Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Indonesia
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah hukum
dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis yang berarti membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksudkan ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun dan menyatakan suatu Negara.
Secara etimologis antara kata konstitusi, konstitusional dan
konstitusionalisme inti maknanya sama, namun penggunaan atau penerapan katanya berbeda. Konstitusi adalah peraturan ketatanegaraan dalam hal ini adalah subjek atau undang-undang dasar suatu Negara, sedangkan tindakan objek konstitusi yang bertentangan dengan konstitusi disebut tindakan konstitusional. Berbeda halnya dengan konstitusionalisme yaitu suatu paham mengenai pembatasan kekuasaan dan jaminan hak-hak rakyat melalui konstitusi.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern pada
umumnya dipahami bersandar pada tiga elemen kesepakatan, yaitu:
Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama,
Kesepaktan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan negara, dan Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur ketatanegaraan.
Namun berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat,
berdasarkan atas kedaulatan yang dianut pada suatu negara. Jika suatu negara menganut paham demokrasi maka sumber konstitusinya berasal dari rakyat, dan apabila yang berlaku adalah paham kedaulatan Raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya konstitusi. Konstitusi sangat berpengaruh terhadap pembentukan sistem politik dalam suatu Negara, selain sebagai dokumen nasional konstitusi juga menjadi alat untuk membentuk sistem pemerintahan yang ada. Oleh karena itu UUD biasanya secara umum akan memuat materi-materi tentang sejarah perjuangan berdirinya suatu Negara dengan mewujudkan keinginan dan cita-cita para tokoh bangsa baik masa sekarang maupun di masa akan datang serta pemikiran bagaimana ketatanegaraan dalam Negara tersebut mampu membawa pada perkembangan yang lebih baik.
Pada mulanya konstitusi tentunya kebanyakan bersifat tidak tertulis, namun
seiring berkembangnya sistem hukum pemerintahan dunia menyebabkan adanya kodifikasi terhadap hukum-hukum yang sebelumnya hanya sebuah kebiasaan dituangkan dalam sebuah kitab undang-undang dan diiringi juga dengan pembentukan peraturan-peraturan yang sesuai dan dibutuhkan pada masa pembuatan undang-undang, sehingga bersifat konkrit dan memiliki kekuatan hukum. Namun, disamping itu ada juga di beberapa Negara yang menggunakan konstitusi tidak tertulis dalam menegakkan hukum di Negara tersebut, seperti di Inggris, Israel, dan New Zaeland.