Anda di halaman 1dari 14

Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi

(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI

Noneng Dewi Zannaria1, Dwina Roosmini2, Muhayatun Santoso3


1,2)
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
3)
Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN Bandung
zanna_ria@yahoo.com1), droosmini@bdg.centrin.net.id2), hayat@bdg.centrin-net.id3)

ABSTRAK

KARAKTERISTIK KIMIA PAPARAN PARTIKULAT TERESPIRASI. Partikulat terespirasi


adalah partikulat dengan ukuran 2-5μm yang karena sifat aerodinamiknya dapat masuk ke
dalam saluran pernafasan dan terdeposit dalam paru-paru serta merusak alveoli sehingga
membahayakan kesehatan manusia. Dinas Kesehatan kota Bandung mencatat bahwa ada
kecenderungan peningkatan angka kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
setiap tahun di kota Bandung. Pengukuran PM10 pada periode tahun 2002-2005 yang dilakukan
oleh BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa di beberapa lokasi ambang batas baku mutu
harian untuk PM10 telah dilampaui. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui paparan partikulat
terespirasi pada masyarakat dengan melakukan karakterisasi unsur-unsur kimia yang
terkandung di dalamnya sebagai bentuk identifikasi bahaya. Penelitian dilakukan di empat
kawasan di kota Bandung. Pengambilan sampel partikulat terespirasi dilakukan menggunakan
personal sampler. Karakterisasi kimia dilakukan menggunakan metode analisis aktivasi neutron,
spektrometri serapan atom dan reflektansi. Hasil identifikasi dan karakterisasi tersebut
digunakan untuk menghitung nilai IEC(Inhalation Exposure Concentration) sebagai estimasi
paparan partikulat terespirasi yang terhirup selama kurun waktu tertentu. Tahap tersebut
merupakan tahap awal dari studi epidemiologi yang mengkaitkan kejadian penyakit saluran
pernafasan dengan hasil identifikasi dan karakterisasi partikulat terespirasi. Unsur-unsur kimia
yang diidentifikasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa partikulat terespirasi yang dihirup oleh penduduk sebagai
reseptor di kawasan Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM2,5 udara ambien di lokasi yang sama. Kawasan
industri Cisaranten Wetan mempunyai konsentrasi tertinggi untuk sebagian besar unsur-unsur
yang terkandung dalam partikulat terespirasi.

Kata kunci : Paparan, partikulat terespirasi, reseptor, unsur-unsur kimia

ABSTRACT

CHEMICAL CHARACTERISATIC OF RESPIRABLE PARTICULATES. Respirable


particulates are particulates which having diameter size at 2-5 μm, due to aerodinamically may
be inhaled through respiratory tract and having ability to deposit into lungs, causing damage of
the alveolar tissues and inducing health problems. Health Departement of Bandung have
reported that prevalency of acute respiratory tract infection disease having increasing tendency
every year. Meassurement of PM10 in period of 2002-2005 have done by BPLH Bandung city
which pointed that in some places the concentration of PM10 was higher than daily threshold
limit values. This research having intend to understand of respirable particulates exposure in
society with characterization of chemical materials contained as hazard identification. Location
of research have done in four regions of Bandung City. Personal sampler has used for
collection of respirable particulates from human breathing zone. Chemical characteristic were
done using neutron activation analysis, atomic absorption spectrometer and reflectance
methodes. The useful of this procedur as the baseline to calculate IEC (Inhalation exposure
Concentration) values for estimate the exposure of respirable partiulates which inhaled during
period of time. Calculating of IEC is the earlier step from epidemiological study or risk
assessment which connecting prevalency of tract respiratory disease with characteristic of
respirable particulates. Elements Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, and black carbon (BC), are

37
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

the elements which identified. The results showed that respirable particulates which inhaled by
citizen as reseptor at Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, and Cisaranten Wetan are relatively
higher than PM2,5 ambient air at the same places. Almost whole of such elements which
contained in respirable paticulates was found in highest concentration at Cisaranten Wetan.

Key words : Chemical elements, exposure, reseptor, respirable particulates

1. PENDAHULUAN Bandung adalah salah satu kota


Particulate matter (PM) adalah salah besar di Indonesia dengan tingkat
satu parameter polutan di udara (1). Unsur pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi
partikulat ini dapat mempengaruhi setiap tahunnya. Aktivitas penduduk kota
kesehatan manusia sebagai reseptor Bandung beragam mulai dari sektor
terutama menyebabkan gangguan pada pertanian, perkebunan, pendidikan, hingga
sistem respirasi. Masuknya partikulat ke sektor industri dan transportasi. Aktivitas
dalam sistem respirasi manusia dipengaruhi tersebut menghasilkan polutan termasuk
ukuran partikulat. Ukuran partikulat yang emisi polutan ke udara yang menimbulkan
dapat masuk ke dalam sistem respirasi pencemaran udara, dan pada akhirnya
adalah kurang dari 10 μm dengan dapat mempengaruhi kesehatan manusia
spesifikasi sebagai berikut (2) : serta menimbulkan penyakit yang salah
- Ukuran 5 - 10 μm akan mudah tersaring satunya berhubungan dengan saluran
secara fisik oleh rambut-rambut halus pernafasan.
dalam rongga hidung Penelitian mengenai pencemaran
- Ukuran 2 - 5 μm akan terendapkan di udara Kota Bandung yang berkaitan dengan
alveoli partikulat telah dilakukan oleh Santoso et al.
- Ukuran < 2 μm akan mudah masuk ke (4). Hasil penelitian tersebut menyebutkan
dalam saluran respirasi dan akan adanya peningkatan rata-rata konsentrasi
mudah keluar kembali bersama udara tahunan untuk PM10 dan PM2,5 dari tahun
ekspirasi. 2004 ke tahun 2005. Hasil pengukuran pada
Beberapa penelitian sebelumnya periode tahun 2002-2005 yang dilakukan
telah menghubungkan antara paparan oleh BPLH Kota Bandung menunjukkan
polutan partikulat terespirasi dengan bahwa di beberapa lokasi ambang batas
beberapa kejadian penyakit saluran baku mutu harian untuk PM10 telah
pernafasan. Seperti yang dilakukan oleh dilampaui, baik di lokasi perumahan,
Mutius et al. di Jerman Timur (3), bahwa perkantoran dan perdagangan, ruang
peningkatan konsentrasi partikulat, SO2, terbuka hijau, dan terminal (5).
NOx, serta kombinasi antara ketiganya di Profil kesehatan kota Bandung pada
udara ambien berhubungan dengan tahun 2004 menyebutkan bahwa lebih dari
peningkatan risiko anak-anak mengidap dua pertiga bayi menderita gangguan
penyakit saluran pernafasan bagian atas penyakit infeksi saluran pernafasan akut
dan asma. (ISPA). Penelitian mengenai kadar timbal

38
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

dalam darah menghasilkan bahwa nilai rata- terhadap reseptor.


rata konsentrasi timbal dalam darah anak-
anak dari 40 Sekolah Dasar yang tersebar di 2. METODE PENELITIAN
25 kecamatan di Kota Bandung sebesar Lokasi pengambilan sampel partikulat
14,13 μg/dl. Angka tersebut telah melebihi udara dilakukan di empat lokasi yang
ambang batas konsentrasi timbal dalam berbeda di kota Bandung. Lokasi-lokasi
darah yaitu sebesar 10 μg/dl. Kondisi tersebut adalah Aria Graha yang mewakili
tersebut menunjukkan tingkat pencemaran kawasan pemukiman; Cisaranten Wetan,
timbal yang berbahaya di Kota Bandung [5]. mewakili kawasan industri; Tegalega
Merujuk pada hasil-hasil penelitian mewakili kawasan keramaian transportasi;
tersebut maka perlu dilakukan analisis Dago Pakar, mewakili kawasan bersih
paparan partikulat terespirasi terhadap (sebagai lokasi kontrol). Penentuan lokasi
masyarakat sebagai reseptor dari berdasarkan kepada perbedaan tataguna
pencemaran udara, mengingat setiap unsur lahan dengan asumsi bahwa dengan
kimia tersebut mempunyai potensi bahaya perbedaan lokasi penggunaan lahan dapat
bagi fungsi fisiologis tubuh. Data mengenai terlihat perbedaan sumber polutan,
karakteristik partikulat terespirasi yang sehingga jenis partikulat yang memapari
memapari masyarakat sebagai reseptor, masyarakat di lokasi tersebut berbeda.
khususnya untuk pemantauan perorangan Disamping itu penentuan titik juga
belum banyak dilakukan. Sistem monitoring disesuaikan dengan lokasi stasiun tetap
kualitas udara pada umumnya dilakukan yang dipergunakan oleh BPLHD provinsi
dengan mengukur pencemaran udara Jawa Barat untuk memantau kualitas udara
ambien. Penelitian ini diharapkan dapat kota Bandung. Pengambilan sampel
melengkapi data paparan pencemaran dilakukan dua hari dalam satu minggu di
udara pada manusia dan menjadi dasar setiap lokasi dengan perbedaan hari
studi epidemiologi dalam kaitannya dengan berdasarkan aktivitas keramaian. Adanya
kondisi kesehatan masyarakat, sehingga perbedaan aktivitas dan keramaian pada
dapat menjadi masukan bagi pengambil waktu-waktu tersebut diperkirakan dapat
keputusan untuk kesehatan lingkungan dan membuat perbedaan paparan polutan pada
masyarakat, khususnya di Kota Bandung. masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Alat yang dibutuhkan dalam proses
mengetahui unsur-unsur kimia yang pengambilan sampel partikulat terespirasi
terkandung dalam partikulat terespirasi. adalah Hi Flow Personal Sampler Pump
Selain itu penelitian ini diharapkan juga Gilian HFS-513A yang dilengkapi dengan
dapat digunakan untuk mengevaluasi filter Mixed Cellulose Ester (MCE) diameter
pengaruh kondisi lahan terhadap 25 mm, kerapatan 0,8 μm, dan SKC
karakterisasi dan identifikasi polutan aluminium cyclone 225-01-01/02. Alat
partikulat terespirasi serta sebagai analisis tersebut dipasang pada responden selama 8
awal studi paparan partikulat terespirasi jam kerja sesuai dengan aktivitas responden

39
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

dan kemampuan alat. Responden adalah dengan literatur-literatur lain serta hasil
orang-orang yang melakukan kegiatan dan penelitian terdahulu mengenai karakterisasi
berada pada lokasi tersebut sepanjang hari partikulat.
seperti pengamen, pedagang kaki lima, Analisis paparan partikulat terhadap
pemilik warung-warung, satpam, tukang manusia dilakukan dengan perhitungan nilai
becak, dan tukang kebun dengan IEC (inhalation exposure concentration).
pertimbangan responden tersebut bekerja di Perhitungan nilai IEC dilakukan sebagai
area terbuka sehingga berpotensi gambaran awal untuk mengetahui potensi
maksimum terpapar polutan partikulat paparan dari unsur-unsur kimia terhadap
terespirasi. Responden yang dipilih adalah manusia melalui jalur inhalasi di lingkungan
orang-orang yang tidak merokok atau yang umum (udara ambien), dengan
dipastikan tidak akan merokok selama menggunakan persamaan berikut (6):
dipasang alat. Pengambilan sampel
dilakukan dalam dua ketegori hari yaitu hari ET EF ED
IEC = Ca × × × × BIO
24 365 70
kerja dan akhir pekan. Partikulat terespirasi
Keterangan:
kemudian dianalisis menggunakan analisis
IEC : Inhalation exposure
gravimetri untuk mengetahui konsentrasi
concentrations atau konsentrasi
dari partikulat terespirasi tersebut. Analisis
paparan melalui inhalasi (mg/m3)
dilanjutkan untuk mengetahui komposisi dan
Ca : Konsentrasi unsur kimia di udara
konsentrasi tiap-tiap unsur yang terkandung
(mg/m3)
dengan INAA (instrumental neutron
ET : Waktu paparan (jam/hari)
activation analysis) untuk unsur logam
EF : Frekuensi paparan (hari/tahun)
selain Pb dan Hg, AAS (atomic absorption
ED : Durasi terpapar (tahun)
spectrophotometry) untuk unsur Pb dan Hg,
BIO : Faktor bioavailibility = 1,0
serta EEL smokestain reflectometer untuk
analisis black carbon (BC) sehingga
Dalam perhitungan IEC, waktu
diperoleh karakteristik dan komposisi
paparan ET yang digunakan untuk seluruh
partikulat terespirasi baik secara kualitatif
lokasi adalah 8 jam disesuaikan dengan
maupun kuantitatif.
rata-rata aktivitas di luar ruangan dari
Data primer yang diperoleh
penduduk di keseluruhan lokasi. Frekuensi
dikuantifikasi dengan diuji secara statistik.
paparan (EF) yang digunakan adalah 365
Metode analisis faktor digunakan untuk
hari, sedangkan durasi terpapar (ED) adalah
memperkirakan sumber yang berkontribusi
selama 67,8 tahun yang merupakan rata-
mengemisikan partikulat. Software yang
rata usia harapan hidup penduduk Indonesia
digunakan adalah SPSS ver.11.5.
baik laki-laki maupun perempuan pada
Interpretasi dilakukan terhadap hasil yang
periode 2000-2005 (7).
diperoleh didasarkan atas unsur-unsur
Hasil dari perhitungan IEC merupakan
penanda pada profil sumber yang
gambaran yang akan merujuk pada estimasi
dikeluarkan oleh US EPA dan dilengkapi

40
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

rata-rata paparan polutan partikulat yang berbeda-beda sehingga paparan


terespirasi pada masyarakat selama kurun partikulat yang diperoleh juga relatif
waktu tersebut. Dengan demikian dapat berbeda.
dijadikan sebagai dasar untuk studi Pada umumnya responden yang
epidemiologi dengan menghubungkannya berada di areal depan kompleks perumahan
dengan data kejadian penyakit saluran terpapar partikulat terespirasi lebih banyak
pernafasan. karena bagian depan berbatasan langsung
dengan jalan raya Soekarno-Hatta. Di
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Cisaranten Wetan, kondisi yang terjadi tidak
Konsentrasi paparan partikulat jauh berbeda dengan di Aria Graha.
terespirasi pada empat lokasi penelitian Diperkirakan aktivitas dan posisi yang
dapat dilihat pada Tabel 1. Rentang berbeda antara tukang kebun dan satpam
konsentrasi paparan partikulat terespirasi cukup berpengaruh dalam paparan
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 partikulat yang diterima. Tukang kebun
menunjukkan selisih tertinggi untuk hari relatif berada dalam posisi yang sama
kerja diperoleh di Aria Graha yaitu sebesar sepanjang hari sedangkan satpam bertugas
134,55 dan terendah diperoleh di Dago berkeliling ke seluruh wilayah kompleks
Pakar sebesar 40,43. Untuk akhir pekan perumahan sehingga paparan yang diterima
selisih paparan tertinggi diperoleh di dapat lebih tinggi. Rata-rata konsentrasi
Cisaranten Wetan yaitu sebesar 83,95 dan paparan partikulat terespirasi tertinggi
terendah di Dago Pakar sebesar 25,18. diperoleh di Tegalega pada hari kerja yaitu
Adanya rentang konsentrasi tersebut dapat sebesar 83,28 μg/m3 dan di Cisaranten
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya Wetan pada akhir pekan sebesar 75,89
aktivitas responden, posisi responden, dan μg/m3. Hal tersebut dapat terjadi karena di
jarak dengan sumber pencemar. Responden Tegalega dipengaruhi berbagai aktivitas
di Dago Pakar relatif mempunyai aktivitas diantaranya aktivitas transportasi, kegiatan
yang sejenis, yaitu penjaga Tahura dan bengkel las, pengrajin kusen, serta aktivitas
tukang kebun, selain itu lokasi antara lainnya yang cukup banyak ditemui di
responden juga relatif berdekatan sehingga sekitar kawasan tersebut, sedangkan di
paparan yang diperoleh relatif tidak jauh Cisaranten wetan kemungkinan dipengaruhi
berbeda. Di Aria Graha aktivitas objek oleh berbagai aktivitas industri seperti
sampling diantaranya sebagai satuan industri furniture, pemintalan benang,
pengamanan, tukang becak, dan tukang barang logam, dan makanan.
gorengan. Masing-masing mempunyai posisi

Tabel 1. Konsentrasi paparan partikulat terespirasi


3 3
Rentang Konsentrasi (μg/m ) Rata-rata Konsentrasi (μg/m )
No Lokasi
Hari kerja Akhir pekan Hari kerja Akhir pekan
1 Tegalega 48,97 – 107,72 39,70 – 79,63 82,38 ± 19,50 56,98 ± 12,36
2 Aria Graha 22,58 – 157,13 43,03 – 110,49 67,93 ± 34,84 61,75 ± 21,73
3 Dago Pakar 21,30 – 61,73 37,65 – 62,83 51,30 ± 12,39 51,27 ± 8,41
4 Cisaranten wetan 26,85– 104,63 24,38 -108,33 72,65 ± 27,54 75,89 ± 31,26

41
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

Rata-rata konsentrasi terendah Unsur-unsur yang diidentifikasi dari


diperoleh di Dago Pakar baik pada hari kerja partikulat terespirasi di keempat lokasi
maupun akhir pekan yaitu sebesar 51,30 adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Na, Pb, Hg,
μg/m3 dan 51,27 μg/m3. Hal tersebut dapat black carbon (BC). Khusus di Cisaranten
dikaitkan dengan aktivitas antropogenik Wetan, pada hari kerja teridentifikasi unsur
yang cenderung lebih sedikit dibandingkan Ti yang tidak teridentifikasi di lokasi lain.
dengan kawasan lainnya. Perbedaan hari Kehadiran unsur Ti ini dapat dikaitkan
kerja dan akhir pekan tidak memberikan dengan adanya kegiatan pembongkaran
perbedaan yang signifikan terhadap tanah karena unsur Ti merupakan salah
paparan partikulat terespirasi yang diperoleh satu penanda dari tanah (4). Kegiatan
di ketiga lokasi lainnya selain di Tegalega. pembongkaran tanah terkait dengan tahap
Hal ini dapat terjadi karena selain aktivitas pembangunan beberapa cluster di kawasan
transportasi, di kawasan tersebut terdapat Cisaranten Wetan khususnya di sekitar
kegiatan-kegiatan lain seperti bengkel las, Pinus Regency yang lebih aktif beroperasi
pengrajin kusen yang lebih aktif beroperasi pada hari kerja. Konsentrasi unsur-unsur
pada hari kerja. Disamping itu di kawasan dalam partikulat terespirasi disajikan pada
tegalega terutama di sekitar jalan BKR dan Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan
jalan Moh. Toha terdapat aktivitas Gambar 4.
perkantoran, sehingga mempengaruhi Analisis faktor merupakan suatu
adanya jumlah kendaraan bermotor yang teknik reduksi data [9]. Teknik ini merupakan
relatif lebih tinggi karena keluar masuk sekelompok prosedur untuk menyisihkan
kawasan perkantoran. data yang melimpah dari suatu set variabel-
Perbedaan paparan yang diterima variabel yang berkorelasi dan
dapat juga disebabkan karena posisi merepresentasikan variabel-variabel
sebagai perokok pasif. Koistinen tersebut dengan variabel baru yang lebih
menyebutkan bahwa asap rokok adalah kecil, yang disebut faktor (10). Analisis
salah satu faktor kuat yang mempengaruhi interpretasi sumber terhadap hasil yang
paparan perseorangan untuk PM2,5 (8). diperoleh dari analisis faktor didasarkan
Perokok aktif akan terpapar PM2,5 hampir pada besarnya nilai loading tiap-tiap unsur/
tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa terhadap faktor baru yang
yang tidak merokok dan tidak terpapar asap terbentuk. Nilai loading dapat diartikan
rokok. Perokok pasif akan terpapar PM2,5 sebagai koefisien korelasi antara variabel
dua kali lebih besar dibandingkan dengan dengan faktor (9). Nilai loading yang lebih
yang tidak merokok dan tidak terpapar asap besar dari 0,5 dianggap signifikan meskipun
rokok. Meskipun demikian perlu dilakukan nilai yang lebih kecil masih dapat
kajian lebih lanjut mengenai hubungan berpengaruh terhadap sumber (10).
paparan asap rokok dan paparan partikulat Berdasarkan analisis faktor, diperoleh
terespirasi termasuk komposisi yang kemungkinan sumber yang diperkirakan
terkandung di dalamnya (8). berpengaruh dalam mengemisikan unsur-

42
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

unsur tersebut ke udara. Sumber pencemar terdapat faktor campuran dari sumber
yang diperkirakan berpengaruh terhadap pencemar, yaitu unsur tanah dan garam-
paparan partikulat terespirasi di kawasan garam laut (seasalt). Secara geografis, kota
Tegalega adalah campuran unsur tanah dan Bandung tidak berbatasan dengan laut, dan
unsur garam laut (Al, Mn, Cl, Na), memiliki jarak sekitar 180 km dari garis
kendaraan bermotor (Pb, Hg), dan pantai utara maupun selatan (13). Meskipun
pembakaran biomassa (BC, Cl). Unsur Hg demikian, tidak menutup kemungkinan
dapat berasal dari bahan bakar fosil. Salah kehadiran dari unsur penanda garam-garam
satu bahan bakar fosil tersebut adalah laut, karena pada dasarnya partikel halus
bahan bakar minyak seperti bensin dan dapat terdistribusi hingga mencapai ratusan
solar meskipun kandungan dalam produk- hingga ribuan kilometer, bahkan dapat
produk hasil sampingan minyak bumi ini melintasi batas negara (14). US EPA dalam
relatif kecil (11). Unsur Pb juga merupakan Fierro (15) juga menyebutkan bahwa jangka
penanda dari sumber kendaraan bermotor. waktu partikulat halus dapat bertahan di
Unsur Pb digunakan untuk menaikkan udara selama beberapa hari hingga
angka oktan sebagai upaya untuk beberapa minggu. Soedomo (13)
mengurangi ketukan pada mesin kendaraan. menyatakan bahwa aerosol yang berasal
Di Indonesia bensin yang mengandung dari laut dapat ditransportasikan oleh angin
timbal masih umum digunakan. Unsur Br ke daerah cekungan Bandung pada jarak
digunakan sebagai komponen pencampur yang dapat ditempuh dalam waktu kurang
dalam bensin bertimbal untuk mengeluarkan dari 12 jam dengan kecepatan angin
sisa timbal dari silinder mesin (12). Dengan minimum 4 m/s.
demikian keberadaan unsur Pb dan Hg Perkiraan terhadap sumber pencemar
dapat menjadi penanda sumber kendaraan yang berpengaruh di kawasan Aria Graha
bermotor. adalah unsur tanah (Al, Mn, Na), road dust
Unsur Al dan Mn merupakan unsur (Mn, Cl), dan kendaraan bermotor (Hg, Pb).
penanda dari sumber tanah. Manahan (12) Terdapat kegiatan konstruksi bangunan dan
menyebutkan bahwa unsur Al merupakan jalan yang menghubungkan antar kompleks,
unsur yang berasal dari tanah dengan di kawasan pemukiman Aria Graha ini serta
konsentrasi dalam partikulat udara dapat di kawasan pemukiman sekitarnya, serta
mencapai lebih dari 1 μg/m3, sedangkan kawasan ini berdekatan dengan jalan raya
mangan merupakan unsur tanah terutama Soekarno-Hatta sehingga dapat dipahami
dalam bentuk mangan oksida. Kehadiran apabila unsur-unsur yang ditemukan ada
unsur Na dengan nilai loading yang tinggi pengaruh dari aktivitas kendaraan bermotor,
dan diikuti dengan Cl, menandakan bahwa juga debu dari tanah dan jalan raya
dalam faktor pertama ini kemungkinan tersebut.

43
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

100 100
Rata-rata konsentrasi (ug/m3)

rata-rata konsentrasi (ug/m3)


10 10

1 1 hari kerja
Hari kerja akhir pekan
0.1 akhir pekan 0.1

0.01 0.01

0.001 0.001

0.0001 0.0001
l
Br n Al I Ti a
BC
g Pb

Ti

Pb
l
V C

g
BC
n

I
Br

C
Al
M N H

H
Unsur-unsur unsur-unsur

Gambar 1. Unsur-unsur kimia dalam partikulat Gambar 2. Unsur-unsur kimia dalam partikulat
terespirasi di Tegalega terespirasi di Aria Graha
100
Rata-rata konsentrasi (ug/m3)

10 100

Rata-rata Konsentrasi (ug/m3)


1 10

hari kerja 1
0.1
akhir pekan hari kerja
0.1
0.01 akhir pekan
0.01
0.001
0.001
0.0001
0.0001
Br M
n Al I V Cl Ti Na BC Hg Pb

Ti
l

Pb
I

g
n

BC
Br

V
Al

H
M
Unsur-unsur
Unsur-unsur

Gambar 3. Unsur-unsur kimia dalam partikulat Gambar 4. Unsur-unsur kimia dalam partikulat
terespirasi di Dago Pakar terespirasi di Cisaranten Wetan

Campuran unsur tanah dan garam kawasan ini mengingat adanya aktivitas
laut (Mn, Al, Na, Cl), sumber kendaraan wisata di kawasan Tahura Dago Pakar
bermotor (Pb, Hg), dan campuran faktor sehinga memungkinkan keluar masuk
sumber pembakaran biomassa dan road kendaraan bermotor.
dust (Mn, Cl, BC) diperkirakan menjadi Kegiatan industri (Mn, Al, Cl, I, BC),
sumber pencemar yang berpengaruh di insinerasi (Cl, Na, BC), dan pembakaran
Dago Pakar. Menurut Wirawan (16) bahwa bahan bakar minyak (Pb, V) diperkirakan
unsur tanah di Dago Pakar berkontribusi mempunyai pengaruh pada partikulat
sebesar 14% terhadap PM2,5. Kehadiran terespirasi di Cisaranten Wetan. Unsur V
unsur Cl dengan nilai loading yang cukup umumnya merupakan penanda dari
tinggi menunjukkan bahwa disamping unsur kegiatan industri juga kegiatan pembakaran
tanah juga ada campuran dengan unsur sea bahan bakar minyak (12). Unsur Pb selain
salt. Santoso et al. (4) menyebutkan bahwa menjadi pananda dari sumber kendaraan
faktor pembakaran biomassa untuk PM2,5 bermotor, juga dapat berasal dari
memberikan kontribusi sekitar 39% di pembakaran bahan-bahan yang
kawasan rural yaitu Lembang. Kawasan mengandung timbal dan bahan bakar fosil
Dago Pakar secara garis besar mempunyai seperti batubara yang kemungkinan
kemiripan karakteristik dengan kawasan digunakan pada proses industri. Kegiatan
Lembang tersebut. Sehingga untuk insinerasi dan pembakaran senyawa yang
pembakaran biomassa dapat berpengaruh mengandung organoklorin kemungkinan
terhadap unsur-unsur yang terkandung juga ditemukan pada pabrik-pabrik di sekitar
dalam partikulat terespirasi. Sumber kawasan tersebut. Hal ini diindikasikan
kendaraan bermotor juga ditemukan di dengan adanya unsur Cl dan BC.

44
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

Kendaraan bermotor mendominasi 18.433 unit, angkutan ringan (diesel)


kemungkinan sumber partikulat terespirasi di sebanyak 11.983 unit, dan angkutan berat
Kota Bandung. Hal tersebut diketahui dari (diesel) sebanyak 19.817 unit.
kemungkinan faktor sumber pencemar yang Pembakaran sampah (dapat
berasal dari kendaraan bermotor diperoleh termasuk di dalamnya pembakaran
pada tiga dari empat lokasi penelitian. biomassa) juga diperkirakan merupakan
Pernyataan ini didukung dengan kajian sumber yang cukup berpengaruh dalam
emisi oleh Kurniawan (17) yang emisi partikulat terespirasi. Kontribusi
menyebutkan bahwa untuk parameter SPM pembakaran sampah terhadap emisi SPM di
(suspended particulate matter) kontribusi Kota Bandung sebesar 14,6%. Menurut
yang diberikan sumber transportasi adalah Supriatno dalam Huboyo (19) emisi
sebesar 31,9%. BPLHD (18) menyebutkan partikulat dari proses pembakaran sampah
bahwa tingkat emisi untuk parameter PM10 adalah sebesar 594,3 kg/hari. Santoso
dan PM2,5 di Kota Bandung masing-masing mengungkapkan bahwa kontribusi
sebesar 1.112,9 ton/tahun (PM10), dan pembakaran biomassa terhadap PM2,5 di
1.030,4 ton/tahun (PM2,5). Nilai tersebut kota Bandung adalah sebesar 20% (4).
merupakan angka tingkat emisi tertinggi Selain dari faktor kendaraan bermotor
untuk PM10 dan PM2,5 jika dibandingkan dan pembakaran biomassa, faktor tanah
dengan parameter yang sama di Kota juga merupakan salah satu yang perlu
Cimahi, Kabupaten Bandung, dan diperhatikan sebagai faktor yang memiliki
Kabupaten Sumedang. kontribusi pada sumber partikulat terespirasi
Kontribusi sektor transportasi yang di kota Bandung. Santoso (4)
lebih dominan terhadap emisi polutan mengemukakan bahwa kontribusi faktor
khususnya partikulat di Kota Bandung terkait tanah dan debu jalan terhadap PM2,5 di kota
dengan jumlah kendaraan yang ada. Jumlah Bandung adalah sebesar 20%.
kendaraan di Kota Bandung menempati Kegiatan industri merupakan kegiatan
urutan tertinggi dibandingkan dengan kota yang kompleks dan melibatkan berbagai
lain di wilayah cekungan Bandung yaitu proses. Penggunaan bahan bakar, proses
Kabupaten Bandung, Sumedang, dan Kota insinerasi ataupun kegiatan pembakaran
Cimahi. Hal tersebut didasarkan pada data bahan baku dengan suhu tinggi umumnya
hasil survey Dinas Perhubungan (SAMSAT) terdapat pada kegiatan-kegiatan industri.
dalam BPLHD (18). Sepeda motor Kontribusi pencemaran udara di Kota
merupakan kendaraan dengan jumlah Bandung untuk parameter partikulat (SPM)
tertinggi di Kota Bandung yang mencapai dari sektor industri adalah sebesar 28,6%
355.266 unit, kendaraan penumpang (17). Kurniawan (17) juga menyebutkan
(berbahan bakar premium) sebanyak bahwa tingkat emisi untuk partikulat paling
166.820, kendaraan penumpang berbahan tinggi diemisikan oleh industri tekstil yaitu
bakar diesel sebanyak 21.733 unit, sebesar 613,73 ton/tahun, kemudian industri
angkutan ringan (premium) sebanyak makanan dan minuman (145,34 ton/tahun),

45
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

industri kertas, barang-barang dari kertas, masing-masing kawasan disajikan pada


dan sejenisnya (63,06 ton/tahun), industri Gambar 5. Pada Gambar 5 dapat dilihat
furnitur dan pengolahan lainnya (60,20 bahwa nilai IEC partikulat terespirasi yang
ton/tahun). Industri tekstil dan pengolahan diterima masyarakat yang beraktivitas di luar
tekstil merupakan industri yang cukup ruangan di Tegalega dan Cisaranten Wetan
banyak dijumpai di Kota Bandung. Di sekitar lebih tinggi dibandingkan di Aria Graha dan
kawasan Cisaranten Wetan terdapat sekitar Dago Pakar. Nilai IEC tertinggi pada hari
tujuh industri tekstil dan satu industri furnitur. kerja adalah di Tegalega sedangkan pada
Dengan demikian hal tersebut memperkuat akhir pekan diperoleh di Cisaranten Wetan.
dugaan mengenai adanya pengaruh faktor Nilai IEC terendah untuk kedua kategori hari
industri serta proses-proses yang terjadi di adalah di Dago Pakar.
dalamnya pada sumber paparan partikulat Nilai IEC merepresentasikan estimasi
terespirasi di kawasan industri Cisaranten rata-rata potensi paparan polutan yang
Wetan. diinhalasi selama kurun waktu 8 jam
Berdasarkan konsentrasi unsur-unsur aktivitas dengan asumsi 67,8 tahun paparan
di seluruh lokasi, unsur BC dan Cl relatif yang disesuaikan dengan usia harapan
merupakan unsur tertinggi dari partikulat hidup penduduk Indonesia. Sehingga
terespirasi, sedangkan unsur Na dan Pb dengan kondisi polutan partikulat terespirasi
relatif merupakan unsur dengan konsentrasi yang ada di masing-masing lokasi maka
terendah. Komposisi BC dapat mencapai penduduk yang beraktivitas di luar ruangan
10-40% dari fraksi massa dalam PM2,5 [20]. dengan asumsi waktu 8 jam setiap hari
Unsur Cl dan Na merupakan unsur penanda sepanjang hidupnya, diperkirakan
garam-garam yang berasal dari laut. berpotensi menghirup partikulat terespirasi
Komposisi Cl yang lebih tinggi kemungkinan sebesar:
menunjukkan bahwa keberadaan unsur Cl di - 26,89μg/m3 setiap hari kerja dan
3
Kota Bandung tidak hanya berasal dari 18,40μg/m setiap akhir pekan di
garam-garam laut, namun dapat juga dari Tegalega
aktivitas insinerasi, kegiatan industri dan - 21,93μg/m3 setiap hari kerja dan
3
proses-proses pembakaran senyawa- 20,39μg/m setiap akhir pekan di Aria
senyawa yang mengandung klor. Graha
- 16,56μg/m3 setiap hari baik hari kerja
3.1. Analisis Awal Resiko Kesehatan dan akhir pekan di Dago Pakar
Konsentrasi partikulat terespirasi dan - 23,46μg/m3 setiap hari kerja dan
3
nilai IEC dari partikulat terespirasi yang 24,50μg/m setiap akhir pekan di
diterima oleh masyarakat pada hari kerja di Cisaranten Wetan

46
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

30.00

25.00

20.00

IEC (ug/m3)
15.00

10.00

5.00

0.00
Tegalega Aria Graha Dago Pakar Cisaranten Wetan

Lokasi

Hari kerja Akhir pekan

Gambar 5. IEC partikulat terespirasi

Pada Gambar 6 dan Gambar 7 lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk


disajikan pola IEC pada hari kerja dan akhir yang beraktivitas di luar ruangan di
pekan berdasarkan pada rata-rata Tegalega, Aria Graha, dan Dago Pakar.
konsentrasi unsur yang terkandung dalam Hasil penelitian sebelumnya
partikulat terespirasi di masing-masing mengenai PM2,5 dan PM10 di Tegalega, Aria
lokasi. Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan
7 dapat diketahui bahwa untuk hampir menunjukkan bahwa di sebagian besar
semua unsur baik pada hari kerja maupun lokasi di Kota Bandung kondisi PM2,5 udara
akhir pekan estimasi paparan yang terhirup ambien belum melampaui baku mutu harian
paling tinggi didominasi oleh Cisaranten (21). Namun demikian hal ini tidak dapat
Wetan. Hal ini disebabkan rata-rata dijadikan patokan bahwa kualitas udara di
konsentrasi sebagian besar unsur-unsur di Kota Bandung selalu dikatakan baik,
kawasan ini relatif lebih tinggi dibandingkan melainkan perlu dijadikan suatu peringatan
dengan di kawasan lainnya. Estimasi dini untuk melihat konsentrasi tersebut
paparan yang terhirup dari unsur-unsur dalam pemantauan jangka panjang agar
dalam partikulat terespirasi terendah untuk dapat dilihat dan dibandingkan dengan baku
sebagian besar unsur diperoleh di Dago mutu tahunan. Kecenderungan beban emisi
Pakar. Dengan demikian dapat disimpulkan yang terus meningkat serta kondisi topografi
bahwa penduduk yang beraktivitas di luar Kota Bandung yang dikategorikan tidak
ruangan di kawasan Tegalega pada hari berventilasi baik (13) memungkinkan
kerja dan Cisaranten Wetan berpotensi terjadinya penurunan kualitas udara Kota
terpapar polutan partikulat terespirasi lebih Bandung dari waktu ke waktu. Oleh karena
tinggi dibandingkan penduduk yang itu diharapkan pemantauan dan penelitian
beraktivitas di luar ruangan di Aria Graha mengenai kualitas udara di Kota Bandung
dan Dago Pakar. Untuk sebagian besar khususnya kondisi yang diterima
unsur-unsur kimia yang diidentifikasi, masyarakat sebagai reseptor penting untuk
penduduk yang beraktivitas di luar ruangan dilakukan secara intensif dan menerus.
di Cisaranten Wetan berpotensi terpapar

47
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

10.000000 Br
10.000000 Br
Mn
1.000000 Mn
Al 1.000000
Al
0.100000 I
IEC (ug/m3)

0.100000 I

IEC(ug/m3)
V
0.010000 V
Ti
0.010000 Ti
0.001000 Cl
Na Cl
0.001000
0.000100 BC Na

Hg 0.000100 BC
0.000010
Pb Hg
Tegalega Aria Graha Dago Pakar Cisaranten 0.000010
Wetan Tegalega Aria Graha Dago Pakar Cisaranten Pb

Lokasi Wetan

Lokasi

Gambar 6. IEC unsur-unsur kimia Gambar 7. IEC unsur-unsur kimia


pada hari kerja pada akhir pekan

Secara umum arah angin di Kota tentang paparan partikulat terespirasi ini,
Bandung didominasi dari arah barat menuju maka dapat diambil suatu kesimpulan
arah timur sehingga dimungkinkan sebagai berikut:
terjadinya transboundary polutan. Hal 1. Paparan partikulat terespirasi tertinggi
tersebut dapat menjelaskan fenomena diperoleh di Tegalega pada hari kerja
diperolehnya dominasi konsentrasi unsur- dan Cisaranten Wetan pada akhir
unsur dalam partikulat terespirasi lebih tinggi pekan. Paparan terendah diperoleh di
di Cisaranten Wetan dibandingkan dengan Dago Pakar sebagai kawasan bersih
kawasan lainnya dan memungkinkan bahwa pada hari kerja maupun akhir pekan.
kehadiran unsur pencemar tidak hanya 2. Unsur-unsur kimia yang terkandung
berasal dari sumber-sumber lokal melainkan dalam partikulat terespirasi di seluruh
dapat berasal dari sumber di kawasan lain. lokasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl,
Konsentrasi unsur Pb yang diterima Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC).
oleh masyarakat dalam penelitian ini relatif Sebagian besar konsentrasi tertinggi
masih sangat kecil, hal tersebut dapat dari unsur-unsur tersebut diperoleh di
dijelaskan karena sejak Juli 2006 kota kawasan industri Cisaranten Wetan.
Bandung telah menggunakan bahan bakar Unsur Cl dan BC menempati komposisi
tanpa timbal. Namun demikian konsentrasi tertinggi dari keseluruhan unsur yang
Pb di udara terutama yang diterima diidentifikasi dalam partikulat terespirasi,
masyarakat sebagai reseptor perlu dipantau sedangkan unsur Na dan Pb menempati
secara intensif dan kontinyu, sebab komposisi terendah.
kenaikan konsentrasi Pb baik di udara 3. Sumber pencemar yang diperkirakan
maupun yang terhirup oleh masyarakat berpengaruh terhadap paparan
dapat terakumulasi dalam tubuh serta partikulat terespirasi di kawasan
menimbulkan dampak yang cukup Tegalega adalah tanah, kendaraan
berbahaya bagi kesehatan. bermotor, garam laut, dan pembakaran
biomassa. Perkiraan terhadap sumber
4. KESIMPULAN pencemar yang berpengaruh di
Berdasarkan hasil dari penelitian kawasan Aria Graha adalah tanah, road

48
Karakteristik Kimia Paparan Partikulat Terespirasi
(Noneng Dewi Zannaria) ISSN 1411 - 3481

dust, dan kendaraan bermotor. 4. Santoso M, Diah DL, Achmad H, Lenny


Campuran unsur tanah dan garam laut, K. Konsentrasi PM2,5 dan PM10 udara
sumber kendaraan bermotor, dan ambien di Bandung dan Lembang tahun
campuran faktor sumber pembakaran 2000 – 2006, Prosiding Seminar
biomassa dan road dust diperkirakan Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
menjadi sumber pencemar yang PTNBR BATAN, Bandung, 2007.
berpengaruh di Dago Pakar. Kegiatan 5. Bappennas. Strategi dan rencana aksi
industri, insinerasi, dan pembakaran lokal kota Bandung untuk peningkatan
minyak diperkirakan mempunyai kualitas udara perkotaan. Bandung:
pengaruh dominan pada partikulat Bappenas; 2006
terespirasi di Cisaranten Wetan. 6. Foster SE. Human intake. Dalam: Toxic
4. Penduduk yang beraktivitas di luar air pollutions hand book. Patrick DR.
ruangan di kawasan Tegalega pada hari Van Nostrand Reinhold Editor. New
kerja serta Cisaranten Wetan sebagai York; 1994
kawasan keramaian transportasi dan 7. Statistik Indonesia.
industri berpotensi terpapar polutan http://www.datastatistik_indonesia.com,
partikulat terespirasi lebih tinggi didownload pada 14 Februari 2008
dibandingkan dengan penduduk yang 8. Koistinen K. Exposure of an urban adult
beraktivitas di Aria Graha dan Dago Population to PM2,5. Academic
Pakar. Untuk sebagian besar unsur- dissertation. University of Kuopio
unsur kimia yang diidentifikasi, Finland 2002.
penduduk yang beraktivitas di luar http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/mat/fysi
ruangan di Cisaranten Wetan berpotensi k/vk/kousa/ pm25andn.pdf, didownload
terpapar lebih tinggi dibandingkan pada 2 Juni 2007
dengan penduduk yang beraktivitas di 9. Garson GD. Factor analysis 2007.
luar ruangan di Tegalega, Aria Graha, http://www.chass.ncsu.edu/garson/pa76
dan Dago Pakar. 5/factor.htm didownload pada 19
Januari 2008
5. DAFTAR PUSTAKA 10. Mauliadi YD. Identifikasi sumber
1. Cooper CD, Alley FC. Air pollution pencemar partikel halus dan partikel
nd
control a design approach. 2 edition. kasar di kota Bandung menggunakan
Illionis : Waveland Press Inc; 1994. analisis faktor. Tugas akhir program
2. Soemirat, Juli. Toksikologi lingkungan. sarjana Teknik Lingkungan. Institut
Yogyakarta : Gadjah Mada University Teknologi Bandung; 2004
Press; 2003 11. European Commission. Mercury
3. Mutius E Von. Air pollution and upper emissions from natural and
respiratory symptoms in children from anthropogenic sources. Dalam :
East Germany. Eur Respir J 1995; 8: Position paper on mercury 2001.
723-8 http://ec.europa.eu/environment/air/pdf/p

49
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology
Vol. IX, No. 1, Februari 2009: (37-50) ISSN 1411 - 3481

p_mercury1.pdf. didownload pada 24 kawasan cekungan Bandung. Tesis


Agustus 2007; 1-4 Program Magister Teknik Lingkungan
12. Manahan SE. Toxicological Chemistry. Institut Teknologi Bandung; 2006
nd
2 edition. USA: Lewis; 1992 18. BPLHD Provinsi Jawa Barat. Inventori
13. Soedomo M. Kumpulan karya ilmiah emisi kendaraan bermotor di provinsi
mengenai pencemaran udara. Bandung: Jawa Barat. LPPM-ITB. BPLHD Jabar,
Penerbit ITB; 2007 Bandung; 2005
14. US EPA 1999. Air quality criteria for 19. Huboyo HS. Studi kontribusi sumber
particulate matter vol I EPA 600/P- pencemar partikel halus dan kasar di
99/0024. http://www.epa.gov, udara ambien kawasan Bandung
didownload pada 25 Desember 2007 dengan chemical mass balance studi
15. Fierro M. Particulate matter 2000. kasus Tegalega dan Dago Pakar. Tesis
http://www.Air_updates/particulatematter Program Magister Teknik Lingkungan
-singspace.htm. didownload pada 2 Institut Teknologi Bandung; 2003
Juni 2007 20. Cohen DD. The measurement and
16. Wirawan SMS. Penentuan kontribusi sources of fine particle elemental carbon
sumber pencemar dalam upaya at several key sites in NSW over the
pengendalian kualitas udara ambient di Past Eight Years. 15th International
kota Bandung menggunakan metode Clean Air Conference. Sydney: 2000;
positive matrix factorization (PMF). 485-90
Tesis Program Magister Teknik 21. Anonymous. Pemerintah Republik
Lingkungan Institut Teknologi Bandung; Indonesia. PP nomer 41 tahun 1999.
2004 Peraturan pemerintah mengenai baku
17. Kurniawan E. Inventori emisi (Emission mutu udara ambien nasional.
Inventory) pencemaran udara di

50

Anda mungkin juga menyukai