kelemahan, yaitu disebabkan karena

kondisi atau kemampuan pusat pertanggungjawaban yang satu

dengan yang lain sangat berbeda, sehingga tidak relevan untuk

diperbandingkan.
37

2. Pembandingan efisiensi suatu pusat pertanggungjawaban dengan

cara menghubungkan biaya sesungguhnya dengan biaya standar

atau anggarannya.

Pembandingan ini baik digunakan apabila dapat disusun standar

sebagai acuan dalam pembuatan anggaran yang teliti atau cocok

untuk pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.

3. Pembandingan efisiensi pusat pertanggungjawaban masa kini dan

masa lalu.

Pembandingan ini mempunyai kebaikan yaitu dapat mengetahui

perkembangan efisiensi antarwaktu. Namun pembandingan ini

juga mempunyai kekurangan, yaitu apabila kondisi masa kini

berbeda dengan kondisi masa lalu.

4. Pembandingan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban tertentu

dibandingkan dengan pihak eksternal yang menjadi pesaingnya.

Pembandingan ini dapat menunjukkan keunggulan suatu pusat

pertanggungjawaban yang lebih efisien akan mempunyai

kelebihan dibanding pihak eksternal yang kurang efisien. Suatu

pusat pertanggungjawaban dapat dikatakan efisien apabila suatu

pusat pertanggungjawaban tersebut melaksanakan sesuatu

dengan benar.

Sedangkan Menurut Abdul Halim dkk (2006: 72), efisiensi yaitu

Rasio antara input terhadap output atau jumlah input per unit

dibandingkan dengan output per unit. Ukuran efisiensi biasa


38

dikembangkan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya standar

yang telah ditetapkan sebelumnya misalnya melalui anggaran.

Dengan rumus :

2.2.11 Kualitas Bahan Baku terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Dalam membeli suatu produk, seorang konsumen tidak hanya

membeli produk, akan tetapi konsumen juga membeli manfaat atau

keunggulan yang dapat diperoleh dari produk yang dibelinya. Oleh karena

itu, suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain,

salah satunya dari segi kualitas produk yang ditawarkan. Kualitas produk

merupakan salah satu kunci persaingan diantara pelaku usaha yang

ditawarkan kepada konsumen.

Salah satu unsur utama teori pendekatan Total Quality

Management (TQM) ialah obsesi terhadap kualitas, sebagaimana Hessel

dalam Nasution (2015:35) telah meneliti hubungan antara penerapan

TQM dengan kinerja keunggulan kompetitif beberapa perusahaan

manufaktur di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kuaitas

merupakan syarat penting keberhasilan perusahaan, TQM merupakan

pendekatan untuk mempertahankan hidup serta meningkatkan daya

saing perusahaan dan penerapan TQM memerlukan dukungan

infrastruktur perusahaan.

Menurut Nasution (2015:35), Keuntungan yang didapatkan

perusahaan karena menyediakan barang atau jasa yang berkualitas baik

berasal dari pendapatan penjualan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih
39

rendah, gabungan keduanya menghasilkan profabilitas dan pertumbuhan

perusahaan.

Maka dari itu untuk memperoleh profitabilitas dan pertumbuhan

perusahaan, harus dicapai produk yang berkualitas baik yang dimana

tidak lepas dari pemilihan dan pengelolaan bahan baku yang berkualitas

baik pula. Dengan kualitas bahan baku yang semakin baik maka akan

mengurangi terjadinya kesalahan produksi maupun proses produksi ulang

yang akhirnya akan bepengaruh pada baik atau tidaknya efisiensi pada

biaya produksi.

Elemen yang paling penting agar perusahaan dapat

merencanakan dan mengendalikan biaya produksi adalah bahan baku,

sehingga sesuai dengan tujuan diadakan perencanaan dan pengendalian

serta perusahaan dapat menyelenggarakan persediaan bahan baku yang

tepat.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, menurut American

Society dalam Kotler dan Keller (2016 : 156), kualitas adalah totalitas dari

ciri dan karakteristik suatu produk atau layanan yang bergantung kepada

kemampuannya untuk memenuhi suatu kebutuhan yang dinyatakan

ataupun tersirat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan produk yang

berkualitas baik harus diperhatikan kualitas bahan baku dengan dilakukan

pengendalian persediaan dan biaya bahan baku yang tepat sehingga

dapat diperoleh pula efisiensi biaya produksi yang baik.


40

2.2.12 Kuantitas Produk terhadap Efisiensi Biaya Produksi

Kuantitas atau volume produksi merupakan hasil output dari

kegiatan produksi. Dengan melaksanakan kegiatan produksi, perusahaan

melakukan perencanaan pengendalian produksi (PPC) dimana

pengendalian produksi merupakan rangkaian prosedur yang diarahkan

pada semua elemen dalam proses produksi, antara lain, pengendalian

bahan, harga beli bahan baku, proses produksi, proses produksi, standar

kualitas produksi dan sebagainya sehingga memberikan hasil terbaik

dengan ongkos terendah dalam waktu tercepat.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya untuk mengukur efisien

atau tidaknya biaya produksi perusahaan perlu menetapkan anggaran

biaya produksi. Anggaran biaya produksi (Manufacturing budget) adalah

rencana biaya produksi yang terjadi selama satu periode tertentu di masa

mendatang.

Dengan ditinjau dari proses produksi dan penentuan

anggarannya, biaya produksi serta hasil produksi yang dihasilkan akan

mengindikasikan keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh

perusahaan. Apabila kuantitas produksi yang dihasilkan oleh suatu

proses produksi pada periode tertentu mencapai target hasil produksi,

maka semakin efisien penggunaan biaya produksinya atau semakin

hemat ongkos produksi yang dikeluarkan perusahaan, sebaliknya

kurangnya hasil produksi dibandingkan targetnya menyebabkan tidak

efisiennya pemakaian ongkos produksi yang dikeluarkan perusahaan.


41

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini ialah

sebagai berikut:

Gambar 2 Diagram Kerangka Pikir

Sumber: Penulis 2019

2.4 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017 : 159), hipotesis dalam penelitian adalah

jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Kualitas Bahan Baku berpengaruh terhadap Efiisiensi Biaya

Produksi.

2. Kuantitas Produksi berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya

Produksi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono

(2017:8), metode kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel tertentu dengan menganalisis data yang bersifat kuantitatif untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Subjek dalam penelitian skripsi ini yaitu pada PT. Semen Tonasa,

sementara objek dalam penelitian skripsi ini adalah data kualitas bahan

terak semen, data kuantitas hasil produksi dan laporan keuangan bulanan

yaitu meliputi biaya produksi dalam laporan laba rugi.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.2.1 Definisi Operasional

Menurut Sugiyono (2017 : 39), definisi operasional adalah suatu

atribut seseorang atau obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kualitas Bahan Baku ( )

Variabel bebas yang pertama adalah kualitas Bahan Baku yaitu

kualitas atau mutu dari bahan baku yang memenui standar

42
43

klasifikasi yang telah ditentukan oleh laboratorium yang diukur

setelah proses pembakaran bahan baku menjadi bahan setengah

jadi semen (terak) dalam kurun waktu 30 bulan (Januari 2017 -

Juni 2019), dengan satuan persen.

2. Kuantitas Produksi ( )

Variabel bebas yang kedua adalah kuantitas produksi yaitu jumlah

hasil produksi semen yang dihasilkan per bulan dalam kurun

waktu 30 bulan (Januari 2017 - Juni 2019), dengan satuan Ton.

3. Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Variabel terikat dari penelitian ini adalah efisiensi biaya produksi

yaitu menggambarkan data inefisiensi biaya produksi yang

didapatkan dari selisih anggaran biaya produksi dan realisasinya

dalam 30 bulan buku (Januari 2017 – Juni 2019) pada PT. Semen

Tonasa yang diukur dalam satuan persen.

3.2.2 Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel-variabel yang diteliti perlu diberikan suatu

batasan serta ditentukan indikatornya sebagai berikut:

1. Kualitas Bahan Baku ( )

Untuk kualitas bahan baku dinilai dari hasil pengukuran dengan

formula laboratorium PT. Semen Tonasa yang didasarkan dengan

SNI (Standar Nasional Indonesia) dalam pengukuran prosentase

(%) dan skala yang digunakan ialah skala rasio.

2. Kuantitas Produksi ( )

Untuk kuantitas produk pengukuran variabelnya mengunakan

pengukuran berat dalam satuan Ton yang menggambarkan


44

jumlah produksi semen pada PT. Semen Tonasa dan skala yang

digunakan ialah skala rasio.

3. Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Untuk Efisiensi biaya produksi pengukuran variabelnya

mengunakan pengukuran prosentase (%) selisih anggaran biaya

produksi dengan realisasinya dan skala yang digunakan ialah

skala rasio.

Rumus efisiensi biaya produksi ialah:

(Abdul Halim dkk 2006: 72)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penelitan untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono 2017 : 80). Pada penelitian ini yang dijadikan

populasi objek adalah adalah data bulanan PT. Semen Tonasa mulai dari

Januari 2017 sampai Juli 2019.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono 2017:81). Pada penelitian ini metode

yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2017:85). Sampel yang


45

digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada data bahan setengah jadi

semen (terak), kuantitas hasil produksi semen dan efisiensi biaya

produksi dengan data bulanan (time series), yang diambil selama 2.5

tahun mulai tahun 2017 sampai tahun 2019.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di kantor pusat dan pabrik PT. Semen

Tonasa dengan periode waktu penelitian 5 bulan dari April hingga

September 2019.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017 : 224), teknik pengumpulan data adalah

langkah yang paling strategis dalam penelitian menentukan tujuan utama

dengan mendapatkan data. Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Menurut Sugiyono (2013 : 145), observasi adalah proses yang

kompleks dalam suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis. Hal ini membantu dalam melakukan

pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data untuk

menarik kesimpulan dalam penelitian ini.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013 : 240), dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Pengumpulan data dengan


46

dokumentasi melalui pengumpulan catatan – catatan dan

menganalisis laporan keuangan PT. Semen Tonasa selama 2.5

tahun dari Januari 2017 – Juli 2019.

3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.6.1 Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2017 : 147) mendefinisikan metode deskriptif

adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini, metode

deskriptif digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas bahan baku

dan kuantitas produksi terhadap efisiensi biaya produksi.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih

dahulu sebelum menggunakan analisis regresi agar model tersebut

menjadi valid sebagai alat penduga. Pengujian asumsi klasik yang

digunakan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik tersebut adalah

sebagai berikut:

3.6.2.1 Normalitas

Menurut Ghozali (2016 : 154) uji normalitas dilakukan untuk

menguji apakah dalam model regresi untuk variabel independen dan

variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau


47

tidak. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran

data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression

standardized residual (metode grafik) atau dengan uji One Sample

Kolmogorov Smirnov (Imam Ghozali, 2011:173).

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode

gambar normal Probability Plots dalam program SPSS, dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.2.2 Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016 : 103) pengujian multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen (bebas). Efek dari multikolinearitas

menyebabkan tingginya variabel pada sampel dalam arti standar error

besar karena ketika koefisien diuji akan menghasilkan t - hitung yang

bernilai kecil dari t - tabel. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan linier

antara variable independen berpengaruh dengan variabel dependen.

Salah satu model untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas

pada penelitian ini yaitu dengan melihat nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.


48

Dalam dependen dan diregresi terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut menurut Imam

Ghozali (2011:106):

1. Jika tolerance > 0.10 dan VIF < 10.00, maka tidak terjadi

multikolinieritas.

2. Jika tolerance < 0.10 dan VIF > 10.00, maka terjadi

multikolinieritas.

3.6.2.3 Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas muncul

apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki

varian yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya (Imam

Ghozali, 2011:139).

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan grafik plot (scatterplot)

dimana penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk secara acak,

tidak membentuk pola tertentu, serta arah penyebarannya berada di atas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

3.6.2.4 Autokorelasi

Menurut Singgih Santoso (2012:242), uji autokorelasi bertujuan

menguji model regresi linier terkait ada atau tidaknya korelasi antar

kesalahan pengganggu (residual) periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada


49

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Imam Ghozali,

2011:110).

Menurut Sunyoto (2016: 98), salah satu ukuran dalam

menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dapat digunakan besaran

Durbin Watson (DW) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

D-W = nilai Durbin Watson

= Residual pada waktu ke – t

= Residual pada waktu ke - t - 1 (satu periode sebelumnya)

Dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Uji Durbin Watson

Hasil
Nilai Statistik d
Ada autokorelasi positif
0 < d < dL
Ragu - ragu
dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada korelasi positif/ negatif


dU < d < 4- dU
Ragu - ragu
4-dU ≤ d ≤ 4-dL
Ada autokorelasi negatif
4-dL < d < 4
Sumber: Sunyoto (2016)
50

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda bertujuan untuk mengetahui

pengaruh dua atau lebih variable independen (X) terhadap variable

dependen (Y). Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014:181) Model Regresi

Linear Berganda dapat disebut sebagai model yang baik (memiliki

ketepatan dalam estimasi, tidak bias dan konsisten) jika model tersebut

memenuhi asumsi normalitas dan bebas dari asumsi klasik.

Penelitian ini menggunakan dua variabel independen diantaranya

kualitas bahan baku dan kuantitas produksi dan biaya produki sebagai

variabel dependennya.

Menurut Sugiyono (2017:275) regresi linier berganda dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan:

α = Konstanta

Y = Variabel terikat (Efisensi Biaya roduksi)

= Variabel bebas (Kualitas Bahan Baku)

= Variabel bebas (Kuantitas Produksi)

β1 = Koefisien Regresi Variabel

β2 = Koefisien Regresi Variabel

e = Variable pengganggu
51

3.6.4 Analisis Korelasi Berganda

Analisis korelasi berganda bertujuan untuk mengukur kekuatan

asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel, korelasi tidak

menunjukkan hubungan fungsional atau dengan kata lain analisis korelasi

tidak membedakan variabel dependen dengan variabel independen

(Imam Ghozali, 2011).

Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan

hubungan atau seberapa erat hubungan antara variabel X yaitu Kualitas

Terak dan Kuantitas Produksi terhadap variabel Y yaitu Efisiensi Biaya

Produksi.

Adapun untuk mengetahui keadaan korelasi digunakan kriteria

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah

0,20 – 0,399 Lemah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2013)


52

Pengujian korelasi berganda juga dapat diuji dengan

membandingkan nilai probabilitas 0.05 dengan nilai signifikansi F

Change, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai sig. F

Change maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada

hubungan signifikan antara variabel X dan vaiabel Y.

2. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar dari nilai sig. F Change

maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan

signifikan antara variabel X dan vaiabel Y.

3.6.5 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016 : 95) koefisien determinasi adalah

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variabel - variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan

satu. Nilai yang kecil adalah kemampuan variabel – variable

independen yang menerangkan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu adalah variabel-variabel independen

yang memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016 : 95).

3.6.6 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji kebenaran dari

hipotesis yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara simultan

(Uji F) dan pengujian secara parsial (Uji t).


53

3.6.6.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Uji t dapat

dilakukan untuk melihat nilai signifikansi t lebih kecil dari 0,05, maka

variabel independen tersebut merupakan penjelasan yang parsial

terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah pengujian hipotesis parsial dengan

menggunakan uji t adalah sebagai berikut:

1. Membuat formula uji hipotesis

a. Ho: β = 0 (tidak terdapat pengaruh X yang signifikan terhadap

Y)

b. Ho: β ≠ 0 (terdapat pengaruh X yang signifikan terhadap Y)

2. Menentukan tingkat signifikansi

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan α= 0,05 artinya

kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%.

3. Menghitung nilai dengan rumus sebagai berikut:


Keterangan:

t = Distribusi t

r = Koefisien korelasi parsial

= Koefisien determinasi

n = jumlah data

(Sugiyono 2014:250)
54

Dengan kriteria pengujian yang digunakan adalah:

a. Nilai sig. < 0.05 artinya Ho ditolak dan diterima.

b. Nilai sig. ≥ 0.05 artinya Ho diterima dan ditolak.

3.6.6.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan di dalam model memiliki

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Uji F bertujuan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi

yang dihasilkan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Uji F dapat dilakukan untuk melihat nilai signifikansi

dimana jika nilai signifiansi dibawah 0,05 maka variabel independen

berpengaruh secara simultan terhadap variable dependen.

Menurut Sujarweni (2014:154), Jika Nilai > maka

artinya variable independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap

variable dependen (Y).

Langkah-langkah pengujian hipotesis simultan dengan

menggunakan uji F adalah sebagai berikut:

1. Membuat formula uji hipotesis:

a. H0: β1, β2 = 0 (X1 dan X2 tidak berpengaruh terhadap Y)

b. H1 : β1, β2 ≠ 0 (X1 dan X2 berpengaruh terhadap Y)

2. Menentukan tingkat signifikansi

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan α= 0,05 artinya

kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai

probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%.

3. Menghitung nilai dengan rumus sebagai berikut:


55

Keterangan:

F = F hasil perhitungan

= Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah data

(Sugiyono 2014: 257)

Dengan kriteria pengujian yang digunakan adalah:

a. Nilai probabilitas < 0.05 artinya Ho ditolak dan diterima.

b. Nilai probabilitas ≥ 0.05 artinya Ho diterima dan ditolak.


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan

Timur Indonesia yang menempati lahan seluas 715 hektar di Desa

Biringere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, sekitar 68 Kilometer

dari kota Makassar. Perseroan yang memiliki kapasitas terpasang

5.980.000 Ton semen per tahun ini, mempunyai empat unit pabrik, yaitu

Pabrik Tonasa II, III, IV dan V. Keempat unit pabrik tersebut

menggunakan proses kering dengan kapasitas masing-masing 590.000

Ton semen pertahun untuk Unit II dan III, 2.300.000 Ton semen per tahun

untuk Unit IV serta 2.500.000 Ton semen untuk Unit V.

Berdasarkan Anggaran Dasar, perseroan merupakan produsen

semen di Indonesia yang telah memproduksi serta menjual semen di

dalam negeri dan mancanegara sejak tahun 1968. Proses produksi

bermula dari kegiatan penambangan tanah liat dan batu kapur di

kawasan tambang tanah liat dan pegunungan batu kapur sekitar pabrik

hingga pengantongan semen zak di packing plant. Proses produksi

secara terus menerus dipantau oleh satuan Quality Control guna

menjamin kualitas produksi.

Pendapatan utama perseroan adalah hasil penjualan Semen

Portland (OPC), Semen non OPC yaitu Tipe Komposit (PCC), tersebar di

56
57

wilayah Sulawesi, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Didukung dengan merek yang sudah terkenal di Kawasan Timur

Indonesia, perseroan berusaha secara terus menerus mempertahankan

brand image produk dengan menjaga kestabilan pasokan produk di

pasar. Selain itu, dukungan sistem distribusi yang optimal juga

merupakan unsur kesuksesan penjualan semen. Disamping itu, penjualan

ekspor juga dilakukan jika terjadi kelebihan produksi setelah pemenuhan

pasar dalam negeri.

Sejak 15 September 1995 Perseroan terkonsolidasi dengan PT

Semen Indonesia (Persero) Tbk. yang sebelumnya bernama PT Semen

Gresik (Persero) Tbk. dan sekarang menjadi perusahaan induk dari

Perseroan. lebih dari satu dekade perseroan berbenah dan berupaya

keras meningkatkan nilai Perseroan di mata para pemegang saham dan

pemangku kepentingan. Berbagai terobosan strategi dan program kerja

dalam meningkatkan kinerja Perseroan secara terintegrasi terus dipacu

untuk mewujudkan visi perseroan menjadi produsen semen yang

terefisien dan mempunyai keunggulan yang kompetitif diantara para

produsen semen lainnya.

Perseroan telah menyelesaikan pembangunan pabrik Semen

Tonasa Unit V yang beroperasi dengan kapasitas 2.500.000 Ton

pertahun dengan dukungan Power Plant 2 X 35 MW dengan pembiayaan

proyek tersebut bersumber dari dana sendiri dan kredit pembiayaan

sindikasi perbankan nasional.


58

4.1.2 Lokasi Pabrik

Lokasi pabrik yang berada di Sulawesi Selatan merupakan daerah

strategis untuk mengisi kebutuhan semen di daerah Indonesia Bagian

Timur. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan

diperkuat oleh sembilan unit pengantongan semen yang melengkapi

sarana distribusi penjualan, telah menjadikan perseroan sebagai

pemasok terbesar di kawasan tersebut. Unit pengantongan semen

berlokasi di Palu, Banjarmasin, Bitung, Kendari, Ambon dan Mamuju

dengan kapasitas masing-masing 300.000 Ton semen per tahun serta di

Makassar, Bali, dan Samarinda dengan kapasitas masingmasing 600.000

ton semen per tahun. Sarana pendukung operasi lainnya yang

berkontribusi besar terhadap pencapaian laba perusahaan adalah utilitas

Pembangkit listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 2 X 25 MW dan

2 X 35 MW yang berlokasi di Desa Biringkassi, Kabupaten Pangkep,

sekitar 17 km dari lokasi pabrik.

Lokasi pabrik ini berada di daerah strategis, beberapa faktor yang

menunjang lokasi pabrik PT. Semen Tonasa yaitu:

1. Faktor bahan baku untuk semen yaitu pabrik dekat dengan

gunung batu kapur, dengan adanya beberapa kawasan

sebagai faktor bahan baku sehingga pengadaan bahan baku

untuk kebutuhan pabrik akan terpenuhi dengan mudah,

melimpah dan murah.

2. Kebutuhan air yang dapat diperoleh dengan mudah yaitu dari

sungai - sungai yang membentang mengelililngi wilayah

pabrik.
59

3. Faktor transportasi yang mendukung karena lokasi pabrik

dapat ditempuh dengan banyak jalur yang mudah dan lancar

guna pengangkutan bahan baku, mesin, hasil produksi dan

lain – lain.

4. Faktor sumber energi

5. Faktor tenaga kerja diperoleh dengan mudah karena disekitar

wilayah pabrik terdapat banyak pemukiman warga dan

perusahaan menyediakan perekrutan tenaga kerja secara

berkala untuk warga sekitar.

Dengan demikian penentuan lokasi Pabrik PT. Semen Tonasa

cukup strategis dan banyak peluang untuk meningkatkan efisiensi

produktifitas pabrik serta ikut berkontribusi dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar.

4.1.3 Pengaruh Pabrik Terhadap Lingkungan Sekitar

Pengaruh Pabrik PT. Semen Tonasa terhadap lingkungan

masyarakat sekitar yaitu:

1. Dengan adanya kegiatan produksi, transportasi dan pemasaran

dapat meningkatkan perekonomian wilayah sekitar.

2. Limbah cair sebelum dialirkan ke sungai diadakan pengolahan

lebih dahulu sehingga memenuhi persyaratan yang disetujui dan

tidak menimbulkan kerugian akibat pencemaran oleh limbah

pabrik.

3. Membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar.


60

4.1.4 Visi dan Misi

4.1.4.1 Visi

Menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Indonesia yang

efisien dan berwawasan lingkungan.

4.1.4.2 Misi

1. Meningkatkan nilai perusahaan sesuai keinginan stakeholders.

2. Memproduksi semen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan

kualitas dan harga bersaing serta penyerahan tepat waktu.

3. Senantiasa berupaya melakukan improvement di segala bidang, guna

meningkatkan daya saing di pasar dan produktifitas perusahaan.

4. Membangun lingkungan kerja yang mampu membangkitkan motivasi

karyawan untuk bekerja secara professional.


61

4.1.5 Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Direktur Utama

Direktur Keuangan Direktur


& SDM Produksi

Departemen SDM & Departemen Tambang &


Umum Pengelolaan Bahan Baku

Departemen Keuangan Departemen Perencanaan


& Pengendalian Produksi

Sitem Manajemen Departemen Produksi


Semen

Internal Audit Departemen Produksi Terak

Konsultasi & Departemen Pembangkit


Hukum
Departemen Pemeliharaan
Staf BU Non
Cement Wakil Departemen
Pemeliharaan

Unit K3LH

Unit Jaminan Mutu

Sumber: PT. Semen Tonasa (2019)


62

Susunan Pengurus

Direktur

Direktur Utama : H. Subhan, SE., MM. Ak

Direktur Keuangan & SDM : Ginarko Isnubroto, Drs., MBA., Ak.

Direktur Produksi : Ir. Bambang Harianto

Departemen

Kep. Departemen SDM & Umum : Abdul Rachmat Noer, SE.

Kep. Departemen Keuangan : Sulaiha Muhyiddin, SE, M.BUS, Ak

Kep. Departemen Internal Audit : Andi Makkulau, SE., MM., QIA.

Kep. Departemen Konsultasi

& Hukum : H. Ferry Djufry, SE.

Kep. Departemen

Kep. Departemen Tambang

& Pengelolaan Bahan Baku : Ir. Alim Bakti

Kep. Departemen Perencanaan

& Pengendalian Produksi : Ir. Sariatun, MM.

Kep. Departemen Produksi Semen : Ir. H. Sing Maqdar, MM.

Kep. Departemen Produksi Terak : Ir. Riduan

Kep. Departemen Pembangkit : Ir. Saparuddin, MM.


63

Kep. Departemen Pemeliharaan : Ir. Darson

Wakil Departemen Pemeliharaan : Ir. Rembiq F. Rahim

Unit

Kep. Unit Perencanaan

& Evaluasi Produksi : Benget P. Sitorus, ST.

Kep. Unit Keuangan : Anis, SE.

Kep. Unit Sistem Manajemen : Ir. Susi Sudarsih

4.1.6 Deskripsi Struktur Organisasi

Direktur Utama ialah peimpin tertinggi organisasi yang memegang

tanggung jawab tertinggi dan membawahi Satuan Kerja Audit Internal

(SKAI), Departemen Umum dan Komunikasi.

Direktur Keuangan & SDM ialah pemimpin pengelolaan keuangan

perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan membawahi

Departemen Akuntansi dan Keuangan, Departemen Pengembangan

SDM.

Direktur Produksi bertanggung jawab terhadap produksi dan

pemeliharaan, membawahi Departemen Bahan Baku Departemen

Produksi Terak, Departemen Produksi Semen, Departemen Perencanaan

dan Pengendalian Produksi, Departemen Pembangkit, Departemen

Pemeliharaan.

Untuk distribusi dan pemasaran dibawahi langsung oleh Semen

Indonesia Holding.
64

4.1.7 Alur Proses Produksi

1. Bahan Baku Utama (Bahan Dasar)

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan semen

di pabrik Semen Tonasa adalah Batu Kapur, Tanah Liat dan Pasir

Silika.

a. Batu kapur (Lime Stone), hasil penambangan digiling di lime stone

crusher yang memenuhi standar kimia dan fisika yang

dipersyaratkan laboratorium di simpan dalam lime stone storage.

b. Tanah liat (Clay), hasil penambangan digiling di clay crusher yang

memenuhi standar fisika dan kimia yang dipersyaratkan

laboratorium dan disimpan dalam clay storage.

c. Pasir silica (Silica), hasil penambangan digiling di silica crusher

yang memenuhi standar fisika dan kimia yang dipersyaratkan

laboratorium dan disimpan dalam silica storage.

2. Bahan Pembantu Proses

Bahan baku tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan

semen di pabrik Semen Tonasa adalah Batu Kapur tambahan,

Gypsum, CGA (untuk mempermudah penggilingan).

3. Proses Pengolahan

Proses pengolahan semen pada PT. Semen Tonasa melalui berbagai

macam proses yaitu:

a. Proses Penggilingan Bahan Baku

Batu kapur sebanyak 80%, tanah liat sebanyak 18%, dan pasir

silica sebanyak 2% dari gudang dicampur dan digiling dalam


65

mesin Raw Mill. Material Hasil penggilingan disebut Raw Meal

ditampung dalam Raw Meal Silo.

b. Pembakaran

Raw Meal dari Raw Meal Silo diumpan dalam mesin Kiln

kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara dalam suhu

1200 derajat Celcius. Material hasil pembakaran disebut Clinker

(Terak) dengan atau bahan setengah jadi semen dengan syarat:

- Memenuhi standar SNI (Standar Nasional Indonesia).

- Memenuhi standar ASTM (American Standard & Testing

Material.)

- Clinker tidak memenuhi standar dibuang.

- Clinker memenuhi standar disimpan dalam Clinker Silo untuk

digiling menjadi semen.

c. Penggilingan Bahan Baku (Clinker)

Bahan Baku dari clinker silo digiling dalam mesin Cement/Finish

Mill dengan bantuan CGA (bahan tambahan mempermudah

penggilingan), dengan persentase bahan baku sesuai dengan

indeks mutu/kualitas bahan baku dan persentase tambahan batu

kapur dari laboratorium ditambah 5% Gypsum untuk hasil akhir

menjadi semen curah dengan formula:

95% Clinker = % indeks Bahan Baku + % indeks tambahan Batu

Kampur.

100% Semen Curah = 95% Clinker + 5% Gypsum.


66

4. Hasil Semen

Hasil akhir semen curah yang memenuhi standar SNI dan ASTM

kemudian disimpan di dalam Cement Silo untuk dipasarkan. Semen

yang dipasarkan dalam bentuk sak dimasukkan dalam mesin packer

untuk dibungkus dan kemudian dipasarkan. Sementara semen curah

yang dipasarkan dalam bentuk curah dimasukkan ke bin curah

kemudian masuk kedalam truk kapsul untuk dipasarkan.

4.2 Deskripsi Variabel

4.2.1 Deskripsi Variabel Kualitas Bahan Baku (X1)

Kualitas bahan baku diperoleh dari hasil peilitian dan perhitungan

laboratorium perusahaan dimana kualitas bahan baku disesuaikan

dengan indeks target ideal sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

(SNI) dan ketentuan perusahaan dimana semakin berkurang kontribusi

kualitas bahan baku dalam 100% formula pembuatan semen maka

semakin baik kualitas bahan baku yang telah diolah dan semakin hemat

biaya produksinya menurut perusahaan.

Adapun hasil kualitas bahan baku Pt. Semen Tonasa mulai dari

Januari 2017 sampai Juni 2019 adalah sebagai berikut:


67

Tabel 4.1 Data Kualitas Bahan Baku Januari 2017 – Juni 2019

Standar
Kualitas Bahan Baku
Kualitas Per
No. Bulan/Tahun (X1)
Tahun
(%) (%)
1 Jan-17 0.88
2 Feb-17 0.85
3 Mar-17 0.85
4 Apr-17 0.83
5 May-17 0.85
6 Jun-17 0.84
0.82
7 Jul-17 0.81
8 Aug-17 0.81
9 Sep-17 0.81
10 Oct-17 0.76
11 Nov-17 0.80
12 Dec-17 0.81
13 Jan-18 0.81
14 Feb-18 0.81
15 Mar-18 0.81
16 Apr-18 0.79
17 May-18 0.79
18 Jun-18 0.78
0.75
19 Jul-18 0.77
20 Aug-18 0.74
21 Sep-18 0.74
22 Oct-18 0.73
23 Nov-18 0.72
24 Dec-18 0.73
25 Jan-19 0.71
26 Feb-19 0.69 0.70
27 Mar-19 0.69
68

Standar
Kualitas Bahan Baku
Kualitas Per
No. Bulan/Tahun (X1)
Tahun
(%) (%)
28 Apr-19 0.68
29 May-19 0.69 0.70
30 Jun-19 0.69
Sumber: PT. Semen Tonasa (2019)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan pada tahun 2017 dengan

standar kualitas 0.82 diperoleh index tertinggi 0.88 dan terendah 0.76,

pada tahun 2018 degan standar kualitas 0.75 diperoleh indeks tertinggi

0.81 dan terendah 0.72, dan pada tahun 2019 dengan standar kualitas

0.70 sejauh ini diperoleh indextertinggi 0.71 dan index terendah 0.69.

Tabel 4.1 menunjukkan indeks klinker yang semakin berkurang

dalam dua setengah tahun terakhir seiring dengan penurunan standar

kualitas terak tahunan (telah ditetapkan oleh perusahaan) yang berarti

terjadi penurunan persentase kualitas dan standar persentase kualitas

terak yang berbanding lurus satu sama lain dalam pembuatan semen

yang dimana mengindikasikan peningkatan efektifitas kualitas bahan

baku berdasarkan keputusan dari perusahaan yaitu semakin turun index

kualitas terak maka semakin efektif pula kualitas produksi semen.

4.2.2 Deskripsi Variabel Kuantitas Produksi Semen (X2)

Kuantitas Produksi diperoleh dari data hasil produksi semen PT.

Semen Tonasa mulai dari Januari 2017 sampai Juni 2019. Adapun data

hasil kuantitas produksi PT. Semen Tonasa adalah sebagai berikut:


69

Tabel 4.2 Data Kuantitas Produksi Semen Januari 2017 – Juni 2019

Standar
Kuantitas Produksi
Kuantitas
No. Bulan/Tahun Semen (X2)
Produksi
(Ton) (Ton)
1 Jan-17 471,376.97 450.000
2 Feb-17 405,263.93
3 Mar-17 506,655.12
4 Apr-17 388,606.36
5 May-17 352,452.66
6 Jun-17 306,141.32
7 Jul-17 404,118.25
8 Aug-17 471,021.18
9 Sep-17 480,165.23
10 Oct-17 455,693.02
11 Nov-17 429,725.02
12 Dec-17 437,852.08
13 Jan-18 388,250.81
14 Feb-18 321,607.77
15 Mar-18 410,717.26
16 Apr-18 415,959.07
17 May-18 299,274.17
18 Jun-18 385,111.26
19 Jul-18 372,494.52
20 Aug-18 462,649.14
21 Sep-18 394,834.37
22 Oct-18 446,597.69
23 Nov-18 465,010.25 450.000
24 Dec-18 494,810.13
25 Jan-19 462,323.17
26 Feb-19 343,644.59
27 Mar-19 473,129.94
70

Standar
Kuantitas Produksi
Kuantitas
No. Bulan/Tahun Semen (X2)
Produksi
(Ton) (Ton)
28 Apr-19 346,102.48
29 May-19 381,112.69
30 Jun-19 284,380.75
Sumber: PT. Semen Tonasa (2019)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan hasil produksi semen pada

PT. Semen Tonasa dengan standar hasil kuantitas yang paling efektif

yaitu 450.000 ton/bulan, dimana pada tahun 2017 diperoleh hasil

produksi semen tertinggi pada bulan maret dengan 506,655.12 ton dan

terendah pada bulan juni dengan 306,141.32 ton dengan rata – rata

425,755.93 ton, sementara tahun 2018 diperoleh hasil produksi tertinggi

pada bulan desember dengan 494,810.13 ton dan terendah pada bulan

mei dengan 299,274.17 ton dengan rata – rata 404,776.37 ton dan pada

tahun 2019 sejauh ini diperoleh hasil produksi semen tertinggi pada bula

maret dengan 473,129.94 ton dan terendah pada bulan juni dengan

284,380.75 ton dengan rata- rata 381,782.27 ton.

Tabel 4.2 menunjukkan penurunan rata-rata hasil produksi, hasil

produksi tertinggi dan terendah yang berbanding lurus setiap tahunnya

meskipun hasil tertinggi setiap bulannya memenuhi standar hasil produksi

yang telah ditentukan perusahaan.


71

4.2.3 Deskripsi Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Efisiensi biaya produksi diperoleh dengan cara membandingkan

data anggaran biaya dengan realisasinya yang telah diperoleh dari data

keuangan PT. Semen Tonasa. Adapun data efisiensi biaya produksi

semen adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Efisiensi Biaya Produksi

Anggaran Biaya
Selisih Inefisiensi
No. Bulan/Tahun Biaya Produksi
(Rp) (%)
(Rp) (Rp)

1 Jan-17 419,633 434,416 (14,783) -4%


2 Feb-17 419,633 436,730 (17,097) -4%
3 Mar-17 419,633 420,673 (1,040) 0%
4 Apr-17 419,633 431,669 (12,036) -3%
5 May-17 419,633 446,766 (27,133) -6%
6 Jun-17 419,633 450,444 (30,811) -7%
7 Jul-17 419,633 424,650 (5,017) -1%
8 Aug-17 419,633 412,927 6,706 2%
9 Sep-17 419,633 410,253 9,380 2%
10 Oct-17 419,633 399,893 19,740 5%
11 Nov-17 419,633 416,660 2,973 1%
12 Dec-17 419,633 417,661 1,972 0%
13 Jan-18 396,699 426,118 (29,419) -7%
14 Feb-18 396,699 436,114 (39,415) -10%
15 Mar-18 396,699 421,680 (24,981) -6%
16 Apr-18 396,699 415,496 (18,797) -5%
17 May-18 396,699 434,802 (38,103) -10%
18 Jun-18 396,699 416,258 (19,559) -5%
19 Jul-18 396,699 414,562 (17,863) -5%
72

Anggaran Biaya
Selisih Inefisiensi
No. Bulan/Tahun Biaya Produksi
(Rp) (%)
(Rp) (Rp)

20 Aug-18 396,699 391,332 5,367 1%


21 Sep-18 396,699 402,632 (5,933) -1%
22 Oct-18 396,699 391,655 5,044 1%
23 Nov-18 396,699 384,714 11,985 3%
24 Dec-18 396,699 381,989 14,710 4%
25 Jan-19 380,295 382,544 (2,249) -1%
26 Feb-19 380,295 393,374 (13,079) -3%
27 Mar-19 380,295 371,537 8,758 2%
28 Apr-19 380,295 390,520 (10,225) -3%
29 May-19 380,295 389,598 (9,303) -2%
30 Jun-19 380,295 405,259 (24,964) -7%
Sumber: PT. Semen Tonasa (2019)

Berdasarkan Tabel 4.3 biaya produksi pada tahun 2017 yang

paling efisien terjadi pada bulan oktober yaitu sebesar 5% dan paling

kurang efisien terjadi pada bulan juni dengan -7%, sedangkan pada 2018

yang paling efisien terjadi pada bulan desember yaitu sebesar 4%, paling

kurang efisien terjadi pada bulan februari dan mei yaitu -10%, sementara

pada tahun 2019 sejauh ini biaya produksi yang paling efisien terjadi

pada bulan maret yaitu sebesar 2% dan paling kurang efisien terjadi pada

bulan juni dengan -7% efisiensi.

Tabel 4.3 menunjukkan efisiensi pada biaya roduksi yang

cenderung turun setiap tahunnya, meskipun terjadi penurunan anggaran

tahunan, realisasi biaya produksi cenderung meningkat setiap bulan


73

terkecuali di bulan-bulan tertentu yang dimana data penurunan efsiensi

pada biaya produksi lebih dominan dibandingkan dengan data peningktan

efisiensi biaya produksi dalam dua setengah tahun terakhir pada PT.

Semen Tonasa.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

4.3.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model

regresi untuk variabel independen dan variabel dependen atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. (Ghozali, 2016 : 154).

Menurut Imam Ghozali (2011:173), salah satu metode uji

normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal

pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual (metode

grafik) dengan ketentuan apabila data menyebar disekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas dengan metode grafik pada grafik Normal P-P

Plot of regression standardized residual ialah sebagai berikut:


74

Gambar 4.2 Grafik Uji Normalitas

Sumber: Data diolah 2019

Berdasarkan Gambar 4.2 hasil uji normalitas dengan metode

grafik pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized residual

(metode grafik) menunjukkan bahwa data menyebar disekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data residual berdistribusi secara normal.

4.3.1.2 Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (bebas) (Ghozali,

2016: 103).
75

Untuk menemukan ada atau tidaknya multikolinearitas dalam

model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan nilai variance

inflation factor (VIF) yang dapat diliat pada tabel Coefficients. Nilai cut off

yang digunakan adalah nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10.

Hasil uji multikolinearitas dengan metode Tolerance dan VIF ialah

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode Tolerance dan VIF

Colinearity Statistic
Variabel
Tolerance VIF

Kualitas Bahan Baku (X1) 0.995 1.005

Kuantitas Produksi Semen 0.995 1.005


(X2)
Sumber: Data diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 4.4 hasil uji multikolinearitas dengan metode

VIF diketahui bahwa nilai tolerance dari semua variabel lebih dari 0,10

dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi tersebut.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas muncul

apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki

varian yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya (Imam

Ghozali, 2011:139).
76

Untuk menemukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilihat dengan grafik Scatterplot dengan ketentuan yaitu penyebaran titik-

titik yang ditimbulkan pada grafik terbentuk secara acak, tidak

membentuk pola tertentu, serta arah penyebarannya berada di atas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot ialah

sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Sumber: Data diolah ( 2019)

Berdasarkan Gambar 4.1 hasil uji heteroskedastisitas dengan

grafik Scatterplot, menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas pada

residual, terbukti dengan penyebaran titik-titik yang ditimbulkan terbentuk

secara acak, tidak membentuk pola tertentu, serta arah penyebarannya

berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y pada grafik

Scatterplot.
77

4.3.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi

antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t sebelumnya. Model regresi yang efektif adalah

model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian

terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW).

Hasil autokorelasi dengan metode uji Durbin Watson sebagai

berikut:

Tabel 4.5 Hasil Autokorelasi dengan Metode Durbin Watson

Std. Error of the Estimate Durbin - Watson

0.01593 1.672
Sumber: Olah Data (2019)

Berdasarkan Tabel 4.5 hasil uji autokorelasi dengan metode uji

Durbin Watson, diperoleh nilai DW sebesar 1,672. Dengan jumlah n = 30

dan k = 2 maka didapat nilai dL sebesar 1,284 dan nilai dU sebesar 1,567

(Tabel D - W). Jadi, nilai 4 - dU = 2,433 dan nilai 4 - dL = 2,716. Jika

dijabarkan dU < dW < 4 – dU yaitu 1,567 < 1,672 < 2,433 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi tersebut.


78

4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan regresi liner

berganda maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Tabel 4. 6 Hasil Analisis Regresi Linea Berganda

Variabel Koefisien Regresi

-.062
Konstanta

-.238
Kualitas Terak ( )

5.464E-7
Kuantitas Produksi ( )
Sumber: Olah Data (2019)

Dengan persamaan linear berganda, yaitu:

Y = -0.062 - 0.238X1 + 5,464E-7 X2 + e

Penjelasan dari persamaan diatas ialah sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (α) adalah -0,062, artinya jika semua variabel

bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variable terikat sebesar -

0,062 (-6,2%).

2. Nilai Koefisien regresi untuk Kualitas Bahan Baku ( ) adalah -

0,238 (negatif), menunjukkan bahwa Kualitas Bahan Baku

mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Efisiensi

Biaya Produksi, artinya setiap kenaikan Kualitas Bahan Baku satu

satuan makan akan mengurangi efisiensi biaya produksi

sebanyak 0,238 (-23,8%), dengan asumsi variabel bebas lainnya

adalah konstan.
79

3. Koefisien regresi Kuantitas Produksi ( ) adalah 5,464E-7

(0,0005464), artinya setiap peningkatan satu satuan Kuantitas

Produksi akan menambah Efisiensi Biaya Produksi sebanyak

0,0005464 (0,05464%), dengan asumsi variabel bebas lainnya

adalah konstan.

4.3.3 Analisis Korelasi Berganda (R)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan

hubungan atau seberapa erat hubungan antara variabel X yaitu kualitas

terak dan kuantitas produksi terhadap variabel Y yaitu efisiensi biaya

produksi.

Hasil Analisis Korelasi Berganda ialah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Analisis Korelasi Berganda

R R Square Sig. F Change

0.889 0.790 0.000

Sumber: Olah Data 2019

Berdasarkan Tabel 4.7 nilai Koefisien korelasi berganda (R)

berdasarkan adalah sebesar 0.889 menunjukkan kuatnya hubungan

kualitas bahan baku ( ) dan kuantitas produksi semen ( ) terhadap

efisiensi biaya produksi (Y) yaitu sebesar 88,9% yang tergolong sangat

kuat.

Hasil pengujian dengan membandingkan nilai probabilitas 0.05

dengan nilai signifikansi F Change ialah nilai probabilitas 0.05 lebih besar

dari nilai sig. F Change yaitu 0.00, maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y.


80

4.3.4 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016 : 95) koefisien determinasi adalah

mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan

variabel - variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan

satu. Nilai yang kecil adalah kemampuan variable - variabel

independen yang menerangkan variasi variabel dependen sangat

terbatas.

Berikut ini adalah nilai R2 yang diperoleh dari hasil regresi:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi

Adjusted R
Model R R Square
Square

1 0.889 0.790 0.774


Sumber: Olah Data 2019

Berdasarkan Tabel 4.8 nilai koefisen determinasi yang dihasilkan

dalam penelitian ini sebesar 0.790 menunjukkan kualitas bahan baku

( ), kuantitas produksi ( ) berpengaruh terhadap efisiensi biaya

produksi sebesar 79% sedangkan 21% sisanya dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.

4.3.5 Uji Hipotesis

4.3.5.1 Uji t

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016). Uji t dapat

diuji dengan melihat nilai signifikansi t lebih kecil dari 0,05 maka variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen.


81

Kriteria dari uji t adalah sebagai berikut:

1. Nilai sig < 0.05 artinya Ho ditolak dan diterima.

2. Nilai sig ≥ 0.05 artinya Ho diterima dan ditolak.

Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis pengaruh variabel

Kualitas Bahan Baku (X1), Kuantitas Produksi (X2) terhadap Efsiensi

Biaya Produksi (Y) dengan menggunakan uji t:

Tabel 4.9 Hasil Uji t

Variabel Bebas Sig

Kualitas Bahan Baku

( ) -3.727 0.001

Kuantitas Produksi ( ) 9.058 0.000

Sumber: Olah Data (2019)

Gambar 4.4 Grafik Residual Regresi

Sumber: Data diolah (2019)


82

Berdasarkan Tabel 4.9 diperoleh hasil uji t sebagai berikut:

1. Pengujian pengaruh variabel kualitas bahan baku ( ) terhadap

efisiensi biaya produksi (Y) pada PT. Semen Tonasa

menghasilkan nilai t hitung sebesar -3.727 dengan nilai

signifikansi uji t sebesar 0,001.

Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka

H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa variabel kualitas bahan baku ( ) terbukti berpengaruh

terhadap efisiensi biaya produksi (Y) pada PT. Semen Tonasa,

artinya semakin turun nilai kulitas terak maka semakin efisien pula

biaya produksi.

2. Pengujian pengaruh variabel kuantitas produksi semen ( )

terhadap efisiensi biaya produksi (Y) pada PT. Semen Tonasa

menghasilkan nilai t hitung sebesar 9,058 dengan nilai signifikansi

uji t sebesar 0,000.

Karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 maka

H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa variabel kuantitas produksi ( terbukti berpengaruh

terhadap efisiensi biaya produksi (Y) pada PT. Semen Tonasa,

artinya semakin naik jumlah kuantitas produksi semen maka

semakin efisien pula biaya produksi.

4.3.5.2 Uji Kesesuaian Model

Uji F bertujuan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi

yang dihasilkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu kualitas


83

bahan baku dan kuantitas produksi terhadap varibel terikat yaitu efisiensi

biaya produksi.

Kriteria dari uji F adalah sebagai berikut:

1. Nilai signifikan > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2. Nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hasil uji F adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Uji F

Model F Sig.

Regression 45.819 0.000

Sumber: Olah Data (2019)

Berdasarkan Tabel 4.10 dan kriteria dari uji F, jika nilai signifikan

lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dengan uji F variabel – variabel bebas yaitu

kualitas bahan baku dan kuantitas produksi semen terbukti berpengaruh

terhadap variabel terikat yaitu efisiensi biaya produksi dan model regresi

yang dihasilkan dalam penelitian ini telah cocok digunakan dalam

mengajukan hipotesis yang diuji.

4.4 Pembahasan Hasil Pengujian

4.4.1 Pengaruh Kualitas Bahan Baku (X1) terhadap Efisiensi Biaya

Produksi (Y)

Hasil uji hipotesis dengan uji t untuk kualitas bahan baku adalah -

3,727 dengan nilai signifikansi 0,01 < 0,05, dapat disimpulkan kualitas

terak terbukti berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi. Hal ini


84

menunjukkan bahwa pengaruh kualitas bahan baku berbanding terbalik

terhadap efisiensi biaya produksi, artinya jika terjadi penurunan indeks

kualitas terak maka terjadi kenaikan efisiensi pada biaya produksi semen.

Kualitas bahan baku dan pemakaiannya yang efektif bermanfaat untuk

penghematan biaya produksi semen.

Perbandingan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Dini Lies Setyowati (2010) menunjukkan bahwa pengaruh kualitas

bahan baku terhadap efisiensi biaya produksi juga terbukti kebenarannya.

4.4.2 Pengaruh Kuantitas Produksi (X2) terhadap Efisisensi Biaya Produksi

(Y)

Hasil uji hipotesis dengan uji t untuk kuantitas produksi semen

adalah 9.058 dengan nilai signifikansi 0,00 > 0,05, dapat disimpulkan

kuantitas produksi terbukti berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi.

Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kuantitas produksi semen

berbanding lurus dengan efisiensi biaya produksi semen, artinya jika

terjadi kenaikan kuantitas produksi semen makan terjadi pula kenaikan

efisiensi biaya produksi semen. Kuantitas produksi yang memenuhi atau

meliebihi target peroduksi bermanfaat untuk efektifitas pemakaian biaya

produksi yang dapat membantu menaikkan harga pasar.

Berbeda dengan Hasil Penelitian terdahulu oleh Nurhuda (2012)

yang menunjukkan bahwa kuantitas produk cacat tidak berpengaruh

terhadap efisiensi biaya poduksi.


85

4.4.3 Pengaruh Kualitas Bahan Baku (X1) dan Kuantitas Produksi (X2)

terhadap Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari pengujian kecocokan

model dengan menggunakan uji F dinyatakan bahwa variabel Kualitas

Bahan Baku (X1), Kuantitas Produksi (X2) berpengaruh terhadap variabel

Efisiensi Biaya Produksi (Y).

Pengaruh variabel- variabel bebas X pada variabel terikat Y juga

teruji signifikansinya dengan nilai signifikansi F changed 0.00 < 0.05,

maka teruji hubungan signifikan antar variabel dan dengan uji analisis

korelasi berganda dimana diperoleh nilai R sebesar 88.9% menunjukkan

pengaruh yang kuat antara variabel – variabel bebas X terhadap variabel

terikat Y.

Besar Kontribusi kualitas terak dan kuntitas produksi dalam

mempengaruhi efisiensi biaya produksi juga telah dihitung dengan uji

koefisien korelasi dimana didapatkan nilai R Suare sebesar 79% yang

dapat diartikan bahwa kontribusi variabel – variabel X terhadap variabel Y

terbilang besar dan mendominasi dibandingkan dengan sisa 21%

kontribusi variabel – variabel lainnya terhadap efsisiensi biaya produksi

yang tidak dibahas dalam penelitian.

Perbandingan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cicilia

Meika Puspita Sari (2015) menunjukkan bahwa pengaruh kualitas bahan

baku dan kuantitas produk cacat terhadap efisiensi biaya produksi tidak

teruji kebenarannya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penilitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kualitas Bahan Baku berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya

Produksi pada PT. Semen Tonasa di Sulawesi Selatan.

2. Kuantitas Produksi berpengaruh terhadap Efisiensi Biaya Produksi

pada PT. Semen Tonasa di Sulawesi Selatan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang dapat

diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Dengan berpengaruhnya kualitas bahan baku dan kuantitas

produksi semen terhadap efisiensi biaya produksi maka PT.

Semen Tonasa disarankan untuk:

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas bahan baku

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan

pemakaian bahan baku dengan indeks yang lebih

menguntungkan terhadap biaya produksi.

b. Melakukan upaya yang maksimal untuk meningkatkan

kuantitas hasil produksi semen sesuai dengan target yang

86
87

telah ditentukan perusahaan mengingat bahwa kapasitas

produksi memiliki pengaruh yang besar terhadap biaya

produksi.

c. Dengan besarnya pengaruh kualitas bahan baku dan

kuantitas produksi terhadap efisiensi biaya produksi maka

disarankan untuk memperhatikan lebih lanjut efektifitas

dalam pengendalian dan perencanaan produksi agar

kualitas bahan baku dan kuantitas produksi dapat

memenuhi target yang telah ditentukan dan dapat

meningkatkan keuntungan bagi perusahaan.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hendaknya memperbanyak sampel dan memperluas jangkauan

variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penlitian ini seperti

biaya overhead pabrik karena unsur – unsur biaya produksi bukan

hanya biaya bahan baku tetapi biaya tenaga kerja langsung, biaya

operasional dan biaya overhead juga termasuk biaya produksi.


88

5.3 Keterbatasan dan Implikasi

5.3.1 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya ialah:

1. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder karena data

primer yang bersifat rahasia maka tidak dimasukkan dalam

peneltian ini.

2. Jangka waktu data penelitian hanya dua setengah tahun dari

Januari 2017 - Juni 2019 dikarenakan permintaan dari

perusahaan sendiri sehubungan dengan perubahan formula

produksi pada pabrik. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya

dapat menambah jangka waktu data penelitian jika tidak ada

kendala tertentu agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan

akurat.

3. Beberapa faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap

Efisiensi Biaya Produksi dapat dijadikan peneltian selanjutnya

adalah biaya overhead pabrik, biaya tenaga kerja langsung, biaya

operasional, kualitas bahan baku langsung, kualitas bahan

tambahan dan kualitas semen yang tidak dibahas dalam

penelitian ini.
89

5.3.2 Implikasi

Berdasarkan pembahasan hasil peneltian dan kesimpulan yang

diambil dalam penelitian ini maka dapat disajikan implikasi sebagai

berikut:

1. Peneltian ini menunjukkan bahwa kualitas terak berpengaruh

terhadap efisiensi biaya produksi yang berarti nilai Kualitas bahan

baku yang makin menurun mengindikasikan peningkatan efisiensi

pada biaya produksi. Kualitas bahan baku digunakan untuk

mengukur berapa banyak bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan semen dengan kualitas yang tetap memenuhi standar

dan secara langsung mengukur berapa banyak bahan tambahan

dengan harga yang lebih murah namun tetap melengkapi kualitas

semen yang harus dipenuhi dalam produksi semen sehingga

penghematan dapat terjadi pada biaya produksi yang lebih

menguntungkan perusahaan.

2. Penelitian ini menunjukkan kuantitas produksi berpengaruh

terhadap efisiensi biaya produksi mengindikasikan bahwa

kuantitas produksi juga merupakan variabel penting untuk

peningkatan efisiensi biaya produksi pada produksi semen dimana

banyaknya kuantitas produksi yang mencapai atau melibihi target

berarti terjadi pemakaian biaya anggaran biaya produksi semen

yang efektif dan terjadi pengeluaran biaya produksi yang efisien,

tetapi jika terjadi sebaliknya berarti pemakaian anggaran biaya

produksi tidak efektif dan pemakaian biaya produksi kurang

efisien.
90

3. Peneltian ini menunjukkan bahwa kualitas bahan baku dan

kuntitas produksi berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi

dan merupakan komponen yang dominan dalam proses produksi

untuk menentukan efisien atau tidaknya biaya produksi yang

dikeluarkan mengindikasikan bahwa naik atau turunnya

komponen kualitas bahan baku dan kuantitas produksi semen

mempunyai pengaruh yang besar teradap naik dan turunnya pula

efisiensi biaya produksi semen.


91

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2011). Manajemen Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aliminsyah dan Panji. (2003). Kamus Istilah Akuntansi. Bandung: CV. Yrama
Widya.

Assauri, S. 2004. (2013). Manajemen Produksi dan Operasi, Jakarta: Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jurnal Sistem Informasi.
SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PERSEDIAAN BARANG Andy.
https://doi.org/10.3112/SPEED.V4I4.893

Assauri, S. (2016). Manajemen Operasi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Carter, W. K. dalam Krista. (2013). Akuntansi Biaya buku 1. Edisi 14. Jakarta:
Salemba Empat.

Carter, W. K., & Usry. (2006). Akuntansi Biaya. Edisi Ketiga Belas. Jakarta:
Salemba Empat.

Catur Sasongko dan Safrida Rumondang Parulian. (2015). Konsep


Penganggaran. Anggaran.

Fahmi, I. (2012). Manajemen Produksi Dan Operasi. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan menggunakan SPSS. In


Gramedia.

. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS


21 :Update PLS Regresi. Semarang. https://doi.org/10.2307/1579941

Halim, A., & Abdullah, S. (2006). Hubungan Masalah Keagenan Di Pemerintah


Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi. Jurnal
Akuntansi Pemerintahan Volume.

Haming, M., & Mahfud Nurjamuddin. (2012). Manajemen Produksi Modern, buku
2. Edisi 2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hansen dan Mowen. (2012). Akuntansi Manajemen. Edisi diterjemahkan oleh


Deny Arnos Kwary. Jakarta: Salemba Empat.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). MarkKotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing
Management. Global Edition (Vol. 15E).
https://doi.org/10.1080/08911760903022556eting Management. In Global
Edition. https://doi.org/10.1080/08911760903022556
92

Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu


Manajemen YKPN.

Nafarin, M. (2013). Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Nasution, M. N. (2015). Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)


Edisi Ketiga. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noreen, E. W., & Brewer, P. C. (n.d.). Akuntansi Manajerial. Edisi 14


diterjemahkan oleh Kartika Dewi. Jakarta: Salemba Empat.

Rambat, L. (2010). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat.

Riwayadi. (2014). Akuntansi Biaya, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Salman, K. (2013). Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama. Jakarta: Akademia


Permata.

Santoso, S. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. In PT Elex Media


Komputindo.

Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dodi Hapsoro, dkk (2013). Akuntansi


Manajemen (M. Maskyur & B. Hernalyk, eds.). Jakarta: Salemba Empat.

Siregar, Baldric, Bambang Suripto, Dodi Hapsoro, dkk (2014). Akuntansi Biaya,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Stevenson W.J. Chuong S.C. (2014). Manjemen Operasi Perspektif Asia. In 2.

Sudana, I. M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktik. In


Erlangga. https://doi.org/10.1145/2505515.2507827

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif,


Kualitatif, Dan R&D. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

________. (2017). Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi, R&D dan


Penelitian Evaluasi. In Metodelogi Penelitian.

Sujarweni, W. V. (2014). Metode dan Teknik Penelitian. Metode Penelitian

(2015). Akuntansi Biaya Teori dan Penerapannya. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Sukirno, S. (2013). Makroekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Sunyoto, D. (2016). Metodologi Penelitian Akuntansi. In IOSR Journal of


Economics and Finance. https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-
000238666
93

R.A. Supriyono. (2010). Pengumpulan Biaya Dan Penentuan Harga Pokok.


Yogyakarta: BPFE.

Susilo. (2011). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Zulian, Y. (2011). Manajemen Produksi & Operasi. In Ekonomi dan Bisnis.


94

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data PT. Semen Tonasa Januari 2017 – Juni 2019

Index HPP Target HPP Aktual Selisih


No. Bulan/Tahun Volume (%)
(%) (Rp) (Rp) (Rp)

1 Jan-17 0.88 471,376.97 419,633 434,416 (14,783)


2 Feb-17 0.85 405,263.93 419,633 436,730 (17,097)
3 Mar-17 0.85 506,655.12 419,633 420,673 (1,040)
4 Apr-17 0.83 388,606.36 419,633 431,669 (12,036)
5 May-17 0.85 352,452.66 419,633 446,766 (27,133)
6 Jun-17 0.84 306,141.32 419,633 450,444 (30,811)
7 Jul-17 0.81 404,118.25 419,633 424,650 (5,017)
8 Aug-17 0.81 471,021.18 419,633 412,927 6,706
9 Sep-17 0.81 480,165.23 419,633 410,253 9,380
10 Oct-17 0.76 455,693.02 419,633 399,893 19,740
11 Nov-17 0.80 429,725.02 419,633 416,660 2,973
12 Dec-17 0.81 437,852.08 419,633 417,661 1,972
13 Jan-18 0.81 388,250.81 396,699 426,118 (29,419)
14 Feb-18 0.81 321,607.77 396,699 436,114 (39,415)
15 Mar-18 0.81 410,717.26 396,699 421,680 (24,981)
16 Apr-18 0.79 415,959.07 396,699 415,496 (18,797)
17 May-18 0.79 299,274.17 396,699 434,802 (38,103)
18 Jun-18 0.78 385,111.26 396,699 416,258 (19,559)
19 Jul-18 0.77 372,494.52 396,699 414,562 (17,863)
20 Aug-18 0.74 462,649.14 396,699 391,332 5,367
21 Sep-18 0.74 394,834.37 396,699 402,632 (5,933)
22 Oct-18 0.73 446,597.69 396,699 391,655 5,044
23 Nov-18 0.72 465,010.25 396,699 384,714 11,985
24 Dec-18 0.73 494,810.13 396,699 381,989 14,710
25 Jan-19 0.71 462,323.17 380,295 382,544 (2,249)
26 Feb-19 0.69 343,644.59 380,295 393,374 (13,079)
27 Mar-19 0.69 473,129.94 380,295 371,537 8,758
28 Apr-19 0.68 346,102.48 380,295 390,520 (10,225)
29 May-19 0.69 381,112.69 380,295 389,598 (9,303)
30 Jun-19 0.69 284,380.75 380,295 405,259 (24,964)
95

Lampiran 2. Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Efisiensi Biaya Produksi (Y) -.0230 .04010 30

Kualitas Bahan Baku (X1) .7757 .05776 30

Kuantitas Produksi (X2) 408569.3733 61181.71423 30

Lampiran 3. Uji Normalitas


96

Lampiran 4. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.062 .054 -1.141 .264
Kualitas Bahan -.238 .064 -.343 -3.727 .001 .995 1.005
Baku (X1)
Kuantitas 5.464E-7 .000 .834 9.058 .000 .995 1.005
Produksi (X2)
a. Dependent Variable: Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas


97

Lampiran 6. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .889 .790 .774 .01593 1.672
a. Predictors: (Constant), Kuantitas Produksi (X2), Kualitas Bahan Baku (X1)
b. Dependent Variable: Efisiensi Biaya Produksi (Y)

Lampiran 7. Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.062 .054 -1.141 .264
Kualitas Bahan Baku -.238 .064 -.343 -3.727 .001
(X1)
Kuantitas Produksi 5.464E-7 .000 .834 9.058 .000
(X2)

Lampiran 8. Analisis Korelasi Berganda (R)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Sig. F Change


a
1 .889 .790 .774 .000
98

Lampiran 9. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square


a
1 .889 .790 .774

Lampiran 10. Uji t

Coefficientsa

Model t Sig.
1 (Constant) -1.141 .264

Kualitas Bahan Baku (X1) -3.727 .001


Kuantitas Produksi (X2) 9.058 .000
99

Lampiran 11. Grafik Residual Regresi

Lampiran 12. Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


b
1 Regression .036 2 .018 45.819 .000
Residual .011 27 .000
Total .047 29
a. Dependent Variable: Efisiensi Biaya Produksi (Y)
b. Predictors: (Constant), Kuantitas Produksi (X2), Kualitas Bahan Baku (X1)

Anda mungkin juga menyukai