Anda di halaman 1dari 65

PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
TAHUN 2008 – 2028

BUKU RENCANA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
2008
PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
TAHUN 2008 – 2028
200000 225000 250000 275000 300000

PENYUSUNAN (RTRW)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
P. VATNGARU W P. VATNIV
P. VATVYAH
S
# P. VATVAN GAN
Wairat

KABUPATEN MALUKU TENGGARA


S Wair
# S
#
Soin P. VATNAMR OA

S Ohoiraut
#
Haar GPM #S

S
#
S Hoor Is lam
#
Hoor Kristen
Haar RK#S

Haar Ohoimel
TAHUN 2009 - 2028
S
#
SLaar
# Haar Ohoiwait
Wasar #S
SLaar
# S
#
Ohoibab Ur #S
KECAMATAN Ohoimajang Protes tan
S
#
Gambar 1.1
PETA WILAYAH PERENCANAAN
SAdwear
#
P. DULLAH UTARA S
# Ohoimajang Is lam
SMun
# Werfan S
# Langgiar Har
S Mun
# Ohoitadiun S
# Renfan Islam
Fanwaf
S Mun Ngurditwain
# S
#
S
# Renfan GPM N
# Mun Kahar
S
S Mun
# Es oy SRenfan
# RK

9400000
9400000

S
# Mun Ohoir
KECAMATAN S Uwat Reyaan
# S
# Banda Eli
W E
TAYANDO TAM P. L OATAIN
P. O HOI MAS S Uwat Air
# S
# Suku 80
S
#
Uwat S Suku
# 30
S#S Ngurwalek
4 0 4 8 KM
P. RU EN #
Hanggur S
# Banda Ui S
P. BAIR Banda Efruan
S
#
P. SUA S Watlar
#

KOTA TUAL P. KEI BESAR S


# Ohoi Faruan

Lagenda :
P. RU MADAN S Ohoifau
#

S
# SHOLAT
#
P. RU MADAN LAER Ohoituf
S Holat
# RK
Administrasi
P. ADR ANAN
P. BALAMIN S
# Faa
Tamedan #
S SHok o
#
S
# Dangarat
KECAMATAN Kabupaten/Kota Sungai
LeeBetawi
S
# S
# Difur KEI BESAR Hollay
Kecamatan
Yamru P. DU ROA
Wer Frafaf S
#
S
# S
#
SOhoiwir in
#
Langgiar
NERONG

S
# P. ER

Jaringan Jalan
P. MOAN UHAYANAT S
# Dulah S
#
Ohoiel #S P. NG OD AN S Wer Ohoinam
#
Tuburngil
P. TAYANDO P. L ORBI
P. WARATNEU S Ngadi
# S
# Ngat
[
% Ibu Kota Kabupaten
P. UT
P. BEO R Ubur#S #
S Sirbante S
# Kilwair
S
#
Ut Wastin KECAMATAN
SELAT

P. UBUR
P. DULLAH S
#
Tj Ngidun Ohoitahit S
#
# Ohoitel
S
S
#
Elralang
S Soinrat
#
S Yamtim ur
#
KEI BESAR #
Y Ibu Kota Kecamatan
S Sitnehoy
#
UTARA TIMUR
P. KRAN S
#
S
# P. MAR DOKS AR WA #
S Fiditan Reyamru
Desa
Dudunwahan S Laikam or
# S Ngurdu
#
S
# Yamteel Ohoider P. SA WER
P. KARO DI S Wakol
#
#
S Watraan
#
Tawun#S SLetman
# P. DITANL OY#
S Mangon S Fako
#

Dusun
S
# S
#
P. HANI AR P. NG AF # Dum ar
S P. NU HUYANAN P. NG IRU S Wakatr an
# (X
P. FAIR P. IVAT
[ TUAL
%
KECAMATAN Kei Besar
Depur
9375000

P. VATNGER IT
S
#
9375000

P. REE L AAI
S
# SOhoilim
#
P. DULLAH SELATAN
P. WAL IR S
#

Kei Besar Selatan


Watdek Karkait S
# ELAT #S Wulurat
Kalanit
Ohoililir S
# Laon#S Kols
S
# LANGGUR [#S
% Daftel S
#
KECAMATAN er
S
# P. KALVI K Udar #S S
#
Rahareng B awah #S Ngabaheng
S
#
Kei Besar Utara Timur
P.P. KEI KECIL
P. VATLEU BAD MAR
Ngurbloat #S Ngilgof Werlilir Ohiwang #S #SOhoinangan
P. REE KO T P. VATLEU TARANAN Faan S
#
Har angur#S Fangamas#S Yamtel Kei Kecil
Kei Kecil Barat
P. HAEH Werka#S S Waur
#
SNam ar
# Ngufit #Satas
Kei Kecil Timur
Tj A merika S Ngufit bawah
#
P. NUN NYA P. LESMANUK # Salayar
S
P. WATLU S
P. NUSR EEN P. OH OIW A Larngangas
S
# P. NUH URU Wetuar SOhoiel
#
S
#
Sathean#S
Kedalaman Laut (dpl)
P. NAI
P. SYAHADAT P. VERKUKU R P. ANAN
P. WATO KMAS Debut P. DAAR

100
P. HO AT
S Rumah
# Dia n
S
#
S UVA
#
P. NG URNG Dian Darat
S PULAU
# Mataholat
P. AMUT P. DIAN
S
# S
# Ohoiwait
200
P. WARH U STetoat
#
P. L EA
P. KEI KECIL P. NUH UTU WAU
P. NU RA
KABUPATEN
S
# Letvuan Ibra #S
Ner ong 400
S
# Ohoirenan MALUKU TENGGARA
500
S
#
P. LI K S
#
Ngabub Dis uk
P. TANGW AI N P. VATKABA
S
#

800
P. MASULAR
S
# Evu Semawi#S P. ARAN LAAI
S Rev av
P. TARWA Wab
P. LABU LIN S
# # S Larat
#
P. ARAN KO T
Wain S
#
Iso
P. WAHA
S #
# S Tamangil Nuhuten
S
# Waha Wain Baru S
# SWEDUAR
#
P. WARBAL S RUMAAT
# Tamangil Nuhuyat
P. VATH ABO
S
# S
# Warwut
Warbal Raat S
# P. VATROAO HOI
Tutr ean S
#
S
# Manir # OHOIRA
S Watgon S
# P. VATSLOM

S
# Ohoiren S Yavawun
# S Sather
#
P. VATMANI R # Abean
S
S Hak o
P. UR
P. MANIR S
# #
Mastur Lama
S
# Somlain P. DIVIN
9350000
9350000

S
#
Marvun S
#
Ohoilus
Yatfaf S
# S
# Mastur Baru S Ngurko
#
S
# Ohoinol
# Garara
S P. NASUL AR

P. NUH UTA P. WITIR Matwair#S S


#
S Ngurvul
#
Soindat KECAMATAN
Mar S
# Elar Leet S
# SKilwat
#
Ohoider Tutu#S S
# Sungai KEI BESAR SELATAN
P. FAR
S
# S
# Elar Lamagorong SNgafan
#
Ohoider #S Uf #
S
S Ngursoin
# SWafol
Tom
S
# SLum efar
#
#
Rer ean Sumber :
Danar
S
# Terante Fer#S 1. Peta RBI Bakosurtanal Tahun 2006
KECAMATAN Ohoiseb Langgiar Fer#S 2. Citra Landsat Tahun 2007
KEI KECIL BARAT S Uat 3. RDTR Wilayah Pesisir dan PPK Tahun 2007
P. NUH UYANKO
#
S Ohoilean
#
S Ngan
#
4. RTRW Kab. Maluku Tenggara Thn. 2005-2015
Watkidat #S
Weduar Fer#S
5. RTRW Provinsi Maluku Thn. 2005 - 2025
6. Peta Batimetri - Dishidros Tahun 2004
P. WAR
P. NG IRIT

P. SIL AAR
Tj Weduar Fer 7. P3G Bandung, Tahun 2004
Tanimbar k ei S
#
S
#
Mun
KECAMATAN 8. Hasil Pengukuran GPS Tim DataBase
KEI KECIL TIMUR 119 °20 ' 124 °40 ' 130 °00 ' 135 °20 ' 140 °40 '
P. TANIMBAR KEI

LAU T A R A FU RU
0°40 ' 0°40 '

200000 225000 250000 275000 300000

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 4°40 ' 4°40 '

( B A P P E D A)
Jln. Raya Gajah Mada No. 01 Tual - Maluku Tenggara
119 °20 ' 124 °40 ' 130 °00 ' 135 °20 ' 140 °40 '

I-5

BUKU RENCANA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


KABUPATEN MALUKU TENGGARA
2008
KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-


Undang Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa paling
lambat Tahun 2010 semua Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten diharapkan telah
menyesuaikan dengan amanat UU Nomor 26 Tahun 2007. Beberapa hal penting dalam
dokumen RTRW yang perlu disesuaikan dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 antara lain
meliputi dimensi waktu perencanaan, visi dan tujuan penataan ruang wilayah, aspek
kebencanaan dan daya dukung lingkungan, komposisi penggunaan lahan, peristilahan penataan
ruang, serta keberadaan insentif dan diinsentif yang jelas dalam kegiatan penataan ruang
wilayah.

Penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara 2008-2028 sangat penting untuk


memenuhi ketentuan UU Nomor 26 Tahun 2007 dan untuk menindaklanjuti terjadinya
perubahan batas-batas wilayah perencanaan karena terbentuknya Kota Tual sehingga RTRW
yang ada perlu segera disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Buku Rencana ini merupakan bagian akhir dari proses penyusunan RTRW Kabupaten
Maluku Tenggara 2008-2028. Dokumen RTRW ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar
untuk melaksanakan pembangunan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara sehingga dapat
lebih terarah dan mampu mendorong percepatan pembangunan di wilayah Kabupaten Maluku
Tenggara.

Desember, 2008

Bappeda Kabupaten Maluku Tenggara

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………….……………………………….………. i
Daftar Isi………...……………………………………...………………...….....……. ii
Daftar Tabel..………………………………………………………………………… vii
Daftar Gambar……………………………………………………………..……….... x

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………….……………………….. 1
1.1 Latar Belakang……..………………………..…..…..………………….. 1
1.2 Tujuan dan Sasaran……..………………………....……..……………… 2
1.2.1 Tujuan……..…......……………………..……..........…………. 2
1.2.2 Sasaran……......…..……………………..……..….......………. 2
1.3 Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten……......…...…....…… 2
1.4 Kedalaman Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten......…… 2
1.5 Muatan dan Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan.….....…....……......... 3
1.5.1 Muatan……......…....................................................…............... 3
1.5.2 Ruang Lingkup…....................................................…....………. 3
1.6 Metodologi dan Ruang Lingkup Analisis...........................…....………... 3
1.7 Sistematika Laporan…..........................................................…....………. 9
1.8 Dasar Hukum…......................................................................…....……... 10
1.9 Ketentuan Umum….............................................................…....……….. 10

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN DAN ANALISIS LINGKUNGAN


STRATEGIS…....................................................................…....………. 13
2.1 Kedudukan Kabupaten dalam Lingkup Global......................…....…..…. 13
2.1.1 Tinjauan Terhadap KESR AIDA dan BIMP-EAGA…....…...... 14
2.1.2 Nilai Strategis Kawasan........................................….......…..… 17
2.2 Kedudukan Kabupaten dalam Lingkup Nasional.................….......…..… 17
2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.................….......…..… 17
2.2.2 Tatanan Transportasi Nasional...............................….......…..… 21
2.2.3 Rencana Induk Pariwisata Nasional.......................….......…..… 21
2.2.4 Rencana Tata Ruang Laut dan Pulau-Pulau Kecil.....…..……… 22
2.2.5 Nilai Strategis Kawasan.........................................….......…..… 25
2.3 Kedudukan Kabupaten dalam Lingkup Provinsi..................….......…..… 25
2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Maluku.................…..........................................................…....... 25
2.3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku................…...... 26
2.3.3 Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Maluku................…...... 26
2.3.4 Tata Guna Hutan Kesepakatan................…................................. 31
2.3.5 Nilai Strategis Kawasan..........................…................................. 31
2.4 Peluang dan Tantangan Pengembangan...............................….......…..…. 31
2.4.1 Peluang..........................….......…..........................................….. 31
2.4.2 Kendala Pengembangan............…..........................................…. 32

ii
BAB 3 ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN WILAYAH............................ 33
3.1 Tata Ruang dan Lahan.............................…............................................. 33
3.1.1 Kesesuaian Lahan......................…..........................................…. 33
3.1.2 Pemanfaatan Lahan......................…......................................….. 33
3.1.3 Ketersediaan Lahan.......................…......................................…. 35
3.1.4 Carrying Capacity......................….........................................…. 35
3.1.5 Perkembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan.................…. 37
3.2 Sumber Daya Air.....................................…............................................... 37
3.2.1 Potensi dan Peluang Pengembangan Sumber Daya Air.….......... 37
3.2.2 Kebutuhan Sumber Daya Air....…..........................................…. 38
3.2.3 Peluang Pengembangan Sumber Daya Air.............................… 38
3.3 Kerawanan dan Risiko Bencana Alam....…............................................... 38
3.3.1 Kerawanan dan Risiko Bencana Gempa.................................…. 38
3.3.2 Kerawanan dan Risiko Bencana Tsunami.................................... 44
3.3.3 Kerawanan dan Resiko Bencana Banjir..................................…. 49
3.3.4 Kerawanan dan Resiko Bencana Longsor...............................… 51
3.4 Ekonomi Wilayah....................................…...........................................… 54
3.4.1 Pertumbuhan Ekonomi..............…...........................................… 54
3.4.2 Investasi dan Pembiayaan..............….....................................…. 55
3.4.3 Struktur Ekonomi...........................…......................................… 55
3.4.4 Permasalahan yang Dihadapi....…............................................ 79
3.5 Prasarana Wilayah...................................…............................................... 79
3.5.1 Transportasi...........................…................................................... 79
3.5.2 Energi....................................…...............................................… 81
3.5.3 Sumber Daya Air..................…...............................................…. 82
3.5.4 Telekomunikasi.....................…...............................................… 83
3.6 Fasilitas Permukiman..........................…................................................... 83
3.6.1 Permukiman..........................…...............................................…. 83
3.6.2 Kesehatan..............................…...............................................… 84
3.6.3 Pendidikan.............................…...............................................… 85
3.6.4 Perekonomian........................….................................................. 86
3.6.5 Peribadatan............................…................................................... 86

BAB 4 TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG... 87


4.1 Tujuan dan Azas Penataan Ruang.......….................................................. 87
4.1.1 Tujuan...................................…...............................................…. 87
4.1.2 Azas......................................….................................................... 87
4.2 Kebijakan Umum Pengembangan.......…................................................... 88
4.2.1 Kebijakan Umum Pengembangan Ekonomi............................… 88
4.2.2 Kebijakan Umum Pengembangan Penduduk..........................… 88
4.2.3 Kebijakan Umum Pembangunan.......…...................................... 89
4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang........................... 90
4.3.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Perkotaan.......... 90

iii
4.3.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Sarana dan
Prasarana......................................…............................................ 91
4.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang.................................. 91
4.4.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung.......... 92
4.4.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya........ 93
4.4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis......... 94
4.4.4 Pengembangan Agro-Marine Culture.......................................... 95

BAB 5 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH................................... 101


5.1 Umum......................................…............................................................... 101
5.2 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan........................... 101
5.2.1 Kriteria Pengembangan Sistem Perkotaan..............................… 101
5.2.2 Pembagian Wilayah Pembangunan.............................................. 104
5.2.3 Sistem Hirarki Perkotaan......................................................…… 104
5.3 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Transportasi....................... 108
5.3.1 Kriteria Pengembangan Sistem Transportasi.......................…… 108
5.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat..............… 110
5.3.3 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Laut..............…… 111
5.3.4 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara...............… 112
5.3.5 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Pipa..............…… 112
5.4 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Energi.........................…… 112
5.4.1 Kriteria Pengembangan Sistem Energi.................................…… 112
5.4.2 Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan Kabupaten
Maluku Tenggara.................................................................…… 117
5.4.3 Rencana Pengembangan Jaringan Bahan Bakar Minyak......…. 117
5.4.4 Rencana Pengembangan Sistem Energi Alternatif..................… 118
5.5 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Sumber Daya Air...........… 118
5.5.1 Kriteria Pengembangan Sistem Sumber Daya Air......….........… 118
5.5.2 Rencana Pengembangan Sistem Irigasi......................….........… 122
5.5.3 Rencana Pengembangan Sistem Drainase...................….........… 122
5.5.4 Rencana Pengembangan Sistem Air Bersih...........................… 124
5.6 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Telekomunikasi...........…. 125
5.6.1 Kriteria Pengembangan Sistem Telekomunikasi.......…..........… 125
5.6.2 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi...............… 125
5.7 Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Pengelolaan Lingkungan... 128
5.7.1 Kriteria Pengembangan Sistem Persampahan............…..........… 128
5.7.2 Rencana Sistem Pengelolaan Persampahan.............................… 130
5.7.3 Rencana Sistem Pengelolaan Limbah...........................…......… 132
5.8 Rencana Pengembangan Sarana Permukiman.........................…..........… 134
5.8.1 Rencana Pengembangan Perumahan..........................…..........… 134
5.8.2 Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan...............…..........… 135
5.8.3 Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan..............…..........… 135
5.8.4 Rencana Pengembangan Sarana Perdagangan...............….......... 135
5.8.5 Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan...........................… 136

iv
BAB 6 RENCANA POLA RUANG WILAYAH............................…..........… 137
6.1 Umum.......................................................................................…..........… 137
6.2 Rencana Pengembangan dan Kriteria Kawasan Lindung.................….… 137
6.2.1 Rencana Kawasan Lindung yang Melindungi Bawahannya…… 137
6.2.2 Rencana Kawasan Perlindungan Setempat…..........................… 140
6.2.3 Rencana Kawasan Cagar Alam dan Suaka…...........................… 141
6.2.4 Rencana Zonasi Kawasan Rawan Bencana….........................… 142
6.3 Rencana Pengembangan dan Kriteria Kawasan Budidaya....................… 145
6.3.1 Rencana Pengembangan Kawasan Pertanian..............….........… 147
6.3.2 Rencana Pengembangan Kawasan Perkebunan.......................… 150
6.3.3 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman......................… 151
6.3.4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan.........................… 153
6.3.5 Rencana Pengembangan Kawasan Jasa dan Perdagangan.......… 156
6.3.6 Rencana Pengembangan Kawasan Hutan Produksi................… 157
6.3.7 Rencana Pengembangan Kawasan Industri..............................… 158
6.3.8 Rencana Pengembangan Kawasan Perikanan dan Kelautan........ 159
6.3.9 Rencana Pengembangan Kawasan Pariwisata.........................… 164
6.3.10 Rencana Pengembangan Kawasan Pertambangan...................… 168
6.3.11 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara...... 168

BAB 7 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS..........… 173


7.1 Umum............….....................................................................................… 173
7.2 Rencana Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi..............................… 173
7.3 Rencana Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan..........................… 180
7.4 Rencana Kawasan Strategis Sosial Budaya...........................................… 183

BAB 8 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG..............................................… 187


8.1 Umum........................…............................................................................. 187
8.2 Ruang Lingkup Program Utama............................................................... 187
8.3 Indikasi Program Utama (Matriks Indikasi Program) ..........................… 188

BAB 9 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG................. 205


9.1 Umum........................…............................................................................. 205
9.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang............................................................. 205
9.2.1 Prosedur Pelaksanaan Peraturan Zonasi...................................... 205
9.2.2 Prosedur Perubahan Pemanfaatan Ruang..................................... 206
9.3 Arahan Ketentuan Umum.......................................................................... 206
9.3.1 Ketentuan Umum Sistem Perkotaan............................................. 206
9.3.2 Ketentuan Umum Sistem Transportasi......................................... 216
9.3.3 Ketentuan Umum Sistem Jaringan Energi................................... 219
9.3.4 Ketentuan Umum Sistem Jaringan Telekomunikasi.................... 220
9.3.5 Ketentuan Umum Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air. 221
9.3.6 Ketentuan Umum Kawasan Lindung........................................... 221
9.3.7 Ketentuan Umum Kawasan Budidaya......................................... 226

v
9.4 Ketentuan Perijinan.................................................................................... 232
9.5 Ketentuan Insentif dan Disinsentif............................................................. 234
9.6 Arahan Sanksi........................................................................................… 236

BAB 10 ARAHAN PENGELOLAAN RISIKO BENCANA..........................… 239


10.1 Umum........................…............................................................................. 239
10.2 Manajemen Risiko Bencana Gempa......................................................... 243
10.3 Manajemen Risiko Bencana Tsunami...................................................... 245
10.4 Manajemen Risiko Bencana Banjir........................................................... 247
10.5 Manajemen Risiko Bencana Longsor........................................................ 248

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Ruang Lingkup Substansi Analisis….…..………..…….…………..… 5

Tabel 2.1. Sistem Perkotaan di Provinsi Maluku….…..……….......…………..… 19


Tabel 2.2. Kawasan Andalan di Provinsi Maluku….…..……….....…………..… 19
Tabel 2.3. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Maluku…….....…………..… 20
Tabel 2.4. Pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan Penumpang…… 29
Tabel 2.5. Pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan Barang….......… 29
Tabel 2.6. Peningkatan Peran Moda 10 Tahun Ke Depan…....….....…………..… 29
Tabel 2.7. Moda Unggulan berdasarkan Orientasi Gate…....….......…………..… 30
Tabel 2.8. Orientasi Prasarana dan Pengembangan….…..……........…………..… 30

Tabel 3.1. Analisis Kebutuhan Air Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
di Kabupaten Maluku Tenggara 2008 - 2028….…..……......………… 37
Tabel 3.2. Distribusi Episenter dan Frekuensi Gempa Bumi di Kab. Maluku
Tenggara Tahun 2002 - 2007…....................…..…….....…………..… 43
Tabel 3.3. Distribusi Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara.. 44
Tabel 3.4. Rekapitulasi Luasan Kelas Kelerengan Masing-Masing Kecamatan
di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2007…..…….....…………..… 53
Tabel 3.5. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Kab. Maluku
Tenggara Menurut Kecamatan Tahun 2007…..…….....…………....… 57
Tabel 3.6. Produksi Ikan Berdasarkan Jenis di PPN Tual Tahun 2002-2006.....… 59
Tabel 3.7. Jumlah Armada Perikanan Tangkap Berdasarkan Klasifikasi di
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2006…......…….....…………..… 60
Tabel 3.8. Jumlah Alat Tangkap Berdasarkan Jenisnya Menurut Wilayah di
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2006…......…….....…………..… 61
Tabel 3.9. Jumlah Nelayan dan Kelompok Nelayan di Kabupaten Maluku
Tenggara Tahun 2006…………....................…..…….....…………..… 62
Tabel 3.10. Jumlah Komoditas Perikanan yang Dipasok Menurut Asalnya
ke Pasar-Pasar (termasuk pasar Kota Tual) .…..…….....…………..… 63
Tabel 3.11. Potensi Komoditas Laut yang dapat Dikembangkan Melalui Usaha
Budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara.…..…...….....…………..… 65
Tabel 3.12. Urutan Kelayakan Pengembangan Obyek Wisata di Maluku Tenggara 78

Tabel 4.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung…..……..… 92


Tabel 4.2. Kebijakan dan Strategi Kawasan Budidaya.…..…......….....………..… 93
Tabel 4.3. Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis.…......…...….....………..… 94

Tabel 5.1. Standar Hirarki Lingkungan Permukiman.…......…...….....………..… 103


Tabel 5.2. Analisis Skalogram untuk Penentuan Hirarki Kota-Kota di Kabupaten
Maluku Tenggara.….............................................…...….....………..… 106
Tabel 5.3. Hirarki dan Fungsi Kota-Kota di Maluku Tenggara...….....………..… 106

vii
Tabel 5.4. Klasifikasi Fungsi dan Status Jaringan Jalan.........….....…......……..… 110
Tabel 5.5. Kriteria Pengembangan Jaringan Energi Listrik.........….....………..… 117
Tabel 5.6. Periode Ulang Desain untuk Sistem Drainase Makro.........….....…..… 119
Tabel 5.7. Periode Ulang Desain untuk Sistem Drainase Mikro.........…......…..… 119
Tabel 5.8. Periode Ulang Desain untuk Jaringan Jalan Raya..............…......…..… 119
Tabel 5.9. Standar Kualitas Air Peruntukan Air Minum Atau yang Sejenis..….… 120
Tabel 5.10. Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih untuk Domestik..…......…..… 122
Tabel 5.11. Jenis dan Lokasi Pengembangan Air Bersih..…..........................…..… 124
Tabel 5.12. Kriteria Jaringan Telekomunikasi..…..........................................…..… 125
Tabel 5.13. Standar Besaran Program Air Limbah.........................................…..… 132
Tabel 5.14. Kriteria Perencanaan untuk Perpipaan Air Limbah (Sewerage) ..….… 133
Tabel 5.15. Kebutuhan Prasarana Permukiman di Kabupaten Maluku Tenggara… 135

Tabel 6.1. Rencana Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Maluku Tenggara


2009- 2028..…............................................................................…....… 138
Tabel 6.2. Rencana Kawasan Lindung Setempat Kabupaten Maluku Tenggara… 140
Tabel 6.3. Jenis, Definisi, dan Kriteria Kawasan Budidaya..........................…..… 145
Tabel 6.4. Sebaran Komoditas Unggulan Sektor Pertanian di Kabupaten Maluku
Tenggara..….................................................................................…..… 148
Tabel 6.5. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Tani Komoditas Tanaman Pangan
dan Hortikultura Unggulan (Per 1 Ha) di Kabupaten Maluku
Tenggara..….................................................................................…..… 150
Tabel 6.6. Sebaran Komoditas Unggulan Sektor Perkebunan yang Diusahakan
Masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara...............................…..… 150
Tabel 6.7. Kriteria Lokasi Kegiatan Perumahan dan Permukiman..............…..… 152
Tabel 6.8. Kriteria Lokasi Kegiatan Perdagangan dan Jasa..........................…..… 157
Tabel 6.9. Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa (2008) ......................…..… 157
Tabel 6.10. Kriteria Lokasi Kegiatan Industri.................................................…..… 159
Tabel 6.11. Jenis Obyek Wisata, Potensi Wisata, Kondisi, dan Jumlah Wisatawan
Per Hari di Kabupaten Maluku Tenggara.....................................…..… 165
Tabel 6.12. Paket-Paket Wisata di Kabupaten Maluku Tenggara...................…..… 166
Tabel 6.13. Rencana Prioritas Pengembangan Paket-Paket Wisata di Kabupaten
Maluku Tenggara..........................................................................…..… 166
Tabel 6.14. Rencana Alokasi Pola Ruang Wilayah (Daratan) Kabupaten Maluku
Tenggara.......................................................................................…..… 170
Tabel 6.15. Rencana Alokasi Pola Ruang Wilayah (Pesisir dan Laut) Kabupaten
Maluku Tenggara.........................................................................…..… 170

Tabel 8.1. Matriks Indikasi Program Utama Pembentuk Struktur dan Pola Ruang
di Kabupaten Maluku Tenggara...................................................…..… 189

Tabel 9.1. Zona Dasar dan Tujuan Penetapannya.........................................…..… 208


Tabel 9.2. Spesifikasi Zona Dasar dan Ketentuan Penggunaan Kawasan...…..… 209
Tabel 9.3. Kriteria Zonasi Kawasan Perumahan.........................................…..… 213

viii
Tabel 9.4. Karakteristik dan Jenis Ruang Terbuka Hijau............................…..… 215
Tabel 9.5. Arahan Sanksi dalam Penataan Ruang.........................................…..… 237

Tabel 10.1. Kejadian Gempa dan Tsunami Tahun 1629-2006 dan Peluang
Kejadian 30 Tahun Ke Depan......................................................…..… 240
Tabel 10.2. Karakteristik Umum Bencana Gempa Bumi...............................…..… 244

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Wilayah Perencanaan ..…………..…………..……..……………… 4


Gambar 1.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan..………….………….....…..……… 8

Gambar 2.1. Orientasi Ekspor Kabupaten Maluku Tenggara.…..…..........……… 13


Gambar 2.2. Perkembangan Ekspor Kabupaten Maluku Tenggara 2004-2006..... 14
Gambar 2.3. Wilayah Kerjasama Ekonomi Sub-Regional.…..…....…………...... 15

Gambar 3.1. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya.…..…....……................……....... 34


Gambar 3.2. Peta Pola Penggunaan Lahan 2005.…..…....……...............……...... 36
Gambar 3.3. Ilustrasi Zona Subduksi dimana Sumber Gempa Terjadi...….…...... 39
Gambar 3.4. Peta Tektonik Aktif dan Sejarah Gempa Bumi di Wilayah
Indonesia Timur.…..…....…….......................................................... 40
Gambar 3.5. Peta Probabilitas Guncangan Gempa..................................……....... 42
Gambar 3.6. Model Terjadinya Tsunami Akibat Pergerakan Sesar/Gempa Bumi. 45
Gambar 3.7. Peta Wilayah Rawan Tsunami di Indonesia...................................... 46
Gambar 3.8. Peta Sumber Gempa di Bawah Laut yang Berpotensi Tsunami........ 47
Gambar 3.9. Daerah Rawan Bencana Banjir di Indonesia..................................... 50
Gambar 3.10. Persentase Produksi Perikanan Tangkap di Kabupaten Maluku
Tenggara Tahun 2007.…..…............................................................. 57
Gambar 3.11. Laju Pertumbuhan Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2000-2006. 57
Gambar 3.12. Perkembangan Nilai Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2000-
2006................................................................................................... 58
Gambar 3.13. Komposisi Armada Tahun 2006..........................................……...... 60
Gambar 3.14. Komposisi (%) Alat Tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara
Tahun 2006........................................................................................ 61
Gambar 3.15. Peta Potensi Perikanan..............................................…….............… 67
Gambar 3.16. Peta Potensi Wisata..........................................................……......… 77
Gambar 3.17. Peta Jaringan Jalan..........................................................……........... 80

Gambar 5.1. Peta Pembagian SWP di Kabupaten Maluku Tenggara.…................ 105


Gambar 5.2. Hirarki Kota-Kota dan Perkiraan Pola Pergerakan di Maluku
Tenggara.........................................................................……........... 107
Gambar 5.3. Peta Rencana Sistem Transportasi..................................……........... 113
Gambar 5.4. Peta Rencana Sistem Jaringan Jalan...............................……........... 114
Gambar 5.5. Peta Rencana Sistem Energi...........................................……........... 116
Gambar 5.6. Peta Rencana Sistem Sumber Daya Air..........................……........... 126
Gambar 5.7. Peta Rencana Sistem Telekomunikasi............................……........... 127
Gambar 5.8. Peta Rencana Sistem Pengelolaan Sampah....................……........... 131

Gambar 6.1. Peta Rencana Kawasan Lindung di Kabupaten Maluku Tenggara... 139
Gambar 6.2. Peta Kawasan Risiko Bencana......................................……............ 144

x
Gambar 6.3. Peta Perwilayahan Komoditas di Kabupaten Maluku Tenggara....... 149
Gambar 6.4. Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Kabupaten Maluku
Tenggara.......................................................................……............. 155
Gambar 6.5. Peta Kawasan Budidaya di Kabupaten Maluku Tenggara…............. 167
Gambar 6.6. Rencana Pola Ruang Wilayah Maluku Tenggara........…….............. 169

Gambar 7.1. Rencana Kawasan Strategis Perkotaan Inti Langgur.……................ 175


Gambar 7.2. Kawasan Strategis Pertanian..........................................……............ 177
Gambar 7.3. Kawasan Strategis Perkebunan......................................……............ 178
Gambar 7.4. Kawasan Strategis Perikanan.....................................…....…............ 179
Gambar 7.5. Kawasan Strategis Pariwisata....................................…....…............ 181
Gambar 7.6. Kawasan Strategis Lingkungan.................................…....…............ 182
Gambar 7.7. Kawasan Strategis Sosial Budaya di Tanimbar Kei….......…........... 184
Gambar 7.8. Kawasan Strategis Sosial Budaya di Banda Eli…….........…........... 185
Gambar 7.9. Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Maluku
Tenggara.......................................................................……............. 186

Gambar 8.1. Peta Rencana Program Prioritas...................................……............. 204

Gambar 9.1. Peta Arahan Zonasi Kabupaten Maluku Tenggara.......……............. 231

Gambar 10.1. Zona Subdsuksi yang Mengelilingi Wilayah Indonesia……............ 239


Gambar 10.2. Peta Potensi Banjir di Indonesia...................................……............. 241
Gambar 10.3. Siklus Manajemen Bencana.........................................……............. 243
Gambar 10.4. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia.............……............. 245
Gambar 10.5. Contoh Gambar Poster yang dibuat oleh PVMBG......……............. 250
Gambar 10.5. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Rawan
Bencana........................................................................……............. 252

xi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 26 Tahun 2007 baik Rencana Tata Formatted: Indonesian
Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi, maupun Kabupaten perlu dilakukan penyesuaian. Formatted: Indonesian
Pasal 78 UU Penataan Ruang tersebut mengamanatkan semua peraturan daerah kabupaten/kota Formatted: Indonesian
tentang RTRW kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung
Formatted: Indonesian
sejak UU ini diberlakukan. Dengan demikian, paling lambat Tahun 2010 semua RTRW
Kabupaten diharapkan telah menyesuaikan dengan amanat UU Nomor 26 Tahun 2007. Formatted: Indonesian
Formatted: Swedish (Sweden)
Beberapa hal penting yang perlu disesuaikan antara lain meliputi dimensi waktu
perencanaan, visi dan tujuan penataan ruang wilayah, aspek kebencanaan dan daya dukung
lingkungan, komposisi penggunaan lahan, peristilahan penataan ruang, serta keberadaan
insentif dan diinsentif yang jelas dalam kegiatan penataan ruang wilayah. Perubahan ini
membawa konsekuensi pada perubahan metodologi pendekatan dalam penyusunan RTRW
Kabupaten Maluku Tenggara.

Perubahan yang cukup signifikan juga terjadi dalam lingkup internal wilayah di
Kabupaten Maluku Tenggara selain terjadinya perubahan UU tentang penataan ruang.
Perubahan tersebut terutama menyangkut berdirinya Kota Tual yang terpisah dari Kabupaten
Maluku Tenggara pada Tahun 2007. Kondisi ini dengan sendirinya akan menuntut perubahan
RTRW Kabupaten Maluku Tenggara. Perubahan batas administrasi akan merubah struktur dan
pola ruang wilayah yang bersangkutan.

Perubahan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional antara lain berupa
pemekaran wilayah, pemilihan kepala daerah, dan perubahan pada struktur perencanaan Formatted: Swedish (Sweden)
pembangunan nasional yang dicirikan dengan terbitnya UU Nomor 25 Tahun 2005 tentang Formatted: Swedish (Sweden)
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Formatted: Swedish (Sweden)
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional mengharuskan kepala daerah terpilih
Formatted: Swedish (Sweden)
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan RPJP di daerah masing-
masing. Dokumen RPJM ini akan menjadi acuan pembangunan daerah yang memuat antar Formatted: Swedish (Sweden)
lain visi, misi, arah kebijakan ,dan program-program pembangunan selama 5 (lima) tahun dan
20 tahun ke depan.

Tujuan dari penyusunan RTRW secara normatif yaitu untuk mewujudkan ruang wilayah
kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan
lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi, dan dapat dijadikan acuan dalam
penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Kondisi tersebut di atas menjadi dasar bahwa dokumen RTRW yang ada harus mengacu
pada visi dan misi pembangunan jangka panjang atau dokumen RTRW yang ada diharapkan
menjadi bagian dari terjemahan visi dan misi daerah yang direpresentasikan dalam bentuk pola
dan struktur ruang.Sejak diberlakukannya UU No. 26 Tahun 2007, maka RTRW Nasional, Formatted: Indonesian
Provinsi maupun Kabupaten perlu dilakukan penyesuaian. Pasal 78 UU Penataan Ruang Formatted: Indonesian
tersebut mengamanatkan semua peraturan daerah kabupaten/kota tentang rencana tata ruang Formatted: Indonesian
wilayah kabupaten/kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak
Formatted: Indonesian
undang-undang ini diberlakukan. Dengan demikian, maka paling lambat Tahun 2010 semua
RTRW Kabupaten diharapkan telah menyesuaikan dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007. Formatted: Indonesian

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

I1-
Beberapa poin penting yang perlu disesuaikan antara lain meliputi dimensi waktu
perencanaan, visi dan tujuan penataan ruang wilayah, aspek kebencanaan dan daya dukung
lingkungan, komposisi penggunaan lahan, peristilahan penataan ruang serta keberadaan
insentif dan disinsentif yang jelas dalam kegiatan penataan ruang wilayah. Perubahan ini
membawa konsekuensi pada perubahan metodologi pendekatan dalam penyusunan RTRW
Kabupaten Maluku Tenggara.

Selain adanya perubahan UU tentang penataan ruang, maka dalam lingkup internal
wilayah Kabupaten Maluku Tenggara juga terdapat perubahan yang cukup signifikan.
Perubahan tersebut terutama menyangkut berdirinya Kota Tual yang terpisah dari Kabupaten
Maluku Tenggara pada Tahun 2007. Kondisi ini dengan sendirinya akan menuntut perubahan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Perubahan batas administrasi akan
merubah struktur dan pola ruang wilayah yang bersangkutan.

Dengan adanya perubahan lingkungan strategis nasional, antara lain berupa pemekaran Formatted: Indonesian
wilayah, pilkada dan perubahan pada struktur perencanaan pembangunan nasional yang
dicirikan dengan terbitnya Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Formatted: Indonesian
Pembangunan Nasional, serta Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Formatted: Indonesian
Panjang Nasional, maka kepala daerah terpilih diharuskan menyusun RPJM dan RPJP di Formatted: Indonesian
daerahnya masing-masing. Dokumen RPJM ini akan menjadi acuan pembangunan daerah yang
Formatted: Indonesian
memuat antara lain visi, misi, arah kebijakan dan program-program pembangunan selama 5
(lima) tahun dan 20 tahun ke depan. Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Adapun tujuan dari penyusunan RTRW secara normatif adalah untuk mewujudkan Formatted: Indonesian
ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa
berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Formatted: Indonesian
Dengan demikian, terkait kondisi tersebut, maka Dokumen RTRW yang ada juga harus
mengacu pada visi dan misi tersebut. Dengan kata lain RTRW yang ada diharapkan menjadi
bagian dari terjemahan visi dan misi daerah yang direpresentasikan dalam bentuk pola dan
struktur ruang.

Formatted: Indonesian
Formatted: Indent: Left: -0.01", Hanging:
0.39"
Formatted: Indent: Left: -0.01", No bullets
or numbering
1.2 Tujuan dan Sasaran Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Formatted: Swedish (Sweden)
1.2.1 Tujuan
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.31",
Tab stops: 0.31", List tab + Not at 0.5"
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 3 menyebutkan bahwa penyelenggaraan
Formatted: Bullets and Numbering
penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
dengan: Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
(1) Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

2
(2) Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
(3) Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penyusunan RTRW ini secara khusus dimaksudkan agar pelaksanaaan pembangunan


di wilayah kabupaten/kota dapat lebih terarah serta mampu mendorong percepatan
pembangunan di wilayah yang bersangkutan.Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, Pasal 3
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional dengan :
1. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; Formatted: Swedish (Sweden)
2.Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan Formatted: Bullets and Numbering
dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
3.Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Secara khusus, penyusunan RTRW ini dimaksudkan agar pelaksanaaan pembangunan


di wilayah kabupaten/kota dapat lebih terarah serta mampu mendorong percepatan
pembangunan di wilayah yang bersangkutan.

1.2.2 1.2.2 Sasaran Formatted: Justified, Indent: Left: 0",


Hanging: 0.38", Outline numbered + Level: 3
+ Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Sasaran yang akan dicapai dari penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara ini Alignment: Left + Aligned at: 0.2" + Indent at:
yaitu : 0.95"
(1) Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten baik yang dilakukan oleh pemerintah Formatted: Space After: 0 pt
maupun oleh masyarakat; Formatted: Bullets and Numbering
(2) Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
(3) Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah
kabupaten;
(4) Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten; dan
(5) Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan. Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Indent: Left: -0.02", Hanging:
0.33", Numbered + Level: 1 + Numbering
Sasaran penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten ini adalah : Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent
1.Terkendalinya pembangunan di wilayah kabupaten baik yang dilakukan oleh pemerintah at: 0.5", Hyphenate, Tab stops: Not at 0.5"
maupun oleh masyarakat;
Formatted: Bullets and Numbering
2.Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;
3.Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan di wilayah
kabupaten;
4.Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah kabupaten; dan
5.Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan. Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Indent: Left: -0.01", Hanging:
1.3 1.3. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten 0.39", Outline numbered + Level: 2 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara ini memiliki beberapa Alignment: Left + Aligned at: 0.1" + Indent at:
0.6", Hyphenate
fungsi yaitu :
Formatted: Swedish (Sweden)
(1) Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah;
Formatted: Spanish (International Sort)
(2) Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di Kabupaten Maluku Tenggara;
Formatted: Bullets and Numbering
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

I3-
(3) Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antarwilayah dan
antarkawasan, serta keserasaian antarsektor;
(4) Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan
swasta;
(5) Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan;
(6) Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang;
(7) Sebagai dasar pemberian ijin lokasi pembangunan skala besar.

Fungsi dari RTRW Kabupaten/Kota adalah :


1.Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah; Formatted: Bullets and Numbering
2.Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di Kabupaten Maluku Tenggara;
3.Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah dan antar
kawasan serta keserasaian antar sektor;
4.Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan
swasta;
5.Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan;
6.Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang;
7.Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.

1.4 Kedalaman Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Formatted: English (U.S.)
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten disusun dengan kedalaman substansi yang Formatted: Indent: First line: 0.46"
sesuai dengan ketelitian atau skala petanya, yakni minimal skala 1 : 100.000. Unit analisis
Formatted: Indent: First line: 0.38"
yang digunakan di dalam RTRW Kabupaten yaitu unit kecamatan sementara sistem jaringan
prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan sekunder.
Formatted: Indent: First line: 0.46"
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten disusun dengan kedalaman
substansi yang sesuai dengan ketelitian atau skala petanya, yakni minimal skala 1 : 50.000.
Unit analisis yang digunakan di dalam RTRW Kabupaten adalah unit kecamatan sedangkan
sistem jaringan prasarana digambarkan pada kedalaman sistem primer dan sekunder.
1.5 Muatan dan Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Formatted: Font: Not Bold
1.5.1 1.5.1 Muatan Formatted: No bullets or numbering
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten disajikan dalam beberapa produk yang terdiri
dari: Formatted: Bullets and Numbering

(1) Buku Kompilasi Data dan Analisis RTRW Kabupaten Maluku Tenggara. Formatted: Bullets and Numbering
(2) Buku Rencana RTRW Kabupaten Maluku Tenggara.
(3) Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:50.000
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten disajikan dalam beberapa produk yang Formatted: Indent: First line: 0", Space
terdiri dari : After: 3 pt

1.Buku Kompilasi Data dan Analisis RTRW Kabupaten Maluku Tenggara. Formatted: Bullets and Numbering
2.Buku Laporan Akhir RTRW Kabupaten Maluku Tenggara.
3.Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal skala 1:50.000. Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Outline numbered + Level: 3 + Numbering
Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
1.5.2 1.5.2 Ruang Lingkup + Aligned at: 0" + Indent at: 0.5"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara meliputi batas-
batas administrasi yang telah ditetapkan berdasarkan UU. Skala terkecil analisis umumnya Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
berupa kecamatan tetapi beberapa bagian langsung menyentuh pada perencanaan di level desa
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

4
atau kelurahan.Lingkup wilayah perencanaan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara meliputi
batas-batas administrasi yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang. Skala terkecil
analisis umumnya berupa kecamatan, tetapi beberapa bagian langsung menyentuh pada
perencanaan di level desa atau kelurahan.

1.6 1.6 Metodologi dan Ruang Lingkup Analisis Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Outline numbered + Level: 2 + Numbering
Style: 1, 2, 3, … + Start at: 4 + Alignment: Left
Amanat UU Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan beberapa penekanan yang perlu + Aligned at: 0" + Indent at: 0.25",
diperhatikan dalam penyusunan RTRW yaitu sebagai berikut : Hyphenate
(1) Analisis terkait kapasitas sumber daya alam yang dimiliki untuk mendukung kegiatan Formatted: Bullets and Numbering
produktif di wilayah yang bersangkutan
(2) Analisis daya dukung lingkungan terutama menyangkut kebencanaan di wilayah yang
bersangkutan
(3) Analisis pola perilaku komponen-komponen pengembangan wilayah secara komprehensif
berbasis kerangka pikir sistem (system thinking)

Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten didasari oleh adanya kebutuhan terhadap
suatu pedoman pembangunan fisik di wilayah yang bersangkutan yang bersifat operasional.
Hal ini mendorong dalam pelaksanaan penyusunan RTRW ini dititikberatkan pada pembuatan
model fisik wilayah pada skala yang disyaratkan dalam penyusunan suatu RTRW kabupaten
namun kaidah-kaidah perencanaan yang digunakan tetap mengacu pada pedoman-pedoman
formal yang ada dan sesuai dengan kondisi wilayah kabupaten.

Pendekatan penyusunan rencana wilayah dengan kondisi geografi wilayah kabupaten Formatted: Space After: 3 pt
yang memiliki wilayah pantai dilakukan dengan memadukan antara pendekatan penataan
ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan pendekatan penataan ruang wilayah darat.
Beberapa pedoman terkait dijadikan referensi dalam membangun metodologi penyusunan
RTRW Kabupaten antara lain meliputi:
(1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Formatted: Bullets and Numbering
(2) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pedoman
Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
(3) Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/kpts/2003 beserta draft Revisinya Tentang Formatted: English (U.S.)
Pedoman Penyusunan RTR Wilayah Kabupaten; Formatted: English (U.S.)

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

I5-
Formatted: Indent: Left: -0.02"

2
1
0
0
0
0

2
4
0
0
0
0

2
7
0
0
0
0

3
0
0
0
0
0
Formatted: Left: 1.18", Top: 1.38", Width:
0
0 16.54", Height: 11.69"
0
0
2
4 PENYUSUNAN (RTRW) Formatted: Centered, Indent: Left: -0.02"
9 P. VATNGA RUW

S
#
P. VATNIV
P. VATVYA H
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
Wairat P. VATVANGAN
S
# S
# P. VATNAMROA
Wair Soin
S Ohoiraut
#

TAHUN 2009 - 2028


Haar GPM #S
SHoor Islam
#
Haar RK#S
S
#
Hoor Kristen Haar Ohoimel
S
#
S
# Haar Ohoiwait
Laar S
#
Wasar#S
S
#
Laar Ohoibab
PETA ADMINISTRASI
Ur #S
KECAMATAN Ohoimajang Protestan
KABUPATEN MALUKU TENGGARA
S
# S
#
P. DULLAH UTARA Adwear
S
# Ohoimajang Islam
S Mun
# Werfan S Langgiar
# Har
S Mun
# Ohoitadiun S Renfan
# Islam
S Mun Ngurditwain
#
Fanwaf
S
# N
S Renfan
# GPM
# Mun Kahar
S
SMun
# Esoy SRenfan
# RK
S Mun
# Ohoir
KECAMATAN S Uwat
# Reyaan S
# Banda Eli W E
TAYANDO TAM P. LOATAIN
P. OHOIMAS SUwat
# Air S Suku
# 80
S
#
Uwat S Suku
# 30
4 0 4 8 KM
S
#
P. RUEN S Ngurwalek
# S
S Banda Ui
#
Hanggur
P. BAIR
# Banda Efruan
S
P. SUA S Watlar
#

KOTA TUAL P. KEI BESAR S Ohoi Faruan


#

Lagenda :
S Ohoifau
#

0
0
P. RUMADAN

S
# S HOLAT
#
0 Ohoituf
0 Administrasi
P. RUMADAN LA ER
S Holat
# RK
9
P. ADRANAN
S
# Faa
3
P. BALAMIN
Tamedan #
S S Hoko
#

9 S
#
KECAMATAN
Dangarat
Kabupaten/Kota Sungai
LeeBetawi
KEI BESAR
Kecamatan
S
# S
#
Yamru P. DUROA Difur S
# Hollay
S
# Wer Frafaf
S
# SOhoiwirin
#

Jaringan Jalan
Langgiar

NG
S
# P. ER
P. MOANUHA YANAT S
#
Dulah S
# Tuburngil
Ohoiel #S P. NGODAN S
# Wer Ohoinam

NER O
P. TAYANDO

[% Ibu Kota Kabupaten


P. LORBI S
# S
# Ngat
P. WARATNEU
P. UT
Ngadi
P. BEOR Ubur#S #
S S
# Kilwair
Sirbante
S
#
KECAMATAN
Ibu Kota Kecamatan
Wastin

SELA T
Ut P. DULLAH
#
Y
P. UBUR S
#
KEI BESAR
Ohoitahit Elralang S Yamtimur
#
Tj Ngidun S
# S
#
SSitnehoy
# #Ohoitel
S S Soinrat
#
UTARA TIMUR Desa
P. KRAN S
#
S
# S Fiditan
Reyamru
P. MARDOKSAR WA
Dudunwahan P. SAWER
# SLaikamor
# S Ngurdu
# #
S Yamteel
# Ohoider P. KARODI S Wakol
#
S Watraan
#

Dusun
S
# SLetman
# P. DITANLOY#
S
Mangon S Fako
#
Tawun S
# S
#
P. NGIRU S Wakatran
# (X
P. HANIAR P. NGAF # Dumar
S P. NUHUYANAN
P. FAIR P. IVAT

P. REE LAAI
[
% TUAL
KECAMATAN P. VATNGERIT
S Depur
# Kei Besar
S
# SOhoilim
Kei Besar Selatan
#
P. DULLAH SELATAN
P. WALIR S
#
Watdek Karkait S
# ELAT #S Vulurat
Kalanit
[#S
%
Kei Besar Utara Timur
Ohoililir #S Laon#S S
# LANGGUR Daftel S
#
KECAMATAN Kolser
S
# P. KALVIK Udar #S S
#
Rahareng Bawah #S Ngabaheng
S
#

P.P. KEI KECIL Kei Kecil


P. VATLEU BADMAR
P. REE KOT
Ngurbloat#S Ngilgof Werlilir Ohiwang S Ohoinangan
#
S
#
P. VATLEU TARANAN Faan Harangur
S
# Yamtel
Kei Kecil Barat
S
#
P. HAE H Werka#S S Waur
#
SNamar
# Ngufit atas
P. NUNNYA P. LESMANUK SSalayar
#
P. WATLUS
Tj Amerika S
#
S Ngufit
# bawah Kei Kecil Timur
P. NUSREEN P. OHOIWA Larngangas
S
# P. NUHURU Wetuar
Kedalaman Laut (dpl)
S Ohoiel
#
P. NAI S
# S
#
Sathean
P. SYA HADAT P. VERKUKUR P. ANAN

100
P. WATOKMAS Debut P. DAAR
P. MOR P. HOA T
S Rum ah Dian
#
S
#
P. NGURNGUVA S Dian Da rat
# Mataholat
200
S
#
P. AMUT P. DIANPULAU S
#
P. WARHU STetoat
# P. NUHUTUWAU S
# Ohoiwait
P. LEA
P. KEI KECIL
0 KABUPATEN 400
P. NURA

0
S
# Letvuan Ibra #S
0
0 P. LIK S
# Disuk
Nerong
S
#
S
# Ohoirenan MALUKU TENGGARA 500
6
3
P. TANGWAIN Ngabub
Semawi#S
S
# P. VATKAB A
P. MAS ULA R
800
9 P. LABULIN
P. TARWA
S
# Wab
S
# Evu
S Revav
#
P. ARAN LAAI

P. ARAN KOT
S Larat
#
Wain S
# Iso
P. WAHA
S S
# # Tamangil Nuhuten
S
# Waha Wain Baru
S
# # WEDUAR
S
RUMAAT
P. WARBAL S
# Tamangil Nuhuyat
P.V ATHABO
S
# S
# Warwut
Warbal Raat S
# S
#
P. VATROA OHOI
Tutrean
S
# Manir # OHOIRA
S Watgon S
# P. VATSLOM
S
# Ohoiren S Yavawun
# S Sather
#
P. VATMANIR # Abean
S
P. UR
P. MANIR S
# S Hako
#
Mastur Lama
S
# Somlain P.DIVIN

S
#
Marvun S
#
Ohoilus
S
# S Mastur
# Baru
Yatfaf Ohoinol S Ngurko
#
S
#
S Garara
# P. NASULAR
S
# S Ngurvul
#
P. NUHUTA P. WITIR Matwair S
#
Mar S Elar
#
Soindat
S
# SKilwat
#
KECAMATAN
Leet
Ohoider Tutu
S
#
S Sungai
# KEI BESAR SELATAN
P. FAR
S
# S Elar
# Lamagorong SNgafan
#
Ohoider #S Uf S Ngursoin
# #
S
S
#
Wafol
Rerean
Sumber :
Tom
S
#
S
#
SLumefar
#
Terante Fer#S 1. Peta RBI Bakosurtanal Tahun 2006
Danar
S
# 2. Citra Landsat Tahun 2007
KECAMATAN Ohoiseb Langgiar Fer
3. RDTR Wilayah Pesisir dan PPK Tahun 2007
S Uat
KEI KECIL BARAT
P. NUHUYANKO #
S Ohoilean
#
SNgan
# 4. RTRW Kab. Maluku Tenggara Thn. 2005-2015
Watkidat #S 5. RTRW Provinsi Maluku Thn. 2005 - 2025
6. Peta Batimetri - Dishidros Tahun 2004
S
#
P. WAR Weduar Fer
P. NGIRIT
Tj Weduar Fer
7. P3G Bandung, Tahun 2004
P. SILA AR
S
#
Mun 8. Hasil Pengukuran GPS Tim DataBase
Tanimbar kei S
# KECAMATAN
0
0
KEI KECIL TIMUR 119° 20' 124° 40' 130° 00' 135° 20' 140° 40'

0
0
P. TANIMB AR KEI

LAUT ARAFURU
3
3
9 0° 40' 0° 40'

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 4° 40' 4° 40'

( B A P P E D A) Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Jln. Raya Gajah Mada No. 01 Tual - Maluku Tenggara
119° 20' 124° 40' 130° 00' 135° 20' 140° 40' Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

6
Gambar 1.1. Formatted: Font: Bold
Wilayah Perencanaan Formatted: Centered, Indent: First line: 0"

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

I7-
(4) Pedoman pengembangan sarana dan prasarana wilayah termasuk Standar Pelayanan Formatted: Bullets and Numbering
Minimun (SPM) yang dikuatkan melalui Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534 Tahun
2001; dan
(5) Pedoman-pedoman lain seperti pedoman pengembangan Kasiba/Lisiba serta pedoman Formatted: Indent: Left: -0.02", Hanging:
pengembangan sektor pertanian, kehutanan, dan sektor terkait lainnya 0.33", Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1
+ Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab
Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, maka beberapa penekanan yang perlu after: 0.5" + Indent at: 0.5", Hyphenate, Tab
stops: Not at 0.5"
perhatikan dalam penyusunan RTRW adalah sebagai berikut :
Formatted: Indent: First line: 0", Space
1.Analisis Terkait Kapasitas Sumber Daya Alam yang dimiliki untuk mendukung kegiatan After: 3 pt
produktif di wilayah yang bersangkutan.
Formatted: Bullets and Numbering
2.Analisis Daya Dukung lingkungan, terutama menyangkut kebencanaan di wilayah yang
bersangkutan.
3.Analisis pola perilaku komponen-komponen pengembangan wilayah secara komprehensif
berbasis kerangka pikir sistem (System Thinking).

Penyusunan Rencana Tata Ruang Kabupaten didasari oleh kebutuhan adanya suatu pedoman
pembangunan fisik di wilayah yang bersangkutan yang bersifat operasional. Untuk itu dalam
pelaksanaannya, penyusunan rencana tata ruang wilayah ini dititikberatkan pada pembuatan
model fisik wilayah pada skala yang disyaratkan dalam penyusunan suatu rencana tata ruang
wilayah kabupaten. Walaupun demikian, kaidah-kaidah perencanaan yang digunakan tetap
mengacu pada pedoman-pedoman formal yang ada dan sesuai dengan kondisi wilayah
kabupaten.

Dalam hal ini, sesuai dengan kondisi geografi wilayah kabupaten yang memiliki wilayah
pantai, maka pendekatan penyusunan rencana wilayah ini dilakukan dengan memadukan
antara pendekatan penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan pendekatan
penataan ruang wilayah darat. Untuk itu beberapa pedoman terkait dijadikan referensi dalam
membangun metodologi penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten antara lain
meliputi :
1.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang Formatted: Bullets and Numbering
2.Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2002
3.Pedoman Penyusunan RTR Wilayah Kabupaten, Keputusan Menteri Kimpraswil No.
327/kpts/2003 beserta draft Revisinya
4.Pedoman pengembangan sarana dan prasarana wilayah, termasuk Standar Pelayanan
Minimun (SPM) yang dikuatkan memaluai Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534 Tahun
2001
5.Pedoman-pedoman lainnya seperti pedoman pengembangan Kasiba/Lisiba, Pedoman
pengembangan sektor pertanian, kehutanan dan sektor terkait lainnya.

Metodologi yang dikembangkan untuk penyusunan RTRW Kabupaten berdasarkan


pedoman-pedoman tersebut di atas yaitu pembentukan bentuk fisik ruang dari visi
pembangunan Kabupaten Physical Vision of Spatial Development. Proses perencanaan ruang
dengan metode ini diawali dengan upaya memahami karakteritik dan perilaku elemen-elemen
pengembangan wilayah kabupaten dan diakhiri dengan penyusunan alokasi pemanfaatan ruang
yang mampu mengakomodasikan visi dan misi pengembangan wilayah.

Kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara dilakukan dengan terlebih


dahulu melakukan review terhadap RTRW yang sudah ada. Metodologi review akan
disesuaikan dengan pedoman peninjauan kembali (review) RTRW Kabupaten sesuai Kepmen Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Kimpraswil Nomor 327 Tahun 2003 beserta draft revisinya. Hasil akhir dari kegiatan review Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
tersebut antara lain berupa tipologi dan klasifikasi RTRW Maluku Tenggara berdasarkan hasil Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
analisis. Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

8
Kegiatan kompilasi dan analisis data untuk keperluan revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah harus dilakukan dengan menganalisis aspek-aspek dalam konteks penyusunan RTRW
Kabupaten yang sesuai dengan pedoman penyusunan RTRW Kabupaten.
Berdasarkan pedoman-pedoman tersebut di atas, maka metodologi yang
dikembangkan untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah pembentukan
bentuk fisik ruang dari visi pembangunan kabupaten (Physical Vision of Spatial Development).
Dengan metode ini, maka proses perencanaan ruang diawali dengan upaya memahami
karakteristik dan perilaku elemen-elemen pengembangan wilayah kabupaten dan diakhiri
dengan penyusunan alokasi pemanfaatan ruang yang mampu mengakomodasikan visi dan misi
pengembangan wilayah.

Khusus untuk kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara, maka


terlebih dahulu dilakukan review terhadap RTRW yang sudah ada. Metodologi review akan
disesuaikan dengan Pedoman Peninjauan Kembali (Review) Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten sesuai Kepmen Kimpraswil No. 327 Tahun 2003 beserta draft revisinya. Dimana
hasil akhir dari kegiatan review tersebut antara lain berupa tipologi dan klasifikasi Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara berdasarkan hasil analisis, sedangkan untuk
kegiatan kompilasi dan analisis data untuk keperluan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah,
maka aspek-aspek yang harus dianalisis dalam konteks penyusunan RTRW Kabupaten sesuai
pedoman penyusunan RTRW Kabupaten.
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Substansi Analisis

NO ASPEK PENJELASAN
1 Analisis kebijaksanaan pembangunan adalah untuk memahami arahan kebijakan
PEMBANGUNAN
KEBIJAKSANAAN

pembangunan wilayah kabupaten yang bersangkutan dan kedudukannya dalam


perspektif kebijaksanaan pembangunan nasional dan provinsi, serta untuk
mengantisipasi dan mengakomodasi program-program pembangunan sektoral
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, selain dilakukan pengkajian terhadap
tujuan dan sasaran pembangunan kabupaten yang bersangkutan juga dilakukan
pengkajian terhadap RTRWP dan RTRWN serta program-program sektoral
untuk melihat peranan wilayah kabupaten dalam pembentukan pola dan struktur
ruang nasional dan regional

2
REGIONAL
ANALISIS

Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan


kabupaten dalam sistem regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi,
lingkungan, dan budaya

3 Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi wilayah yang


UNGGULAN
SEKTOR
EKONOMI DAN

sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi wilayah


yang lebih luas. Analisis ekonomi ini diarahkan untuk menciptakan keterkaitan
ekonomi antarkawasan di dalam wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi
antarwilayah kabupaten.
Analisis ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai karakteristik
perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi kawasan dengan mengidentifikasi
basis ekonomi kabupaten, sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja
pertumbuhan, dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten

Lanjutan Tabel 1.1

NO ASPEK PENJELASAN
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

I9-
4 Analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami aspek-aspek
MANUSIA
SUMBERDAYA

kependudukan terutama yang memiliki pengaruh timbal balik dengan


pertumbuhan perkembangan sosial dan ekonomi. Analisis sumberdaya manusia
juga dilakukan untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang
mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan kausaitas di antara faktor-
faktor tersebut. Hasil analisis ini dapat mengetahui sebaran/distribusi, struktur,
kualitas, karakteristik masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk, kendala dalam
pergembangan, serta potensi sumberdaya manusia yang dapat dikembangkan
5 (1) Sistem Prasarana Transportasi Formatted: Bullets and Numbering
Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi transportasi darat, air, dan Formatted: Swedish (Sweden)
udara dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai:
1. Keterkaitan fungsional dan ekonomi antarkota, antarkawasan baik dalam Formatted: Bullets and Numbering
wilayah maupun antarwilayah kabupaten dengan melihat pengumpul hasil
produksi, pusat kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;
SUMBERDAYA BUATAN

2. Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang ada;


3. Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
(2) Sistem Prasarana Pengairan Formatted: Bullets and Numbering
Analisis Sistem prasarana pengarian dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai :
a. Keterkaitan fungsional antara sumber-sumber air baku dengan lokasi atau Formatted: Bullets and Numbering
kawasan industri, pertanian, permukiman, dan sebagainya;
b. Kecenderungan perkembangan pelayanan prasarana pengairan yang ada;
c. Kondisi sumber air dikaitkan dengan upaya pelestarian;
d. Standar kebutuhan air baku pada masing-masing kegiatan.
(3) Sistem prasarana wilayah lainnya Formatted: Bullets and Numbering
yaitu prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengetolaan lingkungan (seperti
sampah, air limbah, dan air bersih), prasarana kota, dan sebagainya. Idenfikasi
ini dimaksudkan untuk menemui dan mengenali fungsi, kondisi, dan tingkat
pelayanan prasarana wilayah tersebut.
6 Analisis terhadap sumberdaya alam dimaksudkan untuk memahami kondisi, daya
dukung lingkungan, dan untuk memahami tingkat perkembangan pemanfaatan
sumberdaya lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya hutan,
dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat dikembangkan lebih lanjut
dalam menunjang pengembangan wilayah kabupaten
(1) Sumberdaya Tanah
Analisis sumberdaya tanah dilakukan untuk mengidentifikasi potensi
pengembangan berdasarkan kesesuaian tanah merekomendasikan tentang
SUMBERDAYA ALAM

peruntukan bagi kegiatan budidaya (kawasan permukiman, pertanian,


perkebunan, pariwisata, pertambangan, industri, dan lain-lain) dan kawasan
lindung
(2) Sumberdaya Air
Analisis terhadap sumberdaya air dilakukan untuk memahami bentuk-bentuk
penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya air.
(3) Sumberdaya Udara
Analisis terhadap sumberdaya udara dilakukan untuk mengetahui bentuk-
bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya
udara dalam rangka pengembangan kawasan yang menjaga kualitas udara.
(4) Sumberdaya Hutan
Analisis terhadap sumberdaya hutan dilakukan untuk mengetahui daya Formatted: Indent: Left: 0.24"
dukung/kemampuan kawasan dalam menunjang fungsi hutan baik untuk
perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan
untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan
terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan sebagainya. Formatted: Swedish (Sweden)

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Lanjutan Tabel 1.1 Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
NO ASPEK PENJELASAN Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

10
(5) Sumberdaya Alam Lainnya Formatted: Centered
Analisis sumberdaya alam lainnya dapat mencakup sumberdaya hayati dan Formatted Table
non-hayati yang dimaksudkan untuk mengetahui bentuk-bentuk penguasaan,
penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan sumberdaya tersebut Formatted: Indent: Left: -0", Hanging:
0.23", Numbered + Level: 1 + Numbering
8 Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
LAHAN
PENGGUNAAN

penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian pemanfaatan lahan untuk kegiatan + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent
budidaya dan lindung. Analisis ini juga untuk mengetahui besarnya fluktuasi at: 0.5", Hyphenate, Tab stops: Not at 0.5"
intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan, perluasan fungsi kawasan, Formatted: Bullets and Numbering
okupasi kegiatan tertentu terhadap kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam Formatted: Indent: Left: 0.24"
pemanfaatan ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya dan
pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial ekonomi serta kelestarian
lingkungan
9
PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN

Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-


sumber pembiayaan pembangunan dan besaran biaya pembangunan baik dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan sumber-sumber
pembiayaan masyarakat, serta sumber sumber pembiayaan lainnya.

10
KELEMBAGAAN

Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas Pemerintah


Kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur
organisasi dan tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana kerja, produk-produk pengaturan, serta organisasi non-pemerintah
(Ornop) dan perguruan tinggi.

Sumber : Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, disesuaikan.


Formatted: English (U.S.)
Formatted: English (U.S.)

LAUT BANDA

# P. Dullah
P. Kei Besar

LAUT ARAFURA
P. Kei Kecil

Awan
Danau
HutanBakauPrimer
HutanLahan Kering Primer
HutanLahan Kering Sekunder
HutanMangrove Primer
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
HutanRawa Primer
Pantai berpasir
Pelabuhan Udara/Laut
Permukiman
Pertanian lahankering
11
I-
Pertanian lahankering bercampur dengan semak
Savanna
Semak/Belukar
TanahTerbuka
Transmigrasi
Gambar 1.1
Wilayah Perencanaan

Formatted: English (U.S.)

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

12
Formatted: Left: 1.58", Right: 1.18", Top:
1.38", Bottom: 1.18"
Formatted: English (U.S.)

Gambar 1.2 Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Metode Pelaksanaan Kegiatan
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

13
I-
TABEL 1.1
RUANG LINGKUP SUBSTANSI ANALISIS

NO ASPEK PENJELASAN
1 Analisis kebijaksanaan pembangunan adalah untuk memahami
PEMBANGUNAN
KEBIJAKSANAAN

arahan kebijakan pembangunan wilayah kabupaten yang


bersangkutann dan kedudukannya dalam perspektif
kebijaksanaan pembangunan nasional dan propinsi, serta untuk
mengantisipasi dan mengakomodasi program-program
pembangunan sektoral yang akan dilaksanakan. Oleh karena
itu, selain dilakukan pengkajian terhadap tujuan dan sasaran
pembangunan kabupaten yang bersangkutan, juga dilakukan
pengakajian terhadap RTRWP dan RTRWN serta program-
program sektoral untuk melihat peranan wilayah kabupaten
dalam pembentukan pola dan struktur ruang nasional dan
regional.
2 Analisis regional dilakukan untuk memahami kedudukan dan
REGIONAL
ANALISIS

keterkaitan kabupaten dalam sistem regional yang lebih luas


dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya.

3 Analisis ekonomi dilakukan untuk mewujudkan ekonomi


UNGGULAN
EKONOMI DAN SEKTOR

wilayah yang sustainable melalui keterkaitan ekonomi lokal


dalam sistem ekonomi wilayah yang lebih luas. Dalam
pengertian tersebut, analisis ekonomi diarahkan untuk
menciptakan keterkaitan ekonomi antar kawasan di dalam
wilayah kabupaten dan keterkaitan ekonomi antar wilayah
kabupaten.
Dari analisis ini, diharapkan diperoleh pengetahuan mengenai
karakteristik perekonomian wilayah dan ciri-ciri ekonomi
kawasan dengan mengidentifikasi basis ekonomi kabupaten,
sektor-sektor unggulan, besaran kesempatan kerja pertumbuhan
dan disparitas pertumbuhan ekonomi di wilayah kabupaten.
4 Analisis sumberdaya manusia dilakukan untuk memahami
MANUSIA
SUMBERDAYA

aspek-aspek kependudukan terutama yang memiliki pengaruh


timbal balik dengan pertumbuhan perkembangan sosial dan
ekonomi. Selain itu, analisis sumberdaya manusia dilakukan
untuk memahami faktor-faktor sosial kemasyarakatan yang
mempengaruhi perkembangan wilayah serta hubungan
kausalitas diantara faktor-faktor tersebut. Dari hasil analisis ini
dapat diketahui sebaran/distribusi, struktur, kualitas,
karakteristik masyarakat, tingkat pertumbuhan penduduk,
kendala dalam pergembangan serta potensi sumberdaya,
manusia yang dapat dikembangkan.

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

14
NO ASPEK PENJELASAN
5 A.Sistem Prasarana Transportasi Formatted: Bullets and Numbering
Analisis sistem prasarana transportasi yang meliputi
transportasi darat, air, dan udara dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai:
1.Keterkaitan fungsional dan ekonomi antar kota, antar Formatted: Bullets and Numbering
kawasan baik dalam wilayah maupun antar wilayah
kabupaten, dengan melihat pengumpul hasil produksi, pusat
kegiatan transportasi, dan pusat distribusi barang dan jasa;
2.Kecenderungan perkembangan prasarana transportasi yang
SUMBERDAYA BUATAN

ada;
3.Aksesibilitas lokasi-lokasi kegiatan di wilayah kabupaten.
B.Sistem Prasarana Pengairan Formatted: Bullets and Numbering
Analisis sistem prasarana pengairan dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai :
1.Keterkaitan fungsional antara sumber-sumber air baku Formatted: Bullets and Numbering
dengan lokasi atau kawasan industri, pertanian,
permukiman, dan sebagainya;
2.Kecenderungan perkembangan pelayanan prasarana Formatted: Swedish (Sweden)
pengairan yang ada;
3.Kondisi sumber air dikaitkan dengan upaya pelestarian;
4.Standar kebutuhan air baku pada masing-masing kegiatan.
C.Sistem prasarana wilayah lainnya Formatted: Bullets and Numbering
Yaitu prasarana energi/listrik, telekomunikasi, pengetolaan
lingkungan (seperti sampah, air limbah dan air bersih),
prasarana kota, dan sebagainya. Identifikasi ini dimaksudkan
untuk menemui dan mengenali fungsi, kondisi, dan tingkat
pelayanan prasarana wilayah tersebut.
6 Analisis terhadap sumberdaya alam dimaksudkan untuk
memahami kondisi, daya dukung lingkungan, dan untuk
memahami tingkat perkembangan pemanfaatan sumberdaya
lahan/tanah, sumberdaya air, sumberdaya udara, sumberdaya
hutan, dan sumberdaya alam lainnya serta potensi yang dapat
dikembangkan lebih lanjut dalam menunjang pengembangan
wilayah kabupaten.
a.Sumberdaya Tanah Formatted: Bullets and Numbering
SUMBERDAYA ALAM

Analisis sumberdaya tanah dilakukan untuk mengidentifikasi


potensi pengembangan berdasarkan kesesuaian tanah
merekomendasikan tentang peruntukan bagi kegiatan budidaya
(kawasan permukiman, pertanian, perkebunan, pariwisata,
pertambangan, industri, dan lain-lain) dan kawasan lindung.
b.Sumberdaya Air Formatted: Bullets and Numbering
Analisis terhadap sumberdaya air dilakukan untuk memahami
bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian
pemanfaatan sumberdaya air.
c. Sumberdaya Udara
Analisis terhadap sumberdaya udara dilakukan untuk
mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan
kesesuaian pemanfaatan sumberdaya udara dalam rangka
pengembangan kawasan yang menjaga kualitas udara.
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

15
I-
NO ASPEK PENJELASAN
d. Sumberdaya Hutan
Analisis terhadap sumberdaya hutan dilakukan untuk
mengetahui daya dukung/kemampuan kawasan dalam
menunjang fungsi hutan baik untuk perlindungan maupun
kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk Formatted: Swedish (Sweden)
menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap
dan terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan
sebagainya.
e. Sumberdaya Alam Lainnya
Analisis sumberdaya alam lainnya dapat mencakup
sumberdaya hayati dan non-hayati yang dimaksudkan untuk
mengetahui bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan
kesesuaian pemanfaatan sumberdaya tersebut.
7
PERMUKIMAN
SISTEM

Analisis sistem permukiman dilakukan untuk memahami


kondisi, jumlah, jenis, letak, ukuran, dan keterkaitan antar
pusat-pusat permukiman di wilayah kabupaten yang
digambarkan dengan sistem hirarki dan fungsi kawasan
permukiman.

8 Analisis penggunaan lahan dilakukan untuk mengetahui


LAHAN
PENGGUNAAN

bentuk-bentuk penguasaan, penggunaan, dan kesesuaian


pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan lindung.
Selain itu, dengan analisis ini dapat diketahui besarnya
fluktuasi intensitas kegiatan di suatu kawasan, perubahan,
perluasan fungsi kawasan, okupasi kegiatan tertentu terhadap
kawasan, benturan kepentingan sektoral dalam pemanfaatan
ruang, kecenderungan pola perkembangan kawasan budidaya
dan pengaruhnya terhadap perkembangan kegiatan sosial
ekonomi serta kelestarian lingkungan.
9
PEMBANGUNAN
PEMBIAYAAN

Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk


mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan
dan besaran biaya pembangunan baik dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), bantuan dan pinjaman luar negeri, perkiraan
sumber-sumber pembiayaan masyarakat, dan sumber-sumber
pembiayaan lainnya.
10
KELEMBAGAAN

Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas


Pemerintah Kabupaten dalam menyelenggarakan pembangunan
yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
Formatted: Swedish (Sweden)
pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
kerja, produk-produk pengaturan serta organisasi non- Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Outline numbered + Level: 2 + Numbering
pemerintah (Ornop) dan perguruan tinggi. Style: 1, 2, 3, … + Start at: 4 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0" + Indent at: 0.25",
Sumber : Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, disesuaikan. Hyphenate
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
1.7 1.7 Sistematika Laporan Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

16
Sistematika penyajian laporan penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara
yaitu sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan Formatted: Justified


Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metode Formatted Table
pendekatan, sistematika laporan, dasar hokum, dan ketentuan umum. Formatted: Justified
Formatted: Swedish (Sweden)
BAB II Tinjauan Kebijakan dan Analisis Lingkungan Strategis
Formatted: Justified
Berisi tentang kedudukan kabupaten dalam lingkup global, nasional,
provinsi, serta memuat tentang peluang dan tantangan pengembangan. Formatted: Justified
Formatted: Justified
BAB III Isu Strategis Pengembangan Wilayah Formatted: Justified
Berisi tentang kesimpulan dari laporan antara yang memuat tentang tata Formatted: Justified
ruang dan lahan, sumber daya air, kerawanan dan resiko bencana alam,
Formatted: Justified
ekonomi wilayah, prasarana wilayah, serta fasilitas permukiman.

BAB IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Formatted: Swedish (Sweden)
Berisi penjelasan mengenai tujuan dan azas penataan ruang, kebijakan Formatted: Justified
umum pengembangan, kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ruang, serta kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang. Formatted: Swedish (Sweden)

BAB V Rencana Struktur Ruang Wilayah


Berisi penjelasan mengenai rencana pengembangan dan kriteria sistem
perkotaan, sistem transportasi, sistem energi, sistem sumber daya air,
sistem telekomunikasi, dan sistem pengelolaan lingkungan.

BAB VI Rencana Pola Ruang Wilayah


Berisi penjelasan mengenai rencana pengembangan dan kriteria kawasan
lindung dan kawasan budidaya.

BAB VII Rencana Pengembangan Kawasan Strategis


Berisi penjelasan mengenai rencana kawasan strategis yang menyangkut
kepentingan ekonomi, kepentingan lingkungan, budaya pertahanan dan
keamanan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi dan lainnya.

BAB VIII Arahan Pemanfaatan Ruang


Berisi penjelasan mengenai ruang lingkup program utama, serta indikasi
program utama yang mencakup program pembentuk struktur ruang dan
program pembentuk pola ruang. Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Swedish (Sweden)
BAB IX Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Berisi penjelasan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang, arahan
ketentuan umum, keterkaitan perijinan dalam pengendalian, ketentuan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi Formatted: Swedish (Sweden)

BAB X Arahan Pengelolaan Resiko Bencana


Berisi penjelasan mengenai manajemen resiko bencana gempa, tsunami,
banjir, dan bencana longsor. Formatted: Swedish (Sweden)
Sistematika penyajian Laporan Akhir kegiatan penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Formatted: Swedish (Sweden)
Tenggara ini adalah :
Formatted: Swedish (Sweden)
BAB I Pendahuluan
Formatted: Swedish (Sweden)
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

17
I-
Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metode pendekatan, Formatted: Swedish (Sweden)
sistematika laporan, dasar hokum, dan ketentuan umum.
BAB II Tinjauan Kebijakan dan Analisis Lingkungan Strategis Formatted: Swedish (Sweden)
Berisi tentang kedudukan kabupaten dalam lingkup global, nasional, provinsi, serta
memuat tentang peluang dan tantangan pengembangan.
BAB III Isu Strategis Pengembangan Wilayah Formatted: Swedish (Sweden)
Berisi tentang kesimpulan dari laporan antara yang memuat tentang tata ruang dan
lahan, sumber daya air, kerawanan dan resiko bencana alam, ekonomi wilayah,
prasarana wilayah, serta fasilitas permukiman.
BAB IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
Berisikan penjelasan mengenai tujuan dan azas penataan ruang, kebijakan umum
pengembangan, kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, serta kebijakan
dan strategi pengembangan pola ruang.
BAB V Rencana Struktur Ruang Wilayah Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai rencana pengembangan dan kriteria sistem perkotaan, Formatted: Swedish (Sweden)
sistem transportasi, sistem energi, sistem sumber daya air, sistem telekomunikasi, dan
sistem pengelolaan lingkungan.
BAB VI Rencana Pola Ruang Wilayah Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai rencana pengembangan dan kriteria kawasan lindung Formatted: Indent: Left: 0.2"
dan kawasan budidaya. Formatted: Swedish (Sweden)
BAB VII Rencana Pengembangan Kawasan Strategis
Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai rencana kawasan strategis yang menyangkut
kepentingan ekonomi, kepentingan lingkungan, budaya pertahanan dan keamanan, Formatted: Swedish (Sweden)
serta ilmu pengetahuan dan teknologi dan lainnya.
BAB VIII Arahan Pemanfaatan Ruang Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai ruang lingkup program utama, serta indikasi program Formatted: Swedish (Sweden)
utama yang mencakup program pembentuk struktur ruang dan program pembentuk
pola ruang.
BAB IX Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang, arahan ketentuan Formatted: Swedish (Sweden)
umum, keterkaitan perijinan dalam pengendalian, ketentuan insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi.
BAB X Arahan Pengelolaan Resiko Bencana Formatted: Swedish (Sweden)
Berisikan penjelasan mengenai manajemen resiko bencana gempa, tsunami, banjir, Formatted: Swedish (Sweden)
dan bencana longsor. Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Outline numbered + Level: 2 + Numbering
1.8 1.8 Dasar Hukum Style: 1, 2, 3, … + Start at: 4 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0" + Indent at: 0.25",
Hyphenate
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
WilayahRTRW Kabupaten Maluku Tenggara, adalah yaitu sebagai berikut : After: 3 pt
1.(1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;, Formatted: Space After: 3 pt
2.(2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,; Formatted: Bullets and Numbering
3.(3) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Formatted: English (U.S.)
Nasional;,
Formatted: English (U.S.)
4.(4) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002 tentang
Formatted: English (U.S.)
Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Keputusan
Formatted: Font: Not Italic, English (U.S.)
Menteri Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2002;,
Formatted: English (U.S.)
5.(5) Pedoman Penyusunan RTR Wilayah Kabupaten, Keputusan Menteri Kimpraswil
No.mor 327/kpts/2003 tentang Pedoman Penyusunan RTR Wilayah Kabupaten Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
beserta draft rRevisinya , Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

18
6.(6) Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 534 Tahun 2001 tentang Pedoman
pengembangan sarana dan prasarana wilayah, termasuk Standar Pelayanan
Minimun (SPM) yang dikuatkan memaluai Keputusan Menteri Kimpraswil No.
534 Tahun 2001.
Formatted: Swedish (Sweden)

1.9 1.9 Ketentuan Umum Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Outline numbered + Level: 2 + Numbering
Style: 1, 2, 3, … + Start at: 4 + Alignment: Left
Beberapa kKetentuan umum dalam yang digunakan dalam laporan laporan RTRW + Aligned at: 0" + Indent at: 0.25",
Kabupaten Maluku ini antara lain meliputi : Hyphenate

1.(1) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
After: 6 pt
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia, dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Formatted: Finnish

2.(2) Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Formatted: Space After: 3 pt

3.(3) Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan Formatted: Bullets and Numbering

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi Formatted: Finnish
masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.
4.(4) Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
5.(5) Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6.(6) Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
7.(7) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
8.(8) Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9.(9) Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
10.(10) Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
11.(11) Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
12.(12) Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
13.(13) Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
14.(14) Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
15.(15) Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
16.(16) Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

19
I-
17.(17) Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batasdan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
18.(18) Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
19.(19) Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
20.(20) Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
21.(21) Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
22.(22) Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
23.(23) Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
24.(24) Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan serta sistem
agrobisnis.
25.(25) Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
26.(26) Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang
dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan
jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta)
jiwa.
27.(27) Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih
kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah
sistem.
28.(28) Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan
dunia.
29.(29) Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi
terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
30.(30) Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

20
31.(31) Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
32.(32) Izin Ijin pemanfaatan ruang adalah ijzin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
33.(33) Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
34.(34) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang penataan ruang.
Formatted: Swedish (Sweden)

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

21
I-
BAB 2 Formatted: Left: 1.38", Right: 1.06",
Bottom: 1.06"
TINJAUAN KEBIJAKAN DAN
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS

2.1 Kedudukan Kabupaten Maluku Tenggara dalam Lingkup Global

Kinerja suatu wilayah di dalam lingkup global dapat dilihat dari kinerja ekspor dan
impornya. Tren pertumbuhan jangka panjang ekspor dan impor suatu wilayah mencerminkan
perubahan jangka panjang tingkat daya saing dari wilayah tersebut untuk produk-produk
bersangkutan di dalam perdagangan global. Prospek ke depan tingkat daya saing dari negara
tersebut dapat diprediksi dengan menggunakan data historis mengenai tren pertumbuhan itu.
Dasar pemikiran teorinya yaitu jika laju pertumbuhan ekspor dan impor dari suatu wilayah
dalam 10 tahun belakangan ini menunjukkan tren yang masing-masing meningkat dan
menurun atau laju pertumbuhan ekspor rata-rata per tahun lebih besar daripada laju
pertumbuhan impor rata-rata per tahun (ekspor neto meningkat), maka dapat dikatakan bahwa
tingkat daya saing dari produk-produk dari wilayah tersebut relatif terhadap produk-produk
serupa buatan wilayah lain baik di pasar domestik (persaingan impor) maupun di pasar luar
negeri (persaingan ekspor) membaik dengan asumsi kondisi ‘internal’ maupun ‘eksternal’
tetap mendukung sehingga di masa depan daya saing dari wilayah tersebut akan lebih baik.

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
Gambar 2.1 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

13
Orientasi Ekspor Kabupaten Maluku Tenggara
Kabupaten Maluku Tenggara dalam konteks global memiliki keterkaitan perdagangan
dengan beberapa negara di Asia antara lain Thailand, Jepang, Singapura, Korea, dan
Hongkong. Jenis komoditas yang diekspor berupa hasil ikan laut melalui Pelabuhan Tual.

Perkembangan ekspor Kabupaten Maluku Tenggara dalam 3 tahun terakhir


memperlihatkan perkembangan yang positif. Volume ekspor dari tahun ke tahun menunjukkan
kecenderungan yang terus meningkat. Kondisi ini menggambarkan bahwa potensi ekspor
komoditas hasil laut Kabupaten Maluku Tenggara masih cukup tinggi

Gambar 2.2
Perkembangan Ekspor Kabupaten Maluku Tenggara 2004-2006

2.1.1 Tinjauan terhadap KESR AIDA dan BIMP-EAGA

Kerjasama sub regional diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatan kerjasama


perdagangan luar negeri. Peningkatan kerjasama ekonomi sub regional telah diupayakan sejak
awal tahun 1990-an yaitu semenjak pemberlakuan AFTA yang ditandai dengan pembentukan
Kawasan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional (KESR) Indonesia–Malaysia-Thailand Growth
Triangle (IMT-GT) pada tahun 1993,Sebagai upaya untuk meningkatan kerjasama
perdagangan luar negeri, maka kerjasama sub regional diselenggarakan. Upaya peningkatan
kerjasama ekonomi sub regional sesungguhnya telah dimulai sejak awal tahun 1990an
semenjak pemberlakuan AFTA, yang ditandai dengan pembentukan Kawasan Kerjasama
Ekonomi Sub-Regional (KESR) Indonesia–Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT)
pada tahun 1993. pada tahun 1994 dibentuk Kawasan Sub Regional Brunei Darussalam, Formatted: Dutch (Netherlands)
Indonesia–Malaysia–the Philippine-East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Ppada tahun
1995 dibentuk Kawasan Sub Regional Indonesia–Malaysia-Singapore Growth Triangle (IMS-
GT) sebagai perluasan dari kerjasama Singapura–-Johor–Riau (SIJORI),. Selanjutnya pada Formatted: Dutch (Netherlands)
tahun 1994 dibentuk Kawasan Sub Regional Brunei Darussalam, Indonesia–Malaysia–the
Philippine-East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), dan pada tahun 1997 dibentuk Kawasan
Pengembangan Sub Regional Australia-Indonesia Development Area (AIDA).
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

14
Penataan koordinasi KESR perlu dilakukan untuk lebih memacu KESR agar dapat lebih Formatted: Font: Times New Roman, Dutch
efektif dan efisien. Penetapan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 13 Tahun 2001 tentang (Netherlands)
Tim Koordinasi Kerjasama Ekonomi Sub Regional pada tanggal 18 Januari menggantikan Formatted: Indent: First line: 0.38", Don't
Keppres No. 184 Tahun 1998 sebagai upaya untuk mendukung penataan koordinasi KESR hyphenate
tersebut. Menteri Koordinator Perekonomian ditunjuk sebagai Ketua Tim dengan keanggotaan
tim terdiri dari beberapa Menteri terkait antara lain Kepala Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional (Bappenas), para Gubernur yang wilayahnya termasuk dalam KESR,
dan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
Wilayah-wilayah yang tercakup dalam KESR di Indonesia dapat dilihat pada Gambar Formatted: Font: Times New Roman, Dutch
2.3. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa KESR yang melibatkan Kabupaten Maluku (Netherlands)
Tenggara yaitu KESR AIDA dan KESR BIMP-EAGA. Pembahasan masing-masing KESR Formatted: Font: Times New Roman, Dutch
tersebut dilakukan pada pembahasan berikut. (Netherlands)
Formatted: Font: Times New Roman, Dutch
Wilayah Kawasan Ekonomi Sub-Regional (KESR) (Netherlands)
Formatted: Font: Times New Roman
IMT-GT BIMP-EAGA
THAILAND
PHILIP INA
Formatted: Dutch (Netherlands)
IMS-GT
Formatted: Dutch (Netherlands)
#
#
BRUNAI
D. I. ACE
# H #
DARUSS ALAM
# MALAYS IA
# BARAT
# #
#
#
# MALAYS IA
#
SUMATE RA
# TIMUR #
#
UTARA
#
#
KALIMANTAN #
RIAU # SULAWE SI
# TIMUR # #
# KALIMANTAN UTARA
# #
# #
#
BARAT #
#
# SULAWE SI
#
# # #
TENGAH # #
SUMATE RA KALIMANTAN
# #J AMBI #
# TENGAH #
BARAT #
# # # #
#
#
#
SUMATE RA # # # # #SI
# # SULAWE #
# #
S ELATAN # # # P
# # #
# S ELATAN
#
# #
BENGKULU
# # #
KALIMANTAN # #
IRIAN J AYA A
#
# # #
SELATAN # P
# MALUKU
# #
# # U
LAMPUNG #
#
SULAWESI
#
# A
# TE NG GARA
# ##
#
DKI. JAKARTA
# N
# # #
# # # #
# J AWA TE NG# AH
# # U
## # # # # # # ## # # # #
# # #
# # ## # #
# G
J AWA BARAT # # # # #
## # # # #
J AWA# TIMUR NUSA TENGGARA I
D. I. # # #
# ##
# # # # #
# # # # # BARAT # # # # N
YOGYAKARTA # # #
# #
#
BALI I
NUSA TENGGARA
#
# TIMUR

AIDA AUSTRALIA

Sumber : Departemen PU, 2004


Gambar 2.3
Wilayah Kerjasama Ekonomi Sub-Regional Formatted: Font: Not Bold

Untuk lebih memacu kerjasama ekonomi sub regional dianggap perlu untuk
melakukan penataan koordinasi KESR agar dapat lebih efektif dan efisien. Sehubungan
dengan hal tersebut telah diterbitkan Surat Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2001 tentang
Tim Koordinasi Kerjasama Ekonomi Sub Regional (tanggal 18 Januari), menggantikan
Keppres No. 184 Tahun 1998. Menteri Koordinator Perekonomian ditunjuk sebagai Ketua
Tim. Adapun keanggotaan tim terdiri dari beberapa menteri terkait, Kepala Badan Perencanaan
dan Pembangunan Nasional, para gubernur yang wilayahnya termasuk dalam KESR, dan
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri. Wilayah-wilayah yang tercakup dalam Kerjasama
Ekonomi Sub Regional (KESR) di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.2. Berdasarkan
gambar tersebut dapat dilihat bahwa KESR yang melibatkan Kabupaten Maluku Tenggara
adalah KESR AIDA dan KESR BIMP-EAG. Pembahasan masing-masing KESR tersebut
dilakukan pada pembahasan berikut.

Pengembangan BIMP-EAGA berdasarkan sejarahnya lebih bersifat politis dan bukan Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
program pemerintah semata namun lebih dititikberatkan pada mekanisme peran kerjasama Formatted: Centered, Position: Vertical: In
pemerintah dengan swasta (public private sector) bagi masuknya aliran investasi dan peluang line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
perdagangan bagi masyarakat bisnis. Mekanisme dalam pembentukkannya bertujuan untuk
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

15
meningkatkan perdagangan, pariwisata, dan investasi di kawasan ini yang dilakukan melalui
fasilitasi pergerakan manusia, barang dan jasa, pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan
sumber daya alam, serta pemanfaatan komplementaritas ekonomi. Hubungan perdagangan
diantara negara-negara di kawasan ini pada dasarnya telah berlangsung lama (Melanesia-
Polinesia) bahkan sebelum era kolonial tanpa adanya batas negara selama berabad-abad namun
dengan terbentuknya negara kegiatan perdagangan ini memiliki batas negara. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kerjasama BIMP-EAGA sebagai melanjutkan kembali
perdagangan dan ikatan budaya diantara kedua rumpun bangsa.Berdasarkan sejarahnya,
pengembangan BIMP-EAGA lebih bersifat politis dan bukan program pemerintah semata,
namun lebih dititikberatkan pada mekanisme peran kerjasama pemerintah dengan swasta
(public private sector) bagi masuknya aliran investasi dan peluang perdagangan bagi
masyarakat bisnis. Mekanisme dalam pembentukkannya bertujuan untuk meningkatkan
perdagangan, pariwisata dan investasi di kawasan ini yang dilakukan melalui fasilitasi
pergerakan manusia, barang dan jasa serta pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan
sumber daya alam serta memanfaatkan komplementaritas ekonomi. Hubungan perdagangan
diantara negara-negara di kawasan ini pada dasarnya telah berlangsung lama (Melanesia-
Polinesia) bahkan sebelum era kolonial tanpa adanya batas negara selama berabad-abad,
namun dengan terbentuknya negara kegiatan perdagangan ini memiliki batas negara. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kerjasama BIMP-EAGA sebagai melanjutkan kembali
perdagangan dan ikatan budaya diantara kedua rumpun bangsa.

Brunei Darussalam, Indonesia–Malaysia–the Philippine-East ASEAN Growth Area Formatted: English (U.S.)
memiliki sumberdaya alam yang dapat dikelola bagi perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Keterlibatan Kabupaten Maluku Tenggara dalam KESR ini dari indikator perdagangan
antarnegara ternyata nilainya masih relatif rendah. Komoditas pertanian dan hasil laut masih
merupakan komoditas yang diekspor ke Malyasia sebagai salah satu anggota KESR ini.
Kabupaten Maluku Tenggara dilihat dari lokasinya memiliki potensi yang strategis untuk
membina hubungan kerjasama dengan negara BIEMP-EAGA.BIMP-EAGA memiliki sumber
daya alam yang dapat dikelola bagi perdagangan, investasi dan pariwisata. Namun keterlibatan
Kabupaten Maluku Tenggara dalam KESR ini, dari indikator perdagangan antar negara
ternyata nilainya masih relatif rendah. Komoditas pertanian dan hasil laut masih merupakan
komoditas yang diekspor ke Malaysia sebagai salah satu anggota KESR ini. Dilihat dari
lokasinya, Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi yang strategis untuk membina
hubungan kerja sama dengan negara BIMP-EAGA.

Semua hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa inisiatif yang telah
dilakukan oleh keempat negara anggota ASEAN akan memperkuat jalan bagi meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan sosial diantara negara anggota namun demikian peluang yang ada
belum termanfaatkan secara optimal oleh sektor swasta untuk memperluas kegiatan bisnis
yang merupakan penggerak utama pertumbuhan di kawasan ini. Brunei Darussalam,
Indonesia–Malaysia–the Philippine-East ASEAN Growth Area akan tetap konsisten dalam
mendukung globalisasi perdagangan dengan terus mengalami kerjasama ekonomi regional dan
akan memberikan peran yang besar dalam pembangunan ASEAN secara keseluruhan.Dari
semua hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa inisiatif yang telah dilakukan oleh keempat
negara anggota ASEAN ini akan memperkuat jalan bagi meningkatnya pertumbuhan ekonomi
dan sosial diantara negara anggota. Namun demikian, peluang yang ada belum termanfaatkan
secara optimal oleh sektor swasta untuk memperluas kegiatan bisnis yang merupakan
penggerak utama pertumbuhan di kawasan ini. BIMP-EAGA akan tetap konsisten dalam
mendukung globalisasi perdagangan, dengan terus mengalami kerjasama ekonomi regional
dan akan memberikan peran yang besar dalam pembangunan ASEAN secara keseluruhan.

Gagasan pembentukan KESR AIDA yang dideklarasikan pada tanggal 25 Oktober


1996 di Ambon Provinsi Maluku didasarkan pada kepentingan kedua negara. Kepentingan Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

16
utama dari sisi Indonesia menjalin hubungan ini yaitu adanya kesenjangan wilayah (regional
disparity) dan adanya ketertinggalan antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan Kawasan
Barat Indonesia (KBI). Pemerintah Australia dalam hubungan ini memiliki kepentingan
khususnya bagi pengembangan ekonomi Negara Bagiannya khususnya Nortern Territory yang
diharapkan akan berperan sebagai pintu gerbang ke Asia. Gagasan ini mendapat dukungan
sepenuhnya dari kedua negara dengan melihat kedekatan geografi dan hubungan ekonomi
diantara kedua negara selama ini.Gagasan pembentukan Kerjasama Ekonomi Sub–Regional
(KESR) Australia-Indonesia Development Area (AIDA) yang dideklarasikan pada tanggal 25
Oktober 1996 di Ambon – Maluku didasarkan pada adanya kepentingan kedua negara. Dari
sisi Indonesia kepentingan utama berhubungan dengan adanya kesenjangan wilayah (regional
disparity), selain adanya ketertinggalan antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan
Kawasan Barat Indonesia (KBI), sedangkan pemerintah Australia berkepentingan khususnya
bagi pengembangan ekonomi Negara Bagian khususnya Nortern Territory yang diharapkan
akan berperan sebagai pintu gerbang ke Asia. Gagasan ini mendapat dukungan sepenuhnya
dari kedua negara dengan melihat kedekatan geografi maupun hubungan ekonomi diantara
kedua negara selama ini.

Kepentingan geopolitik dan geostrategi Australia tidak dapat lepas dari eksistensi
Indonesia. Indonesia juga harus melihat Australia sebagai alternatif yang bermanfaat bagi
pemulihan ekonomi nasional sehingga tidak terlalu tergantung pada Amerika Serikat dan Asia
Timur. Perkembangan hubungan antarnegara ASEAN dapat dikatakan dalam kerangka
hubungan kerjasama ekonomi yang terarah pada upaya bersama sebagai mitra dengan
kelompok organisasi regional lain. Sampai saat ini upaya pemulihan ekonomi sebagian negara-
negara ASEAN berjalan lambat dan menimbulkan kompetisi diantara negara-negara ASEAN
untuk dapat mengatasi masalah ekonominya secara sendiri-sendiri. Kondisi ini mendorong
Indonesia untuk mulai melihat manfaat dalam hubungan bilateral dengan Australia bagi
pemulihan ekonomi sebagai upaya mencari alternatif lain.Kepentingan geopolitik maupun
geostrategi Australia tidak bisa lepas dari eksistensi Indonesia. Sebaliknya, Indonesia harus
melihat Australia sebagai alternatif yang bermanfaat bagi pemulihan ekonomi nasional
sehingga tidak terlalu tergantung pada Amerika Serikat dan Asia Timur. Selain itu
perkembangan hubungan antar Negara ASEAN memang dapat dikatakan dalam kerangka
hubungan kerjasama ekonomi yang terarah pada upaya bersama sebagai mitra dengan
kelompok organisasi regional lain. Namun sampai saat ini upaya pemulihan ekonomi sebagian
negara-negara ASEAN berjalan lambat, dan timbul kompetisi diantara negara-negara ASEAN
untuk dapat secara sendiri-sendiri mengatasi masalah ekonominya. Dengan kondisi ini, maka
Indonesia harus mulai melihat manfaat Australia dalam hubungan bilateral bagi pemulihan
ekonomi sebagai upaya mencari alternatif lain.

Hubungan ekonomi Indonesia-Australia terus berkembang meskipun kedua negara


merupakan negara yang memiliki volume perdagangan yang besar dengan negara-negara lain.
Faktor komplementaritas dalam hubungan ekonomi ini sangat kecil khususnya terhadap ekspor
utama produk-produk primer. Australia sebagai salah satu negara persemakmuran Inggris
(British Commonwealth) dalam melakukan perdagangan lebih banyak dengan negara-negara
persemakmuran Inggris lainnya. Indonesia-Australia saat ini sedang menuju ke industrialisasi
melalui kebijakan substitusi impor dengan membuat deregulasi ekonomi. Indonesia
mengimpor terutama produk-produk primer Australia sementara Australia mengimpor
terutama minyak mentah dan beberapa produk manufaktur dari Indonesia. Australia menjadi
mitra dagang terbesar kelima sementara Indonesia menjadi mitra dagang terbesar ketigabelas
bagi Australia.Hubungan ekonomi Indonesia-Australia terus berkembang, walaupun dapat
dilihat bahwa kedua negara merupakan negara yang memiliki volume perdagangan yang besar Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
dengan negara-negara lain. Faktor komplementaritas dalam hubungan ekonomi ini juga sangat Formatted: Centered, Position: Vertical: In
kecil, khususnya terhadap ekspor utama produk-produk primer. Australia sebagai salah satu line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
negara persemakmuran Inggris (British Commonwelth) dalam melakukan perdagangan lebih
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

17
banyak dengan negara-negara persemakmuran Inggris lainnya. Kedua negara saat ini sedang
menuju ke industrialisasi melalui kebijakan substitusi impor dengan membuat deregulasi
ekonomi. Indonesia mengimpor terutama produk-produk primer Australia, sedangkan
Australia mengimpor terutama minyak mentah dan beberapa produk manufaktur dari
Indonesia. Australia adalah mitra dagang terbesar kelima, sedangkan Indonesia adalah mitra
dagang terbesar ketigabelas bagi Australia.

Sementara ini dalam kaitannya dengan sektor investasi Indonesia-Australia, investor


Australia memiliki persepsi bahwa menanamkan modal di Indonesia masih besar resikonya.
Hal ini disebabkan berbagai masalah struktural di Indonesia sebagai akibat lemahnya
penegakan hukum dan kurangnya prospek investasi baru dalam kaitannya bagi proyek-proyek
besar namun demikian investor Australia terus menunjukkan minat tinggi khususnya di bidang
agribisnis, sektor jasa, perikanan, pertambangan dan pariwisata. Hal ini dikarenakan Indonesia
dinilai memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah. Persepsi resiko investasi di
Indonesia tidak dapat dihapus melalui jalur resmi pemerintah-ke-pemerintah (G-to-G) yang
beberapa waktu lalu memang menjadi patokan dalam hubungan dagang kedua negara.Dalam
sektor investasi, sementara ini investor Australia memiliki persepsi, bahwa menanamkan
modal di Indonesia masih besar resikonya. Hal ini disebabkan berbagai masalah struktural di
Indonesia sebagai akibat lemahnya penegakan hukum dan kurangnya prospek investasi baru
dalam kaitannya bagi proyek-proyek besar. Namun investor Australia terus menunjukkan
minat tinggi, khususnya di bidang agribisnis, sektor jasa, perikanan, pertambangan dan
pariwisata, karena Indonesia dinilai memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah.
Persepsi resiko investasi di Indonesia tidak bisa dihapus melalui jalur resmi pemerintah-ke-
pemerintah (G-to-G) yang beberapa waktu lalu memang menjadi patokan dalam hubungan
dagang kedua negara.

Keterlibatan Kabupaten Maluku Tenggara dalam KESR ini berdasarkan indikator


perdagangan antarnegara yang melibatkan Kabupaten Maluku Tenggara dengan Australia
ternyata belum terlihat signifikan. Perkembangan yang terjadi dalam hubungan ekonomi
tersebut mendorong perlu terus ditingkatkan kerjasama ekonomi bilateral dalam kerangka
KESR-AIDA. Kerjasama ini tidak dapat dilakukan hanya oleh masing-masing pemerintah
yang berperan sebagai fasilitator namun sektor swasta (private sector) juga harus berperan
lebih besar bahkan sebagai penggerak utama (prime mover) kerjasama ekonomi ini.
Pemerintah masing-masing sebagai fasilitator harus dapat menghapus hambatan politik,
kebijakan, dan hambatan fisik karena dengan penghapusan atau pengurangan hambatan-
hambatan tersebut akan dapat memperlancar arus investasi untuk memanfaatkan keunggulan
dan komplentaritas kawasan.
Keterlibatan Kabupaten Maluku Tenggara dalam KESR ini berdasarkan indikator
perdagangan antar negara yang melibatkan Kabupaten Maluku Tenggara dengan Australia
ternyata belum terlihat signifikan. Dengan melihat perkembangan yang terjadi dalam
hubungan ekonomi tersebut, kerjasama ekonomi bilateral dalam kerangka KESR-AIDA perlu
terus ditingkatkan. Namun demikian kerjasama ini tidak dapat dilakukan hanya oleh masing-
masing pemerintah yang berperan sebagai fasilitator, tentunya sektor swasta (private sector)
harus berperan lebih besar, bahkan sebagai penggerak utama (prime mover) kerjasama
ekonomi ini. Pemerintah masing-masing sebagai fasilitator harus dapat menghapus hambatan
politik, kebijakan dan hambatan fisik. Menghapus atau mengurangi hambatan–hambatan
tersebut akan memperlancar arus investasi untuk memanfaatkan keunggulan dan
komplentaritas kawasan.

2.1.2 Nilai Strategis Kawasan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Berdasarkan konstelasi lokasi Kabupaten Maluku Tengara berdasarkan konstelasi Formatted: Indent: First line: 0.38"
lokasinya maka kabupaten ini merupakan kawasan yang cukup strategis karena merupakan Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

18
salah satu jalur laut yang menghubungkan antara Australia dengan Kawasan Timur
IndonesiaKTI. Kawasan ini terletak di sekikitar Laut Banda yang mempunyai potensi
perikanan yang besar. Oleh karena ituDengan demikian Kabupaten Maluku Tenggara
berpotensi untuk mengembangkan pengembangan kegiatan ekspor komoditas perikanan ke
Australia atau ke kawasan Asia Timur.

2.2 Kedudukan Kabupaten dalam Lingkup Nasional Formatted: All caps


Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Formatted: No bullets or numbering
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 20 tentang
Penataan Ruang menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;
penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan, keterkaitan,
dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, dan keserasian antarsektor; penetapan
lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; serta
penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Dengan demikian RTRWN disusun
dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang antara lain tantangan
globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antarkawasan, kondisi
fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang rentan terhadap bencana,
dampak pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang
kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara, sereta peran teknologi dalam
memanfaatkan ruangSesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang
nasional; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; mewujudkan keterpaduan,
keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar
sektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis
nasional; dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Oleh karena itu, RTRWN disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang
berkembang, antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan
perkembangan antar kawasan, kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang rentan terhadap bencana, dampak pemanasan global, pengembangan potensi
kelautan dan pesisir, pemanfaatan ruang kota pantai, penanganan kawasan perbatasan negara,
dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Upaya pembangunan nasional juga harus ditingkatkan untuk mengantisipasi dinamika


pembangunan tersebut melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil
guna dan berdaya guna. Peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala
bidang pembangunan menjadi salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud
tersebut.
Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan nasional
juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara berhasil
guna dan berdaya guna. Salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk mencapai maksud Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
tersebut adalah peningkatan keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang Formatted: Centered, Position: Vertical: In
pembangunan. line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

19
Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan memperkuat struktur ekonomi yang memberikan
efek pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan
tetap memperhatikan kelestarian fungsi serta keseimbangan lingkungan hidup dan
keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Dengan
demikian, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber
daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman,
tertib, efektif, dan efisien.
Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,
bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya, dengan mengutamakan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek
pengganda yang maksimum terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan
tetap memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta
keanekaragaman hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sehubungan
dengan itu, RTRWN yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional
merupakan matra spasial dalam pembangunan nasional yang mencakup pemanfaatan sumber
daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup dapat dilakukan secara aman,
tertib, efektif, dan efisien.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memadukan dan menyerasikan tata guna tanah,
tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan
kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan
sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya
untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni :
RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air,
dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis
dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan
disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan
lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk
mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, yakni :
(1) Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
(2) Keharmonisan antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan. 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
(3) Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. at: 0" + Tab after: 0.25" + Indent at: 0.25",
Tab stops: Not at 0.25"
(4) Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di Formatted: Bullets and Numbering
dalam bumi dalam kerangka NKRI.
(5) Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
(6) Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
(7) Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah. Formatted: Indonesian

(8) Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor.


(9) Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
1.Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
2.Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
3.Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

20
4.Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5.Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
6.Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
7.Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah.
8.Keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor.
9.Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan


struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup
sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air. Pola
ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk kawasan
andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis
nasional.
Tujuan-tujuan di atas diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup
sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air. Pola
ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk kawasan
andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis
nasional.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ini selain menetapkan rencana pengembangan Formatted: Swedish (Sweden)
struktur ruang dan pola ruang juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang,
kawasan andalan, dan kawasan strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan
indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian
pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRWN ini juga
menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan kawasan
strategis nasional; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas
indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan
sanksi. Terkait dengan kegiatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional harus dijadikan sebagai salah satu dasar Formatted: Swedish (Sweden)
kebijakan penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara karena secara substansial rencana
tata ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota sangat berkaitan erat dengan RTRWN.
Penyusunan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara ini maka RTRWN harus dijadikan
sebagai salah satu dasar kebijakan karena secara substansial rencana tata ruang provinsi
maupun kabupaten/kota sangat berkaitan erat dengan RTRWN.

Arahan pengembangan sistem permukiman nasional dilakukan melalui pengembangan Formatted: Swedish (Sweden)
pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun pedesaan sebagai
pelayanan ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan, dan pusat pelayanan jasa baik bagi
kawasan permukiman dan daerah sekitarnya. Pusat-pusat permukiman ditujukan untuk
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
wilayahnya dan wilayah sekitarnya.
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
Arahan pengembangan sistem permukiman nasional dilakukan melalui pengembangan 0.21"
pusat-pusat permukiman baik pusat permukiman perkotaan maupun pedesaan sebagai Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

21
pelayanan ekonomi, pusat pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa baik bagi
kawasan permukiman dan daerah sekitarnya. Pusat-pusat permukiman ditujukan untuk
melayani perkembangan berbagai usaha atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam
wilayahnya dan wilayah sekitarnya.

Pusat-pusat permukiman perkotaan dikembangkan saling terkait dengan tingkatan fungsi


kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL). Pusat-pusat kegiatan di Provinsi Maluku berdasarkan RTRWN perlu
diperhatikan sebagai salah satu dasar perencanaan ruang di Kabupaten Maluku Tenggara
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Pusat-pusat permukiman perkotaan dikembangkan saling terkait dengan tingkatan
fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL). Sebagai salah satu dasar perencanaan ruang di Kabupaten Maluku
Tenggara, maka perlu diperhatikan pusat-pusat kegiatan di Provinsi Maluku berdasarkan
RTRWN seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

TABEL Tabel 2.1


Sistem Perkotaan di Provinsi MalukuSISTEM PERKOTAAN DI PROVINSI MALUKU Formatted: Swedish (Sweden)

PKN PKW PKSN Formatted: Font: 5 pt


Ambon (I/C/1) 1. Masohi (I/C/1) 1. Saumlaki (I/A/2) Formatted: Indent: Left: -0.02", Hanging:
2. Werinama (II/C/2) 2. Ilwaki (II/A/2) 0.15", Numbered + Level: 1 + Numbering
3. Kairatu (II/C/1) 3. Dobo (II/A/2) Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent
4. Tual (II/C/1)
at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
5. Namlea (II/C/1)
6. Wahai (II/B) Formatted: Bullets and Numbering
7. - Bula (II/B)
Sumber : PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Keterangan: I - IV :Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan Formatted: Swedish (Sweden)
A/2 : Pengembangan Baru
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan
Nasional
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
C/2 : Pengembangan Baru Formatted: Swedish (Sweden)

PKN PKW PKSN


Ambon (I/C/1) - Masohi (I/C/1) - Saumlaki (I/A/2)
- Werinama (II/C/2) - Ilwaki (II/A/2)
- Kairatu (II/C/1) - Dobo (II/A/2)
- Tual (II/C/1)
- Namlea (II/C/1)
- Wahai (II/B)
- Bula (II/B)
Sumber : PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Ket : I – IV :Tahapan Pengembangan
A: Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan perbatasan
A/2 : Pengembangan Baru
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat
Pertumbuhan Nasional
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

22
C/2 : Pengembangan Baru
TABELabel 2.2
Kawasan Andalan di Provinsi MalukuKAWASAN ANDALAN DI PROVINSI MALUKU Formatted: Swedish (Sweden)

Kota Daerah Formatted: Swedish (Sweden)


Fungsi
Kawasan Laut yang Dalam Pengaliran
No Kawasan Darat Kota
Terkait Kawasan Sungai yang
Nasional
Darat Melayani
1 Kawasan Seram Kawasan Laut Banda Ambon PKN Sungai Apu
Sektor Unggulan : dan sekitarnya Masohi PKW Sungai Kala
(1)Pertanian Sektor Unggulan: Kairatu PKW Sungai Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.17",
(2)Kehutanan (1) Perikanan Wahai PKW Batumara Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
(3)Perkebunan (2) Pertambangan Namlea PKW 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0.35" + Tab after: 0.6" + Indent at: 0.6",
(4)Perikanan (3) Pariwisata
Tab stops: Not at 0.6"
(5)Pariwisata Kota Orientasi : Ambon
2 Kawasan Buru Formatted: Bullets and Numbering
Sektor Unggulan : Formatted: Indent: Left: -0.02", Hanging:
(1)Perkebunan 0.17", Numbered + Level: 1 + Numbering
(2)Perikanan Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent
(3)Pertanian
at: 0.85", Tab stops: Not at 0.85"
(4)Pariwisata
3 Kawasan Kei-Aru- Kawasan Laut Arafura Tual PKW Sungai Lihwan Formatted: Bullets and Numbering
Pulau Wetar-Pulau dan sekitarnya Dobo PKSN Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.17",
Tanimbar Sektor Unggulan: Saumlaki PKSN Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
Sektor Unggulan : (1) Perikanan Laut 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0.35" + Tab after: 0.6" + Indent at: 0.6",
(1)Perikanan (2) Pertambangan
Tab stops: Not at 0.6"
(2)Pertanian (3) Pariwisata
(3)Kehutanan Kota Orientasi : Formatted: Bullets and Numbering
(4)Perkebunan (1) Tual Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.23",
(5)Industri (2) Dobo Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
Sumber : PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
0.85", Tab stops: Not at 0.85"
Fungsi Daerah Pengaliran
Kawasan Laut Kota Dalam Formatted: Bullets and Numbering
No Kawasan Darat Kota Sungai yang
yang Terkait Kawasan Darat Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.17",
Nasional Melayani Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
1 Kawasan Seram Kawasan Laut Ambon PKN Sungai Apu 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
Sektor Unggulan : Banda dan Masohi PKW Sungai Kala at: 0.35" + Tab after: 0.6" + Indent at: 0.6",
-Pertanian sekitarnya Kairatu PKW Sungai Batumara Tab stops: 0.17", List tab + Not at 0.6" +
0.85"
-Kehutanan Sektor Unggulan: Wahai PKW
-Perkebunan -Perikanan Namlea PKW Formatted: Bullets and Numbering

-Perikanan -Pertambangan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.23",


Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
-Pariwisata -Pariwisata
3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
Kota Orientasi : 0.85", Tab stops: Not at 0.85"
Ambon Formatted: Bullets and Numbering
2 Kawasan Buru Formatted: Justified
Sektor Unggulan :
Formatted: Bullets and Numbering
- Perkebunan
- Perikanan Formatted: Bullets and Numbering
- Pertanian
- Pariwisata
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
3 Kawasan Kei-Aru- Kawasan Laut Tual PKW Sungai Lihwan
Pulau Wetar-Pulau Arafura dan Dobo PKSN Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
Tanimbar sekitarnya Saumlaki PKSN 0.21"
Sektor Unggulan : Sektor Unggulan:
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

23
-Perikanan -Perikanan Laut Formatted: Bullets and Numbering
-Pertanian -Pertambangan Formatted: Bullets and Numbering
-Kehutanan -Pariwisata
-Perkebunan
-Industri Kota Orientasi :
-Tual Formatted: Bullets and Numbering
-Dobo
Kawasan lindung nasional di Provinsi Maluku sesuai Peraturan Pemerintah (PP) nomor
26 Tahun 2008 tentang RTRWN meliputi :
(1) Suaka Margasatwa Pulau Baun (II/B/2) Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
(2) Suaka Margasatwa Pulau Kobror (I/B/2) 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
(3) Suaka Margasatwa Tanimbar (I/B/2)
0.85", Tab stops: Not at 0.85"
(4) Cagar Alam Pulau Nustaram (II/B/3) Formatted: Bullets and Numbering
(5) Cagar Alam Pulau Nuswotar (II/B/3) Formatted: Swedish (Sweden)
(6) Cagar Alam Masbait (II/B/3) Formatted: Swedish (Sweden)
(7) Cagar Alam Daab (II/B/3)
(8) Cagar Alam Pulau Larat (I/B/3)
(9) Cagar Alam Bekau Huhun (II/B/3)
(10) Cagar Alam Tafermaar (II/B/3)
(11) Cagar Alam Gunung Sahuwai (II/B/3)
(12) Cagar Alam Masarete (II/B/3)
(13) Cagar Alam Tanjung Sial (II/B/3)
(14) Cagar Alam Laut Kepulauan Aru Tenggara (I/B/3)
(15) Cagar Alam Laut Banda (I/B/3)
(16) Taman Wisata Alam Laut Laut Banda (I/B/6)
(17) Taman Wisata Alam Laut Pulau Kasa (II/B/6)
(18) Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan Sekitarnya (II/B/6) Formatted: Swedish (Sweden)

(19) Taman Wisata Alam Laut Pulau Pombo (II/B/6)


Keterangan: I - IV :Tahapan Pengembangan
B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
B/2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut Formatted: Swedish (Sweden)
B/6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut Formatted: Swedish (Sweden)
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 26 Tahun 2008

Kawasan lidung nasional di Propinsi Maluku adalah :


1.Suaka Margasatwa Pulau Baun (II/B/2) Formatted: Bullets and Numbering
2.Suaka Margasatwa Pulau Kobror (I/B/2)
3.Suaka Margasatwa Tanimbar (I/B/2)
4.Cagar Alam Pulau Nustaram (II/B/3)
5.Cagar Alam Pulau Nuswotar (II/B/3)
6.Cagar Alam Masbait (II/B/3)
7.Cagar Alam Daab (II/B/3)
8.Cagar Alam Pulau Larat (I/B/3)
9.Cagar Alam Bekau Huhun (II/B/3)
10.Cagar Alam Tafermaar (II/B/3)
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
11.Cagar Alam Gunung Sahuwai (II/B/3)
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

24
12.Cagar Alam Masarete (II/B/3)
13.Cagar Alam Tanjung Sial (II/B/3)
14.Cagar Alam Laut Kepulauan Aru Tenggara (I/B/3)
15.Cagar Alam Laut Banda (I/B/3)
16.Taman Wisata Alam Laut Laut Banda (I/B/6)
17.Taman Wisata Alam Laut Pulau Kasa (II/B/6)
18.Taman Wisata Alam Laut Pulau Marsegu dan Sekitarnya (II/B/6)
19.Taman Wisata Alam Laut Pulau Pombo (II/B/6)

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 26 Tahun 2008


Keterangan :
I – IV:Tahapan Pengembangan
B : Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional
B/2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
B/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
B/6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut

Tabel TABEL 2.3.


Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Maluku Formatted: Swedish (Sweden)

No Kawasan Strategis Formatted: Space After: 6 pt


1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram (Provinsi Maluku) (I/A/2) Formatted: Swedish (Sweden)
2 Kawasan Laut Banda (Provinsi Maluku) (I/D/1) Formatted: Swedish (Sweden)
Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,Karaweira,
Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat, Asutubun,
3
Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon, dan Laag) dengan
negara Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua) (I/E/2)
Sumber : PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Keterangan: I - IV : Tahapan Pengembangan Formatted: Swedish (Sweden)
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Formatted: Swedish (Sweden)
Kepentingan Ekonomi
A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Formatted: Swedish (Sweden)
Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan Formatted: Swedish (Sweden)
E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut Formatted: Swedish (Sweden)
Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
KAWASAN STRATEGIS NASIONAL DI PROVINSI MALUKU Formatted: Space After: 6 pt

No Kawasan Strategis
1 Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram (Provinsi Maluku) (I/A/2)
2 Kawasan Laut Banda (Provinsi Maluku) (I/D/1)
Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 20 pulau kecil terluar (Pulau Ararkula,Karaweira,
Panambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan, Karang, Enu, Batu Goyang, Larat,
3
Asutubun, Selaru, Batarkusu, Masela, Miatimiarang, Leti, Kisar, Wetar, Liran, Kolepon,
dan Laag) dengan negara Timor Leste/Australia (Provinsi Maluku dan Papua) (I/E/2)

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, PP No. 26 Tahun 2008


Keterangan :
I – IV : Tahapan Pengembangan Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Formatted: Centered, Position: Vertical: In
Kepentingan Ekonomi line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

25
D : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut
Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional dengan Sudut
Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan

2.2.2 Tatanan Transportasi Nasional Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara didominasi oleh wilayah lautan. Oleh karena itu Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
sehingga sistem transportasi yang sesuai untuk dikembangkan di wilayah ini adalah yaitu After: 6 pt
sistem transportasi laut dan udara. Sistem transportasi laut dikembangkan terkait dengan dua
kebijakan, yaitu :
(1) Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).; Formatted: Font: Not Italic
di pPeraiaran sebelah Selatan Kabupaten Maluku Tenggara merupakan jalur ALKI III Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
C yang digunakan untuk perlintasan pelayanan internasional yang melalui Laut Maluku- Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Laut Seram dan Laut Banda. Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
(2) Pelabuhan Tual (yang dulusebelum pemekaran termasuk dalam wilayah Kabupaten 0.25"
Maluku Tenggara).;
Formatted: Bullets and Numbering
Pelabuhan tersebut ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional, dengan arah pengembangan
Formatted: Indent: Left: 0.38", Space After:
sebagai berikut : 6 pt, No bullets or numbering
a. Berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas,; Formatted: Font: Not Italic
b. Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional;, Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
c. Berada dekat jalur pelayaran nasional kurang lebih 50 mil;, Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
d. Jarak dengan pelabuhan nasional lainnya berkisar 50 – - 100 mil. Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
0.25"
Rute sistem transportasi udara di Kabupaten Maluku Tenggara hanya menghubungkan
Kabupaten ini dengan daerah-daerah di Provinsi Maluku. Bandara Bandar udara Formatted: Bullets and Numbering
Doematoeboen diarahkan bukan sebagai bandar udara pusat penyebaran. Lokasi Bandara Tual Formatted: Indent: Left: 0.38", Space After:
Baru yang akan menjadi pengganti Bandara Doematoeboen saat ini telah ditetapkan 3 pt
berdasarkan Bahkan saat ini berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No.mor KM 55 Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
Tahun 2005 telah ditetapkan lokasi Bandar Udara Tual Baru yang akan menjadi pengganti 0.23", Space After: 3 pt, Numbered + Level: 2
+ Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
Bandara Doematoeboen. Bandara Udara Tual Baru tersebut berada di Desa Ibra Kecamatan Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at:
Kei Kecil, dengan koordinat 05046’00,284” Lintang Selatan dan 132046’57,369” Bujur Timur. 0.75", Tab stops: 0.61", Left
Formatted: Indent: First line: 0.38"

2.2.3 Rencana Induk Pariwisata Nasional Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Sektor pariwisata dalam program pembangunan nasional telah ditempatkan sebagai


sektor andalan dan menempati posisi yang semakin penting sebagai penyerap tenaga kerja dan
penyumbang devisa bagi negara. Sektor ini diharapkan dapat menggantikan peran minyak dan
gas bumi yang semakin menipis dalam menopang laju pembangunan serta diharapkan dapat
mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi setelah terjadinya krisis multidimensional yang
melanda Indonesia. Harapan ini tidak berlebihan mengingat Indonesia memiliki potensi
sumber daya alam dan keragaman budaya dan tradisi.
Dalam program pembangunan nasional, sektor pariwisata telah ditempatkan sebagai
sektor andalan dan menempati posisi yang semakin penting sebagai penyerap tenaga kerja dan
penyumbang devisa bagi negara. Sektor ini diharapkan dapat menggantikan peran minyak dan
gas bumi yang semakin menipis dalam menopang laju pembangunan. Diharapkan pula dapat
mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi setelah terjadinya krisis multidimensional yang
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

26
melanda Indonesia. Harapan ini tidaklah berlebihan, mengingat Indonesia memiliki potensi
sumber daya alam dan keragaman budaya dan tradisi.

Semakin pentingnya sektor pariwisata bagi banyak negara menyebabkan persaingan di


tingkat internasional semakin ketat sehingga daerah-daerah tujuan wisata dituntut untuk dapat
mengembangkan produk dan atraksi wisata yang berkualitas. Tuntutan tersebut didasarkan
pada kenyataan bahwa tanpa adanya produk yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan
pariwisata baru maka dapat dipastikan bahwa produk-produk yang dihasilkan tidak dapat
berkompetisi di tingkat global.
Sementara itu semakin pentingnya sektor pariwisata bagi banyak negara menyebabkan
persaingan di tingkat internasional semakin ketat. Oleh karena itu daerah-daerah tujuan wisata
dituntut untuk dapat mengembangkan produk dan atraksi wisata yang berkualitas. Tanpa
adanya produk yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan pariwisata baru maka dapat
dipastikan bahwa produk-produk yang dihasilkan tidak dapat berkompetisi di tingkat global.

Pemberlakuan otonomi daerah memberikan konsekuensi bagi pemerintah daerah untuk


sepenuhnya melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggung jawab terhadap jalannya
pemerintahan di daerah masing-masing. Peran penting pemerintah daerah dalam hal ini
lembaga eksekutif dan legislatif sebagai pelaksana dan pengawas jalannya pemerintahan
sangat diharapkan terutama dalam pengambilan kebijakan di berbagai sektor termasuk sektor
pariwisata harus dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi daerah dan masyarakat.
Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, memberikan konsekuensi pada
pemerintah daerah untuk sepenuhnya melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab
terhadap jalannya pemerintahan di daerah masing-masing. Peran penting pemerintah daerah
dalam hal ini lembaga eksekutif dan legislatif sebagai pelaksana dan pengawas jalannya
pemerintahan sangat diharapkan, terutama dalam pengambilan kebijakan di berbagai sektor,
termasuk sektor pariwisata harus dapat memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi daerah
dan masyarakat.

Pusat pengembangan utama (gerbang utama) untuk perwilayahan kepariwisataan di Irian


Jaya dan Maluku meliputi Biak dan Ambon. Pusat yang pertama memang telah ditetapkan dan
berfungsi sebagai gerbang ke Indonesia Timur baik melalui udara maupun laut. Kota tersebut akan
menjadi kota utama dengan fasilitas-fasilitas utama antara lain hotel (khususnya hotel berbintang),
pelabuhan udara yang memadai untuk pesawat berbadan lebar, dan fasilitas lainnya. Pada saat ini
Biak belum didarati oleh penerbangan internasional. Pintu gerbang internasional lainnya di wilayah Formatted: Swedish (Sweden)
ini yaitu :
(1) Ambon dengan Bandara Internasional Pattimura dan pelabuhan lautnya. Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.31",
Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
(2) Jayapura dengan Bandara Internasional Sentani dan lintas darat. 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
(3) Tembagapura untuk penerbangan khusus. at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
0.85", Tab stops: Not at 0.85"
(4) Merauke untuk lintas batas darat. Formatted: Bullets and Numbering
(5) Sorong, Asmat dan Amamapare untuk gerbang laut Formatted: Portuguese (Brazil)
Pusat pengembangan utama (gerbang utama) untuk perwilayahan kepariwisataan di Irian
Jaya dan Maluku meliputi Ambon dan Biak. Pusat yang pertama memang telah ditetapkan dan
berfungsi sebagai gerbang ke Indonesia Timur baik melalui udara maupun laut. Kota tersebut akan
menjadi kota utama dengan fasilitas-fasilitas utama, seperti hotel (khususnya hotel berbintang),
pelabuhan udara yang memadai untuk pesawat berbadan lebar dan fasilitas lainnya.
Formatted: Bullets and Numbering
Pada saat ini Biak belum didarati oleh penerbangan internasional. Selain Biak, pintu Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
gerbang internasional lainnya di wilyah ini adalah :
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
1.Ambon dengan Bandara Internasional Pattimura dan pelabuhan lautnya. line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
2.Jayapura dengan Bandara Internasional Sentani dan lintas darat. 0.21"
3.Tembagapura untuk penerbangan khusus. Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

27
4.Merauke untuk lintas batas darat.
5.Sorong, Asmat dan Amamapare untuk gerbang laut.

Pusat-pusat tersebut selanjutnya akan membawahi pusat-pusat pelayanan aktivitas Formatted: Space After: 0 pt
pariwisata yang lebih rendah jenjangnya, yaitu Ternate dan Tual (Maluku) serta Jayapura dan
Sorong (Irian Jaya).
Selanjutnya pusat-pusat tersebut akan membawahi pusat-pusat pelayanan aktivitas pariwisata
yang lebih rendah jenjangnya, yaitu Ternate dan Tual (Maluku) serta Jayapura dan Sorong
(Irian Jaya).

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara merupakan dari gugusan Kepulauan Kai Kecil Formatted: Space After: 0 pt
dan diapit Laut Arafura dan Laut Banda serta berdekatan dengan wilayah Papua dan Australia.
Kondisi tanah di wilayah ini tidak terlalu subur walaupun padi, ladang, jagung, ketela pohon,
dan ketela rambat masih merupakan bahan pangan utama bagi penduduk setempat. Laut
berikut flora dan fauna berpotensi sebagai wisata bahari. Pariwisata sangat mungkin
dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.
Keindahan alam seperti pantai, flora yang khas, dan budaya (heritage dan living culture)
sangat menarik untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata.
Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara merupakan dari gugusan Kepulauan Kei Kecil Formatted: Swedish (Sweden)
dan diapit Laut Arafura dan Laut Banda, berdekatan dengan wilayah Papua dan Australia.
Kondisi tanah tidak terlalu subur, walaupun padi, ladang, jagung, ketela pohon, dan ketela
rambat masih merupakan bahan pangan utama bagi penduduk setempat. Laut berikut flora dan
fauna berpotensi sebagai wisata bahari. Selain perikanan, pariwisata sangat mungkin
dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.
Keindahan alam seperti pantai, maupun flora khas dan budaya (heritage dan living culture)
sangat menarik untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata.

Perencanaan yang terpadu lintas sektor, lintas darat dan laut, serta lintas pelaku untuk Formatted: Space After: 0 pt
mengantisipasi perkembangan kegiatan kepariwisataan yang cenderung bergerak cepat
sehingga perlu didasari oleh data dan fakta yang kuat. Data dan fakta memuat beberapa hal
seperti keindahan, kelestarian, pasar dan keseimbangan antara keaslian kawasan dengan Formatted: Swedish (Sweden)
penambahan fasilitas baru yang sesuai konteks. Perwujudan konsep perencanaan yang terpadu
terhadap potensi pariwisata yang ada serta tidak terbatas pada rencana yang bersifat konseptual
dilakukan dengan menginventarisasi potensi wisata di Kabupaten Maluku Tenggara beserta
gugusan pulaunya secara cermat dan teliti dengan pembahasan yang detail, mendalam, dan
bersifat operasional serta mencakup permasalahan yang bersifat teknis dengan pendekatan
multi-disiplin, multi-personal, dan multi-dimensional sehingga pada akhirnya kualitas kawasan
dan obyek-obyek wisata di dalamnya dapat ditingkatkan. Kompleksitas yang tinggi dan
cakupan kegiatan kepariwisataan yang luas memerlukan sebuah instrumen perencanaan dan
pengelolaan potensi kepariwisataan yang sistematis dalam bentuk rencana induk (master plan)
sehingga diharapkan pengembangan pariwisata di daerah ini menjadi lebih terarah, terencana,
dan berkesinambungan.

Perencanaan yang terpadu lintas sektor, lintas darat dan laut, dan lintas pelaku, untuk
mengantisipasi perkembangan kegiatan kepariwisataan yang cenderung bergerak cepat perlu
didasari oleh data dan fakta yang kuat. Data dan fakta memuat beberapa hal seperti keindahan,
kelestarian, pasar dan keseimbangan antara keaslian kawasan dengan penambahan fasilitas
baru yang sesuai konteks. Sementara itu, untuk mewujudkan konsep perencanaan yang terpadu
terhadap potensi pariwisata yang ada serta tidak terbatas pada rencana yang bersifat
konseptual, maka inventarisasi potensi wisata di Kabupaten Maluku Tenggara beserta gugusan
pulaunya perlu dilakukan secara cermat dan teliti dengan pembahasan yang detail, mendalam
dan bersifat operasional serta mencakup permasalahan yang bersifat teknis dengan pendekatan
multi-disiplin, multi-personal dan multi-dimensional sehingga pada akhirnya kualitas kawasan Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

28
dan objek-objek wisata di dalamnya dapat ditingkatkan. Tingginya kompleksitas dan luasnya
cakupan kegiatan kepariwisataan, maka diperlukan sebuah instrumen perencanaan dan
pengelolaan potensi kepariwisataan yang sistematis dalam bentuk rencana induk (master plan)
sehingga diharapkan pengembangan pariwisata di daerah ini menjadi lebih terarah, terencana
dan berkesinambungan.

2.2.4 Rencana Tata Ruang Laut dan Pulau-Pulau Kecil Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil menyebutkan pengertian pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil (terdiri dari sumber daya hayati, sumber daya non-hayati;
sumber daya buatan, dan jasa-jasa lingkungan) antarsektor, antara pemerintah dan pemerintah
daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wilayah pesisir itu sendiri merupakan daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut,
dimana ke arah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut mencakup
wilayah sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai.
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, maka pengertian
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil
(terdiri dari sumber daya hayati, sumber daya non hayati; sumber daya buatan, dan jasa-jasa
lingkungan) antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan
laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Wilayah pesisir itu sendiri merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, dimana ke arah darat mencakup
wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut mencakup wilayah sejauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai.
Pengertian pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000
kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya. Tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yaitu :
(1) Melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.31",
daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan. Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
(2) Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. 0.85", Tab stops: Not at 0.85"
Formatted: Bullets and Numbering
(3) Memperkuat peranserta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai
keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
(4) Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peranserta
masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.
Sedangkan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000
km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
Adapun tujuan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah :
1.Melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya Formatted: Bullets and Numbering
pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan.
2.Menciptakan keharmonisan dan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
3.Memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar tercapai line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan. 0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

29
4.Meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat
dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan perencanaan, Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam After: 6 pt
memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan
NKRI. Kegiatan perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi kegiatan
perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian terhadap interaksi manusia
dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara
berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan
NKRI. Secara singkat, kegiatan perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan
pengendalian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a.Perencanaan Formatted: Indent: Hanging: 0.54",


(1) Perencanaan Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b,
c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
Perencanaan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau at: 0.25" + Indent at: 0.54"
kecil terpadu (integrated coastal management) yang mengintegrasikan berbagai Formatted: Bullets and Numbering
perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah sehingga terjadi keharmonisan dan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
saling penguatan pemanfaatannya. Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2,
3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang terpadu merupakan pendekatan at: 0.6" + Tab after: 0.85" + Indent at:
yang memberikan arah bagi pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil 0.85", Tab stops: Not at 0.85"
secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan berbagai perencanaan pembangunan dari
berbagai tingkat pemerintahan, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen.
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan agar dapat
mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi dengan pelestarian sumber
daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta memperhatikan karakteristik dan keunikan
wilayah tersebut.
Perencanaan terpadu itu merupakan suatu upaya bertahap dan terprogram untuk
memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal agar dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi secara berkelanjutan untuk kemakmuran
masyarakat. Rencana bertahap tersebut disertai dengan upaya pengendalian dampak
pembangunan sektoral yang mungkin timbul dan mempertahankan kelestarian sumber
dayanya.
Perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dibagi ke dalam empat tahapan,
yakni :
a. Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K) berjangka Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
waktu 20 tahun. 0.23", Numbered + Level: 1 + Numbering
Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left
b. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) berjangka + Aligned at: 0.63" + Tab after: 0.88" +
waktu 5 tahun. Indent at: 0.88", Tab stops: 0.61", List tab +
Not at 0.53" + 0.88"
c. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K) berjangka Formatted: Bullets and Numbering
waktu 5 tahun.
d. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K)
berjangka waktu 1-3 tahun
Perencanaan dilakukan melalui pendekatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil terpadu (Integrated Coastal Management) yang mengintegrasikan
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
berbagai perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah sehingga terjadi Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

30
keharmonisan dan saling penguatan pemanfaatannya. Pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil terpadu merupakan pendekatan yang memberikan arah bagi
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dengan
mengintegrasikan berbagai perencanaan pembangunan dari berbagai tingkat
pemerintahan, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
manajemen. Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
dilakukan agar dapat mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi
dengan pelestarian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta memperhatikan
karakteristik dan keunikan wilayah tersebut.

Perencanaan terpadu itu merupakan suatu upaya bertahap dan terprogram untuk
memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara optimal agar dapat
menghasilkan keuntungan ekonomi secara berkelanjutan untuk kemakmuran
masyarakat. Rencana bertahap tersebut disertai dengan upaya pengendalian dampak
pembangunan sektoral yang mungkin timbul dan mempertahankan kelestarian
sumber dayanya.
Formatted: Indonesian
Perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dibagi ke dalam empat tahapan,
yakni :
1.Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K) berjangka Formatted: Bullets and Numbering
waktu 20 tahun.
2.Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) berjangka waktu
5 tahun.
3.Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K) berjangka
waktu 5 tahun.
4.Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K)
berjangka waktu 1-3 tahun.
Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
(2) b. Pemanfaatan 0.23"
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mencakup tahapan kebijakan Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
pengaturan sebagai berikut : Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.6" + Tab after:
a. Pemanfaatan dan pengusahaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dilaksanakan 0.85" + Indent at: 0.85", Tab stops: Not at
melalui pemberian ijin pemanfaatan dan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) 0.85"
untuk masa 20 tahun dan dapat diperpanjang dua kali lagi masing-masing 20 tahun Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ijin pemanfaatan diberikan 0.15", Numbered + Level: 2 + Numbering
Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kewenangan masing-masing + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent
instansi terkait. at: 1", Tab stops: Not at 1"

b. Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) diberikan kepada orang perseorangan warga Formatted: Bullets and Numbering
negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau
masyarakat adat baik pengusahaan di kawasan perairan budidaya maupun zona
perairan pemanfaatan umum kecuali yang telah diatur secara tersendiri.
c. Pengaturan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dimulai dari
perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pengakuan hak
dan pemberdayaan masyarakat, kewenangan, kelembagaan, sampai pencegahan dan
penyelesaian konflik.
d. Pengelolaan pulau-pulau kecil dilakukan dalam satu gugus pulau atau klaster dengan
memperhatikan keterkaitan ekologi, keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
budaya dalam satu bioekoregion dengan pulau induk atau pulau lain sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi. Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

31
Pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mencakup tahapan kebijakan Formatted: Font: 11 pt
pengaturan sebagai berikut : Formatted: Body Text Indent, Indent: Left:
0.38", First line: 0"
1)Pemanfaatan dan pengusahaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dilaksanakan
melalui pemberian izin pemanfaatan dan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) Formatted: Bullets and Numbering

untuk masa 20 tahun dan dapat diperpanjang dua kali lagi masing-masing 20 tahun dan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Izin pemanfaatan diberikan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan kewenangan masing-masing instansi
terkait.
2)Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) diberikan kepada orang-perseorangan Warga
Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia atau
masyarakat adat, baik pengusahaan di kawasan perairan budidaya maupun zona
perairan pemanfaatan umum, kecuali yang telah diatur secara tersendiri.
3)Pengaturan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dimulai dari
perencanaan, pemanfaatan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, pengakuan hak
dan pemberdayaan masyarakat, kewenangan, kelembagaan, sampai pencegahan dan
penyelesaian konflik.
4)Pengelolaan pulau-pulau kecil dilakukan dalam satu gugus pulau atau klaster dengan
memperhatikan keterkaitan ekologi, keterkaitan ekonomi, dan keterkaitan sosial
budaya dalam satu bioekoregion dengan pulau induk atau pulau lain sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi.

Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang relatif kaya sering menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduknya padat. Pada umumnya sebagian besar
penduduk di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masih relatif miskin dan kemiskinan
ini memicu tekanan terhadap sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi
sumber penghidupannya. Permasalahan kemiskinan ini apabila diabaikan akan
berimplikasi meningkatnya kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil.
Industrialisasi dan pembangunan ekonomi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juga
masih cenderung sering memarginalkan penduduk setempat sehingga hal ini
memerlukan norma-norma pemberdayaan masyarakat.
Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap perubahan perlu dilindungi
melalui pengelolaan agar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
penghidupan masyarakat. Dengan demikian kebijakan dalam pengelolaan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil diperlukan untuk dapat menyeimbangkan tingkat
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil agar kepentingan ekonomi tidak
mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang melalui pengembangan kawasan
konservasi dan sempadan pantai.
Sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang relatif kaya sering menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduknya padat. Namun, sebagian besar penduduknya
relatif miskin dan kemiskinan tersebut memicu tekanan terhadap sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil yang menjadi sumber penghidupannya. Apabila diabaikan, hal itu akan
berimplikasi meningkatnya kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil. Selain itu,
masih terdapat kecenderungan bahwa industrialisasi dan pembangunan ekonomi di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil seringkali memarginalkan penduduk setempat. Oleh sebab itu
diperlukan norma-norma pemberdayaan masyarakat.

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap perubahan perlu dilindungi
melalui pengelolaan agar dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
penghidupan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan dalam pengelolaannya
sehingga dapat menyeimbangkan tingkat pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil untuk kepentingan ekonomi tanpa mengorbankan kebutuhan generasi yang akan datang
melalui pengembangan kawasan konservasi dan sempadan pantai. Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

32
(3) c.Pengawasan dan Pengendalian Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk : Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.6" + Tab after:
a. Mengetahui adanya penyimpangan pelaksanaan rencana strategis, rencana zonasi, 0.85" + Indent at: 0.85", Tab stops: Not at
rencana pengelolaan, serta implikasi penyimpangan tersebut terhadap perubahan 0.85"
kualitas ekosistem pesisir. Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
0.15", Numbered + Level: 2 + Numbering
b. Mendorong agar pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left
sesuai dengan rencana pengelolaan wilayah pesisirnya. + Aligned at: 0.75" + Tab after: 1" + Indent
at: 1", Tab stops: Not at 1"
c. Memberikan sanksi terhadap pelanggar baik berupa sanksi administrasi seperti
Formatted: Bullets and Numbering
pembatalan ijin atau pencabutan hak, sanksi perdata seperti pengenaan denda atau
ganti rugi, serta sanksi pidana berupa penahanan ataupun kurungan.
Pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk :
1)Mengetahui adanya penyimpangan pelaksanaan rencana strategis, rencana zonasi, Formatted: Bullets and Numbering
rencana pengelolaan, serta implikasi penyimpangan tersebut terhadap perubahan
kualitas ekosistem pesisir.
2)Mendorong agar pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sesuai dengan rencana pengelolaan wilayah pesisirnya.
3)Memberikan sanksi terhadap pelanggar, baik berupa sanksi administrasi seperti
pembatalan izin atau pencabutan hak, sanksi perdata seperti pengenaan denda atau
ganti rugi; maupun sanksi pidana berupa penahanan ataupun kurungan.

Pemanfaatan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil merupakan aspek yang sangat
penting dalam pembangunan wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Hal ini mengingat wilayah
ini memiliki potensi besar pada kawasan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil sehingga dengan
dilakukannya pemanfaatan wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil di kawasan ini dapat
meningkatkan perekonomian daerah di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara.
Merujuk pada ketentuan-ketentuan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil di atas, maka berikut ini dapat dikemukakan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara, mengingat wilayah ini memiliki potensi besar pada kawasan laut, pesisir
serta pulau-pulau kecil. Sehingga dengan adanya pemanfaatan wilayah laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil di kawasan ini dapat meningkatkan perekonomian daerah di wilayah Kabupaten
Maluku Tenggara.

2.2.5 Nilai Strategis Kawasan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Berdasarkan uUraian konstelasi Kabupaten Maluku Tenggara dalam konteks kebijakan Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
nasional di atas menjadi dasar dapat disimpulkannya nilai strategis Kabupaten Maluku After: 3 pt
Tenggara yaitu relatif dekat dengan beberapa pusat-pusat pengembangan. Oleh karena
ituDengan demikian pengembangan Kabupaten Maluku Tenggara salah satunya tergantung
dari bagaimana memanfaatkan kedekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan tersebut. Beberapa Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 +
pusat pertumbuhan yang relatif dekat dengan kabupaten ini, yaitu adalah : Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
1.(1) Pintu Gerbang Pariwisata di Ambon;, Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
2.(2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKL) di Kota Tual;, 0.25"
3.(3) Pelabuhan Nasional di Tual;, Formatted: Bullets and Numbering
4.(4) Alur Laut Kepulauan Indonesia III C; dan, Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
5.(5) Kawasan Andalan Kei-Aru-Pulau Wetar-Pulau Tanimbar. Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

33
2.3 Kedudukan Kabupaten dalam Lingkup Provinsi Formatted: Font: Not Bold, All caps
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Maluku

Arahan RPJMD Provinsi Maluku yang diperkirakan terkait dengan Rencana Tata Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
RuangRTRW Kabupaten Maluku Tenggara adalah yaitu sebagai berikut : After: 6 pt

a.1. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sesuai dengan hirarki Formatted: Indent: Left: -0.02", Space After:
perencanaan sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan 6 pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style:
1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
antar wilayah;, Aligned at: 0.5" + Tab after: 0.75" + Indent
at: 0.75", Tab stops: Not at 0.75"
b.2. Meningkatkan keberpihakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal dan terpencil, sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang
secara lebih cepat dan dapat mengejar ketertinggalan pembangunannya dengan daerah
lain;,
c.3. Mendorong dan mengembangkan kawasan-kawasan pembangunan ekonomi seperti
Kawasan Sentra Produksi (KSP) dan Kawasan Tertinggal (Kater); dan,
d.4. Mengendalikan pertumbuhan kota-kota di Provinsi Maluku dalam suatu sistem wilayah
pembangunan yang kompak, nyaman, dan efisien dalam pengelolaan, serta
mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan.

2.3.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"

Arahan RTRW Provinsi Maluku yang terkait dengan pengembangan Kabupaten Maluku Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
Tenggara adalah sebagai berikut : After: 6 pt

1.(1) Dalam rangka mendukung perwujudan struktur ruang wilayah provinsi : Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 +
e.a. Pengendalian kKota-kota berbasis mitigasi bencana, yaitu pengendalian Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
perkembangan kota-kota berbasis mitigasi bencana pada seluruh kota/pusat Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
permukiman di tepi pantai, 0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
0.25"
f.b. Percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan gugus pulau dan
Formatted: Bullets and Numbering
perbatasan;,
g.c.Pengembangan kota-kota sentra produksi;,
h.d.Perwujudan sistem jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer;,
i.e. Perwujudan sistem jaringan penyeberangan;,
j.f. Perwujudan tatanan kepelabuhanan dan kebandarudaraan;,
k.g.Perwujudan sistem prasarana wilayah lainnya seperti prasarana energi, sumberdaya Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
alam, serta distribusi gas dan telekomunikasi. 0.23", Space After: 12 pt

2.(2) Dalam rangka mendukung perwujudan pola ruang wilayah provinsi : Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1 +
a. Rehabilitasi serta, pemantapan dan pengembangan fungsi kawasan konservasi Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
provinsi baik kawasan lindung yang berupa kawasan lindung : seperti pulau-pulau Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
kecil dengan luas < kurang dari 2.000 km2kilometer persegi,, kawasan hutan lindung 0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
0.25"
pada seluruh pulau-pulau,, kawasan perlindungan setempat,, dan maupun kawasan
suaka alam;, Formatted: Bullets and Numbering

b. Perwujudan pengembangan kawasan budidaya meliputi rehabilitasi dan


pengembangan kawasan andalan, , pengembangan dan pengendalian kawasan
andalan untuk sektor industri, serta pengembangan dan pengendalian kawasan
andalan untuk sektor perikanan laut dan kelautan di seluruh gugus pulau. Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

34
c. Perwujudan pengembangan kawasan strategis provinsi meliputi rehabilitasi dan
pengembangan kawasan strategis provinsi dengan sudut kepentingan pendayagunaan
sumber daya alam di seluruh gugus pulau dan serta rehabilitasi dan pengembangan
kawasan strategis provinsi dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di
kawasan perbatasan.

Formatted: Swedish (Sweden)


2.3.3 Tataran Transportasi Wilayah Provinsi Maluku Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Formatted: No bullets or numbering
Substansi Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Maluku yang diperkirakan
Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
terkait dengan RTRW Kabupaten Maluku Tenggara, yaitu sebagai berikut : After: 6 pt, No bullets or numbering
A.(1) Pengembangan Prasarana Transportasi Formatted: Font: Bold

1.a. Transportasi Laut Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",


Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
Pengembangan prasarana transportasi laut diarahkan pada dua hal pokok yaitu Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
prasarana transportasi laut dan jaringan transportasinya. Pengembangan sistem
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
prasarana transportasi laut di Maluku sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang 0.25"
ada pada tahap awal diarahkan pada pola “trade follow ship” artinya pembangunan Formatted: Bullets and Numbering
wilayah Maluku dipacu dengan terlebih dulu menyediakan sarana dan prasarana
Formatted: Indent: Left: 0.61", First line: 0"
pendukung transprtasi laut sehingga diharapkan nantinya secara bertahap mengarah
ke pola “Ships follow the trade” yang lebih sesuai dengan hakekat fungsinya, yaitu
sebagai faktor pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi wilayah.Untuk
prasarana transportasi laut, pengembangan diarahkan pada dua hal pokok yaitu
prasarana transportasi laut, dan jaringan transportasinya. Sesuai dengan kondisi dan
permasalahan yang ada, pengembangan sistem prasarana transportasi laut Maluku di
tahap awal diarahkan pada pola “trade follow ship” artinya pembangunan wilayah
Maluku dipacu dengan terlebih dulu menyediakan sarana dan prasarana pendukung
transportasi laut. Diharapkan nantinya secara bertahap mengarah ke pola “Ships
follow the trade” yang lebih sesuai dengan hakekat fungsinya, yaitu sebagai faktor
pendukung bagi pengembangan sosial-ekonomi wilayah.

Pengembangan pelabuhan dan dermaga di Provinsi Maluku didasarkan pada Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
skenario optimum. Pada tahun ini Provinsi Maluku hanya memiliki satu pelabuhan 12 pt
kelas I yaitu pelabuhan Ambon. Pada tahun 2016 jumlah pelabuhan kelas I sesuai
dengan proyeksi pengembangan seluruh kawasan perlu ditingkatkan menjadi 4 buah.
Peningkatan kelas pelabuhan dari kelas III ke kelas I dilakukan pada Pelabuhan
Banda untuk meningkatkan promosi pariwisata Pulau Banda. Pelabuhan Amahai dan
Maluku Tenggara Barat ditingkatkan sebagai upaya mendesentralisasikan pusat-
pusat pelayanan, yaitu Wahai sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tengah dan
Maluku Tenggara Barat sebagai pusat pelayanan kawasan Maluku Tenggara.

Pengembangan pelabuhan dan dermaga di Provinsi Maluku berdasarkan Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
skenario optimum. Pada tahun ini Provinsi Maluku hanya memiliki 1 pelabuhan 6 pt
kelas I yaitu pelabuhan Ambon. Sesuai dengan proyeksi pengembangan seluruh
kawasan, maka pada tahun 2016, jumlah pelabuhan kelas I perlu ditingkatkan
menjadi 4 buah. Peningkatan kelas pelabuhan dari kelas III ke kelas I dilakukan pada
Pelabuhan Banda ditingkatkan dalam rangka promosi pariwisata Pulau Banda,
sedangkan Pelabuhan Amahai dan Maluku Tenggara Barat ditingkatkan sebagai
upaya mendesentralisasikan pusat-pusat pelayanan, yaitu Wahai sebagai pusat
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
pelayanan kawasan Maluku Tengah dan Maluku Tenggara Barat sebagai pusat
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
pelayanan kawasan Maluku Tenggara. line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

35
2.b. Transportasi Udara Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
0.23", Space After: 6 pt, Numbered + Level: 2
Pengembangan prasarana transportasi udara di Maluku diusahakan lebih diarahkan + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
untuk tujuan pemerataan antarwilayah Utara dan Selatan Maluku; untuk Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab
after: 1" + Indent at: 1", Tab stops: 0.61",
meningkatkan pertumbuhan wilayah Maluku dengan penekanan pada komoditi List tab + Not at 1"
unggulan yaitu produk perikanan dan pertanian; serta untuk mempermudah
Formatted: Bullets and Numbering
mobilisasi penumpang. Hal ini berarti pengembangan layanan transportasi udara
diarahkan untuk membuka potensi pemasaran produk unggulan dan jasa wilayah di Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
6 pt
Maluku dan secara khusus untuk melayani wilayah terpencil di Maluku.
Pengembangan sistem prasarana transportasi udara juga ditujukan untuk menunjang
pengembangan kegiatan pariwisata terutama pariwisata mancanegara serta kegiatan
industri di Maluku untuk memacu pertumbuhan wilayah Maluku.
Pengembangan prasarana transportasi udara di Maluku diusahakan lebih diarahkan Formatted: Indent: Left: 0.61", First line: 0",
pada tujuan pemerataan antar wilayah utara dan selatan Maluku di samping Space After: 6 pt
meningkatkan pertumbuhan wilayah Maluku dengan penekanan pada komoditi
unggulan yaitu produk perikanan, dan pertanian, di samping mobilisasi penumpang.
Hal ini berarti pengembangan layanan transportasi udara diarahkan untuk membuka
potensi pemasaran produk unggulan dan jasa wilayah Maluku pada umumnya
maupun wilayah terpencil di Maluku khususnya. Selain itu, pengembangan sistem
prasarana transportasi udara juga ditujukan untuk menunjang pengembangan
kegiatan pariwisata, terutama pariwisata mancanegara, serta kegiatan industri di
Maluku dalam rangka memacu pertumbuhan wilayah Maluku.
Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
6 pt
Pengembangan bandara di Provinsi Maluku berdasarkan skenario pengembangan
optimum kota Ambon sebagai pintu masuk eksternal Provinsi Maluku akan terus
berkembang seiring dengan peningkatan kapasitas seluruh kawasan. Peran bandara
Pattimura akan semakin strategis sehingga perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kapasitas bandara Pattimura dari bandara kelas II ke kelas I.
Peningkatan kelas bandara Pattimura yang saat ini terhenti karena kerusuhan
sehingga perlu diteruskan kembali. Pada tahun 2010 diharapkan Bandara
Dumatubun yang berada di Langgur dapat ditingkatkan menjadi bandara kelas II.
Pengembangan bandar udara di Provinsi Maluku berdasarkan skenario Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
pengembangan optimum Kota Ambon sebagai pintu masuk eksternal Provinsi 6 pt
Maluku akan terus berkembang seiring dengan peningkatan kapasitas seluruh
kawasan. Terkait dengan itu, peran Bandar Udara Pattimura akan semakin strategis.
Oleh sebab itu, upaya peningkatan kapasitas Bandar Udara Pattimura dari bandara
kelas II ke kelas I yang saat ini terhenti karena kerusuhan perlu diteruskan. Selain
itu, diharapkan pada tahun 2010, Bandar Udara Dumatubun, Langgur dapat
ditingkatkan menjadi bandar udara kelas II.

Sejumlah bandara perintis yang saat ini ada di Provinsi Maluku perlu mengalami Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
peningkatan kapasitas seiring dengan pengembangan wilayah seperti bandara Wahai 12 pt
yang saat ini masih tergolong sebagai bandara perintis. Kapasitas dan kelas bandara
ini harus ditingkatkan menjadi bandara kelas IV pada tahun 2016 jika pengembangan
wilayah Seram Utara dapat berjalan sesuai skenario. Lapangan terbang perintis di
kawasan Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat ditingkatkan sesuai dengan
peningkatan kebutuhan perjalanan di kawasan-kawasan tersebut.Sejumlah bandar
udara perintis yang saat ini ada di Provinsi Maluku, perlu mengalami peningkatan
kapasitas seiring dengan pengembangan wilayah. Bandar udara Wahai misalnya, saat
ini masih tergolong sebagai bandar udara perintis. Jika pengembangan wilayah
Seram Utara dapat berjalan sesuai skenario, maka kapasitas dan kelas bandara ini Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
harus ditingkatkan menjadi bandara kelas IV pada tahun 2016, sedangkan lapter- Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

36
lapter perintis di kawasan Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat
ditingkatkan sesuai dengan peningkatan kebutuhan perjalanan pada kawasan-
kawasan tersebut.

c. 3. Transportasi Darat Formatted: English (U.S.)

Sebagai wilayah yang paling terbelakang perkembangannya, maka Formatted: Indent: Left: 0.38", Hanging:
0.23", Space After: 6 pt, Numbered + Level: 2
pPengembangan prasarana transportasi darat sangat penting dilakukan bagi wilayah + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
ini sebagai wilayah yang paling terbelakang perkembangannya. Peranan Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab
pengembangan prasarana transportasi penting Di samping untuk memacu after: 1" + Indent at: 1", Hyphenate, Tab
stops: 0.61", List tab + Not at 1"
perkembangan wilayah dan, pengembangan prasarana transportasi juga penting
peranannya untuk menghubungkan wilayah produksi dengan pusat pengumpul atau Formatted: Space After: 6 pt
pusat pemasaran. Formatted: Swedish (Sweden)

Prioritas pengembangan prasarana transportasi jalan perlu dilakukan di Pulau Kei Formatted: Swedish (Sweden)

Besar yaitu antara Elat dengan hinterlandnya dengan pembangunan jalan dan Formatted: Swedish (Sweden)
peningkatan prasarana jalan di wilayah Selatan. Prioritas lain yaitu penyelesaian
prasaran jalan Saumlaki-Arma-Siwahan di ujung Utara pulau antara Saumlaki
dengan hinterlandnya di pesisir Timur Pulau Yamdena. Prasarana jalan juga perlu
dikembangkan dari wilayah perkebunan sampai ke pelabuhan laut mengingat telah
dikembangkannya perkebunan di pulau ini. Pembangunan jalan yang perlu
diprioritaskan di Pulau Wetar yaitu antara Lurang dengan Ilwaki, daerah eksploitasi
emas, dan daerah transmigrasi di ujung Timur pulau. Prasarana jalan juga perlu
dikembangkan di pulau-pulau kecil lainnya seperti Pulau Kisar, Pulau Leti, Pulau
Kei, Pulau Babar, Pulau Sermatai, Pulau Moa, Pulau Lakor, dan Pulau-pulau Aru.
Prioritas pengembangan prasarana transportasi jalan perlu dilakukan di Pulau Kei
Besar yaitu antara Elat dengan hinterlandnya perlu dilakukan pembangunan jalan,
serta peningkatan prasarana jalan di wilayah selatan. Prioritas lainnya adalah antara
Saumlaki dengan hinterlandnya di pesisir timur P. Yamdena, perlu diselesaikan
prasarana jalan Saumlaki-Arma-Siwahan di ujung utara pulau. Dengan
dikembangkannya perkebunan di pulau ini maka prasarana jalan juga perlu
dikembangkan dari wilayah perkebunan sampai ke pelabuhan laut. Pembangunan
jalan yang perlu diprioritaskan adalah di P. Wetar, antara Lurang dan Ilwaki dan
daerah eksploitasi emas, serta daerah transmigrasi di ujung timur pulau. Di samping
pulau-pulau di atas perlu juga dikembangkan prasarana jalan di pulau-pulau kecil
lainnya, seperti P. Kisar, P. Leti, P. Kei, P. Babar, P. Sermatai, P. Moa, P. Lakor, dan
Pulau-pulau Aru.

Wilayah di Maluku selain memerlukan pengembangan prasarana jalan juga sangat Formatted: Indent: Left: 0.61", Space After:
memerlukan pengembangan lintasan penyeberangan yang didukung oleh angkutan 4 pt
yang memadai. Lintasan penyeberangan yang perlu diprioritaskan
pengembangannya yaitu antara Maluku Tenggara Barat-Elat dengan Maluku
Tenggara Barat-Dobo serta di masa mendatang perlu direncanakan lintasan
penyeberangan antara Larat-Siwahan (ujung Utara P. Yamdena), Pulau Lakor-P.
Moa, Pulau Moa-Pulau Leti, Wonreli-Ilwaki, serta Ilwaki-Dili (Timor-Timur).
Pengembangan lintasan penyeberangan ini penting artinya untuk meningkatkan Formatted: English (U.S.)
mobilitas penduduk dan barang hasil produksi ke wilayah pemasaran sehingga salah
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
satu permasalahan yang cukup menonjol yaitu sulitnya pemasaran hasil produksi
dapat diatasi. Selain pengembangan prasarana jalan, wilayah ini juga sangat Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
memerlukan pengembangan lintasan penyeberangan yang didukung oleh angkutan 0.21"
yang memadai. Lintasan penyeberangan yang perlu diprioritaskan
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

37
pengembangannya adalah antara Maluku Tenggara Barat-Elat, dan Maluku Tenggara
Barat-Dobo, serta di masa mendatang perlu direncanakan lintasan penyeberangan
antara Larat-Siwahan (ujung utara P. Yamdena), P. Lakor-P. Moa, P. Moa-P. Leti,
Wonreli-Ilwaki, serta Ilwaki-Dili (Timor-Timur). Pengembangan lintasan
penyeberangan ini penting artinya untuk meningkatkan mobilitas penduduk dan
barang hasil produksi ke wilayah pemasaran sebab salah satu permasalahan yang
cukup menonjol adalah sulitnya pemasaran hasil produksi.
Formatted: Space After: 6 pt

Hal ini dapat terwujud hanya jika masyarakat dilibatkan secara nyata dalam
proses penyusunan rencana tersebut.
Seluruh pulau yang tergabung dalam satu kawasan pengembangan jaringan jalan Formatted: Space After: 3 pt
diasumsikan memiliki keterkaitan transportasi darat. Pola pengembangan prasarana
jaringan jalan dan penyeberangan, pembagiannya sebagai berikut :
1.(a)Kawasan Pengembangan Pulau Ambon Formatted: Indent: Left: 0.61", Hanging:
0.31", Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1
2.(b)Kawasan Pengembangan Pulau Seram + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab
3.(c)Kawasan Pengembangan Pulau-Pulau Lease after: 0" + Indent at: 1"
4.(d)Kawasan Pengembangan Pulau Buru Formatted: Bullets and Numbering
5.(e)Kawasan Pengembangan Kepulauan Kei
6.(f) Kawasan Pengembangan Kepulauan Aru
7.(g)Kawasan Pengembangan Kepulauan Tanimbar
8.(h)Kawasan Pengembangan Kepulauan Babar
9.(i) Kawasan Pengembangan Kepulauan Leti Moa Lakor
10.(j) Kawasan Pengembangan Pulau Wetar dan sekitarnya
Formatted: Space After: 6 pt

Kesepuluh kawasan pengembangan tersebut dikembangkan secara bersama-sama Formatted: Indent: Left: 0.61", First line: 0",
sebagai bagian integral dari sistem transportasi maluku dan sistem transportasi Space After: 3 pt
regional melalui pendekatan Sistem Transportasi Intermoda (STI).
Selanjutnya pada setiap kawasan pengembangan dikembangkan pula kKebijakan
mikro pengembangan kawasan dikembangkan di setiap kawasan pengembangan
yang dimaksudkan untuk mengimplementasikan kebijakan makro ke dalam unit-unit
pengembangan kawasan. Kebijakan mikro pengembangan jaringan jalan di
Kepulauan Kei diarahkan untuk :
1.(a) Mengembangkan sistem jaringan jalan wilayah baik di Pulau Dullah, dan Kei Formatted: Indent: Left: 0.61", Hanging:
Kecil, maupun Kei Besar, yang menghubungkan ibukota Kabupaten Maluku 0.31", Space After: 3 pt, Numbered + Level: 1
+ Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 +
Tenggara dengan kawasan-kawasan strategis lainnya dengan dan pintu-pintu Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Tab
keluar di Maluku Tenggara Barat, Elat, Ewu, Tetoat, Tamadan, dan Banda Ely. after: 0" + Indent at: 1"
2.(b)Mengembangkan sistem jaringan jalan perkotaan yang mendukung sistem Formatted: Bullets and Numbering
pengembangan tata ruang dan jaringan jalan wilayah yang, meliputi : Maluku
Tenggara Barat, Ewu, Tamadan, dan Elat.
3.(c) Mengembangkan sistem jaringan jalan poros desa (jalan kabupaten) yang
mendukung transportasi dari pusat-pusat produksi dan permukiman ke jaringan
jalan wilayah dan selanjutnya ke pintu-pintu keluar.
4.(d)Mengembangkan sistem jaringan jalan pada seluruh desa-desa dalam wilayah
pengembangan Kepulauan Kei yang berorientasi pada peningkatan kemampuan
Formatted: Font color: Black, Dutch
dan kemandirian desa. (Netherlands)
Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

38
B.(2) Pengembangan Moda dan Pelayanan Formatted: Font: Bold, Font color: Black,
Dutch (Netherlands)
Pokok-pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan penumpang untuk tiap-tiap
Formatted: Bullets and Numbering
moda baik kepada turis mancanegara atau lokal untuk aplikasi pariwisata dan angkutan
publik. Dana yang digunakan untuk aktivitas mobilitas penduduk dan khusus untuk Formatted: Indent: Left: 0.38", First line: 0"

layanan pariwisata dirangkum dalam Ttabel berikut2.4.

Tabel 2.4.
Pokok Pengembangan Jaringan Formatted: Font: Not Bold
Pelayanan Angkutan Penumpang Formatted: Space After: 6 pt

Moda Pelayanan Formatted: Centered, Indent: Left: 0"


Jalan Bis antar kota sesuai dengan permintaan Formatted Table

Penyeberangan Penambahan armada sesuai dengan permintaan


Laut Peningkatan Frekuensi pelayaran
Udara Peningkatan Frekuensi

Pokok–pokok pengembangan jaringan pelayanan angkutan barang untuk tiap-tiap moda Formatted: Indent: Left: 0.38", First line: 0"
khususnya untuk komoditi perikanan, pertanian pada umumnya dirangkum dalam Ttabel
berikut2.5.
Formatted: Swedish (Sweden)
Tabel 2.5.
Pokok Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan Barang Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Space After: 6 pt

Moda Pelayanan Formatted: Centered, Indent: Left: 0"


Jalan Peningkatan jaringan lintas sesuai permintaan Formatted Table
Penyeberangan Penambahan armada sesuai permintaan Formatted: Indent: Left: 0"

Laut Peningkatan fasilitas pelabuhan regional khususnya di Dobo Formatted: Indent: Left: 0"

Udara Peningkatan pelayanan angkutan barang khusus produk perikanan Formatted: Indent: Left: 0"
Formatted: Indent: Left: 0"
Peran alat angkut truk, penyeberangan kapal cepat, dan angkutan udara antar propinsi Formatted: Indent: Left: 0.38", First line: 0"
langsung dan antar kabupaten yang langsung Diperkirakan diperkirakan akan meningkat
dalam waktu 10 tahun ke depan, akan meningkat peran alat angkut truk, penyeberangan
kapal cepat, dan angkutan udara antar propinsi langsung dan antar kabupaten yang
langsung. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemakaian alat angkut yang dengan
kapasitas angkut yang lebih berkapasitas angkut yang besar dengan dan waktu tempuh
yang semakin cepat antar wilayah asal dan tujuan., sehingga lLayanan jasa yang
memberi kualitas pelayanan berfokus dengan fokus pada kedua hal initersebut lah yang Formatted: Not All caps
akan berpotensi besar menjadi moda unggulan ke depan bagi Provinsi Maluku. Moda-
Formatted: Font: Not Bold
moda tersebut dapat dilihat pada tTabel di bawah ini2.6.
Formatted: Space After: 6 pt
Formatted: Centered
Formatted Table
Tabel Tabel 2.6. Formatted: Left
Peningkatan Peran Moda 10 Tahun Ke Depan
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
Moda Peningkatan Peran line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Truk Angkutan barang jalan dengan meningkatkan
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

39
kapasitas dan cakupan jaringan lintas
Penyeberangan Kapal Cepat Angkutan antar pulau antar Pprovinsi Formatted: Left
Angkutan kepulauan
Laut Kapal-kapal dengan daya angkut besar sekitar 1000- Formatted: Left
2500 GT dengan kecepatan sekitar 14-15 knot
Udara Angkutan antar pulau antar Pprovinsi Formatted: Left
Angkutan kepulauan

C.(3) Penetapan Gerbang Utama Wilayah Formatted: Font: Bold, Font color: Black,
Dutch (Netherlands)
Provinsi Maluku diusulkan memiliki dua tipe gate yaitu gate eksternal dan gate internal.
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Gate eksternal lebih pada interaksi antar provinsi dan jalur internasional pada moda Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
udara dan laut, sementara gate internal lebih pada fungsi keluar-masuk yang berorientasi Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
pada wilayah sekitar utara Utara dan Sselatan dari Provinsi Maluku. Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
Gerbang utama memiliki 0.25"
Formatted: Bullets and Numbering
Gerbang Utama Internal dan Satu Gerbang Eksternal
Formatted: Indent: Left: 0.38", First line: 0",
Terdapat dua tipe gerbang utama, yaitu eksternal dan internal. Untuk gerbang Space After: 6 pt
eksternal, Kota Ambon ditentukan sebagai kota yang berfungsi sebagai gerbang utama Formatted: Font: Italic
eksternalnya, sedangkansementara untuk gerbang internal terdapat memiliki dua kluster Formatted: Font: Italic
kewilayahan yaitu gerbang kluster utara Utara dan kluster gerbang kluster
Formatted: Font: Italic
selatanSelatan.
Formatted: Font: Italic
Wahai Untuk wilayah utara dirancang Wahai sebagai gate untuk wilayah Utara yang
Formatted: Font: Italic
difokuskan untuk pada moda transportasi laut dan darat. Kota Saumlaki dipilih ,
sementarasebagai gate untuk wilayah Sselatan dipilih Kota Saumlaki dengan kekuatan Formatted: Space After: 6 pt
pada moda laut serta dan udara. Formatted: No underline
Formatted: Indent: Left: 0.38", Space After:
6 pt, Tab stops: 0.38", List tab + Not at 0.08"
Konsep multi-gate yang berjumlah empat seperti yang dirancang semula dianggap Formatted: Font: Italic
belum efektif dan tidak realistis karena memiliki kesulitan di dalam penerapannya serta Formatted: Font: Italic
karena beberapa faktor yaitu :
Formatted: Space After: 6 pt
Bila dibandingkan dengan konsep multi-gate yang berjumlah empat (seperti
Formatted: Indent: Left: 0.38", Space After:
yang dirancangkan semula), dianggap belum efektif dan tidak realistis. Dalam arti 6 pt, Tab stops: Not at 0.08"
memiliki kesulitan di dalam penerapannya. Faktor atau argumen lain adalah sebagai
berikut :
a. Pembagian lokasi gerbang tidak dilandaskan pada potensi bawaan dan belakang Formatted: Bullets and Numbering
(hinterland) yang dominan yang dapat menjadi trafik bagi lokasi yang dijadikan
pintu gerbang.
b. Jarak yang relatif jauh yang mengakibatkan biaya angkut yang relatif mahal yang
berimbas pada mahalnya biaya angkutan dari produk-produk unggulan Provinsi
Maluku di pasar perdagangan.
a.Pembagian lokasi gerbang tidak dilandaskan pada potensi bawaan dan belakang (hinterland) Formatted: Indent: Left: 0", Space After: 6
yang dominan yang dapat menjadi trafik bagi lokasi yang dijadikan pintu gerbang. pt, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a,
b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
b.Jarak yang relatif jauh yang mengakibatkan biaya angkut yang relatif mahal yang berimbas Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent
at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
pada mahalnya biaya angkutan dari produk-produk unggulan Provinsi Maluku di pasar
perdagangan.

Formatted: Not All caps


Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

40
Tabel 2.7.
Moda Unggulan Bberdasarkan Orientasi Gate Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Indent: Left: 0.25", Space After:
6 pt
Kategori Moda Gerbang Formatted: Font: Not Bold
Penumpang Jalan Ambon, Masohi dan Wahai Formatted: Centered
Penyeberangan Ambon, Wahai, dan Saumlaki Formatted Table

Laut Ambon, Wahai, dan Saumlaki


Udara Ambon, Wahai, dan Saumlaki
Barang Jalan Ambon dan Wahai, Masohi
Penyeberangan Ambon, Wahai, dan Saumlaki
Laut Ambon, Wahai, Dobo dan Saumlaki
Udara Ambon, Saumlaki, Maluku Tenggara

Tabel 2.8.
Orientasi Prasarana dDan Pengembangan Formatted: Font: Not Bold
Formatted: Indent: Left: 0.25", Space After:
6 pt

Moda Prasarana Pengembangan Formatted: Centered, Position: Horizontal:


Right, Relative to: Margin
Jalan Nasional Panjang jalan
Formatted Table
Provinsi Panjang jalan trans
Penyeberangan Pelabuhan Penambahan jumlah
Laut Pelabuhan diusahakan Prasarana B/M
Pelabuhan tidak diusahakan Peningkatan kelas
Udara Bandara Peningkatan kelas

2.3.4 Tata Guna Hutan Kesepakatan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Formatted: Indent: Left: 0.5"
Berdasarkan pPeta padu serasi Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) (sesuai Surat Formatted: Indent: First line: 0.38"
Keputusan Menteri Kehutanan No.mor 415 Tahun 1999 dijadikan dasar) luas kawasan hutan di
Kabupaten Maluku Tenggara seluas 71.785 Ha hektar (56% persen) dari luas daratan seluas
(127.267 hektHar). Rincian luas kawasan hutan terdiri dari : kawasan konservasi suaka
alam/hutan wisata seluas 14.218 Hektar (11,17%); persen); Hutan Lindung (HL) seluas
15.857 Ha hektar (12,46 persen%); Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 2.991 Ha hektar
(2,35 %); persen); Hutan Produksi (HP) seluas 3.801 Hektar (2,99%); persen); Hutan Produksi
Konversi (HPK) seluas 34.918 Hhektar (27,43 %); persen); dan Areal Penggunaan Lainnya
(APL) seluas 55.482 Ha hektar (43,59% persen). Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38"
Formatted: Indent: First line: 0.38"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt
2.3.5 Nilai Strategis Kawasan
Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
Berdasarkan dDokumen RTRW Provinsi Maluku, Tatanan Transportasi Wilayahtrawil 0.21"
Provinsi Maluku, dan Tata Guna Hutan KesepakatanTGHK, menjadi dasar kesimpulan bahwa
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

41
maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu Kawasan
Pengembangan Provinsi. Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu pintu gerbang
dari moda transportasi udara. Beberapa rute penerbangan dan pelayaran dengan dari bagian
wilayah Maluku bagian sSelatan menuju Ambon melakukan transit ke Kabupaten Maluku
Tenggara. Selain sebagai salah satu simpul transportasi nasional maupun provinsi, Maluku
Tenggara sebagai salah satu simpul transportasi baik nasional maupun provinsi juga serta
menjadi salah satu wilayah penghasil sumber daya kelautan yang cukup signifikan. Peran
penting Maluku Tenggara di masa datang akan ditentukan oleh kemampuaannya dalam
mengoptimalkan hasil-hasil kelautan yang dimilikinya.

2.4 2.4 Peluang dan Tantangan Pengembangan Formatted: All caps


Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
2.4.1 2.4.1 Peluang Outline numbered + Level: 2 + Numbering
Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
+ Aligned at: 0" + Tab after: 0.5" + Indent
Peluang yang dimiliki Kabupaten Maluku Tenggara, dalam konteks pengembangan at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
wilayah antara lain sebagai berikut :
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
1.(1) Dalam konteks perdagangan global, Ppeluang dalam konteks perdagangan global yaitu Outline numbered + Level: 3 + Numbering
Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left
untuk dapat memanfaatkan keuntungan dari perdagangan luar negeri yang terbuka cukup + Aligned at: 0" + Tab after: 0.5" + Indent
besar. Peluang dalam perdagangan global terbuka karena Kabupaten Maluku Tengara at: 0.5", Tab stops: Not at 0.5"
memiliki komoditi unggulan yang secara nasional menjadi unggulan ekspor, yakni Formatted: Indent: First line: 0.38", Space
komoditas hasil laut. After: 6 pt

2.(2) Dalam kaitannya dengan kerjasama regional, Kabupaten Maluku Tenggara dalam Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",
Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
kaitannya dengan kerjasama regional berpeluang memiliki landasan hubungan yang Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
cukup kuat, terutama dengan negara anggota KESR AIDA dan BIMP-EAGA. Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
3.(3) Berkaitan dengan perkembangan ekonomi nasional, Kabupaten Maluku Tenggara 0.25"
berkaitan dengan perkembangan ekonomi nasional memiliki beberapa peluang untuk Formatted: Bullets and Numbering
turut berperan lebih besar dalam peningkatan produktivitas nasional. Potensi keunggulan
lokasional beberapa sektor seperti perikanan laut, dan pariwisata bahari ada terdapat di
Kabupaten Maluku Tenggara sehingga memberikan peluang bagi kabupaten ini untuk
dapat menjadi salah satu kawasan pertumbuhan ekonomi nasional.
4.(4) Peluang pengembangan juga muncul dari pelaksanaan program-program pemerintah
pusat seperti pengembangan penetapan kawasan andalan laut maupun serta program
pembangunan perumahan dan infrastruktur lainnya. Hal yang penting untuk dilakukan
adalahyaitu memiliki cara untuk bagaimana mengambil langkah progresif untuk agar
dapat menarik dana-dana pelaksanaan program pemerintah pusat tersebut sehingga
program tersebut dapat dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara.
Formatted: Indent: First line: 0"
Berdasarkan pPeluang-peluang tersebut, dijadikan dasar untuk maka pengembangan
Formatted: Indent: Left: -0.04", Outline
pola pemanfaatan ruang di wilayah ini yang sangat diharapkan agar dapat menjadi faktor numbered + Level: 3 + Numbering Style: 1, 2,
pengungkit pertumbuhan ekonomi wilayah, sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan 3, … + Start at: 2 + Alignment: Left + Aligned
untuk pembangunan yang lebih baik. at: 0.75" + Tab after: 1.25" + Indent at:
1.25", Tab stops: Not at 1.25"
Formatted: Space After: 6 pt

i.2.4.2 Kendala Pengembangan Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38",


Space After: 6 pt, Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 +
Kendala pengembangan pemanfaatan ruang Kabupaten Maluku Tenggara umumnya Alignment: Left + Aligned at: 0" + Tab after:
lahir timbul dari kondisi wilayah yang bersifat kepulauan. Beberapa kendala pengembangan di 0.25" + Indent at: 0.25", Tab stops: Not at
wilayah Maluku Tenggara antara lain sebagai berikut : 0.25"
Formatted: Bullets and Numbering
1.(1) Dari aspek kerjasama regional, pPengembangan wilayah Maluku Tenggara dari aspek
kerjasama regional terkendala oleh potensi SDA yang relatif terbatas dan bersifat umum, Formatted: Centered, Position: Vertical: 0",
Relative to: Paragraph, Width: Exactly 0.21"

42
sehingga komoditi yang dihasilkan kurang unik dan memiliki banyak daerah pesaing.
Hal ini beraAkibatnya permintaan terhadap komoditi yang dihasilkan tidak mampu
tumbuh secara cepat sehingga . kKonsekuensinyanya terhadap pengembangan sektor
unggulan di wilayah ini menjadi terbatas.
2.(2) Kabupaten Maluku Tenggara Ddalam konteks perekonomian nasional terkendala oleh,
produktivitas wilayah yang relatif rendah sehingga mengakibatkan Kabupaten Maluku
Tenggara banyak tertinggal perkembangannya oleh dibandingkan dengan wilayah lain.
Kendala utama yang dihadapi yaitu berupa infrastruktur dan SDM yang menjadi faktor
penentu rendahnya kontribusi ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara dalam
perekonomian nasional. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah yaitu tingkat
spesialisasi ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara yang berada pada sektor-sektor yang
secara nasional sedang menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Keuntungan
lokasional beberapa sektor seperti perikanan laut di Kabupaten Maluku Tenggara
terkendala oleh mahalnya biaya transportasi dan rendahnya infrastruktur untuk
memanfaatkan keuntungan lokasi tersebut.
3.(3) Kendala yang muncul dari perubahan kebijakan nasional antara lain berupa terbatasnya
program-program pembangunan nasional yang menjadikan Kabupaten Maluku Tenggara
sebagai daerah pelaksanaan program. Selain itu, kendala lain yang serta teridentifikasi
adalah realisasi dari perubahan kebijakan nasional yang relatif lambat.

Kesimpulan yang dapat diambil Bberdasarkan uraian tentang kendala pengembangan Formatted: Indent: First line: 0.39"
tersebut, dapat disimpulkan, yaitu bahwa secara eksternal Kabupaten Maluku Tenggara
menghadapi, kendala pengembangan sistem transportasi di wilayahnya Maluku Tenggara
lahirsebagai akibat dari keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Keterbatasan ini
mengakibatkan interaksi yang terjadi antara Maluku Tenggara dengan wilayah lain menjadi
terbatas juga. Oleh karena ituDengan demikian, tantangan besar bagi pengembangan wilayah
Maluku Tenggara adalah yaitu bagaimana menciptakan kawasan-kawasan produktif yang
mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama dalam meningkatan
produktivitas sektor di wilayah yang bersangkutan.

Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt


Formatted: Centered, Position: Vertical: In
line, Relative to: Paragraph, Width: Exactly
0.21"
Formatted: Font: Times New Roman, 10 pt

43

Anda mungkin juga menyukai